Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN SPIRITUAL

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase


Keperawatan Dasar Profesi

Disusun Oleh :
Angga Riady Permana
J2014901060

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN SPIRITUAL

I. Konsep Kebutuhan Spiritual


1.1 Definisi/deskripsi Kebutuhan Spiritual
Spiritual merupakan suatu dimensi yang berhubungan dengan
menemukan arti dan tujuan hidup, menyadari kemampuan untuk
menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri, mempunyai
perasaan yang berkaitan dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan [ CITATION ZHU17 \l 1033 ].
Kebutuhan spiritual adalah suatu kebutuhan dasar manusia yang
harus dipenuhi. Kebutuhan spiritual mengandung arti suatu keyakinan
pendekatan, harapan dan kepercayaan pada Tuhan serta kebutuhan
untuk menjalankan Agama yang dianut, kebutuhan untuk dicintai dan
diampuni oleh Tuhan yang seluruhnya dimiliki dan harus dipertahankan
oleh seseorang sampai kapanpun agar memperoleh pertolongan,
ketenangan, keselamatan, kekuatan, penghiburan serta kesembuhan
[ CITATION TSu10 \l 1033 ].
1.2 Fisiologi System/fungsi Normal Sistem Kebutuhan Spiritual
Fungsi normal kebutuhan spiritual mempengaruhi kesehatan,
kesejahteraan hidup, sumber dukungan dan kekuatan pada individu.
Kebutuhan spiritual dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam
mengatasi penderitaan dalam kondisi sakit dan mempercepat
penyembuhan selain terapi medis. Kebutuhan spiritual berperan penting
dalam penyembuhan pasien karena kebutuhan spiritual dapat
meningkatkan imunitas, kesejahteraan, dan kemampuan dalam
mengatasi peristiwa yang sulit dalam kehidupan [ CITATION Kas19 \l 1033
].
Kebutuhan spiritual merupakan sumber koping bagi individu yang
akan meningkatkan keyakinan dan harapan terhadap kesembuhan
penyakit, mampu menerima kondisinya, sumber kekuatan dan dapat
membuat hidup individu lebih berarti [ CITATION Ras09 \l 1033 ]. Dengan
terpenuhinya kebutuhan spiritual maka individu akan menemukan
tujuan, makna, kekuatan dan bimbingan dalam perjalanan hidupnya
[ CITATION Kas19 \l 1033 ].
1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Fungsi Sistem
Kebutuhan Spiritual
a. Tahap perkembangan seseorang
Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak-anak dengan empat
Negara berbeda, ditemukan bahwa mereka mempunyai persepsi
tentang Tuhan dan bentuk sembahyang yang berbeda menurut usia,
seks, agama, dan kepribadian anak.
b. Keluarga
Peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan spiritual
anak. Hal yang penting bukan apa yang diajarkan oleh orang tua
pada anak tentag Tuhan, tetapi apa yang anak pelajari mengenai
Tuhan, kehidupan, diri sendiri dari perilaku orag tua mereka. Oleh
karena keluarga merupakan lingkungan terdekat dan pengalaman
pertama anak dalam mempersepsikan kehidupan di dunia, maka
pandangan anak pada umumnya diwarnai oleh pengalaman mereka
dalam berhubunngan dengan saudara dan orang tua.
c. Latar belakang etnik dan budaya
Sikap, keyakinan, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik
dan budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi
agama dan spiritual keluarga. Anak belajar pentingnya
menjalankan kegiatan agama termasuk nilai moral dari hubungan
keluarga. Akan tetapi perlu diperhatikan apapun tradisi agama atau
system kepercayaan yang dianut individu, tetap saja pengalaman
spiritual unik bagi setiap individu.
d. Pengalaman hidup
Pengalaman hidup baik yang positif maupun pengalaman negative
dapat mempengaruhi spiritual seseorang. Pengalaman hidup yang
menyenangkan seperti pernikahan, kelulusan, atau kenaikan
pangkat menimbulkan syukur pada Tuhan. Peristiwa buruk
dianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan pada manusia
untuk menguji imannya.
e. Hubungan dengan Tuhan
1) Sembahyang
2) Berdoa
3) Meditasi
4) Melaksanakan kewajiban keagamaan
f. Hubungan dengan diri sendiri
1) Pengetahuan tentang diri (siapa dirinya, apa yang dapat
dilakukannya)
2) Sikap (percaya pada diri sendiri tentang kehidupan atau masa
depan, harmonis, atau keselarasan diri)
g. Hubungan dengan orang lain
1) Hubungan yang dapat ditinjau dari kemampuan membina
hubungan harmonis dengan orang lain
2) Berbagi waktu dan timbal balik
h. Hubungan dengan Alam/lingkungan
Hubungan dengan alam yaitu dengan melindungi dan
mengabadikan alam sekitar, selain itu memahami tentang tanaman,
pohon, margasatwa dan iklim.
1.4 Macam-macam Gangguan yang Mungkin Terjadi pada Sistem
kebutuhan Spiritual
a. Verbalisasi distress
Individu yang mengalami gangguan fungsi spiritual biasanya
memverbalisasikan distress yang dialaminya atau mengekspresikan
kebutuhan untuk mendapatkan bantuan. Misalnya seorang istri
mengatakan, “saya merasa bersalah karena saya seharusnya
mengetahui lebih awal bahwa suami saya mengalami serangan
jantung’’. Biasanya klien meminta perawat untuk berdoa bagi
kesembuhannya atau memberitahu pemuka agama untuk
mengunjunginya. Perawat juga perlu peka terhadap keluhan klien
tentang kematian atau merasa tidak berharga dan kehilangan arti
hidup. Kepekaan perawat sangat penting dalam menarik
kesimpulan dari verbalisasi klien tentang distress yang dialaminya.
b. Perubahan perilaku
Klien yang merasa cemas dengan hasil pemeriksaan atau
menunjukkan kemarahan setelah mendengar hasil pemeriksaan
mungkin saja sedang menderita distress spiritual. Ada yang
bereaksi dengan mengintrospeksi diri dan mencari alasan terjadinya
suatu situasi dan berupaya mencari fakta yang dapat menjelaskan
situasi tersebut, tetapi ada yang bereaksi secara emosional dan
mencari informasi serta dukungan dari keluarga atau teman.
c. Perasaan bersalah, rasa takut, depresi, dan ansietas mungkin
menunjukkan perubahan fungsi spiritual
II. Rencana Asuhan Klien Dengan Gangguan Kebutuhan Spiritual
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
1. Afiliasi agama :
a) Partisipasi klien dalam kegiatan agama apakah
dilakukan secara aktif atau tidak aktif
b) Jenis partisipasi dalam kegiatan agama
2. Keyakinan agama atau spiritual mempengaruhi :
a) Praktik kesehatan diet, mencari dan menerima terapi,
ritual atau upacara agama
b) Persepsi penyakit hukuman cobaan terhadap keyakinan
c) Strategi koping
3. Nilai agama atau spiritual mempengaruhi
a) Tujuan dan arti hidup
b) Tujuan dan arti kematian
c) Kesehatan dan pemeliharaannya
d) Hubungan dengan Tuhan, diri sendiri daan orang lain
2.1.2 Pemeriksaan fisik : Data Fokus
1) Pengkajian data subjektif pedoman pengkajian spiritual
yang disusun oleh Stoll dalam Craven & Hirnle (1996)
mencakup 4 area, yaitu:
a. Konsep tentang tuhan atau ketuhanan
b. Sumber harapan dan kekuatan
c. Praktik agama dan ritual
d. Hubungan antara keyakinan spiritual dan kondisi
kesehatan. Pertanyaan yang dapat diajukan perawat
untuk memperoleh informasi tentang pola fungsi
spiritual klien anatara lain, sebagai berikut:
a) Apakah agama atau Tuhan merupakan hal yang
penting dalam kehidupan anda?
b) Kepada siapa biasanya anda meminta bantuan?
c) Apakah anda merasa kepercayaan (agama)
membantu anda?
Jika ya? Jelaskan bagaimana dapat membantu
anda?
d) Apakah sakit (atau kejadian penting lainnya yang
pernah anda alami) telah mengubah perasaan anda
terhadap Tuhan atau praktik kepercayaan yang
anda anut?
Fish dan Shelly dalam Creven dan Hirnle (1996) juga
menambahkan beberapa pertanyaan yang bermanfaat untuk
mengkaji data subjektif, yaitu:
a. Mengapa anda berada di rumah sakit?
b. Apakah kondisi yang anda alami telah mempengaruhi
cara anda memandang kehidupan?
c. Apakah penyakit anda telah mempengaruhi hubungan
anda dengan orang yang paling berarti dalam
kehidupan anda?
d. Apakah kondisi sakit, yang anda alami telah
mempengaruhi cara anda melihat diri sendiri?
e. Apa yang paling anda butuhkan saat ini?
Pertanyaan juga dapat diajukan untuk mengkaji kebutuhan
spiritual anak, antara lain sebagai berikut:
a. Bagaimana perasaanmu ketika dalam kesulitan?
b. Kepada siapa engkau meminta perlindungan ketika
sedang merasa takut (selain kepada orang tua)?
c. Apakah kegemaran yang dilakukan ketika sedang
merasa bahagia/gembira? Ketika sedang sedih?
d. Engkau tau siapakah Tuhan itu? Seperti apakah Tuhan
itu?
2) Pengkajian data objektif dilakukan melalui pengkajian
klinis yang meliputi pengkajian efek dan sikap, perilaku,
verbalisasi hubungan interpersonal dan lingkungan
pengkajian data objektif terutama dilakukan melalui
observasi.
Perawat perlu mengobservasi asfek berikut ini untuk
mendapatkan data objektif atau data klinis
1) Afek dan sikap
a) Apakah klien tampak kesepian, depresi, marah,
cemas, agitasi, apatis atau preokupasi?
2) Perilaku
a) Apakah klien tampak berdoa sebelum makan,
membaca kitab suci atau buku keagamaan?
b) Apakah klien sering mengeluh tidak dapat tidur,
bermimpi buruk dan berbagai bentuk gangguan
tidur lainnya, serta bercanda yang tidak sesuai atau
mengekspresikan kemarahannya terhadap agama?

3) Verbalisasi
a. Apakah klien menyebut Tuhan, doa, rumah ibadah atau
topic keagamaan lainnya (walaupun hanya sepintas)?
b. Apakah klien pernah meminta dikunjungi oleh pemuka
agama?
c. Apakah klien mengekspresikan rasa takutnya terhadap
kematian, kepedulian terhadap arti kehidupan, konflik
batin tentang keyakinan agama, kepedulian tentang
hubungan dengan penguasa, pertanyaan tentang arti
keberadaannya di dunia, arti penderitaan atau implikasi
terhadap nilai moral/etik?
4) Hubungan interpersonal
a. Siapa pengunjung kliem?
b. Bagaimana klien berespon terhadap pengunjung?
c. Apakah pemuka agama datang mengunjungi klien?
d. Bagaimana klien berhubungan dengan klien yang lain
dan dengan tenaga keperawatan?
5) Lingkungan
a. Apakah klien membawa kitab suci atau perlengkapan
sembahyang lainnya?
b. Apakah klien menerima kiriman tanda simpati dari
unsur keagamaan?
2.1.3 Pemeriksaan penunjang

2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


(Minimal 2 diagnosa keperawatan yang sering muncul, penjelasan
berdasarkan buku saku diagnose keperawatan)
Diagnosa 1 : Distress Spiritual
2.2.1 Definisi
Gangguan kemapuan untuk mengalami dan menintegrasikan
makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri sendiri,
orang lain, seni, music, alam, dan atau kekuatan yang lebih
besar daripada diri sendiri.
2.2.2 Batasan karakteristik
1) Hubungan dengan diri sendiri
a. Marah
b. Mengungkapkan kurang data menerima
c. Mengungkapkan kurangnya motivasi
d. Mengungkapkan kurang dapat memaafkan diri
e. Mengungkapkan kekurangan harapan
f. Mengungkapkan kurangnya tujuan hidup
g. Mengungkapkan kurangnya ketenangan
2) Hubungan dengan orang lain
a. Mengungkapkan rasa tersinggung
b. Menolak berinterkasi dengan orang yang dianggap
penting
c. Menolak interaksi dengan pemimpin spiritual
d. Mengunkapkan dengan kata-kata telah terpisah dengan
system pendukung
3) Hubungan dengan seni, music, literature, alam
a. Tidak berminat pad alama
b. Tidak berminat membaca spiritual
c. Ketidakmampuan mengungkapkan kondisi kreatifitas
sebelumnya
4) Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar daripada
dirinya sendiri
a. Mengungkapkan kemarahan terhadap kekuatan yang
lebih besar dirinya
b. Mengungkaplan telah diabaikan
c. Mengungkapkan ketidakberdayaan
d. Mengungkapkan pederitaan
e. Ketidakmampuan berintropeksi
2.2.3 Faktor yang berhubungan
1) Penyakit kronis (mis. Arthritis rheumatoid, sclerosis
multiple)
2) Menjelang ajal
3) Sakit kronis
4) Kematian
5) Perubahan hiduo
6) Kesepian
7) Nyeri
8) Keterasingan
Diagnosa 2 : Ansietas
2.2.1 Definisi
Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang samar disertai respon
autonomy (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui
oleh individu) perasaan takut yang disebabkan oleh antisifasi
terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat akan adanya bahaya
dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi
ancaman.
2.2.2 Batasan karakteristik
1) Perilaku
a. Penurunan produktifitas
b. Gerakan yang irelevan
c. Gelisah
d. Melihat sepintas
e. Insomnia
f. Kontak mata yang buruk
g. Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan
dalam peristiwa hidup
h. Agitasi
i. Mengintai
j. Tampak waspada
2) Afektif
a. Gelisah
b. Kesedihan yang mendalam
c. Distress
d. Ketakutan
e. Perasaan yang tidak adekuat
f. Berfokus pada diri sendiri
g. Peningkatan keaspadaan iritabilitas
h. Gugup
i. Senang berlebihan
j. Rasa nyari yang meningkatkan ketidakberdayaan
k. Bingung
l. Menyesal
3) Fisiologi
a. Wajah tegang
b. Tremor tangan
c. Peningkatan keringat
d. Peningkatan ketegangan
e. Suara bergetar
4) Simpatik
a. Anoreksia
b. Eksitasi kardiovaskular
c. Diare
d. Mulut kering
e. Wajah merah
f. Jantung berdebar
g. Peningkatan tekanan darah
h. Peningkatan denyut nadi
i. Peningkatan frekuensi nafas
j. Pupil melebar
k. lemah
5) Parasimpatik
a. Nyeri abdomen
b. Penurunan tekanan darah
c. Diare
d. Vertigo
e. Letih
f. Mual
g. Gangguan tidur
h. Kesemutan pada ekstremitas
i. Sering berkemih
6) Kognitif
a. Menyadari gejala fisiologis
b. Bloking fikiran
c. Konfusi
d. Penurunan lapang persepsi
e. Kesulitan berkonsentrasi
f. Penurunan lapang persepsi
g. Kesulitan berkonsentrasi
h. Penurunan kemampuan untuk belajar
i. Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah
j. Ketakutan terhadap konsekuensi yang tidak spesifik
2.2.3 Faktor yang berhubungan
1) Perubahan dalam status ekonomi, lingkungan, status
kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, status peran
2) Terkait keluarga
3) Heriditer
4) Infeksi
5) Krisis maturasi
6) Krisis situasioonal
7) Stress
8) Oenyalahgunaan zat
9) Ancaman kematian
10) Ancaman pada : status ekonomi, lingkungan, status
kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, status peran, konsep
diri, konflik yang tidak disadari mengenai nilai yang
penting, kebutuhan yang tidak dipernuhi.
Diagnosa 3 : Ketidakefektifan koping
2.2.1 Definisi
Ketidakefektifan untuk membentuk penilaian valid tentang
stressor, ketidakefektifan pilihan respons yang dilakukan dan
atau ketidakmampuan untuk menggunakan sumber daya yang
tersedia
2.2.2 Batasan karakteristik
1) Perubahan dalam pola komunikasi yang biasa
2) Penurunan penggunaan dukungan sosial
3) Perilaku destruktif terhadap diri sendiri
4) Kesulitan mengorganisasi informasi
5) Letih
6) Angka penyakit yang tinggi
7) Ketidakmampuan memerhatikan informasi
8) Gangguan tidur
9) Penyalahgunaan zat
2.2.3 Faktor yang berhubungan
1) Gangguan dalam pola penilaian ancaman
2) Gangguan dalam pola melepaskan tekanan atau ketagangan
3) Perbedaan gender
4) Derajat ancaman yang tinggi
5) Ketidakmampuan untuk mengubah energy adaftif
Diagnosa 4 : keputusasaan
2.2.1 Definisi
Kondisi subjektif yang ditandai dengan individu memandang
hanya ada sedikit atau bahkan tidak ada alternative atau pilihan
pribadi dan tidak mampu memobilisasi energy demi kepentingan
sendiri.
2.2.2 Batasan karakteristik
1) Menutup mata
2) Penurunan afek
3) Penurunan selera makan
4) Penurunan respon terhadap stimulus
5) Kurang inisiatif
6) Mengangkat bahu sebagai respons terhadap yang mengajak
bicara
7) Meninggalakan orang yang mengajak bicara
2.2.3 Faktor yang berhubungan
1) Diasingkan
2) Penurunan kondisi fisiologis
3) Stress jangka panjang
4) Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual
5) Pembatasan aktifitas jangka panjang
6) Isolasi sosial
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1 : distress spiritual
2.3.1 Tujuan dan Kriteria Hasil (outcomes criteria) berdasarkan NOC
(lihat daftar rujukan)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan pasien menunjukkan kesehatan spiritual dengan
kriteria hasil :
a. Mengungkapkan tentang keyakinan, arti hidup dan
kedamaian diri
b. Memahami bahwa penyakit adalah suatu tantangan terhadap
system keyakinan
c. Memahami bahwa terapi bertentangan dengan system
kepercayaan
d. Menunjukkan teknik koping untuk mengahadapi distress
spiritual
e. Mendiskusikan praktik dan keluhan spiritual
f. Pasien menjelang ajal akan : mengungkapkan penerimaan
atau kesiapan menghadapi kematian, bebahagia dengan
hubungan sebelumnya, Mengungkapkan kasih saying
terhadap orang terdekat
2.3.2 Intervensi Keperawatan dan Rasional : berdasarkan NIC (lihat
daftar rujukan)

Intervensi Rasional
1) Kaji adanya indikator 1) Agar dapat mengetahui
langsung status spiritual bagaimana status
pasien spiritual pasien
2) Komunikasikan 2) Agar pasien dapat
kebutuhan nutrisi dengan terpenuhi status gizinya
ahli gizi 3) Agar pasien
3) Buat perubahan yang mendapatkan kebutuhan
diperluan segera untuk nutrisinya dapat cepat
membantu memenuhi 4) Agar mengurangi
kebutuhan pasien kesalahpahaman antara
4) Jaga privasi dan beri pasien dengan tim medis
waktu kepada pasien sehingga dapat
untuk mengamati praktik bekerjasama dengan
keagamaan baik
5) Terbuka terhadap 5) Agar pasien dapat
ungkapan pasien tentang percaya dengan tim
kesepian dan 6) Agar pasien merasakan
ketidakberdayaan bahwa tim medis juga
6) Ungkapkan empati dapat merasakan apa
terhadap perasaan klien yang dirasakan oleh
7) Beri jaminan kepada pasien
pasien bahwa perawat 7) Agar pasien tidak
selalu ada untuk merasa kesepian
mendukung pasien saat 8) Agar kebutuhan spiritual
pasien merasakan pasien terpenuhi
penderitaan 9) Agar pasien juga tetap
8) Anjurkan kunjungan mempelajari agamanya
pelayanan keagamaan
9) Beri artikel keagamaan
yang diinginkan

Diagnosa 2 : Ansietas
2.3.1 Tujuan dan Kriteria Hasil (outcomes criteria) berdasarkan NOC
(lihat daftar rujukan)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan ansietas berkurang dengan kriteria hasil :
a. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala
cemas
b. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik
untuk mengontrol cemas
c. Vital sign dalam batas normal
d. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukkan berkurangnya ansietas
2.3.2 Intervensi Keperawatan dan Rasional : berdasarkan NIC (lihat
daftar rujukan)

Intervensi Rasional
1) Pantau tanda vital dan 1) agar mengetahui
ansietas kondisi pasien
2) Instruksikan pasien tentang 2) agar pasien merasa
penggunaan teknik lebih nyaman dan
relaksasi tenang
3) Berikan obat untuk 3) agar ansietas dapat
mengurangi ansietas berkurang
4) Gunakan pendekatan yang 4) agar pasien tidak
tenang dan meyakinkan merasa terganggu dan
5) Nyatakan dengan jelas bisa percaya dengan
tentang harapan terhadap tim medis
perilaku pasien 5) agar pasien tidak salah
6) Bantu pasien untuk paham dengan
mengidentifikasi situasi penjelasan yang
yang mencetuskan ansietas diberikan
7) Dorong pasien untuk 6) agar pasien mengetahui
mengungkapkan secara tentang ansietas
verbal pikiran dan perasaan 7) agar pasien dapat lebih
untuk mengekteralisasikan terbuka tentang
ansietas penyakitnya
8) Dampingi pasien untuk 8) agar pasien tidak
meningkatkan kemanan merasa takut
dan mengurangi rasa takut 9) agar pasien tidak
9) Dorong keluarga untuk merasa kesepian
menemani klien 10) agar dapat membantu
10) Sarankan terapi alternative pasien dalam
untuk mengurangi ansietas mengurangi
yang dapat diterima penyakitnya
11) Jelaskan prosedur dan 11) agar pasien mengerti
semua yang dirasakan dan paham akan
selama prosedur prosedur yang
diberikan

Diagnosa 3 : Ketidakefektifan Koping


2.3.1 Tujuan dan Kriteria Hasil (outcomes criteria) berdasarkan NOC
(lihat daftar rujukan)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan pasien menunjukkan koping yang efektif dengan
kriteria hasil :
1) Mengidentifikasi pola kping yang efektif
2) Mengungkapkan secara verbal tentang koping yang efektif
3) Mengatakan penurunan stress
4) Klien mengatakan telah menerima tentang keadaannya
5) Mampu mengidentifikasikan strategi tentang koping
2.3.2 Intervensi Keperawatan dan Rasional : berdasarkan NIC (lihat
daftar rujukan)

Intervensi Rasional
1) Menginformasikan pasien 1) Agar tidak terpaku
alternative atau solusi lain dengan satu penanganan
penanganan saja
2) Memfasilitasi pasien 2) Agar pasien tidak merasa
untuk membuat terkekang
keputusan 3) Agar pasien paham
3) Bantu pasien dengan kelebihan dan
mengidentifkasi kekurangan atas
keuntungan, kerugian dari keadaannya
keadaan 4) Agar pasien lebih
4) Bantu pasien untuk mengerti dengan nilai-
mengidentifikasi nilai kehidupan
bermacam macam nilai 5) Agar pasien dapat
kehidupan memahami lebih jelas
5) Bantu pasien identifikasi tentang pola nilai
strategi positif untuk 6) Agar pasien dapat
mengatur pola nilai yang mengidentifikasi secara
dimiliki nyata dan objektif
6) Anjurkan pasien untuk 7) Agar pasien juga merasa
mengidentifikasi tenang dan yakin dengan
gambaran perubahan apa yang akan
peran yang realistis disampaikan
7) Gunakan pendekatan 8) Agar pasien tidak salah
tenang dan meyakinkan langkah dalam
8) Hindari pengambilan mengambil keputusan
keputusan pada saat
pasien berada dalam
stress berat

Diagnosa 4 : Keputusasaan
2.3.1 Tujuan dan Kriteria Hasil (outcomes criteria) berdasarkan NOC
(lihat daftar rujukan)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan keputusasaan pasien berkurang dengan kriteria
hasil :
1) Menunjukkan semangat untuk hidup
2) Segera menampilkan perilaku yang dapat menurunkan
perasaan keputusasaan
3) Percaya pada diri sendiri dan orang lain
2.3.2 Intervensi Keperawatan dan Rasional : berdasarkan NIC (lihat
daftar rujukan

Intervensi Rasional
1) Pantau afek dan 1) Untuk mengetahui bahwa
kemampuan membuat keputusan yang diambil
keputusan oleh pasien itu benar
2) Ajari pengenalan adanya
terhadap realita dengan 2) Agar pasien dapat menilai
meninjau situasi dan secara nyata dan tidak
membuat rencana yang semu
mungkin 3) Agar pasien mendapatkan
3) Dukung partisipasi aktif dorongan sosial dari
dalam aktifitas kelompok lingkungan terdekatnya
untuk memberikan 4) Agar pasien juga
kesempatan terhadap mendapatkan kesempatan
dukungan sosial dan untuk menespresikan
penyelesaian masalah keadaannya saat ini
4) Gali bersama pasien 5) Agar pasien dapat berfikir
faktor yang berkontribusi dengan jelas, jernih,
terhadap perasaan tenang dan tidak dikuasai
keputusasaan oleh hal-hal positif
5) Beri penguatan positif
terhadap perilaku yang
menunjukkan inisiatif,
seperti kontak mata,
membuka diri,
penurunan jumlah waktu
tidur, peningkatan nafsu
makan

III. Daftar Pustaka

Gloria M. Bulechek, et al. (2016). Nursing Interventions Classification


(NIC). singapore: elsevier.
Heardman, T. Heather. (2015). Nanda International Diagnosis Keperawatan:
Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
Kasihani & Syarifudin. (2019). Analisis Perilaku Spiritual Terhadap
Penerapan Spiritual pada Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Banda
Aceh. Journal of Health Technology and Madicine Vol. 5 no. 1.
Rasmita. D. (2009). Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Pada
Pasien yang DIrawat di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan.
S. Moorhead, et al. (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC).
Singapore: Elsevier.
T. Sumiati, et al. (2010). Pemahaman Perawat Terhadap Pemenuhan
Kebutuhan Spiritual Klien Pada Pasien Lansia Di RSU Mardi Lestari
Kabupaten Sragen. Nursing Science Study.
Z. H. U. Putri, N. Jannah. (2017). Keperawatan Spiritual dengan Kepuasan
Pasien Di Ruang RSUD Meuraxa Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Fakultas Keperwatan.

Tasikmalaya, ……………….
Pembimbing

(…………..…………)

Anda mungkin juga menyukai