Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PENDAHULUAN

GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG HD


RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

DISUSUN OLEH:

NUR HANIEF MB PB 1905033

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN CHRONIC KIDNEY DESEASE (CKD) ON
HEMODIALISA

A. Anatomi dan fisiologi ginjal


1. Anatomi ginjal
Ginjal adalah salah satu sistem organ utama sistem kemih atau
uriner yang berfungsi menyaring dan membuang cairan sampah
metabolisme dari dalam tubuh. Menurut baradero (2008) fungsi ginjal
antara lain:
a. Ultrafiltrasi
b. Keseimbangan elektrolit
c. Pemeliharaan keseimbangan asam basa
d. Eritropoesisregulasi kalsium fosfor
e. Regulasi tekanan darah
f. Ekskresi sisa metabolik dan toksin
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen didaerah
lumbal,sebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak
dibelakang peritonium. Ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri karena
tertekan oleh hati (Pearse & Wilson ,2006)
Setiap ginjal dilingkupi kapsul tipis dan jaringan fibrus yang
membungkusnya, dimana didalamnya terdapat struktur struktur ginjal.
Struktur miskroskopik ginjal tersusun atas nefron yang merupakan
satuan fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1.000.000 neufron dalam
satu ginjal. Setiap nefron membentuk glomerolus yang erat tertanam
dalam unineferus, tubulus yang berkelok pertama dinamakan tubulus
proksimal sedang tubulus pada kelokan yang kedua disebut tubulus
distal.
Dalam ginjal juga terdapat pembuluh darah yang disebut arteri
renalis,yaitu arteri yang membawa darah murni dari aorta abdominalis
ke ginjal dan bercabang diginjal dan membentuk arteriola aferen serta
membentuk simpul dalam salah satu glomerolus. Darah yang beredar
dalam ginjal mempunyai dua kelompok kapiler agar darah lebih lama
ditubulus urineferus.
2. Fisiologi ginjal
a. Ultrafiltrasi
Filtrasi adalah proses ginjal dalam menghasilkan urin.
Ultrafiltrasi diukur sebagai laju filtrasi glomerolus(glomerolus
filtration rate/ GFR). GFR adalah jumlah filtrasi glomerolus yang
dihasilkan dalam satu menit. GFR pada orang dewasa kira kira 125
ml per menit (7.5 liter perjam). Kedua ginjal menerima sekitar 20
% dari curah jantung yang dapat membuat kecepatan aliran darah
ginjal sebanyak 1200 per menit. Gangguan curah jantung yang
lama dan berat atau gannguan perfusi ginjal dapat mempengaruhi
pembentukan urin dan kelangsungan hidup sel yang berfungsi
mempertahankan keseimbangan lingkungan internal
tubuh.mekanisme lain yang dapat mencegah berjurangnya air dan
elektrolit adalah respon hormon. Hormon anntidiuretik (ADH)
adalah hormon pengatur keseimbangan air dan elektrolit, ADH
mempengaruhi nefron bagian distal untuk memperlancar
permeabilitas air sehingga akan lebih banyak air yang direabsorbsi
dan dikembalikan kedalam sirkulasi darah
b. Keseimbangan elektrolit
Sebagian besar elektrolit yang dikeluarkan dari kapsula
bowman direabsorbsi dalam tubulus proksimal.konsentrasi
elektrolit yang direabsorbsi diatur dalam tubulus distal dibawah
pengaruh hormon aldosteron dan ADH. Mekanisme yang membuat
elektrolit bergerak menyebrani membran aktif dan membran pasif,
dengan gerakan aktif dan pasif ini ginjal dapat mempertahankan
keseimbangan elektrolit yang optimal sehingga menjamin fungsi
normal sel.
c. Pemeliharaan keseimbangan asam basa
Sel akan berfungsi normsal jika pH plasma 7.35 untuk darah
vena dan pH 7.45 untuk darah arteri.keseimbangan ini dapat dicapai
dengan mempertahankan rasio darah bicarbinat dan karbodioksida
pada 20:1. ginjal dan paru - paru bekerjasama untuk
mempertahankan rasio ini. Paru paru menyesuaikan karbodioksida
dalam darah sedang ginjal menyekresi dan menahan bikarbonat dan
ion hidrogen sebagai respon terhadap pH darah.
d. Eritropoesis
Ginjal memproduksi enzim yang disebut faktor
eritropoeitin. Fungsi eritropoetin adalah menstimulasi sumsum
tulang untuk memproduksi sel darah terutama sel darah
merah.tanpa eritropoeti sumsum tulang pasien penyakit hepar dan
ginjal tidak bisa memprodukdi sel darah merah.
e. Regulasi kalsium fosfor
Ginjal adalah pengatur utama keseimbangan kalsium dan
fosfor. Kalsium sangat penting dalam pembentukan tulang,
pertumbuhan sel, pembekuan darah, respon hormon dan aktivitas
listrik seluler. Ginjal melakukan ini dengan mengubah vitamin D
yang ada dalam usus kebentuk dihidrovitamin D3, bersama hormon
paratiroid dapat meningkatkan absorbsi kalsium dan fosfor oleh
usus.
f. Regulasi tekanan darah
Ginjal mempunyai peranan aktif dalam pengaturan tekanan
darah, terutama dalam mengatur volume plasma dipertahankan
melalui reabsorbsi air dan pengendalian komposisi cairan
ekstraseluler ( misal dehidrasi), korteks adrenal mengeluarkan
aldosteron, dimana aldosteron membuat ginjal menahan natrium
yang dapat mengakibatkan reabsorbsi air.
g. Ekskresi sisa metabolik dan toksin.
Sisa metabolik diekskresikan dalam filtrat
glomerular,kreatinin diekskresikan ke dalam urin tanpa diubah.
Sisa yang lain seperti urea mengalami reabsorbsi waktu melewati
nefron.obat dikeluarkan melalui ginjal atau diubah dulu oleh hepar
kedalam bentuk in aktif,kemudian diekskresi oleh ginjal.
h. Miksi
Urin mengalir dari pelvis ginjal kemudian kedua ureter dengan
gerakan peristalsis. Rasa ingin berkemih akan timbul jika kandung
kemih berisi 200-300 ml.saat dinding kandung kemih mengencang,
baroseptor akan membuat kandung kemih berkontraksi.otot sfingter
eksternal berelaksasi dan urine keluar.

B. Konsep Teori CKD


1. Definisi
Chronic kidney disease (CKD) adalah penyakit renal tahap akhir
merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit ,nenyebabkan uremia ( Smeltzer
& Bare, 2002)
CKD biasa dikenal penyakit gagal ginjal kronik (GGK). Menurut
Nahas & Levin (2010 ) gangguan fungsi ginjal merupakan penurunan
laju filtrasi glomerolus ( glomerolus filtration rate / GFR) yang dapat
digolongkan ringan, sedang dan berat.
Kriteria penyakit GGK menurut National Kidney Foundation
(2002) yaitu sebagai berikut:
a. Terjadi kerusakan ginjal selama 3 bulan atau lebih yang ditandai
dengan abnormalitas srtuktur atau fungsi ginjal dengan atau tanpa
penurunan laju GFR, yang dimanifestasikan oleh abnormalitas
patologis atau tanda kerusakan ginjal,meliputi abnormalitas
komposisin darah atau urin atau abnormalitas hasil tes
b. GFR < 60 ml/menit /1.73 m2 selama 3 bulan atau lebih.dengan atau
tanpa kerusakan ginjal.
2. Epidemologi
Badan kesehatan dunia menyebutkan pertumbuhan penderita gagal
ginjal pada tahun 2013 meningkat 50 % dari tahun sebelumnya.
Di negara-negara berkembang insiden CKD diperkirakan sekitar 40-60
kasus perjuta penduduk pertahun. Indonesia merupakan negara dengan
tingkat penderita gagal ginjal yang cukup tinggi. Data survey oleh
perhimpunan nefrologi indonesia insiden CKD berkisar 100-150 dari
satu juta penduduk,dimana penyebab tertinggi gagal ginjal adalah
hipertensi ( Ali,Masi & Kallo, 2017).
3. Etiologi
Menurut mansjoer (2000) penyebab gagal ginjal kronik adalah:
a. Glomerolonefritis
Glomerolunefritis terjadi karena adanya perdangan pada glomerolus
yang diakibatkan karena adanya pengendapan komlpeks antigen
antibody, reaksi peradangan di glomerolus menyebabkan
pengaktifan komlpemen, sehingga terjadi peningkatan aliran darah
dan peningkatan permeabilitas kapiler glomerolus dan filtrasi
glomerolus
b. Diabetes melitus
Diabetes melitus adalah merupakan suatu kelompok penyakit
matabolik dengan karakteristik hiperglikemia, diabetes melitus
disebut juga great imitator yaitu suatu penyakit yang bisa mengenai
semua organ tubuh dan dapat menimbulkan berbagai keluhan.
Penyakit diabetes melitus bisa menyerang organ ginjal dalam bentuk
nefropati diabetik yaitu semua lesi yang terjadi di ginjal. (Price,
2005)
c. Ginjal polikistik
Penyakit ginjal polikistik/PKD ditandai dengan dengan kista - kista
multiple,bilateral dan berekspansi yang lambat laun menganggu dan
menghancurkan parenkim ginjal karena penekanan.kista - kista ini
bisa menempel didaerah korteks maupun medula,lama kelamaan
fungsi ginjal menurun dan sampai pada akhirnya terjadi kerusakan
ginjal. (Price,2005)
d. Hipertensi
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah >140/90 mmHg.
Hipertensi diklasifikasikan menjadi dua yaitu hipertensi primer dan
sekunder.
Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya sedang hipertensi sekuder adalah hipertensi yang
sudah diketahui penyebabnya salah satunya adalah penyakit
parenkim ginjal dan renovaskuler serta akibat obat. ( Bakri, 2008)
Menurut Roesli, 2008 penyebab penyakit ginjal yaitu hipertensi
sebanyak 20 % dari total semua penyebab gagal ginjal kronik.
4. Klasifikasi
Gagal ginjal kronik dibagi menjadi 5 stadium berdasar nilai GFR yaitu
a. Stadium 1
Kerusakan ginjal dengan GFR normal / > 90 ml/menit/1.73 m2.
Pengobatan bertujuan untuk mengurangi resiko penyakit jantung
dan memperlambat perkembangan gagal ginjal
b. Stadium 2
Penurunan ringan pada GFR (60-89 ml/menit/1.73 m2). Tahap
dilakukan pengobatan untuk mengurangi masalah
c. Stadium 3
Penurunan lanjut pada GFR (30-59 ml/menit/1.73 m2). Muncul
masalah anemia dan tulang secara umum
d. Stadium 4
Penurunan berat pada GFR (15-29 ml/menit/1,73 m2). Tindakan
pengobatan atau hemodialisa
e. Stadium 5
Kegagalan ginjal (GFR < 15 ml/menit/1,73 m2). Saat ginjal tidak
bisa bekerja maka klien membutuhkan dialisis atau cangkok ginjal.

Cara perhitungan GFR


CCT (ml/menit) = (140-umur) x berat badan(kg)

72 x creatinin serum

Keterangan :
CCT : Clearance Creatinin Test
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0.85
Nilai normal :
 Laki laki : 97-137 ml/menit/1.73 m2
 Wanita :88-128 ml/menit/1.73 m2
5. Patofisiologi
Hipertensi dapat menyebabkan penyakit ginjal. Beratnya pengaruh
hipertensi terhadap ginjal tergantung dari tingginya tekanan darah dan
lamanya menderita hipertensi. Peningkatan tekanan darah yang
berkepanjangan akan merusak pembuluh darah pada sebagian besar
tubuh. Hipertensi merupakan penyakit primer dan menyebabkan
kerusakan pada ginjal.
Penyakit ginjal kronik yang berat akan dapat menyebabkan
hipertensi atau ikut berperan dalam hipertensi melalui mekanisme
retensi natrium dan air. Pengaruh vasoprresor dari sitem renin
angiotensin dan mungkin pula melalui defisiensi prostagladin.
CKD dapat menyebabkan retensi garam dan volume overload
berikutnya yang akan disertai pembengkakan bersama peningkatan
tekanan darah. Mekanisme hormon juga mempunyai peranan penting
dalam hubungan antara CKD dengan hipertensi,yaitu melalui sistem
renin- angiotensin. Hormon ini bisa dilepaskan sebagai respon terhadap
kerusakan kronis dan jaringan parut pada ginjal dan dapat memberikan
dampak hipertensi klieN dengan merangsang retensi garam serta
penyempitan pembuluh darah. Hormon lain yang juga menyebabakan
penyempitan pembuluh darah dalah hormon paratiroid.
Kondisi yang menyebabkan CKD dan hipertensi adalah artery
stenosis ginjal. Ketika penyempitan semakin parah, kurangnya aliran
darah dapat menyebabkn hilangnya fungsi ginjal. Penurunan aliran
darah memicu sistem renin angiotensin dan menyebabkan hipertensi.
Penyumbatan arteri dan arteriola akan menyebabkan kerusakan
glomerulus dan atrofi tubulus sehingga seluruh nefron rusak, terjadila
gagal ginjal kronik.
Tekanan darah adalah hasil perkalian dari curah jantung dengan
tahanan perifer, pada gagal ginjal volume cairan tubuh meningkat
sehingga meningkatkan curah jantung. Keadaan ini menyebabkan
peningkatan tekanan darah, selain itu kerusakan nefron akan memacu
sekresi renin yang akan mempengaruhi tahanan perifer semakin
meningkat.
6. Manifestasi klinis
Pada gagal ginjal kronik akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala
yang dipengaruhi kondisi uremia, tingkat keparahan tergantung pada
tingkat kerusakan ginjal, usia klien dan kondisi yang mendasari.
Tanda dan gejala klien gagal ginjal kronis menurut Smelttzer & Bare
(2002) adalah:
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencangkup hipertensi (retensi cairan dan natrium dari aktivasi
sistem renin- angiotensin- aldosteron), pitting edema (kaki,tangan
sakrum), edema periorbital, friction rub pericardial dan pembesaran
vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus,
ekimosis, kuku tipis dan rapuh rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi pulmoner
Krekels, sputum kental, nafas dangkal,dan pernafasan kusmaul
d. Manifestasi gastrointestinal
Nafas berbau amonia, ulserasi dan perdarahan dimulut, anoreksia,
mual, muntah, konstipasi, diare dan perdarahan saluran
gastrointestinal
e. Manifestasi neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan
tungkai, panas pada telapak kaki, perubahan perilaku.
f. Manifestasi muskoloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, dan foot drop.
g. Manifestasi reproduksi
Amenorea dan antrofi testikuler
7. Pemeriksaan penunjang
a. Radiologi
1) Ultrasonografi ginjal
2) Biopsi ginjal
3) Endoskopi ginjal
4) EKG
b. Foto polos abdomen
c. Pielografi intravena
d. USG
e. Renogram
f. Pemeriksaan radiologi jantung
g. Pemeriksaan radiologi tulang
h. Pemeriksaan radiologi paru
i. Pemeriksaan pielografi retrograde
j. EKG
k. Biopsi ginjal
Pemeriksaan laboratorium yang mendukung untuk diagnosa gagal
ginjal dalah :
1) Laju endap darah
2) Urin
a) Volume : biasane kurang dari 400 ml/jam, (oliguria atau
tidak ada /anuria)
b) Warna
Secara umum perubahan urin karena pus atau nanah,
bakteri, lemak,partikel koloid, fosfat, sedimen kotor, warna
kecoklatan menunjukkan adanya darah, miglobin dan
porfirin.
c) Berat jenis
Kurang dari 1015 ( menetap pada 1.010 menunjukkan
kerusakan ginjal berat.)
d) Osmolalitas
Kurang dari 350 mOsm/kg .menunjukkan kerusakan
tubular, amrasio urine/ ureum sering 1:1
3) Ureum dan kreatinin
4) Hiponatremia
5) Hiperkalemia
6) Hipokalsemia dan hiperfosfattemia
7) Gula darah tinggi
8) Hipertrigliserida
9) Asidosis metabolik
8. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer (2000), penatalaksanaan medis pada gagal ginjal
kronik adalah
a. Tentukan dan tatalaksana penyebab
b. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan dan cairan dan garam
pada beberapa klien,furosemid dosis besar ( 250 - 1000 mg/hari )
atau diuretin loop.( bumetarid,asam etokrinat) diperlukan untuk
mencegah kelebihan cairan pengawasan dilakukan melalui berat
badan, urine dan pencatatan keseimbangan cairan/ masukan
melebihi keluaran sekitar 500ml.
c. Diet tinggi kalori dan rendah protein (20- 40 g/hr) menghilangkan
gejala anoreksia dan dan nausea dari uremia, menyebabkan
penurunan ureum dan perbaikan gejala, hindari masukan dan
berlebihan dari kalium dan garam
d. Kontrol hipertensi
Diperlukan obat anti hipertensi dan diuretik loop
e. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit
Obat obatan berhubungan dengan ekskresi kalium (menghambat
ACE dan obat anti inflasi non steroid)
f. Mencegah dan tatalaksana tulang ginjal
Hiperpospatemia dikontrol olah obat yang mengikat fosfat seperti
alumunium hidroks
g. Deteksi dini dan terapi infeksi
h. Modifikasi terapi obat dan fungsi ginjal
Banyak obat obatan yang harus diturunkan dosisnya misal
digoksin, aminogikosid, analgetik opiat, amfoteris dan alopurinol.
i. Deteksi dan terapi komplikasi
Awasi dengan ketat kemungkinan enselopati uremia, perikarditis
neumpari perifer, hiperkolemia yang meningkat.
j. Persiapan dialisis dan program transplantasi
Indikasi dilakukan dialisa biasanya gagal ginjal dengan gejala
klinis yang jelas mesti telah dilakukan tindakan terapi konservatif
atau terjadi komplikasi.
9. Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan dapat bermacam-macam tergantung organ
yang terkena antara lain:
a. Jantung : edema paru, aritmia, efusi pericardium, tamponade
jantung
b. Gangguan elektrolit : hiponatremia, asidosis, hiperkalemia
c. Neurologi : iritabilitas, neuromuscular, tremor, koma, ganguan
kesadaran dan kejang
d. Gastrointerstinal : nausea, muntah, gastristis, ulkus pepticum dan
perdarahan gastrointestinal
e. Hematologi : anemia, datesis dan hemoragik
f. Infeksi : pneumonia, septikemia, infeksi nosokomial.
g. Hipertensi
h. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik

C. Konsep Hemodialisa
1. Pengertian Hemodialisa
Hemodialisa adalah suatu usaha untuk memperbaiki kelainan biokimiawi
darah yang terjadi akibat terganggunya fungsi ginjal, dilakukan dengan
mesin hemodialisa. Hemodialisa merupakan salah satu bentuk pengganti
fungsi ginjal dan hanya menggantikan sebagian dari fungsi ekskresi
ginjal. Hemodialisa dilakukan pada klien dengan gagal ginjal kronis
stadium V dan pada klien dengan Acute Kidney Injury (AKI) yang
memerlukan terapi pemngganti ginjal..
Berdasarkan prosedur yang dilakukan Hemodialisa (HD) dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu
a. HD darurat
b. HD persiapan
c. HD kronik /reguler
Hemodialisa perlu dilakukan untuk menggantikan fungsi ekskresi ginjal
sehingga tidak terjadi gejala uremia yang berat pada klien dengan fungsi
ginjal yang minimal, hemodialisa dilakukan untuk mencegah
komplikasi yang dapat menyebabkan kematian (Pernefri, 2003).
Tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisa (Suharyanto & Madjid,
2009) adalah
a. Difusi : Toksin dan zat limbah di dalam darah dikeluarkan melalui
proses difusi dengan cara bergerak dari darah yang memiliki
konsentrasi tinggi kecairan kdialisaty dengan konsentrasi lebih
rendah
b. Osmosis : Kelebihan cairan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui
proses osmosis.
c. Ultrafiltrasi : Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan
menciptakan gradient tekanan dimana air bergerak dari daerah
tekanan tinggi (tubuh pasien) ke tekanan rendah (cairan dialisat),
gradient ini dapat ditingkatkan melalui penambahan tekanan
negatif sebagai ultrafiltrasi pada mesin dialisis.
Akses pada sirkulasi darah pasien terdiri atas :
d. Kateter subklavikula dan femoralis
Pada kasus darurat pemasangan kateter subklavikula dan femoralis
bisa dilakukan untuk pemakaian sementara
e. Fistula
Dilakukan dengan pembedahan dengan cara menyambung
pembuluh darah arteri dengan vena secara side to side. Fistula
membutuhkan waktu 4-6 minggu untuk menjadi matang dan siap
digunakan
f. Tandur
Tandur dapat dibuat dengan cara menjahit sepotong pembuluh darah
arteri atau vena.biasanya tandur tersebut dibuat bila pembuluh darah
pasien sendiri tidak cocok untuk dijadikan fistula.
2. Tujuan
Menurut Smeltzer dan Bare 2005, tujuan dari hemodialisa adalah untuk
mengeluarkan zat nitrogen yang toksik didalam darah dan mengurangi
cairan yang berlebihan dari dalam tubuh.hemodialisa dilakukan pada saat
toksin harus segera dikeluarkan untuk mencegah kerusakan permanen
atau kematian.
3. Indikasi hemodialisa
a. Indikasi hemodialisa segera
1) Kegawatan ginjal
a) Klinis : uremia berat, overhidrasi
b) Oligouria : urine <200 ml/12 jam
c) Anuria : urine 50 ml/12 jam
d) Hiperkalemia : perubahan ECG, K > 6.5 mmol/liter
e) Asidosis berat : pH < 7, atau bicarbonat , 12 meq/l
f) Uremia :BUN > 150 mg/dl
g) Ensefalopati uremikum
h) Neoropati uremikum
i) Perikarditis uremikum
j) Disnatremia : Na . 160 atau , 115 mmol/L
k) Hipertermia
2) Keracunan akut (alkohol ,obat - obatan) yang bisa melewati
membran dialisis.
b. Indikasi hemodialisa kronik
1) GFR <15 ml /menit,tergantung gejala klinis
2) Gejala uremia meliputi, letarggy, nausea, anoreksia, mual dan
muntah
3) Adanya malnutrisi atau hilangnya masaa otot
4) Hipertensi yang sulit dikontrol dan adanya kelebihan cairan
a) Komplikasi metabolik yang refrakter
4. Komponen hemodialisa
a. Mesin hemodialisa
b. Dialiser
c. Dialisat
d. Akses vascular
e. Quick of blood
5. Prinsip dan cara hemodialisa
Hemodialisa terdiri atas tiga kompartemen :
a. Kompartemen darah
b. Kompartemen cairan pencuci
c. Ginjal buatan
Darah dikeluarkan dari pembuluh darah vena dengan kecepatan aliran
tertentu, kemudian masuk kedalam mesin dengan proses pemompaan.
Ssetelah terjadi proses dialisis darah yang telah bersih ini masuk ke
pembuluh balik dan selanjutnya beredar dalam tubuh.
Prinsip hemodialisa adalah komposisi solute (bahan terlarut) suatu
larutan (kompartemen darah) akan berubah dengan cara memapaerkan
larutan ini dengan larutan lain ( kompartemen dialisat) melalui membran
semipermeabel ( dialiser ). Perpindahan solute melewati membran
disebut sebagai osmosis, perpindahan ini terjadi melalui proses difusi.
Difusi adalah perpindahan solute akibat gerakan molekul secara acak,
ultrafiltrasi adalah perpindahan molekul terjadi secara konveksi, artinya
solute berukuran kecil yang larut dalam air ikut berpindah secara bebas
bersama molekul air melewati porus membrane, perpindahan ini
disebabkan mekanisme hidrostastik.
6. Manfaat hemodialisa
a. Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan
asam urat
b. Membuang kelebihan volume cairan
c. Mempertahankan atau mengembalikan sistem buffer tubuh
d. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh
e. Memperbaiki status kesehatan penderita (Lumenta,2001)

7. Komplikasi hemodialisa
a. Komlpikasi akut
1) Hipotensi
2) Hipertensi
3) Reaksi alergi
4) Kram otot
5) Emboli udara
6) Kontaminasi bakteri /endokrin
b. Komplikasi kronik
1) Penyakit janting
2) Malnutrisi
3) Hipertensi
4) Anemia
5) Renal osteodysstrophy
6) Neorophaty
7) Disfungsi reproduksi
8) Komplikasi pada akses
9) Gangguan perdarahan
10) Infrksi
11) Amiloidosis
12) ACKD (Acquired Cystic Kidney Disease)
D. Clinical pathway
E. Proses keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktifitas /istirahat
Gejala :
- Kelelahan ekstrem, kelemahan malaise
- Gangguan tidur (insomnis/gelisah atau somnolen)
Tanda :
- Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
b. Sirkulasi
Gejala:
- Riwayat hipertensi lama atau berat
- Palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda :
- Hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada
kaki, telapak tangan
- Disritmia jantung
- Nadi lemah halus, hipotensi ortostatik
- Friction rub perikardial
- Pucat pada kulit
- Kecenderungan perdarahan
c. Integritas ego
Gejala :
- Faktor stress contoh finansial, hubungan dengan orang lain
- Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekakuan
Tanda :
- Menolak, ansietas, takut, marah , mudah terangsang, perubahan
kepribadian
d. Eliminasi
Gejala :
- Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria ( gagal tahap lanjut)
- Abdomen kembung, diare, atau konstipasi
Tanda:
- Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat,
berawan
- Oliguria, dapat menjadi anuria
e. Makanan/cairan
Gejala:
- Peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB (malnutrisi)
- Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/ muntah, rasa metalik tak sedap
pada mulut ( pernafasan amonia)
Tanda:
- Distensi abdomen/ ansietas, pembesaran hati (tahap akhir)
- Perubahan turgor kuit/ kelembaban
- Edema (umum, tergantung)
- Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah
- Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak
bertenaga
f. Neurosensori
Gejala:
- Sakit kepala, penglihatan kabur
- Kram otot/ kejang, sindrom kaki gelisah, kebas rasa terbakar pada
telapak kaki
- Kebas/ kesemutan dan kelemahan khususnya ekstrimitas bawah
(neuropati perifer)
Tanda:
- Gangguan status mental, contohnya penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori, kacau,
penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma
- Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang
- Rambut tipis, uku rapuh dan tipis
g. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri kaki
Tanda : Perilaku berhati-hati/ distraksi, gelisah
h. Pernapasan
Gejala :
- Nafas pendek, dispnea nokturnal paroksismal, batuk dengan/tanpa
Sputum
Tanda :
- Takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul
- Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema paru)
i. Integumen
Gejala : IKulit gatal, ada/ berulangnya infeksi
Tanda :
- Pruritus
- Demam (sepsis, dehidrasi)
j. Seksualitas
Gejala : Penurunan libido, amenorea, infertilitas
k. Interaksi sosial
Gejala:
- Kesulitan menurunkan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran dalam keluarga
2. Diagnosa Keperawatan yang muncul
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD menurut
NANDA NIC-NOC
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Ketidakmampuan
ginjal mengsekresi air dan natrium.
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pembatasan diit dan ketidak mampuan untuk mengabsorbsi nutrien.
c. Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru.
d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai
O2 dan nutrisi ke jaringan sekunder.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi
produk sampah dan prosedur dialysis.
f. Resiko Kerusakan intregritas kulit berhubungan dengan efek uremia
g. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan curah
jantung.
3. Intervensi
No Diagnose Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan Tujuan: Setelah dilakukan Nursing intervensi
Definisi : Retensi cairan asuhan keperawatan selama classification (NIC)
isotomik meningkat …x24 jam volume cairan Fluid Management :
Batasan karakteristik : seimbang. 1. Kaji status cairan
- Berat badan meningkat Kriteria Hasil: Nursing timbang berat
pada waktu yang singkat outcomes classification badan,keseimbanga
- Asupan berlebihan (NOC) : n masukan dan
dibanding output Fluid Balance haluaran, turgor
- Tekanan darah berubah, - Terbebas dari edema, efusi, kulit dan adanya
tekanan arteri anasarka edema.
pulmonalis berubah, - Bunyi nafas bersih, tidak 2. Batasi masukan
peningkatan CVP adanya dipsnea cairan.
- Distensi vena jugularis - Memelihara tekanan vena 3. Identifikasi sumber
- Perubahan pada pola sentral, tekanan kapiler potensial cairan.
nafas, dyspnoe/sesak paru, output jantung dan 4. Jelaskan pada klien
nafas, orthopnoe, suara vital sign normal. dan keluarga
nafas abnormal (Rales rasional pembatasan
atau crakles), cairan.
kongestikemacetan paru, 5. Kolaborasi
pleural effusion pemberian cairan
- Hb dan hematokrit sesuai terapi.
menurun, perubahan
elektrolit, khususnya Hemodialysis therapy :
perubahan berat jenis 1. Ambil sampel darah
- Suara jantung SIII dan meninjau kimia
- Reflek hepatojugular darah (misalnya
positif BUN, kreatinin,
- Oliguria, azotemia natrium, pottasium,
- Perubahan status mental, tingkat phospor)
kegelisahan, kecemasan sebelum perawatan
Faktor-faktor yang untuk mengevaluasi
berhubungan : respon thdp terapi.
- Mekanisme pengaturan 2. Rekam tanda vital:
melemah berat badan, denyut
- Asupan cairan nadi, pernapasan,
berlebihan dan tekanan darah
- Asupan natrium untuk mengevaluasi
berlebihan respon terhadap
terapi.
3. Sesuaikan tekanan
filtrasi untuk
menghilangkan
jumlah yang tepat
dari cairan berlebih
di tubuh klien.
4. Bekerja secara
kolaboratif dengan
klien untuk
menyesuaikan
panjang dialisis,
peraturan diet,
keterbatasan cairan
dan obat-obatan
untuk mengatur
cairan dan elektrolit
pergeseran antara
pengobatan.
2. Gangguan nutrisi kurang Tujuan: Setelah dilakukan Nursing intervensi
dari kebutuhan asuhan keperawatan selama classification (NIC)
Definisi : Intake nutrisi …x24 jam nutrisi seimbang Nutritional
tidak cukup untuk dan adekuat. Kriteria Hasil: Management :
keperluan metabolisme Nursing outcomes 1. Monitor adanya mual
tubuh. classification (NOC) : dan muntah
Batasan karakteristik : Nutritional Status 2. Monitor adanya
- Berat badan 20 % atau - Nafsu makan meningkat kehilangan berat
lebih di bawah ideal - Tidak terjadi penurunan BB badan dan perubahan
 Dilaporkan adanya - Masukan nutrisi adekuat status nutrisi.
intake makanan yang - Menghabiskan porsi makan 3. Monitor albumin,
kurang dari RDA - Hasil lab normal (albumin, total protein,
(Recomended Daily kalium) hemoglobin, dan
Allowance) hematocrit level
 Membran mukosa dan yang menindikasikan
konjungtiva pucat status nutrisi dan
 Kelemahan otot yang untuk perencanaan
digunakan untuk treatment
menelan/mengunyah selanjutnya.

 Luka, inflamasi pada 4. Monitor intake

rongga mulut nutrisi dan kalori

 Mudah merasa kenyang, klien.

sesaat setelah 5. Berikan makanan

mengunyah makanan sedikit tapi sering.

 Dilaporkan atau fakta 6. Berikan perawatan

adanya kekurangan mulut sering.

makanan 7. Kolaborasi dengan


ahli gizi dalam
 Dilaporkan adanya
pemberian diet
perubahan sensasi rasa
sesuai terapi.
 Perasaan
ketidakmampuan untuk
mengunyah makanan
 Miskonsepsi
 Kehilangan BB dengan
makanan cukup
Keengganan untuk
makan
 Kram pada abdomen
 Tonus otot jelek
 Nyeri abdominal dengan
atau tanpa patologi
 Kurang berminat
terhadap makanan
 Pembuluh darah kapiler
mulai rapuh
 Diare dan atau
steatorrhea
 Kehilangan rambut yang
cukup banyak (rontok)
 Suara usus hiperaktif
 Kurangnya informasi,
misinformasi
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau mencerna
makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan
faktor biologis, psikologis
atau ekonomi.
3. Perubahan pola napas Tujuan: Setelah dilakukan Nursing intervensi
berhubungan dengan asuhan keperawatan selama classification (NIC)
hiperventilasi paru …x24 jam pola nafas adekuat. Respiratory Monitoring
Kriteria Hasil: Nursing :
outcomes classification 1. Monitor rata – rata,
(NOC) : Respiratory Status kedalaman, irama
 Peningkatan ventilasi dan dan usaha respirasi.
oksigenasi yang adekuat 2. Catat pergerakan
 Bebas dari tanda tanda dada,amati
distress pernafasan kesimetrisan,
 Suara nafas yang bersih, penggunaan otot
tidak ada sianosis dan tambahan, retraksi
dyspneu (mampu otot supraclavicular
mengeluarkan sputum, dan intercostal.
mampu dengan 3. Monitor pola nafas :
bernafas
mudah, tidak ada pursed bradipena, takipenia,
lips) kussmaul,

 Tanda tanda vital dalam hiperventilasi,

rentang norma cheyne stokes.


4. Auskultasi suara
nafas, catat area
penurunan / tidak
adanya ventilasi dan
suara tambahan.
Oxygen Therapy :
1. Auskultasi bunyi
nafas, catat adanya
crakles.
2. Ajarkan klien nafas
dalam.
3. Atur posisi
senyaman mungkin.
4. Batasi untuk
beraktivitas.
5. Kolaborasi
pemberian oksigen.
4. Gangguan perfusi jaringan Tujuan: Setelah dilakukan Nursing intervensi
berhubungan dengan asuhan keperawatan selama classification (NIC)
penurunan suplai O2 dan …x24 jam perfusi jaringan Circulatory Care :
nutrisi ke jaringan adekuat. 1. Lakukan penilaian
sekunder Kriteria Hasil: Nursing secara komprehensif
outcomes classification fungsi sirkulasi
(NOC) : periper. (cek nadi
Circulation Status priper,oedema,
 Membran mukosa merah kapiler refil,
muda temperatur
 Conjunctiva tidak anemis ekstremitas).
 Akral hangat 2. Kaji nyeri.

 TTV dalam batas normal. 3. Inspeksi kulit dan

 Tidak ada edema Palpasi anggota


badan.
4. Atur posisi klien,
ekstremitas bawah
lebih rendah untuk
memperbaiki
sirkulasi.
5. Monitor status cairan
intake dan output.
6. Evaluasi nadi,
oedema.
7. Berikan therapi
antikoagulan
5. Intoleransi aktivitas Tujuan: Setelah dilakukan Nursing intervensi
berhubungan dengan asuhan keperawatan selama classification (NIC)
keletihan anemia, retensi …x24 jam Intoleransi Activity therapy :
produk sampah dan aktivitas dapat teratasi. 1. Monitor respon fisik,
prosedur dialysis Kriteria Hasil: Nursing social dan spiritual.
outcomes classification 2. Bantu klien untuk
(NOC) : mendapatkan alat
Circulation Status bantuan aktivitas
 Mampu melakukan aktivitas seperti kursi roda,
sehari-hari secara mandiri. krek.
 Tanda-tanda vital normal 3. Bantu untuk
 Mampu berpindah dengan mengidentifikasi
atau tanpa bantuan alat. aktivitas yang

 Sirkulasi status baik. disukai.


4. Bantu klien/ keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas.
5. Bantu klien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan.
6. Kolaborasikan
dengan tenaga
rehabilitasi medik
dalam merencakan
program terapi yang
tepat.
6. Resiko Kerusakan Tujuan: Setelah dilakukan Nursing intervensi
intregritas kulit asuhan keperawatan selama classification (NIC)
berhubungan dengan efek …x24 jam Resiko Kerusakan Skin surveilance :
uremia dan neuropati intregritas kulit tidak terjadi. 1. Monitor adanya
perifer. Kriteria Hasil: Nursing tanda – tanda
outcomes classification kerusakan integritas
(NOC) : Circulation Status kulit.
 Temperatur jaringan dalam 2. Monitor warna kulit.
rentang normal. 3. Monitor temperatur
 Elastisitas dan kelembaban 4. Catat adanya
dalam rentang rentang perubahan kulit dan
normaal. membran mukosa.
 Pigmentasi dalam rentang 5. Ganti posisi dengan
normal. sering.
6. Anjurkan intake
dengan kalori dan
protein yang adekuat
7. Penurunan curah jantung NOC NIC
P berhubungan dengan Cardiac pump effectivenes Cardiac care
peningkatan beban kerja Setelah dilakukan tindakan 1. Evaluasi adanya
keperawatan selama …x24 nyeri
jam penurunan curah jantung dada( intensitas,lok
klien teratasi dengan kriteria asi,durasi)
hasil: 2. Catat adanya
 Tanda vital dalam rentang disritmia jantung
normal (TD 120/80 3. Monitor status
mmHg,RR 16-20 pernafasan
x/mnt,Nadi 80-100 4. Monitor balance
x/mnt,Suhu 36.5- 37.5 C) cairan
 Dapat toleransi dengan 5. Atur periode latihan
aktivitas dan istirajhat
 Tidak ada penurunan menghindari
kesadaran kelelahan

 Tidak ada edema paru 6. Monitor adanya

,perifer dan tidak ada asites dipsnea,fatigue,taki


 Tidak ada distensi vena pnea dan orthopnea
leher 7. Anjurkan untuk
 Warna kulit normal menurunkan stress

4. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan imlpementasi terkait perencanaan tindakan
keperawatan yang telah dibuat ,perlu adanya evaluasi terkait dengan:
a) Volume cairan klien seimbang
b) Pola nafas klien kembali efektif
c) Perfusi jaringan adekuat
d) Nutrisi seimbang dan adekuat
e) Penurunan curah jantung klien teratasi
f) Tidak terjadi kerusakan integritas kulit klien
g) Toleransi aktivitas klien efektif

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria.et.al., (2016). Nursing Interventions Clasification (NIC), edisi ke


enam, edisi Bahasa Indonesia. Alih bahasa : Intansari N dan Roxsana
Devi. T. Singapore : Elsevier
Herdman, T.& Shigami, K. (2018). Nanda International Inc. Diagnosis
Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. ed 11. Alih Bahasa :
Budi Anna Keliat dkk. Jakarta : EGC.
Mansjoer,Arief.dkk.(2000). Kapita Selecta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius
National Kidney Foundation. (2002). Clinical Practice Giedelines for Chronic
Kidney Foundation,Inc.
Nisak, C., (2017). Laporan Pendahuluan Pada Klien Chronic Kidney disease
(CKD) Dengan Etiologi Hipertensi Yang Menjalani Hemodialisa Di Poli
Hemodialisa RSD dr. Soebandi Jember. Prgram profesi ners, Universitas
Jember. SCRIBD. Diakses Tanggal 13 September 2020 Pukul 18.30
WIB
Price, Sylvia A., (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses Proses Penyakit.
Jakarta : EGC
Smeltzer, S. C. & Bare, B. G., (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC.
Suharyanto,Abdul, Madjid, (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
Gangguan Sisten Perkemihan. Jakarta: Trans Info Media.

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN NY. S


DI INTALASI HEMODIALISIS
RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten

NAMA MAHASISWA : Nur Hanief MB


NIM : PB 1905033
TGL PENGKAJIAN : 21 September 2020

I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Ny. S
b. Alamat : Jetis, Canan, Wedi, Klaten
c. Umur : 60 tahun
d. Pendidikan : SMP
e. Diagnosa Medis : CKD e.c Hipertensi
f. No RM : 10528xx
g. Tanggal HD : 21 September 2020
h. Tgl dan jam pengkajian : 21 September 2020 jam 08.00

II. PRE HEMODIALISIS


A. SCREENING AWAL
1. PEMERIKSAAN FISIK
a) Data Subyektif
Klien mengatakan badan lemes, berat badan naik 1 kg dari HD
terakhir.
b) Data Obyektif
 KU Pasien : KU cukup Kesadaran : composmentis
 Tanda vital :
- TD : TD 157/ 66 mmHg HR : 95 x/ mnt
- RR : 22 x/ mnt S : 36 ͦC
 BB Pre HD : 73 kg BB Interdialisis : 1 kg
BB Kering : 72 kg
 Ronchi Basah / Kering

 Adakah Oedem
- Extremitas Atas : -
- Extermitas Bawah : +
 Palpebra / Muka
- Adakah edema : +
- Sklera : Tidak ikterik
 Conjungtiva : Tidak anemis
2. HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Tgl 3 September 2020
Darah rutin
Hemoglobin 9.5 g/dl 12.0 – 16.0
Eritrosit 3.14 10^6 /uL 4.20 – 5.50
Leukosit 7.29 10^/3ul 4.8 – 10.8
Trombosit 255 10^3/ul 150 – 450
Hematrokit 28.2 % 37.0 – 52.0
Albumin 3.9 g/dL 3.5 – 5.0

Tgl 3 Agustus 2020


Ureum 122.2 mg/dl 15.0 – 40.0
Creatinin 11.26 mg/dl 0.60 – 0.9
BUN 57.1 mg/dl 7.0 – 18.0
Tgl 4 Juni 2020
Antibody HIV(non
VCT) Non reaktif Non reaktif
HbSAg Negatif Negatif

B. KATEGORI HEMODIALISIS : Rutin


C. PERSIAPAN
1. Mesin
 Setting
 Preming : 300ml
 Rinsing
 Soaching
 Sirkulasi
2. Pasien
 Identifikasi Pasien
 Gelang identitas : Terpasang
 Pita kuning : Terpasang
 Adakah Resiko Jatuh : Ya (pengkajian berdasarkan Time
Up and Go Test)

III. INTRA DIALISIS


A. Akses Vaskuler
AV fistula
B. Type Dializer
Single use
C. Percripsi Hemodialisis
1. Waktu HD : 4 jam
2. Ultrafiltrasi Goal /UFG : 1600 ml
3. Total Blood Volume / TBV : 500CC
4. Quick Dialisat /QD : 500CC/mnt
5. Quick Blood /QB : 200CC/mnt
6. Dialisat : Bicarbonat
7. Heparinisasi
Dosis Heparin
- Sirkulasi : 1500 IU
- Awal : 1500 IU
8. Profil Na : 140 mmol/lt
9. Tranfusi Durante HD : Tidak

D. DATA FOKUS
1. Data Subyektif
Klien meras sedikit lemas saat proses HD berlangsung.
2. Data Obyektif
TD : 145/65 mmHg HR : 96x/mnt RR : 22 x/mnt S : 36 ͦC

E. MONITORING INTRA DYALISIS


1. Observasi
JAM QB UF TD NAD SUHU RESP KET
I
08.0 200 40 157/66 95 36 22 Akses
0 0 dialisis
09.0 200 40 145/65 96 36 22 Memonitor
0 0 sirkulasi
10.0 200 40 132/63 99 36 22 Heparin
0 0 standard
11.00 200 40 127/60 102 36 22 Memonitor
0 BC
Mengukur
TTV
1) Balance Cairan
- Cairan Masuk : 400 cc
- Sisa Priming : cc
- Cairan drip : 100 cc
- Darah : cc
- Wash out : 1600 cc
- JUMLAH : -1100 cc

2) Penyulit HD
- AV Shunt Problem : Tidak ada
- Perdarahan : Tidak ada
- Mual muntah : Tidak ada
- Kejang : Tidak ada
- Kram : Tidak ada
- Panas/menggigil: Tidak ada
- Koma : Tidak ada
- Sakit dada : Tidakada
- Gatal-gatal : Tidak ada
- Hypotensi : Tidak ada
- Hipertensi : Tidak ada
- Alergi dializer : Tidak ada
3) Terapi yang diberikan
- Hemapo 2000
4) Obat Emergency yang diberikan saat Intradialisis : Tidak ada

IV. POST HEMODIALISIS


 Data Subyektif
Klien mengatakan badan terasa sedikit lemas dan kepala pusing,
setelah selesai hemodialisa
 Data Obyektif
TD : 130/60 mm/Hg HR : 96 x/mnt
RR : 22 x/mnt Suhu :36,70C
 BB Post HD : 72 Kg
 Bloding /Oedema lokasi Akses Vaskuler : Tidak Ada

V. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pre hemodialisa
a. Analisa Data
Nama : Ny. S No CM : 10528xx
Umur : 60 th Dx. Medis: CKD e.c Hipertensi

Hari/tgl Data Masalah Etiologi Diagnosa


Senin/21 DS : klien Kelebihan Kegagalan Kelebihan volume
Septembe mengatakan volume cairan pengaturan cairan berhubungan
r 2020 badan terasa mekanisme tubuh dengan kegagalan
Jm 08.00 lemes (buffer System), pengaturan
WIB DO : retensi cairan mekanisme tubuh
Terdapat oedem (buffer system),
pada ekstremitas retensi cairan
bawah
Hasil
pemeriksaan lab
tgl 3 September
2020 Hb 9.5 g/dl,
hct 28.2 %, lab 3
Agustus 2020
ureum 122.2
mg/dl, creatinin
11.26 mg/dl, bun
57.1 mg/dl
TTV
TD : 157/66
mmHg, HR 95x/
mnt. RR 22 x/
mnt, suhu 360C
BB awal : 72
BB pre HD : 73

b. Intervensi

Hari/ No Diagnosa NOC NIC TTd


Tanggal/Ja keperawatan
m
Senin/21 1. Kelebihan Setelah dilakukan 1. Fluid Management : Hanief
September volume cairan asuhan 2. Timbang perubahan BB
2020 b.d. kegagalan keperawatan 3. Ukur intake dan output
Jm 08.00 pengaturan selama 1 x 4 jam cairan
mekanisme volume cairan 4. Ukur tanda vital sesuai
WIB
tubuh (buffer adekuat dengan kebutuhan
System), retensi criteria hasil : 5. Monitor status
cairan Tidak ada oedema hemodinamik(MAP)
Balance cairan 6. Monitor hasil
adekuat laboratorium yang terkait
Hasil vital sign dengan retensi cairan
dalam batas normal 7. Monitor tanda retensi
TD 100/70- cairan(oedema, ascites)
120/80mmHg, 70- 8. Tentukan factor resiko
100 mmHg, HR terhadap
60-100 x/mnt, ketidakseimbangan
Suhu 36,5 – 37,5 ͦ cairan
C 9. Kolaborasi untuk
pemberian cairan sesuai
kebutuhan

c. Implementasi
Hari/tgl/jm No. Tanda tangan
Implementasi Evaluasi
Dx
Senin/21
Septembe BB HD yll 72 kg, BB Hanief
Mengkaji BB klien pre HD
2020 1 pre HD 73 kg
Jam 08.00

TD : 157/66 mmHg,
Mengukur vital sign
HR 95x/ mnt. RR 22
x/ mnt, suhu 360C

Oedem pada
Mengkaji KU, ada tidaknya edema
ekstremitas bawah

Pasien mengatakan
Mengidentifikasi sumber masukan
minum 1-2 gelas
cairan
perhari

TD : 145/65 mmHg
Mengevaluasi vital sign klien
HR : 96x/mnt RR :
22 x/mnt S : 36 ͦC

KU sedang,CM
Mengevaluasi KU keluhan klien
Pasien mengatakan
badan terasa lemas

BB 73 kg
Mengukur dan mengevaluasi BB
Klien
d. Evaluasi

Hari/tanggal/jam No Evaluasi Ttd


Dx
Senin/21 1 S: Hanief
Klien mengatakan badan
September
terasa lemas
2020/09.00 O:
- KU sedang, Composmentis
- Klien nampak tenang
- konjungtiva tidak anemis
- TTV : TD : 145/65 mmHg
HR : 96x/mnt RR : 22 x/mnt
S : 36 ͦC
- Berat badan : 73 Kg
A:
Kelebihan volume cairan b.d.
kegagalan pengaturan
mekanisme tubuh (buffer
System), retensi cairan teratasi
sebagian
P:
- Lakukan program HD rutin
seminggu 2x
- Ukur tanda vital sesuai
kebutuhan
2. Intra Hemodialisa
a. Analisa Data
Nama : Ny. S No CM : 10528xx
Umur : 60 th Dx. Medis: CKD e.c Hipertensi

Hari/tgl Data Masalah Etiologi Diagnosa


Senin/21 DS : Klien Kelebihan Kegagalan Kelebihan volume
Septembe merasa sedikit volume cairan pengaturan cairan
r 2020 lemas saat proses mekanisme tubuh berhubungan
jam HD berlangsung. (buffer System), kegagalan
09.00 DO : retensi cairan pengaturan
WIB -TD : 145/65 mekanisme tubuh
mmHg HR : (buffer System),
96x/mnt RR : 22 retensi cairan
x/mnt S : 36 ͦC
BB awal/HD yll
72 kg
-BB pre HD 73
kg
BB kering 72 kg
-Oedem pada
ekstremitas
bawah masih
tampak
-Hasil
pemeriksaan lab
tgl 3 September
2020 Hb 9.5 g/dl,
hct 28.2 %, lab 3
Agustus 2020
ureum 122.2
mg/dl, creatinin
11.26 mg/dl, bun
57.1 mg/dl
b. Intervensi

Hari/ No Diagnosa NOC NIC TTd


Tanggal/Ja keperawatan
m
Senin/21 1. Kelebihan Setelah dilakukan Fluid Management : Hanief
September volume cairan asuhan 1. Timbang perubahan BB
2020 b.d. kegagalan keperawatan 2. Ukur intake dan output
Jam 09.00 pengaturan selama 1 x 4 jam cairan
mekanisme volume cairan 3. Ukur tanda vital sesuai
WIB
tubuh (buffer adekuat dengan kebutuhan
System), retensi criteria hasil : 4. Monitor status
cairan Tidak ada oedema hemodinamik(MAP)
Balance cairan 5. Monitor hasil
adekuat laboratorium yang terkait
Hasil vital sign dengan retensi cairan
dalam batas normal 6. Monitor tanda retensi
TD 100/70- cairan(oedema, ascites)
120/80mmHg, 70- 7. Tentukan factor resiko
100 mmHg, HR terhadap
60-100 x/mnt, ketidakseimbangan
Suhu 36,5 – 37,5 ͦ cairan
C 8. lakukan HD dengan UF
sesuai dengan kenaikan
BB HD sebelumnya
9. Kolaborasi untuk
pemberian cairan sesuai
kebutuhan
c. Implementasi

Hari/tgl/jm No. Dx Implementasi Respon Hasil Ttd


Senin/21
September Mengkaji BB klien pre HD BB 73 kg Hanief
2020
Jm 09.00 Mengukur vital sign TD : 157/66 mmHg
1 HR : 95 x/mnt RR :
22 x/mnt S : 36 ͦC

Mengkaji KU, ada tidaknya edema Oedem pada


ekstremitas bawah

Melakukan HD dengan UF sesuai UF goal : 1600ml


dengan kenaikan BB HD sebelumnya

Mengidentifikasi sumber masukan Pasien minum 1-2


cairan gelas perhari

Mengevaluasi vital sign klien TD : 127/60 mmHg


HR : 102 x/mnt RR :
22 x/mnt S : 36 ͦC

Mengevaluasi KU keluhan klien Badan terasa sedikit


lemas pada saat HD

Mengukur dan mengevaluasi BB BB 72 kg


klien
d. Evaluasi

Hari/tanggal/jam No. Evaluasi TTD


Dx
Senin/21 1 S: Hanief
September 2020 Klien mengatakan merasa
Jm 10.00 WIB lebih baik dari sebelumnya.
O:
- KU sedang, Composmentis
- TD : 127/60 mmHg HR : 102
x/mnt RR : 22 x/mnt S : 36 ͦC
- BB HD yll awal 72 Kg
- BB pre Hd 73 kg
A:
Kelebihan volume cairan b.d.
kegagalan pengaturan
mekanisme tubuh (buffer
System), retensi cairan teratasi
sebagian
P:
- Lakukan HD dengan UF
sesuai dengan kenaikan BB
HD sebelumnya
- Ukur tanda vital sesuai
kebutuhan
3. Post Hemodialisa
a. Analisa Data
Nama : Ny. S No CM : 10528xx
Umur : 60 th Dx. Medis: CKD e.c Hipertensi

Hari/tgl Data Masalah Etiologi Diagnosa


Senin/21 DS : Badan terasa Resiko Cedera Kelemahan, Resiko cedera
Septembe sedikit lemas dan Vertigo berhubungan
r 2020 kepala pusing dengan
Jm 11.00 setelah selesai kelemahan,vertigo
WIB hemodialisa
DO :
- TD : 127/60
mmHg HR :
102 x/mnt RR :
22 x/mnt S : 36
ͦC
-Hasil
pemeriksaan lab
tgl 3 September
2020 Hb 9.5 g/dl,
hct 28.2 %, lab 3
Agustus 2020
ureum 122.2
mg/dl, creatinin
11.26 mg/dl, bun
57.1 mg/dl
- BB post 72 kg
- Hasil
pengkajian
resiko jatuh
berdasarkan
Time Up and
Go Test :
Resiko Tinggi
b. Intervensi

Hari/ No Diagnosa NOC NIC TTd


Tanggal/Ja keperawatan
m
Senin/21 1 Resiko cedera Cedera tidak terjadi NIC : Environment Hanief
September berhubungan setelah dilakukan Management (Manajemen
2020 dengan asuhan lingkungan)
Jm 11.00 kelemahan keperawatan 1. Sediakan lingkungan
WIB selama 1 x 4 jam yang aman untuk pasien
dengan criteria 2. Identifikasi kebutuhan
hasil : tidak ada keamanan pasien, sesuai
pusing dengan kondisi fisik dan
Tidak ada fungsi kognitif pasien
kelemahan dan riwayat penyakit
GCS normal terdahulu pasien
3. Menyediakan tempat
tidur yang nyaman dan
bersih
4. Membatasi pengunjung
5. Memberikan penerangan
yang cukup
6. Menganjurkan keluarga
untuk menemani pasien.
7. Mengontrol lingkungan
dari kebisingan
8. Memindahkan barang-
barang yang dapat
membahayakan
c. Implementasi

Hari/tgl Jam Implementasi Evaluasi Ttd


Senin/21 11.00 Menyediakan lingkungan yang aman Pasien tampak tenang Hanief
September untuk pasien
2020/11.00
Memasang restrain pada tempat tidur Restrain terpasang
pasien

Mengidentifikasi kebutuhan
keamanan pasien, sesuai dengan
kondisi fisik pasien

Membatasi pengunjung Pasien cukup


ditunggu 1 orang saja

Menganjurkan keluarga untuk Keluarga menemani


menemani pasien. di sebelah pasien

Mengontrol lingkungan dari


kebisingan

Memindahkan barang-barang yang


dapat membahayakan
d. Evaluasi

Hari/Tanggal/jam No. Evaluasi Ttd


Dx.
Senin/ 1 S:
21September Klien mengatakan merasa lebih
2020/11.30 baik dari sebelumnya, namun
masih terasa lemas setelah cuci
darah.
O:
- KU sedang, Composmentis
- Klien nampak tenang
- konjungtiva tidak anemis
- TD : 127/60 mmHg HR : 102 Hanief
x/mnt RR : 22 x/mnt S : 36
ͦC
- Berat badan : 72 Kg
- Pengurangan BB : 1 Kg.
- Klien mampu berjalan dengan
tanpa bantuan tanpa jatuh
A:
Masalah resiko jatuh teratasi
P:-
- Klien pulang

Anda mungkin juga menyukai