Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

“MTBS”

 
 

Dosen Pembimbing :
Aulia Asman S.kep M.biomed 
 
Disusun oleh :
M.Heldi Riyanda (19334059)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat menyusun dan  menyelesaikan makalah yang berjudul ” :Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS) Usia 2 bulan - 5 tahun dan MTBS Bayi muda umur < 2 bulan “

            Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KEP ANAK. Penulis
menyadari dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak, maka dalam kesempatan ini penulis  mengucapkan terima kasih kpd blog blog ataupun
web web yang menjadikan sumber dari pembahasan di makalah ini.

            Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan,. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.

            Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya
bagi pembaca.

Pekanbaru

Riyanda
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of Childhood
Illness (IMCI) merupakan suatu pendekatan yang terintegrasi atau terpadu dalam tatalaksana
balita sakit dengan fokus pada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh.
MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan atau cara
penatalaksanaan balita sakit. Konsep pendekatan MTBS yang pertama kali diperkenalkan
oleh organisasi kesehatan dunia WHO (World Health Organizations) merupakan suatu bentuk
strategi upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian,
kesakitan dan kecacatan bayi dan anak balita di negara-negara berkembang.
Derajat kesehatan merupakan pecerminan kesehatan perorangan, kelompok, maupun
masyarakat yang digambarkan dengan umur harapan hidup, mortalitas, morbiditas, dan status
gizi masyarakat. Sehat dapat mencakup pengertian yang sangat luas, yakni bukan saja bebas
dari penyakit tetapi juga tercapainya keadaan kesejahteraan baik fisik, sosial dan mental.
Derajat kesehatan yang optimal akan dilihat dari unsur kualitas hidup serta unsur-
unsur mortalitas yang memengaruhinya, yaitu morbiditas dan status gizi. Untuk kualitas
hidup, yang digunakan sebagai indikator adalah angka harapan hidup waktu lahir (Lo).
Sedangkan untuk mortalitas telah disepakati lima indikator yaitu angka kematian bayi (AKB)
per 1000 kelahiran hidup, angka kematian balita (AKABA) per 1000 kelahiran hidup, angka
kematian pneumonia pada balita per 1000 balita, angka kematian diare pada balita per 1000
balita per 1000 balita dan Angka Kematian Ibu melahirkan (AKI) per 1000 kelahiran.
Menurut Susenas 2001 Angka Kematian Balita di Indonesia sebesar 68 per 1000
kelahiran hidup, maka 340 ribu anak meninggal pertahun sebelum usia lima tahun dan
diantaranya 155 ribu adalah bayi sebelum berusia satu tahun. Dari seluruh kematian tersebut
sebagian besar disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan akut, diare dan gangguan
perinatal/neonatal (Manajemen Terpadu Balita Sakit Modul-1 Depkes RI, 2004).
1.2  Manfaat Penulisan
Sebagaimana diketahui,derajat kesehatan merupakan pencerminan kesehatan
perorangan, kelompok, maupun masyarakat yang digambarkan dengan umur harapan hidup,
mortalitas, morbiditas, dan status gizi masyarakat.Sehat dapat mencakup pengertian yang
sangat luas, selain bebas dari penyakit tetapi juga tercapainya keadaan kesejahteraan baik
fisik, sosial dan mental.
Makalah ini dimaksudkan untuk lebih menggali masalah yang membahas mengenai
Manajemen Terpadu Balita Sakit.Dengan makalah ini, diharapkan agar petugas kesehatan
lebih punya Wawasan tentang masalah ini.
Peningkatan keterampilan perawat dan bidan dalam tata laksana balita sakit secara
komprehensif dilaksanakan dengan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit atau lebih
dikenal dengan MTBS. Kegiatan ini dilaksanakan secara pre-service dan atau in-
servicetraining. Manajemen Terpadu Balita Sakit merupakan standar pelayanan bagi balita
sakit dan dinilai cost effective serta berkontribusi sangat besar untuk menurunkan angka
kematian neonatus, bayi dan balita bila dilaksanakan secara luas, baik, dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.PENGERTIAN
MTBS singkatan dari Manajemen Terpadu Balita Sakit atau Integrated Management
of Childhood Illness (IMCI dalam bahasa Inggris) adalah suatu pendekatan yang
terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia
0-5 tahun (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan
tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya
yang ditujukan untuk menurunkan kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan anak balita di unit rawat jalan kesehatan dasar seperti Puskesmas, Pustu,
Polindes, Poskesdes, dll.
Bila dilaksanakan dengan baik, upaya ini tergolong lengkap untuk mengantisipasi
penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita. Dikatakan lengkap
karena meliputi upaya kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), perbaikan gizi, imunisasi
dan konseling (promotif). Badan Kesehatan Dunia WHO telah mengakui bahwa pendekatan
MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan
kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita.
Di Indonesia, MTBS sudah mulai dikembangkan sejak tahun 1996 oleh Departemen
Kesehatan yangbekerjasama dengan WHO. Layanan ini tidak hanya kuratifnya saja tapi
sekaligus pelayanan preventifdan promotifnya. Tujuan dari pelatihan ini yaitu dihasilkannya
petugas kesehatan yang terampilmenangani bayi dan balita sakit dengan menggunakan
tatalaksana MTBS. Sasaran utama pelatihanMTBS ini adalah perawat dan bidan, akan tetapi
dokter Puskesmas pun perlu terlatih MTBS agar dapatmelakukan supervisi penerapan MTBS
di wilayah kerja Puskesmas.Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu
pendekatan yang digagas oleh WHO danUNICEF untuk menyiapkan petugas kesehatan
melakukan penilaian, membuat klasifikasi sertamemberikan tindakan kepada anak terhadap
penyakit-penyakit yang umumnya mengancam jiwa.MTBS bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan petugas, memperkuat sistem kesehatan sertameningkatkan kemampuan
perawatan oleh keluarga dan masyarakat yang diperkenalkan pertama kalipada tahun
1999.MTBS dalam kegiatan di lapangan khususnya di Puskesmas merupakan suatu sistem
yangmempermudah pelayanan serta meningkatkan mutu pelayanan.
 Di bawah ini dapat dilihat penjelasan MTBS merupakan suatu sistem.
1 .Input
  Balita sakit datang bersama kelaurga diberikan status pengobatan dan formulir MTBS
Tempat danpetugas : Loket, petugas kartu

2. Proses
 Balita sakit dibawakan kartu status dan formulir MTBS.
 Memeriksa berat dan suhu badan
 Apabila batuk selalu mengitung napas, melihat tarikan dinding dada dan mendengar
stridor
 Apabila diare selalu memeriksa kesadaran balita, mata cekung, memberi minum anak
untuk melihatapakah tidak bias minum atau malas dan mencubit kulit perut untuk
memeriksa turgor
 Selalu memerisa status gizi, status imunisasi dan pemberian kapsul
Vitamin A Tempat dan petugas : Ruangan MTBS, case manager (Bidan yang telah
dilatih MTBS)
3. Output
 Klasifikasi yang dikonversikan menjadi diagnosa, tindakan berupa pemberian terapi
dan konselingberupa nasehat pemberian makan, nasehat kunjungan ulang, nasehat kapan
harus kembali segera.Konseling lain misalnya kesehatn lingkungan, imunisasi, Konseling
cara perawatan di rumah. Rujukan diperlukan jika keadaan balita sakit membutuhkan rujukan

Praktek MTBS memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan yaitu:


a. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana balita sakit (petugas
kesehatan non-dokter yang telah terlatih MTBS dapat memeriksa dan menangani
pasien balita)
b. Memperbaiki sistem kesehatan (banyak program kesehatan terintegrasi
didalam pendekatan MTBS)
c. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya
pencarian pertolongan balita sakit (berdampak meningkatkan pemberdayaan
masyarakat dalam pelayanan kesehatan)

2.2. TUJUAN MTBS


 Menurunkansecara bermakn aangka kematian dan kesakitan yang terkait penyakit
tersering pada balita.
 Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak.

Menurut data Riskesdas tahun 2007, penyebab kematian perinatal 0 – 7 hari terbanyak
adalah gangguan/kelainan pernapasan (35,9 %), prematuritas (32,4 %), sepsis (12,0
%).Kematian neonatal 7 – 29 hari disebabkan oleh sepsis (20,5 %), malformasi
kongenital (18,1 %) dan pneumonia (15,4 %). Kematian bayi terbanyak karena diare (42
%) dan pneumonia (24 %), penyebab kematian balita disebabkan diare (25,2 %),
pneumonia (15,5 %) dan DBD (6,8 %).
Penyakit-penyakit terbanyak pada balita yang dapat di tata laksana dengan MTBS
adalah penyakit yang menjadi penyebab utama kematian, antara lain pneumonia, diare,
malaria, campak dan kondisi yang diperberat oleh masalah gizi (malnutrisi dan anemia).
Langkah pendekatan pada MTBS adalah dengan menggunakan algoritma sederhana yang
digunakan oleh perawat dan bidan untuk mengatasi masalah kesakitan pada Balita. Bank
Dunia, 1993 melaporkan bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost effective untuk
mengatasi masalah kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan Akut
(ISPA), diare, campak malaria, kurang gizi, yang sering merupakan kombinasi dari
keadaan tersebut
Pendekatan MTBS di Indonesia pada awalnya dimanfaatkan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan
jaringannya termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll). MTBS mengkombinasikan
perbaikan tatalaksana kasus pada balita sakit (kuratif) dengan aspek gizi, imunisasi dan
konseling ( promotif dan preventif). Agar penerapan MTBS dapat berjalan sebagaimana
yang diharapkan, maka diperlukan langkah-langkah secara sistematis dan menyeluruh,
meliputi pengembangan sistem pelatihan, pelatihan berjenjang, pemantauan pasca
pelatihan, penjaminan ketersediaan formulir MTBS, ketersediaan obat dan alat,
bimbingan teknis dan lain-lain.
Dari kedua survey di atas, menunjukkan bahwa kematian neonatal mendominasi
penyebab kematian bayi dan balita. Puskesmas dikatakan sudah menerapkan MTBS apabila
memenuhi kriteria melaksanakan/melakukan pendekatan MTBS minimal 60% dari jumlah
kunjungan balita sakit di puskesmas tersebut.
Mengingat MTBS telah diterapkan di Indonesia sejak 1997 dan banyak pihak yang
telah berkontribusi dalam pelatihan MTBS, tentunya banyak tenaga kesehatan yang telah
dilatih MTBS dan banyak insitusi yang terlibat di dalamnya. Sudah banyak fasilitator dilatih
MTBS dan para fasilitator ini sudah melatih banyak tenaga kesehatan, baik di tingkat desa
dan puskesmas.
Keberhasilan penerapan MTBS tidak terlepas dari adanya monitoring pasca pelatihan,
bimbingan teknis bagi perawat dan bidan, kelengkapan sarana dan prasarana pendukung
pelaksanaan MTB termasuk kecukupan obat-obatan. Namun, hal tersebut seringkali
dihadapkan pada keterbatasan alokasi dana, sehingga diperlukan suatu metode lain untuk
meningkatkan ketrampilan bidan dan perawat serta dokter akan MTBS melalui komputerisasi
atau yang lebih dikenal dengan ICATT (IMCI Computerize Adaptation Training Tools), yaitu
suatu aplikasi inovatifsoftware berbasis komputer untuk MTBS yang mempunyai 2 tujuan:
a. Untuk adaptasi pedoman MTBS
b. Untuk pelatihan MTBS melalui komputer memeriksa tanda-tanda bahaya umum
seperti:
- Apakah anak bisa minum/menyusu?
- Apakah anak selalu memuntahkan semuanya?
- Apakah anak menderita kejang ?
Kemudian petugas akan melihat/memeriksa apakah anak tampak tidak sadar letargis/?
Setelah itu petugas kesehatan akan menanyakan keluhan utama lain:
a. Apakah anak menderita batuk atau sukar bernafas?
b. Apakah anak menderita diare?
c. Apakah anak demam?
d. Apakah anak mempunyai masalah telinga?
e. Memeriksa status gizi
f. Memeriksa anemia
g. Memeriksa status imunisasi
h. Memeriksa status pemberian vitamin A
i. Menilai masalah/keluhan-keluhan lain
Berdasarkan hasil penilaian hal-hal tersebut di atas, petugas akan mengklasifikasi
keluhan/penyakit anak, setelah itu petugas melakukan langkah-langkah tindakan/pengobatan
yang telah ditetapkan dalam penilaian/klasifikasi. Tindakan yang dilakukan dapat berupa:
a. Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah
b. Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah
c. Menjelaskan kepada ibu tentang aturan-aturan perawatan anak sakit di rumah, misal
aturan penanganan diare di rumah
d. Memberikan konseling bagi ibu, misal: anjuran pemberian makanan selama anak sakit
maupun dalam keadaan sehat
e. Menasihati ibu kapan harus kembali kepada petugas kesehatan
Perlu diketahui, untuk bayi yang berusia s/d 2 bulan, dipakai penilaian dan klasifikasi
bagi Bayi Muda (0-2 bulan) memakai Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) yang
merupakan bagian dari MTBS. Penilaian dan klasifikasi bayi
Pemeriksaan dan tindakan secara lengkap tentunya tidak akan diuraikan disini karena
terlalu panjang. Sebagai gambaran, untuk penilaian dan tindakan/pengobatan bagi setiap
balita sakit, pendekatan MTBS memakai 1 set Bagan Dinding yang ditempelkan di tembok
ruang pemeriksaan dan dapat memenuhi hampir semua sisi tembok ruang pemeriksaan
MTBS di Puskesmas dan formulir pencatatan baik bagi bayi muda (0-2 bulan) maupun balita
umur 2 bulan-5 tahun. Sedangkan untuk pelatihan petugas, diperlukan 1 paket buku yang
terdiri dari 7 buku Modul, 1 buku Foto, 1 buku Bagan, 1 set bagan dinding serta 1 set  buku
Pedoman Fasilitator dengan lama pelatihan selama 6 hari ditambah pelajaran pada sesi
malam.

2.3. MENANYAKAN KELUHAN UTAMA


Beberapa jenis pertanyaan yang penting untuk diajukan terkait dengan Menilai batuk
atau sukar bernapas dan klasifikasinya, menilai diare dan klasifikasinya, menilai demam dan
klasifikasinya, serta menilai masalah telinga dan klasifikasinya.
Menilai batuk atau sukar bernapas dan klasifikasinya
Setelah memeriksa tanda bahaya umum, ditanyakan kepada ibu apakah menderita
batuk atau sukar bernapas, jika anak batuk atau sukar bernapas, sudah berapa lama,
menghitung frekuensi napas, melihat tarikan dinding dada bawah ke dalam, dan melihat dan
dengar adanya stridor. Kemudian dilakukan klasifikasi apakah anak menderita pneumonia
berat, pneumonia atau batuk bukan pneumonia.
Menilai diare dan klasifikasinya
Setelah memeriksa batuk atau suka bernapas, petugas menanyakan kepada ibu apakah
anak menderita diare, jika anak diare, tanyakan sudah berapa lama, apakah beraknya berdarah
(apakah ada darah dalam tinja). Langkah berikutnya adalah memeriksa keadaan umum anak,
apakah anak letargis atau tidak sadar, apakah anak gelisah dan rewel/mudah marah; melihat
apakah mata anak cekung, memeriksa kemampuan anak untuk minum: apakah anak tidak
bisa minum atau malas minum, apakah anak haus minum dengan lahap; memeriksa cubitan
kulit perut untuk mengetahui turgor: apakah kembalinya sangat lambat (lebih dari 2 detik)
atau lambat. Setelah penilaian didapatkan tanda dan gejala diare, maka selanjutnya
diklasifikasikan apakah anak menderita dehidrasi berat, ringan/sedang, tanpa dehidrasi, diare
pesisten berat, diare persisten atau disentri.
Menilai demam dan klasifikasinya. Demam merupakan masalah yang sering
dijumpai pada anak kecil. Tanyakan kepada ibu apakah anak demam, selanjutnya periksa
apakah anak teraba panas atau mengukur suhu tubuh dengan termometer. Dikatakan demam
jika badan anak teraba panas atau jika suhu badan 37,5 derajat celcius atau lebih. Jika anak
demam, tentukan daerah resiko malaria: resiko tinggi, resiko rendah atau tanpa resiko
malaria. Jika daerah resiko rendah atau tanpa resiko malaria, tanyakan apakah anak dibawa
berkunjung keluar daerah ini dalam 2 minggu terakhir. Jika ya, apakah dari resiko tinggi atau
resiko rendah malaria kemudian tanyakan sudah berapa lama anak demam. Jika lebih dari 7
hari apakah demam terjadi setiap hari, lihat dan raba adanya kaku kuduk, lihat adanya pilek,
apakah anak menderita campak dalam 3 bulan terakhir, lihat adanya tanda-tanda campak:
ruam kemerahan di kulit yang menyeluruh dan terdapat salah satu gejala berikut: batuk, pilek
atau mata merah.
Kemudian klasifikasikan apakah anak menderita penyakit berat dengan demam,
malaria atau demam mungkin bukan malaria. Jika anak menderita campak saat ini atau 3
bulan terakhir: lihat adanya luka di mulut, apakah lukanya dalam atau luas, lihat apakah
matanya bernanah, lihat adakah kekeruhan pada kornea mata. Kemudian klasifikasikan
apakah anak menderita campak, campak dengan komplikasi berat, atau campak dengan
komplikasi pada mata atau mulut. Jika demam kurang dari 7 hari, tanyakan apakah anak
mengalami perdarahan dari hidung atau gusi yang cukup berat, apakah anak muntah: sering,
muntah dengan darah atau seperti kopi; apakah berak bercampur darah atau berwarna hitam;
apakah ada nyeri ulu hati atau anak gelisah; lihat adanya perdarahan dari hidung atau gusi
yang berat, bintik perdarahan di kulit (petekie), periksa tanda-tanda syok yaitu ujung
ekstrimitas teraba dingin dan nadi sangat lemah atau tak teraba. Kemudian klasifikasikan
apakah anak menderita Demam Berdarah Dengue (DBD), mungkin DBD atau demam
mungkin bukan DBD.
Menilai masalah telinga dan klasifikasinya
Setelah memerisa dalam , petugas menanyakan kepada ibu apakah telinganya.jika
anak mempunyai masalah telinga tanyakan apakah telinga nya sakit,lihat apakah nanah ada
keluar dari telinga,raba adakah pembangkakan nyeri di belakang telinga.kemudian
klasifikasikan apakah anak menderita mostoiditis,infeksi telinga akut,infeksi telinga kronis
atau tidak ada infeksi telinga.
memeriksa status gizi dan anemi serta klasifikasinya
setiap anak harus di periksa status gizi nya,karna kekurangan gizi merupakan masalah
yang sering ditemukan,terutama diantara penduduk miskin.langkah nya yaitu apakah anak
tampak sangat kurus,memeriksa pembengkakan pada kedua kaki,memeriksa kepucatan
telapak tangan dan membandingkan beret badan anak menurut umur.kemudian
mengklasifikasikan sesuai tanda dan gejala apakah gizi buruk dan atau  anami berat,bawah
garis merah (BMG) dan atau anemi, tidak BMG dan tidak anemi.
Menasehati ibu.
Nasehat bagi ibu meliputi menilai cara pemberian makan anak, anjuran pemberian
makan selama sakit dan sehat, menasehati ibu tentang masalah pemberian makan,
meningkatkan pemberian cairan selama sakit, menasehati ibu kapan harus kembali dan
menasehati ibu tentang kesehatannya sendiri.
Pemberian pelayanan tindak lanjut
Kegiatan ini berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak datang atau
kunjungan ulang. Pelayanan pada anak yang datang untuk tindak lanjut menggunakan kotak-
kotak yang sesuai klasifikasi anak sebelumnya. Jika anak mempunyai masalah baru lakukan
penilaian, klasifikasi dan tindakan terhadap masalah baru tersebut seperti pada bagan
penilaian dan klasifikasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) bagi bayi muda yang berusia kurang dari 2
bulan merupakan pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana bayi muda sakit yang datang
berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif
terhadap penyakit sangat berat atau infeksi bakteri, diare, ikterus, berat badan rendah dan/
atau masalah pemberian ASI dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi,
pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan
angka kematian bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena penyakit tersebut.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan pelayanan
terhadap bayi muda sakit yang dikembangkan oleh WHO. Dengan MTBS dapat ditangani
secara lengkap kondisi kesehatan bayi muda pada tingkat pelayanan kesehatan dasar, yang
memfokuskan secara integrative aspek kuratif, preventif dan promotif termasuk pemberian
nasihat kepada ibu sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan
kesehatan anak. Program MTBS ini di kembangkan untuk mencegah tingkat kematian bayi
muda yang berumur kurang dari 2 bulan.

3.2 Saran
Setelah mengetahui berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada bayi
muda dan mengetahui cara penilaian kesehatan berdasarkan form MTBS ini disarankan
kepada petugas kesehatan untuk dapat mengaplikasikannya dalam melakukan penilaian
kesehatan terhadap bayi muda. Selainitu disarankan kepada mahasiswa keperawatan agar
dapat membuat makalah yang lebih sempurna dari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/14997312/Manajemen_Terpadu_Balita_Sakit_MTBS_

Anda mungkin juga menyukai