Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PENYAKIT KRONIS


“HIPERTENSI”
Untuk memenuhi Tugas Keperawatan Komunitas II

Disusun Oleh:

Maya Novita
130317465

Dosen Pengampu :
Ns. Angga Saeful Rahmat, M. Kep, Sp. Kep, Kom

PROGRAM STUDI NERS AKADEMIK

INSTITUT MEDIKA DRG. SUHERMAN

Jalan Raya Industri Pasir Gombong, Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Komunitas II tentang Asuhan
Keperawatan Penyakit Kronis (Hipertensi). Meskipun masih banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterimakasih kepada Ns. Angga Saeful Rahmat,
M.Kep., Sp.Kep.Kom selaku dosen mata kuliah Keperawatan Keluarga yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka


menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai keperawatan keluarga
dengan tahapan masa tua. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.Semoga makalah sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Bekasi, 13 Juni 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Hipertensi
B. Etiologi Hipertensi
C. Klasifikasi Hipertensi
D. Patofisiologi Hipertensi
E. Manifestasi Klinis Hipertensi
F. Penatalaksanaan Hipertensi
G. Pemeriksaan Diagnostik Hipertensi
H. Komplikasi Hipertensi

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
B. Analisa Data
C. Diagnosa Keperawatan
D. Intervensi

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep sehat dan sakit adalah konsep yang kompleks dan
berinterpretasi. Banyak faktor yang mempengaruhi kondisi sehat maupun
sakit. Sehat diartikan sebagai kondisi yang normal dan alami, yang bersifat
dinamis dan sifatnya terus menerus berubah. Menurut WHO sehat adalah
keadaan keseimbangan yang sempurna, baik fisik, mental dan sosial, tidak
hanya terbebas dari penyakit dan kelemahan. Sakit adalah keadaan tidak
normal atau tidak sehat, secara sederhana dapat disebut penyakit yang
merupakan suatu bentuk kehidupan atau keadaan diluar batas normal
(Asmadi, 2008).
Menurut Muwarni (2011), Hipertensi adalah suatu keadaan dimana
tekanan systole dan diastole mengalami kenaikan yang mengalami batas
normal (tekanan systole di atas 140 mmHg, di atas 90 mmHg). Definisi yang
lain menurut Brashers (2008) hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan darah arterial yang berlangsung terus menerus. Tekanan darah tinggi
pada orang dewasa sebagai berikut menurut klasifikasi JNS (The Join
National Comitten on Preventation, detection evaluation and treatment of
Hight Blood Preassure ) klasifikasi sistolik dan diastolik untuk ukuran normal
< 120 dan< 80, pada prehipertensi dalam rentang sistolik 120-139 dan
diastolik 85-89. Pada hipertensi stage 1 ukuran sistolik 140-159 mmHg dan
ukuran diastolik 90-99 mmHg.
Hipertensi merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari seluruh
kalangan masyarakat. Dampak yang ditimbulkan dapat berakibat jangka
pendek maupun jangka panjang bagi penderitannya, hal ini membutuhkan
penanggulangan yang menyeluruh dan terpadu. Hipertensi menimbulkan
angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian) yang tinggi. Penyakit
hipertensi menjadi penyebab kematian 7,1juta orang di seluruh dunia, yaitu
sekitar 13% dari total kematian, prevalensinya hampir sama besar baik di
negara berkembang maupun negara maju (Sani, 2008). Perkembangan
penyakit hipertensi berjalan perlahan tetapi secara potensial sangat berbahaya.
Pengendalian hipertensi belum menunjukkan hasil yang memuaskan.
Rata-rata pengendalian hipertensi baru berhasil menurunkan prevalensi hingga
8% dari jumlah keseluruhan. Berdasarkan data WHO dari 50%penderita
hipertensi yang diketahui ,25% yang mendapat pengobatan danhanya 12,5%
yang diobati dengan baik. Data Depkes (2007) menunjukkan, di Indonesia ada
21% penderita hipertensi dan sebagian besar tidak terdeteksi. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (2007) juga menunjukkan cakupan tenaga kesehatan
terhadap kasus hipertensi dimasyarakat masih rendah, hanya 24,2% untuk
prevalensi hipertensi diIndonesia yang berjumlah 32,2%.
Asuhan keperawatan komunitas memiliki peranan untuk menghasilkan
Intervensi layanan keperawatan yang profesional dalam mempromosikan gaya
hidup sehat kepada masyarakat terkait dengan hipertensi, model
pemberdayaan komunitas yang dapat digunakan untuk menjamin
keberlanjutan sistem deteksi dini hipertensi dan komplikasinya dan
menghasilkan Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur efektivitas
program pemberdayaan dimasyarakat.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini antara lain:
1. Definisi hipertensi
2. Etiologi hipertensi pada lansia
3. Faktor resiko hipertensi
4. Klasifikasi hipertensi
5. Patofisiologi hipertensi
6. Manifestasi pada hipertensi
7. Penatalaksanaan penyakit hipertensi
8. Pemeriksaan diagnostic
9. Komplikasi pada penyakit hipertensi
10. Asuhan keperawatan komunitas pada lansia

C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah hipertensi ini antara lain:
1. Untuk mengetahui definisi hipertensi
2. Untuk mengetahui etiologi hipertensi pada lansia
3. Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi
4. Untuk mengetahui klasifikasi hipertensi
5. Untuk mengetahui patofisiologi hipertensi
6. Untuk megetahui manifestasi pada hipertensi
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit hipertensi
8. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic
9. Untuk mengetahui komplikasi pada penyakit hipertensi
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan komunitas pada lansia
BAB II
TINJAUAN LITERATUR

A. Definisi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90
mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmhg dan tekanan diastolic 90 mmHg. (Suzanne C. Smeltzer,
2001).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan systole dan diastole
mengalami kenaikan yang mengalami batas normal (tekanan systole di atas
140 mmHg, di atas 90 mmHg). (Muwarni, 2011)
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya
beresiko tinggi penderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain
seperti penyakit syaraf , ginjal , dan pembuluh darah serta makin tinggi
tekanan darah, makin besar resikonya. (Sylvia A. Price).
Secara sederhana, seseorang dikatakan menderita Tekanan Darah
Tinggi jika tekanan Sistolik lebih besar daripada 140 mmHg atau tekanan
Diastolik lebih besar dari 90 mmHg. Tekanan darah ideal adalah 120 mmHg
untuk sistolik dan 80 mmHg untuk Diastolik.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang
lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang
lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan
darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai “normal”. Pada
tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik.
Hipertensi biasanya terjadi  pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas,
diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.
B. Etiologi
Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90%
diantara mereka menderita hipertensi essensial (primer), dimana tidak dapat
ditentukan  penyebab medisnya.Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah
dengan penyebab tertentu (hipertensi sekunder). Hipertensi berdasarkan
penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hipertensi essensial/primer
Hipertensi essensial atau primer adalah hipertensi tanpa kelainan dasar
patologis yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi
essensial. Penyebab hipertensi meliputi faktor genetik dan lingkungan.
Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, kepekaan
terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokontriktor,
resistensi insulin dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk faktor
lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, stress emosi, obesitas dan
lain-lain (Nafrialdi, 2009).
Pada sebagian besar pasien, kenaikan berat badan yang berlebihan dan
gaya hidup tampaknya memiliki peran yang utama dalam menyebabkan
hipertensi. Kebanyakan pasien hipertensi memiliki berat badan yang
berlebihdan penelitian padaberbagai populasi menunjukkan bahwa
kenaikan berat badan yang berlebih (obesitas) memberikan risiko 65-70 %
untuk terkena hipertensi primer (Guyton,2008).
2. Hipertensi sekunder
Meliputi 5-10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder dari
penyakitkomorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan
tekanan darah. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit
ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang
paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak,
dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan
menaikkan tekanan darah (Oparil, 2003).
Hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, sering berhubungan
dengan beberapa penyakit misalnya ginjal, jantung koroner, diabetes dan
kelainan sistem saraf pusat (Sunardi, 2000).
C. Faktor Resiko
1) Faktor resiko yang bisa dirubah
a) Usia
Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yang berpengaruh
terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya usia maka semakin
tinggi pula resiko mendapatkan hipertensi. Insiden hipertensi
meningkat seiring dengan bertambahnya usia, hal ini disebabkan oleh
perubahan alamiah dalam tubuh yang mempengaruhi pembuluh darah,
hormon serta jantung(Triyanto, 2014).
b) Lingkungan (stres)
Faktor lingkungan seperti stress juga memiliki pengaruh terhadap
hipertensi. Hubungan antara stress dengan hipertensi melalui saraf
simpatis, dengan adanya peningkatan aktivitas saraf simpatis akan
meningkatkan tekanan darah secara intermitten (Triyanto, 2014).
c) Obesitas
Faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi adalah kegemukan
atau obesitas. Penderita obesitas dengan hipertensi memiliki daya
pompa jantung dan sirkulasi volume darah yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan penderita yang memiliki berat badan normal
(Triyanto, 2014)
d) Rokok
Kandungan rokok yaitu nikotin dapat menstimulus pelepasan
katekolamin. Katekolamin yang mengalami peningkatan dapat
menyebabkan peningkatan denyut jantung, iritabilitas miokardial serta
terjadi vasokontriksi yang dapat meningkatkan tekanan darah
(Ardiansyah, 2012)
e) Kopi
Substansi yang terkandung dalam kopi adalah kafein.Kafein sebagai
anti-adenosine (adenosine berperanuntuk mengurangi kontraksi otot
jantung dan relaksasi pembuluh darah sehingga menyebabkan tekanan
darahturun dan memberikan efek rileks) menghambat reseptor untuk
berikatan dengan adenosine sehingga menstimulus sistem saraf
simpatis dan menyebabkan pembuluh darah mengalami konstriksi
disusul dengan terjadinya peningkatan tekanan darah (Blush, 2014).
2) Faktor resiko yang tidak bisa dirubah
a) Genetik
Faktor genetik ternyata juga memiliki peran terhadap angka kejadian
hipertensi. Penderita hipertensi esensialsekitar 70-80 % lebih banyak
pada kembar monozigot (satu telur) dari pada heterozigot (beda telur).
Riwayat keluarga yang menderita hipertensi juga menjadi pemicu
seseorang menderita hipertensi, oleh sebab itu hipertensi disebut
penyakit turunan (Triyanto, 2014).
b) Ras
Orang berkulit hitam memiliki resiko yang lebih besar untuk
menderita hipertensi primer ketika predisposisi kadar renin plasma
yang rendah mengurangi kemampuan ginjal untuk mengekskresikan
kadar natrium yang berlebih (Kowalak, Weish, & Mayer, 2011).
D. Klasifikasi Tekanan Darah
Klasifikasi tekanan darah oleh JNC VII untuk pasien dewasa
berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua atau
lebih kunjungan klinis. Klasifikasi tekanan darah mencakup 4 kategori,
dengan nilai normal tekanan darah sistolik (TDS) <120 mmHg dan tekanan
darah diastolik (TDD) <80 mmHg. Prehipertensi tidak dianggap sebagai
kategori penyakit tetapi mengidentifikasikan pasien-pasien yang tekanan
darahnyacenderung meningkat ke klasifikasi hipertensi dimasa yang akan
datang. Ada dua tingkat (stage) hipertensi, dan semua pasien pada kategori ini
harus diterapi obat (JNC VII, 2003)
Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC-VII 2003
Kategori Tekanan darah Tekanan Sistolik (mmHg) Tekanan Diastolik (mmHg)
Normal ≤120 ≤ 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stadium 1 140-159 90-99
Hipertensi stadium 2 ≥160 ≥100

Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO


Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Tinkat I (hipertensi 140-159 90-99
ringan)
Sub group: Perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi 160-179 100-109
sedang)
Tingkat 3 (hipertensi >180 >110
berat)
Hipertensi sistol >140 <90
terisolasi
Sub group : perbatasan 140-149 <90

Tidak minum obat anti hipertensi dan tidak sakit akut. Apabila tekanan
sistolik dan diastolic turun dalam kategori yang berbeda, maka yang dipilih
adalah kategori yang lebih tinggi. berdasarkan pada rata-rata dari dua kali
pembacaan atau lebih yang dilakukan pada setiap dua kali kunjungan atau
lebih setelah skrining awal.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang
lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang
lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan
darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada
tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik.
Hipertensi biasanya terjadi  pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas,
diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu. Pada
hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih,
tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih
dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan
tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan
tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian
berkurang secara  perlahan atau bahkan menurun drastis.
E. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumnamedula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akanmerangsang serabut
saraf pascaganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norpinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah (Brunner, 2002).
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriktor. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norpinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Corwin, 2005).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagairespon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Korteks adrenal
mengsekresikan kortisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat respon
vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal dapat menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukkan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal sehingga menyebabkan peningkatan
volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi (Brunner, 2002).
Perubahaan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah
perifer bertanggung jawab pada perubahaan tekanan darah yang terjadi pada
lanjut usia. Perubahaan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluhdarah yang
menyebabkan penurunan distensi dan daya regang pembuluh darah. Akibat
hal tersebut, aorta dan arteri besar mengalami penurunan kemampuan dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
sehingga mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan
perifer (Corwin, 2005).

Pathway
- Umur
- Obesitas
- Jenis kelamin
- Gaya hidup
Hipertensi

Vasokontriksi Ginjal Otak


pembuluh darah

Vasokontriksi
After load pembuluh darah Suplay O2 Resistensi
ginjal ke otak pembuluh darah
otak
COP
Aliran darah
Pingsan
Tekanan
pembulluh darah
Respon rennin Resiko otak
angiotensin dan tinggi
aldosteron injuri
Nyeri tekan

aldosteron
nyeri

Resistensi Na Gangguan
pefusi
jaringan
edema

Kelebihan Volume Cairan

F. Manifestasi Klinis
Manisfestasi klinik menurut Ardiansyah (2012) muncul setelah
penderita mengalami hipertensi selama bertahun-tahun, gejalanya antara lain:
a. Terjadi kerusakan susunan saraf pusat yang menyebabkan ayunanlangkah
tidak mantap.
b. Nyeri kepala oksipital yang terjadi saat bangun dipagi hari
karenapeningkatan tekanan intrakranial yang disertai mual dan muntah.
c. Epistaksis karena kelainan vaskuler akibat hipertensi yang diderita.
d. Sakit kepala, pusing dan keletihan disebabkan oleh penurunanperfusi
darah akibat vasokonstriksi pembuluh darah.
e. Penglihatan kabur akibat kerusakan pada retina sebagai dampak
hipertensi.
f. Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) akibat dari peningkatan
aliran darah ke ginjal dan peningkatan filtrasi oleh glomerulus.
Hipertensi sering ditemukan tanpa gejala (asimptomatik), namun tanda-
tanda klinis seperti tekanan darah yang menunjukkan kenaikan pada dua kali
pengukuran tekanan darah secara berturutan dan bruits (bising pembuluh
darah yang terdengar di daerah aorta abdominalis atau arteri karotis, arteri
renalis dan femoralis disebabkan oleh stenosisatau aneurisma) dapat terjadi.
Jika terjadi hipertensi sekunder, tanda maupun gejalanya dapat berhubungan
dengan keadaan yang menyebabkannya. Salah satu contoh penyebab adalah
sindrom cushing yang menyebabkan obesitas batang tubuh dan striae
berwarna kebiruan, sedangkan pasien feokromositoma mengalami sakit
kepala mual, muntah, palpitasi, pucat dan perspirasi yang sangat banyak
(Kowalak, Weish, &Mayer, 2011).
G. Penatalaksanaan
1. Pencegahan primer
Faktor resiko hipertensi antara lain:
Tekanan darah diatas rata-rata, adanyan hipertensi pada anamnesis
keluarga, ras (negro), takikardi, obesitas, dan konsumsi garam yang
berlebihan dianjurkan untuk:
a. mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar
tidak terjadi hiperkolesterolimia, diabetes mellitus, dsb.
b. dilarang merokok atau menghentikan merokok
c. merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah
garam.
d. melakukan excercise untuk mengendalikan berat badan.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui
menderita hipertensi berupa:
a. pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengn obat
maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
b. harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara
normal dan stabil mungkin.
c. faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang harus di kontrol
d. batasi aktifitas
3. Pencegahan Tersier
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan
dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi ringan dan berat.terapi
tanpa obat ini meliputi :
a) Diet
Diet yang dianjurkan penderita hipertensi adalah :
1. Retriksi garam secara moderat dari 10gr/hari menjadi 5gr/hari
2. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3. Penurunan berat badan
4. Penurunan asupan etanol
5. Menghentikan merokok
b) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah
dianjurkan untuk penderita hipertensi. Macam olahraganya yaitu
isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda , berenang dan
lain-lain.
Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari kapasitas
aerobik atau 72-87% dari denyut nadi maksimal yang disebut zona
latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam
zona latihan frekuensi latihan sebaiknya 3x/minggu dan paling baik
5x/minggu
c) Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1. Teknik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu teknik yang dipakai untuk
menunjukan pada subjek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh
yang secara sadar oleh subjek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain , juga
untu7k gangguan psikologis seperti kecemasan dan
keteganggan.
2. Teknik Relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau teknik yang bertujuan
untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara
melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam
tubuh menjadi rileks.
3. Pendidikan Kesehatan (penyuluhan)
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat memepertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
b. Terapi dengan obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan
darah saja tetapi juga pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan
seumur hidup penderita. Pengobatan standart yang dilakukan Komite
Dokter Ahli Hipertensi (JOINT NATIONAL COMMITTEE ON
DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH
BLOOD PRESSURE, USA, 1998) menyimpulkan bahwa obat
deuritika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE
dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan
keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Haemoglobine / hematokrit : bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan
dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindetifikasi
faktor-faktor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia
2. BUN/Kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal
3. Glukosa : hiperglikemia dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar
katekolamin
4. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisyaratkan difungsi ginjal atau
adanya diabetes
5. Pemeriksaan Tiroid : hipertiroidimse dapat menimbulkan vasokontriksi dan
hipertensi
6. CT Scan : mengkaji cerebral, CSU, ensevalopati / feokromositoma
7. EKG : dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi
8. Foto dada : dapat menunjukkan obtruksi klasifikasi pada area katub, defisit
pada torik aorta, pembesaran jantung
9. IUP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / uterter (Doengoes, 1999).
I. Komplikasi
Komplikasi pada penderita hipertensi menurut Corwin (2009) menyerang
organ-organ vital antar lain :
a. Jantung
Hipertensi kronis akan menyebabkan infark miokard, infark miokard
menyebabkan kebutuhan oksigen pada miokardium tidak terpenuhi
kemudian menyebabkan iskemia jantung serta terjadilah infark.
b. Ginjal
Tekanan tinggi kapiler glomerulus ginjal akan mengakibatkan
kerusakan progresif sehingga gagal ginjal. Kerusakan pada glomerulus
menyebabkan aliran darah ke unit fungsional juga ikut terganggu
sehingga tekanan osmotik menurun kemudian hilangnya kemampuan
pemekatan urin yang menimbulkan nokturia.
c. Otak
Tekanan tinggi di otak disebabkan oleh embolus yang terlepas
daripembuluh darah di otak, sehingga terjadi stroke. Stroke dapat
terjadi apabila terdapat penebalan pada arteri yang memperdarahi otak,
hal ini menyebabkan aliran darah yang diperdarahi otak berkurang.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Pengkajian
a) Pengkajian Tahap 1
1. Geografi
a. Keadaan tanah: tanah kering namun tidak berdebu
b. Luas daerah: 8 Ha
c. Batas wilayah:
Utara : Desa Demakan
Barat : Desa Wirun
Selatan : RT/1 RW/2
Timur : Desa Demakan
2. Demografi
a. Jumlah KK: 47 KK
b. Jumlah penduduk keseluruhan: 508 jiwa
c. Jumlah Lansia : 100 orang
d. Mobilitas penduduk: penduduk jarang di rumah ketika pagi dan
siang hari karena bekerja, sedangkan anak-anak pada sekolah
e. Jumlah keluarga: 47 keluarga
f. Kepadatan penduduk: padat
g. Tingkat pendidikan penduduk:
1) Perguruan tinggi: 10 orang
2) TK : 17 – 20 orang
3) SMA : 16 orang
4) SMP : 15 orang
5) SD : 20 orang
6) Lansia tidak bersekolah : 30
7) Lansia tamat SD: 50
8) Lansia tamat SMP : 10
9) Lansia tamat SMA : 5
10) Lansia tamat perguruan tinggi : 5
h. Pekerjaan:
1) PNS : 10% jumlah penduduk
2) Buruh : 10% jumlah penduduk
3) Pedagang : 70% jumlah penduduk
4) IRT : 10% jumlah penduduk
h. Pendapatan rata-rata:
1) Rp 800.000,- : 20%
2) Rp 800.000,- s/d Rp 2.000.000.- : 50%
3) Rp 2.000.000,- : 30%
i. Tipe masyarakat: Masyarakat niaga
j. Agama: 100% Islam
b) Pengkajian Tahap 2
1. Lingkungan fisik
a. Perumahan: permanen dan rata-rata dalam kategori baik
b. Penerangan: di lingkungan penerangan pada malam hari sudah
cukup, tapi banyak rumah warga yang kurang pencahayaannya pada
siang hari
c. Sirkulasi udara: lingkungan sejuk karena banyak pohon yang
ditanam warga sekitar tetapi banyak perumahan warga yang
ventilasi rumahnya kurang memadahi seperti kurangnya jumlah
jendela dan dekatnya jarak antar rumah.
d. Kepadatan penduduk: Tergolong padat.
2. Status pendidikan: SMA sederajat, yang terdiri dari:
a. Perguruan tinggi: 10 orang
b. TK : 17 – 20 orang
c. SMA : 16 orang
d. SMP : 15 orang
e. SD : 20 orang
f. Sarana pendidikan: terdapat 1 taman kanak-kanak
3. Keamanan dan keselamatan
a. Pemadam kebakaran: tidak ada
b. Polisi: tidak ada namun terdapat siskamling secara rutin
c. Sarana transportasi: sepeda ontel, motor dan mobil pribadi
d. Keadaan jalan: jalanan sudah diaspal dan ramai akan kendaraan
bermotor
e. Pemilihan ketua RT/ RW dengan cara voting bersama
4. Struktur Pemerintahan
a. Masyarakat swadaya yang terdiri dari 1 RW dan 4 RT
b. Pamong desa: 1 orang
c. Kader desa: 5 orang
d. PKK: ada dan masih berjalan aktif tiap bulan
e. Kontak tani: tidak ada
f. Karang taruna: ada dan berjalan aktif tiap bulan
g. Kumpulan agama: ada dan aktif di masyarakat
5. Sarana dan Fasilitas Kesehatan
a. Pelayanan kesehatan: Tidak terdapat praktik bidan swasta maupun
praktik klinik swasta yang lain.
b. Tenaga kesehatan : 2 perawat dan 1 bidan
c. Tempat ibadah : terdapat masjid dan mushola
d. Sekolah : terdapat 1 taman kanak-kanak
e. Panti social : tidak terdapat
f. Pasar : tidak ada, namun terdapat banyak toko kelontong yang
menyediakan banyak kebutuhan dari masyarakat sekitar
g. Tempat pertemuan : terletak di rumah ketua RW dalam setiap acara
yang diadakan oleh lokasi setempat
h. Posyandu : terdapat posyandu lansia (tiap minggu ke 2)
Sering hadir : 35 % lansia
Jarang hadir : 25 % Lansia
Tidak pernah hadir : 40 %
dan posyandu balita (tiap minggu pertama) berjalan aktif setiap
sebulan sekali.
i. Hygiene perumahan: sanitasi warga RW 1 dalam kategori baik
j. Sumber air bersih: air sumur galian
k. Pembuangan air limbah: dialirkan lancar ke selokan dan tidak
menggenang
l. Jamban: 80% sudah mempunyai jamban di rumah masing-masing
m. Sarana MCK: semua dilakukan di kamar mandi masing masing dan
hampir tidak ada yang di sungai
n. Pembuangan sampah: dibuang dan dikumpulkan di TPS dekat
makam setempat
o. Sumber polusi: air selokan
6. Komunikasi
Terdapat infrastruktur komunikasi yang memadai dan modern
seperti internet, ponsel, koran, radio dan televisi. Masyarakat juga bisa
menggunakan alat-alat komunikasi tersebut. Untuk papan informasi
untuk menyampaikan kabar berita dari desa maupun dari yang
disediakan tempat di dekat rumah pak RW.
7. Ekonomi
Keadaan ekonomi masyarakat RW 1 desa Bekonang dalam
kategori baik dan diatas garis kemiskinan. Warga masyarakat juga
tidak ada yang menganggur di rumah. Rata-rata pekerjaan warga
setempat adalah pedagang, baik di rumah maupun masyarakat. Rata-
rata gaji:
a. Rp 800.000,- : 20%
b. Rp 800.000,- s/d Rp 2.000.000.- : 50%
c. Rp 2.000.000,- : 30%
8. Rekreasi
Karang taruna dari wilayah setempat sering mengadakan
wisata bersama-sama ke suatu tempat. Kelompok khusus seperti
anggota kader juga sering mengadakan rekreasi bersama yang
diharapkan dapat mengurangi stresor dan beban pikiran. Distribusi
penyakit dengan agregat lansia dengan hipertensi.
Dari rekapitulasi data bulan Maret-Mei di puskesmas
mojolaban 90 lansia yang bekunjung/periksa. Dari jumlah tersebut ada
3 penyakit dengan distribusi terbesar yaitu:
1. Hipertensi : 50 orang atau 45 %
2. Atritis : 15 orang atau 13,5 %
3. DM: 25 orang atau 22,5 %
Dari data kesehatan di RW 1 didapatkan data bahwa :
1. Jumlah lansia keseluruhan : 100 orang
2. Jumlah lansia dengan hipertensi : 50 orang atau sekitar 50 %
3. Jumlah lansia dengan artritis: 15 orang atau sekitar 15 %
4. Jumlah lansia dengan DM : 25 orang atau sekitar 25 %
B. Analisa Data
NO DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI
.
1. DS : Defisit Kurang terpapar
Pengetahuan informasi
1. Dari hasil wawancara
tentang
dengan ketua RW 1
Hipertensi
mengatakan bahwa rata-
rata lansia yang
menderita hipertensi
sekitar 50 %
DO :

1. Berdasarkan data dari


puskesmas mojolaban
pada bulan Maret sampai
bulan Mei di kelurahan
bekonang dukuh
mojosari RW 1 45%
Lansia menderita
hipertensi.
2. 85% kemampuan lansia
dalam mengenali secara
dini penyakit hipertensi
kurang baik.
3. 40% warga yang
menderita hipertensi
tidak pernah
mendapatkan penyuluhan
tentang hipertensi

C. Diagnosis Keperawatan
1. Defisit Pengetahuan tentang Hipertensi berhubungan dengan kurangnya
terpapar informasi

D. Intervensi
Diagnosa Tujuan dan KH Strategi Rencana kegiatan Evaluasi
Keperawatan Hipertensi
Defisit Setelah dilakukan Kriteria:
pengetahuan tindakan 1. Peningkatan
tentang keperawatan pengetahuan
Hipertensi selama 3 minggu, warga
berhubungan tentang
dengan kurang di harapkan: 1. Berikan hipertensi
terpaparnya penkes dan pola
1. Meningkatnya 1. Komunikasi,
informasi tentang hidup sehat
pengetahuan infomasi dan
Hipertensi 2. Peningkatan
Hasil angket : masyarakat motivasi
dan akibat nilai pre dan
tentang pola keluarga
yang post test
hidup sehat binaan
1. 85% mungkin 3. Peningkatan
penyakit
kemampuan ditimbulkan kriteria kader
hipertensi
lansia dalam dalam
meliputi:
mengenali memberikan
pengertian,
secara dini penyuluhan
tanda dan
penyakit tentang
gejala, etiologi,
hipertensi Hipertensi
pencegahan,
kurang baik. cara perawatan,
2. 40% warga Standar:
dan komplikasi
yang menderita 2. Penyegaran 2. Berikan 1. 80%
dari Hipertensi.
hipertensi tidak kader penkes dan keluarga
2. Meningkatnya
pernah keterampilan binaan
pengetahuan
mendapatkan pada kader menyebutkan
kader tentang
penyuluhan tentang pengertian,
perawatan
tentang perawatan tanda dan
hipertensi
hipertensi Hipertensi gejala,
ditandai
etiologi,
3. Berdasarkan dengan
pencegahan,
data dari menyebutkan
cara
puskesmas cara perawatan
perawatan
mojolaban pada pada hipertensi
dan
bulan Maret 3. Keterampilan
3. Beri pelatihan komplikasi
sampai bulan kader dalam 3. Supervisi
kader pada kader dari
Mei di memberikan
tentang cara Hipertensi
kelurahan penyuluhan berbicara di 2. 100% kader
bekonang tentang depan umum yang
dukuh mojosari Hipertensi. mengikuti
RW 1 45% latihan dan
Lansia penyegaran
menderita mendapat
hipertensi. informasi
tentang
Hipertensi
3. 80% kader
dapat
memberikan
penyuluhan
tentang
Hipertensi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat
melebihi batas normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan
usia. Berbagai faktor dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagian
besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui (hipertensi essential).
Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut
jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah dari tepi dan
peningkatan volume aliran darah.
Setelah di lakukan pengkajian komunitas serta asuhan keperawatan
komunitas maka di dapatkan kesimpulan bahwa banyak warga yang kurang
mengetahui tentang Hipertensi meliputi: pengertian, tanda dan gejala,
penyebab, pencegahan, cara perawatan dan komplikasi dari Hipertensi.
Evaluasi dari kasus tersebut sudah dilakukan intevensi dan diberikan
penyuluhan kepada warga.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/4419/3%20Fery
%20Agusman.pdf?sequence=1&isAllowed=y
2. https://www.scribd.com/doc/306645991/Askep-Komunitas-Hipertensi-
Copy#download
3. https://www.slideshare.net/abimuhlies/renpra
4. http://repository.unimus.ac.id/911/3/12.BAB%20II.pdf
5. http://digilib.unila.ac.id/2440/9/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai