Terjemahan Al-Qowa'idul Arba' PDF
Terjemahan Al-Qowa'idul Arba' PDF
َََوأَنََيَعَلَكََمَن،
َ ََوأَنََيَعَلَكََمَبَ َاركَاَأَيَنَمَاَكَنَت،
َ َاَواآلخََرة
َ َأَسَأَلََللاََالَكََريَََربََالَعَ َرشََالَعَظَيَمََأَنََيَتَ َولَكََفََالَُّنَي
.ََفَإَنََهَ َؤلَءََالثَلَثََعَنَ َوانََالسَعَادَة،ََوإَذََأَذَنَبََاَسَتَغَفَر،
َ ََوإَذَاَابَتَلَيََصَبَر،
َ َإَذَاَأَعَطَيََشَكَر
Aku memohon kepada Allah Yang Maha Mulia, Robb1 Arsy yang agung agar melindungimu di dunia dan
akhirat, menjadikanmu diberkahi dimana pun kamu berada, dan menjadikanmu termasuk orang-orang
yang bersyukur bila diberi nikmat, bersabar bila ditimpa musibah, dan beristighfar bila jatuh ke dalam dosa.
Sesungguhnya tiga perkara tersebut merupakan tanda kebahagiaan2.
ََووماَخلْت: ََكَمَاَقَالَ َتَعَال،اَعَلَمَ َأََرشََُّكَ َللاَلَطَاعَتَهَ َأَنَ َالَنَيَفَيَةَ َمَلَةَ َإَبََراهَيَمَ َأَنَ َتَعَبََُّ َللاَ َ َوحََُّهَ َمَلَصَاَلَهَ َالَُّيَن
}اْلنَواألنسَإلَلي عبُّون
Ketahuilah semoga Allah membimbingmu untuk selalu taat kepada-Nya, bahwasanya al-hanifiyyah (agama
yang lurus) adalah agama Ibrahim, yaitu kamu beribadah kepada Allah dengan memurnikan ibadah hanya
kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan
agar mereka beribadah kepada-Ku .” (QS. Adz-Dzariyat:56)
ََكَمَاَأَنَ َالصَلَةَ َلَ َتَسَمَى،َََُّفَاعَلَمَ َأَنَ َالَعَبَادَةَ َلَ َتَسَمَىَعَبَادَةَ َإَلَ َمَعَ َالتَ َوحَي،َفَإَذَاَعََرفَتَ َأَنَ َللاَخَلََْكَ َلعَبَاَدَتَه
.ََكَالََُّثََإَذَاَدَخَلََفََالطَهَ َارة،َصَلَةََإَلََمَعََالطَهَ َارةَ؛َفَإَذَاَدَخَلََالشََركََفََالَعَبَادَةََفَسََُّت
Apabila kamu telah mengetahui bahwa Allah menciptakanmu untuk beribadah kepada-Nya. Maka
ketahuilah bahwa sebuah ibadah tidaklah disebut ibadah kecuali jika disertai tauhid, sebagaimana sholat
1 Makna Robb adalah Pencipta, Pemberi rejeki, dan Pemelihara alam semesta.
2 Ucapan yang sama juga disebutkan al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam al-Wabilus Shoyyib hal.5, “Semoga Allah
menjadikan kamu termasuk orang-orang yang bersyukur ketika diberi nikmat, bersabar ketika diberi ujian, dan beristighfar ketika
berbuat dosa. Karena sesungguhnya tiga perkara tersebut merupakan tanda kebahagiaan seorang hamba, dan tanda
keberuntungannya di dunia dan akhirat. Dan seorang hamba (dalam hidupnya) tidak akan terlepas dari tiga perkara tersebut, yaitu
ia selalu berganti-ganti pada tiga keadaan itu.”
www.warisansalaf.com 1
Terjemahan Kitab Al-Qowa’idul Arba'
tidaklah disebut sholat kecuali jika disertai thoharoh (wudhu’). Apabila kesyirikan memasuki sebuah ibadah,
rusaklah ibadah itu, sebagaimana hadas (pembatal wudhu’) jika memasuki thoharoh.
َََعََرفَتََأنََأَهَم،َاَوأَحَبَطََالَعَمَلََ َوصَارََصَاحَبَهََمَنََالَالََُّيَنََفََالنَار
َ َفَإَذَاَعََرفَتََأَنََالشََركََإَذَاَخَالَطََالَعَبَادَةََأَفَسََُّه
ََوإنَاّللََل: ََالَذَيََقَالََللاََتَعَالََفَيَه،ََوهَيََالشََركََبَلل،
َ ََلَعَلََللاََأَنََيَلَصَكََمَنََهَذَهََالشَبَكَة،َمَاَعَلَيَكََمَعََرفَةََذَلَك
َ : َي غفرَأنَيشركَبهَوي غفرَماَدونَذلكَلمنَيشاء}َ َوذَلَكََبَعََرفَةََأََربَعََقَ َواعََََُّذكََرهَاَللاََتَعَالََفََكَتَابَه
Apabila kamu telah mengetahui bahwa kesyirikan jika mencampuri sebuah ibadah akan merusaknya dan
menghapuskan seluruh amalan, dan menjadikan pelakunya kekal di dalam neraka, maka kamu mengetahui
bahwa hal terpenting bagimu adalah memahami perkara tersebut, mudah-mudahan Allah
membersihkanmu dari perangkap tersebut, yaitu kesyirikan kepada Allah, yang telah Allah firmankan
tentangnya, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, dan ia mengampuni dosa di bawah
kesyirikan bagi siapa yang Dia kehendaki.” (QS. An-Nisaa’:48) yang demikian itu dengan mengetahui empat
kaedah yang telah Allah sebutkan dalam kitab-Nya:
َََأَنَ َتَعَلَمَ َأَنَ َالَكَفَارَ َالَذَيَنَ َقَاتَلَهَمَ ََرسَ َولَ َللاَ َصَلَىَللاَعَلَيَهَ َ َوسَلَمَ َمَْرَونَ َبَنَ َللاَ َتَعَالَ َهَوَ َالَالق: َاََلَْاعََُّةَ َاألَ َول
ََوأَنََذَلَكََلََيُّخلهَمََفََاَلَسَلَم،
َ ََالمََُّبر
Kaedah Pertama: hendaknya engkau mengetahui bahwasanya orang-orang kafir yang diperangi oleh
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam meyakini bahwa Allah-lah yang Menciptakan dan Mengatur (alam
semesta), namun demikian, pengakuan tersebut tidak menyebabkan mereka masuk ke dalam agama Islam.
ََوقل َمن َي رُقكم َمن َالسماء َواألرِ َأمن ََلك َالسمع َواألبصار َومن َيرُ َالي َمنَ َالميت: ََوالَُّلَيَلَ َقَ َولَهَ َتَعَال
}ويرَُالميتَمنََاليَومنَيُّبرَاألمرَفسي ْولونَاّللَف َْلَأفلَت ت ْون
Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala, “Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan
bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang
mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka katakanlah: “Mengapa kamu
tidak bertakwa (kepada-Nya)?” (QS. Yunus:31)
ََمَاَدَعَ َونَهَمََ َوتَ َوجَهَنَاَإَلَيَهَمََإَلََلَطَلَبََ َالْربَةََ َوالشَفَاعَة: ََأَنَهَمََيََْ َولَ َون: َاََلَْاعََُّةََالثَانَيَة
Kaedah Kedua: Mereka (orang-orang musyrik) berkata: “Tidaklah kami berdo’a dan beribadah kepada
mereka (orang-orang shalih yang telah meninggal,pen) melainkan supaya mereka mendekatkan kami
kepada Allah dan memohonkan syafa’at bagi kami3.
3 Mereka beralasan bahwa tujuan do’a dan ibadah mereka kepada orang-orang shalih yang sudah meninggal bukan karena
menganggap mereka sebagai Tuhan, namun semata-mata menjadikan mereka sebagai wasilah/perantara untuk mendekatkan diri
kepada Allah dan memintakan syafa’at bagi mereka. Namun tetap saja Allah subhanahu wa Ta’ala menghukumi perbuatan itu
sebagai bentuk ibadah kepada selain Allah.
www.warisansalaf.com 2
Terjemahan Kitab Al-Qowa’idul Arba'
Dan dalil (bahwa tujuan mereka) meminta syafa’at adalah firman Allah Ta’ala, “Dan mereka beribadah
kepada selain Allah yang tidak dapat memberi mudharat dan manfaat kepada mereka, seraya
mengatakan, ‘mereka ini adalah pemberi-pemberi syafa’at kami di sisi Allah.’.” (QS. Yunus:18)
Syafa’at terbagi menjadi dua: syafa’at manfiyyah (yang ditiadakan/ditolak) dan syafa’at mutsbatah (yang
ditetapkan/diterima).
Syafa’at yang dinafikan adalah syafa’at yang diminta kepada selain Allah dalam perkara yang tidak mampu
memberikannya kecuali Allah4. Dalilnya firman Allah Ta’ala, “Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah
(di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari
itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang
zalim.” (QS. Al-Baqarah:254)
ََََُّو َالمَشَفََوعَ َلَهَ َمَنَ ََرضَيَ َللاَ َقَ َولَهَ َ َوعَمَلَهَ َبَع،
َ ََوالشَافَعَ َمَكََرمٌَ َبَلشَفَاعَة،
َ ََوالشَفَاعَةَ َالَمَثَبَتَةَ َهَيَ َالَتَ َتَطَلَبَ َمَنَ َللا
َ .}َومنَذاَالذيَيشفعَعنُّهَإلَِبذنه: ََكَمَاَقَالََتَعَال،َاَلَذَن
Dan syafa’at yang ditetapkan adalah syafa’at yang diminta dari Allah. Orang yang memberi syafa’at
mendapat kemuliaan dengan syafa’at tersebut, dan yang diberi syafa’at merupakan orang yang ucapan dan
perbuatannya diridhai oleh Allah, setelah mendapatkan izin (dari Allah)5. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
“Tidak ada yang dapat memberi syafa’at disisi-Nya kecuali dengan izin-Nya.” (QS. Al-Baqarah:255)
ٍ ََأَنَ َالنَبَ َصَلَىَللاَ َعَلَيَهَ َ َوسَلَمَ َظَهَرَ َعَلَى َأَن: ََو َالَْاعََُّةَ َالثَالَثَة
َ،س َمَتَفََرقَيَ َفَ َعَبَادَاتَمَ َمَنَهَمَ َمنَ َيَعَبَُّ َالَمَلَئَكَة
َََ َوقَاتَلَهَم.ََومَنَهَمََمنََيَعَبَََُّالشَمَسََ َوالََْمَر،
َ ََومَنَهَمََمَنََيَعَبَََُّاَألَحَجَارََ َواَألَشَجَار،
َ ََومَنَهَمََمَنََيَعَبَََُّاَألَنَبَيَاءََ َوالصَالَي
َ .ََرسَ َولََللاَصَلَىَللاََعَلَيَهََ َوسَلَمََوََلَيَفَرقََبَيَنَهَم
4Ini adalah syafa’at kesyirikan, seperti orang-orang yang meminta syafa’at kepada para wali di kubur-kubur mereka.
5Syaikh Shalih al-Fauzan menjelaskan, “Syafa’at yang haq dan benar ialah syafa’at yang terpenuhi dua persyaratannya, pertama:
mendapat izin dari Allah, Kedua: orang yang diberi syafa’at dari kalangan ahli tauhid yang berbuat maksiat (bukan pelaku
kesyirikan).” (Syarah al-Qowa’idul Arba’)
www.warisansalaf.com 3
Terjemahan Kitab Al-Qowa’idul Arba'
Kaedah Ketiga: Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam diutus kepada umat manusia yang berbeda-
beda bentuk ibadah mereka. Di antara mereka ada yang menyembah malaikat, menyembah nabi dan
orang-orang shalih, menyembah bebatuan dan pepohonan, dan adapula yang menyembah matahari dan
bulan. Namun demikian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tetap saja memerangi mereka semua tanpa
membeda-bedakannya6.
ََوأولئك َالذين َيُّعون َي بَت غون َإل َرّبم َالوسيلة َأي هم َأق رب َوي رجون َرْحته َويافون: ودليلَالصاليَقولهَتعال
}عذابه
Dan dalil (mereka menyembah) orang shalih adalah firman Allah Ta’ala, “Orang-orang yang mereka seru
itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada
Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya.” (QS. Al-Isro’:57)
َََومناة َالثالثة َاَألخرى} َ َوحََُّيَثَ َأَبَ َ َواقَ ٍُّ َاللَيَثَي،َوأف رأي تم َاللَت َوالعزى: ََودَلَيَلَ َاألَحَجَارَ َ َواَألَشَجَارَ َقَ َولَهَ َتَعَال
ٌََولَلَمَشََركَيَ َسَََُّرَة، َ َونَن َحََُّثَءَ َعَهَ ٍُّ َبَكَفَ ٍَر
َ ََ"خََرجَنَاَمَعَ َالنَبَ َصَلَىَللاَ َعَلَيَهَ َ َوسَلَمَ َإَلَ َحنَي: ََرضَيَ َللاَ َعَنَهَ َقَال
6 Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerangi mereka semuanya tanpa membeda-bedakan antara orang yang beribadah
kepada batu dan pohon dengan orang yang beribaah kepada nabi dan orang shalih. Ini menunjukkan bahwa semua bentuk
peribadahan kepada selain Allah tidak diperbolehkan.
www.warisansalaf.com 4
Terjemahan Kitab Al-Qowa’idul Arba'
َََََ ََرسَ َولَ َللاَ َاجَعَلَ َلَنَاَذَات: َفَمَ َرَرنَ َبَسَََُّرَة ٍ َفََْلَنَا،اط
ٍَ َذَاتَ َأَنَ َو: اَويَنَ َوطَ َونَ َّبَاَأَسَلَحَتَهَمَ َيََْالَ َلَا
َ َيَعَكَفَ َونَ َعَنََُّه
.ََ"َاَلََُّيَث...َاط ٍَ اطََكَمَاَلَمََذَاتََأَنَ َو ٍ أَنَ َو
Dan dalil )mereka menyembah) pepohonan dan bebatuan adalah firman Allah Ta’ala, “Maka apakah
patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Lata dan Uzza, dan Manah yang ketiga, yang paling
terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)?” (QS. An-Najm:19-20)
Juga hadits Abu Waqid al-Laitsi radhiallahu ‘anhu, beliau berkata, “Kami keluar bersama Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam pada perang Hunain, saat itu kami baru saja meninggalkan masa-masa
kekufuran. Dan kaum musyrikin memiliki sebuah pohon yang mereka beri’tikaf dan menggantungkan
senjata-senjata mereka pada pohon tersebut, yang disebut ‘Dzatu Anwath’. Maka ketika kami melewati
sebuah pohon, kami pun berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ‘Wahai Rasulullah,
buatkanlah untuk kami dzatu anwath sebagaimana mereka memiliki dzatu anwath…” al-hadits.
www.warisansalaf.com 5