Anda di halaman 1dari 11

Perkembangan IPTEK

di Indonesia
Andika Arga Saputra
PERKEMBANGAN IPTEK DI INDONESIA
A. Pengertian IPTEK
Kata IPTEK, terdiri dari 5 (lima) huruf,  I = Ilmu, P = Pengetahuan, TE = Teknologi, dan K = adalah
Komunikasi. Jadi IPTEK adalah suatu pemahaman mengenai sebuah pengetahuan di bidang
teknologi dan informasi, baik informasi yang bersifat baru diciptakan atau yang sudah ada dari
sebelumnya.

Itulah Pengertian IPTEK menurut saya pri untuk lebih jelasnya akan saya sertakan berbagai
definisi IPTEK menurut beberapa ahli. Berikut ulasannya : Para ahli telah mendefinisikan IPTEK
menurut pandangan mereka masing-masing, diantaranya :

 Naisbit
Tahun 2002 beliau pengertian IPTEK dari Random House Dictionary, ia berkata bahwa
teknologi merupakan sebuah benda, objek, bahan, dan juga wujud yang berbeda dibandingkan
dengan manusia biasa.

 Merriam Webster
Merriam Webster merupakan sebuah kamus yang banyak digunakan sebagai referensi ilmu,
didalamnya disebutkan bahwa teknologi merupakan aplikasi/penerapan dari sebuah ilmu
pengetahuan secara praktis, praktis ini terkadang lebih dijerumuskan kepada ruang lingkup
tertentu.
 Kamus Besar Bahasa Indonesia
KBBI menyebutkan bahwa teknologi merupakan suatu metode ilmiah yang digunakan untuk
mencapai tujuan praktis, dan menjadi salah satu ilmu pengetahuan terapan.
Dikatakan juga merupakan suatu keseluruhan sarana untuk menyediakan barang yang
diperlukan untuk kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.
 D. Elul
Dalam Miarso, 2007 mengatakan bahwa teknologi merupakan keseluruhan dari metode yang
secara rasional mengarah dan memiliki ciri yang efisien dalam setiap bidang kegiatan manusia.
 Saliman dan Sudarsono (1993)
Mereka mengatakan bahwa teknologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang pembangunan dan juga industri.
 F. Toynbee (2004)
Beliau mengatakan teknologi merupakan ciri dari adanya sebuah kemuliaan manusia, dimana
hal ini membuktikan bahwa manusia tidak bisa hidup hanya dengan makan, namun mereka butuh
lebih dari itu, ia juga mengemukakan bahwa teknologi juga bisa menjadi konstituen non material
dari sebuah kehidupan yang dimiliki oleh manusia, yaitu perasaan, ide, intuisi dan pemikiran.
Dan hal ini sekaligus menjadi bukti akan sebuah manifestasi dari kecerdasan manusia.
 G. Roger 1994
Roger mengutip sebuah buku yang dikeluarkan oleh Seels dan Richey pada tahun 1994,
menerangkan bahwa teknologi adalah rancangan dari langkah instrumental untuk memperkecil
keraguan terhadap hubungan sebab akibat dalam mencapai sebuah hasil yang sudah
direncanakan.
B. Perkembangan IPTEK Abad -20
Teknologi, merupakan barang yang selalu melekat pada setiap aktivitas kita. Kata teknologi
berasal dari bahasa yunani yaitu Tekne  yang berarti pekerjaan, dan Logos  berarti peralatan,
prosedur dan metode yang digunakan dari berbagai cabang industri.
Menurut Prayitni dalam Ilyas (2001) Teknologi merupakan seluruh perangkat, ide, metode,
teknik benda-benda material, yang digunakan dalam kurun waktu dan tempat tertentu yang
mampu memenuhi segala kebutuhan manusia. Berikut ini beberapa perkembangan teknologi pada
era 20-an.
 Laser
Sinar Laser atau Light Amplication by Stimulated Emmision of Radiation ( penguatan cahaya
melalui emisi radiasi yang dirancang). Sinar laser ini telah banyak dipergunakan dalam dunia
kedokteran sebagai alat pemotong/operasi micro.
Teori dasar dari laser ini telah ditemukan oleh Albeirt Einstein tahun 1917. Dan pada tahun
1951 ada seorang ahli fisika yang berasal dari Amerika, kemudian dia melakukan eksperimen
dengan menggunakan gelombang mikro sebagai energi yang diperkuat.
 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Nuklir pertama kali digunakan sebagai senjata untuk pengeboman atom di Nagasaki dan
Hirosima, sebagaimana kita tahu bahwa itulah kerusakan terbesar dalam sejarah jepang.
Setelah nuklir digunakan sebagai senjata oleh amerika, kemudian mereka mulai membangun
reaktor-nuklir pembangkit listrik/ pembangkit listrik bertenaga nuklir pada tahun 1951.
 Satelit Komunikasi
Satelit komunikasi merupakan temuan yang bisa dibilang memiliki pengaruh yang besar
hingga sekarang, karena telah membuat komunikasi global menjadi mayoritas/ sering dijumpai,
seperti radio dan tv satelit kala pertama diluncurkan pada tahun 1957. Kemudian NASA
meluncurkan satelit komunikasi komersial pertama kali, dengan nama Telstar I pada tahun 1962.
 Serat Optik
Serat Optik adalah alat untuk membengkokan jalannya cahaya, dengan ini kita bisa mengatur
jalannya cahaya menjadi lebih fleksibel dibanding sebelumnya yang hanya merambat lurus.
Kemudian pada tahun 1962 Serat Optik mulai diimplementasikan untuk mengirim telex, telepon,
dan sinyal televisi kabel.

C. Dampak Perkembangan IPTEK di Indonesia


Berbagai bidang di Indonesia telah mengalami perkembangan IPTEK seperti halnya dengan
negara-negara tetangga, karena derasnya arus globalisasi membuat IPTEK di Indonesia sulit untuk
dibendung, semua tergantung dari pribadi kita masing-masing.
Bagaimana cara kita untuk memenejemen hal-hal yang masuk/ dampak dari globalisasi. Jika kita
pandai dalam penyaringannya, maka kita akan selamat. Tetapi jika kita hanya mengikuti alur
masuknya globalisasi, maka kita akan diperbudak oleh globalisasi.
Berikut beberapa perkembangan IPTEK di Indonesia :
 Dalam Bidang Politik
a) Timbul kelas menengah baru yang akan menjadi pelopor untuk menuntut kebebasan politik
dan kebebasan berpendapat yang lebih besar.
b) Proses regenerasi pemimpin yang akan berdampak pada substansi politik yang diterapkan,
sehingga kebebasan dan persamaan semakin kental.
 Dalam bidang Pendidikan
a) Munculnya media massa, seperti media massa elektronik sebagai sumber ilmu dan pusat
pendidikan.
b) Terdapat sistem pengolahan data hasil penilaian yang menggunakan pemanfaatan teknologi.
 Dalam Bidang Sosial Budaya
a) Meningkatkan rasa percaya diri dan ketahanan diri sebagai suatu bangsa yang akan menjadi
semakin kokoh.
b) Tekanan serta kompetisi yang tajam di berbagai aspek kehidupan sebagai konsekuensi
globalisasi, akan melahirkan generasi yang disiplin, tekun serta pekerja keras.
 Dalam Bidang Ekonomi dan Industri]
a) Pertumbuhan ekonomi semakin tinggi
b) Produktivitas di bidang industri menjadi meningkat
c) Akan menuntut para pekerja untuk selalu menambah keahlian dan pengetahuan yang
dimilikinya.
 Informasi dan Komunikasi
a) kita akan lebih cepat menerima informasi dari segala penjuru dunia melalui internet
b) Dapat melakukan komunikasi dengan kerabat yang posisinya sangat jauh dengan kita

Industri Penerbangan Indonesia


Lima faktor utama yang memimpin ke arah pendirian IPTN adalah:
 Ada beberapa orang Indonesia yang telah lama bermimpi untuk membangun pesawat terbang dan
mendirikan sebuah industri pesawat terbang di Indonesia
 Beberapa orang Indonesia yang memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
membangun pesawat dan industri pesawat terbang
 Beberapa orang Indonesia yang di samping menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dibutuhkan mereka juga berdedikasi tinggi untuk memanfaatkan keahlian mereka untuk pendirian
industri pesawat terbang
 Beberapa orang Indonesia yang ahli di bidang pemasaran dan penjualan pesawat baik untuk
lingkup nasional dan internasional
 Kemauan politik dari Pemerintah
Integrasi menyelaraskan faktor tersebut di atas telah melahirkan industri pesawat terbang IPTN
dengan fasilitas yang memadai. Itu semua diawali oleh seorang Bacharuddin Jusuf Habibie (BJ
Habibie) yang lahir di Pare-pare, Sulawesi Selatan, pada tanggal 25 Juni 1936. Beliau lulusan Aachen
Technical High Learning, Aircraft Construction Department, dan kemudian bekerja di MBB
(Masserschmitt Bolkow Blohm), industri pesawat terbang di Jerman sejak tahun 1965.
Ketika BJ Habibie akan mendapatkan gelar doktornya pada tahun 1964, beliau memiliki keinginan
yang kuat untuk kembali ke tanah air dan berpartisipasi dalam program pembangunan bidang
industri penerbangan di Indonesia. Tapi pengelola KOPELAPIP menyarankan agar beliau melanjutkan
studinya sambil menunggu kemungkinan membangun industri pesawat terbang. Selanjutnya pada
tahun 1966 saat Adam Malik menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia dan berkunjung ke
Jerman, beliau meminta Habibie untuk menyumbangkan pikirannya pada realisasi industri
penerbangan di Indonesia.
Menyadari bahwa upaya mendirikan sebuah industri pesawat terbang tidak akan mungkin
dilakukan olehnya sendiri, Habibie memutuskan untuk mulai merintis untuk mempersiapkan tenaga
terampil yang tinggi pada waktu yang ditentukan bisa setiap saat digunakan oleh industri pesawat
terbang masa depan di Indonesia. Habibie segera membentuk tim sukarela. Dan pada awal 1970 tim
ini dikirim ke Jerman untuk mulai bekerja dan belajar ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
penerbangan di HFB / MBB, di mana Habibie bekerja, untuk melaksanakan perencanaan awal
mereka.
Pada periode yang sama, kegiatan serupa juga dipelopori oleh Pertamina dalam kapasitasnya
sebagai agen pembangunan Indonesia. Dengan kapasitasnya Pertamina berhasil mendirikan
Krakatau Steel Industri. Ibnu Sutowo menyumbangkan pemikirannya bahwa proses transfer
teknologi dari negara maju harus dilakukan dengan konsep yang jelas dan berorientasi nasional.
Pada awal Desember 1973, Ibnu Sutowo bertemu dengan Habibie di Dusseldorf, Jerman, di mana ia
memberikan penjelasan kepada Habibie tentang rencana pendirian industri pesawat terbang di
Indonesia. Hasil dari pertemuan tersebut adalah penunjukan Habibie sebagai Penasihat Utama
Pertamina, dan ia diminta untuk segera kembali ke Indonesia.
Pada awal Januari 1974, langkah yang menentukan pendirian industri pesawat terbang telah
diambil. Realisasi pertama adalah pembentukan divisi baru yang khusus dalam teknologi canggih dan
teknologi penerbangan. Dua bulan setelah pertemuan Dusseldorf, pada 26 Januari 1974, Habibie
dipanggil oleh Presiden Soeharto. Pada pertemuan tersebut Habibie diangkat sebagai Penasehat
Presiden di bidang teknologi. Ini adalah hari pertama bagi Habibie untuk memulai misi resminya.
Pertemuan-pertemuan ini mengakibatkan kelahiran ATTP (Advanced Technology & Teknologi
Penerbangan Pertamina) Divisi yang menjadi tonggak untuk pembentukan BPPT dan bagian dari
IPTN. Pada bulan September 1974, ATTP menandatangani perjanjian dasar kerjasama lisensi dengan
MBB Jerman dan CASA Spanyol untuk produksi helikopter BO-105 dan pesawat sayap tetap NC-212.
Ketika upaya pendirian telah menunjukkan bentuknya, ada masalah yang dihadapi oleh Pertamina
yang berpengaruh terhadap keberadaan ATTP, proyek dan program industri pesawat terbang.
Namun menyadari bahwa Divisi ATTP dan proyeknya adalah sebuah kendaraan untuk
mempersiapkan Indonesia untuk ‘lepas landas’ pada Pelita VI, Pemerintah memutuskan untuk
melanjutkan pendirian industri pesawat terbang dengan segala konsekuensinya.
Berdasarkan hal ini, berdasarkan Peraturan Pemerintah No.12 tanggal 5 April 1976, penyusunan
industri pesawat terbang dibuat. Melalui peraturan ini semua penyediaan aset, fasilitas dan potensi
adalah akumulasi dari aset Divisi ATTP milik Pertamina yang telah disiapkan untuk pendirian industri
pesawat terbang dengan aset LIPNUR, Angkatan Udara Indonesia, sebagai modal dasar bagi industri
pesawat terbang. Modal dasar ini diharapkan untuk mendukung pertumbuhan industri pesawat
terbang yang mampu menjawab semua tantangan.
Pada tanggal 26 April 1976, berdasarkan Akte Notaris No 15 di Jakarta, PT. Industri Pesawat
Terbang Nurtanio secara resmi didirikan dengan Dr BJ. Habibie sebagai Direktur Utama. Ketika
sarana fisik industri ini selesai, pada Agustus 1976 Presiden Soeharto meresmikan industri pesawat
terbang ini. Pada tanggal 11 Oktober 1985, PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio berganti nama
menjadi PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara atau IPTN.
Pada tahap ini cakrawala baru pertumbuhan industri pesawat terbang modern dan lengkap di
Indonesia baru saja dimulai. Dan dalam periode ini juga semua aspek infrastruktur, fasilitas, sumber
daya manusia, hukum dan peraturan, yang berkaitan dan mendukung keberadaan industri pesawat
terbang tersebut menjadi terorganisir. Pada periode 1960-an dan 1970-an hal ini belum
dilaksanakan. Selain itu, industri mengembangkan teknologi yang progresif dan konsep transformasi
industri yang nyata untuk memberikan hasil optimal dalam upaya menguasai teknologi penerbangan
dalam waktu yang relatif singkat, 20 tahun.
IPTN memiliki pandangan bahwa transfer teknologi harus dilaksanakan secara terpadu dan
lengkap dan mencakup perangkat keras, perangkat lunak serta perangkat otak dimana manusia
adalah inti. Manusia yang memiliki kemampuan dan kemauan keras dalam bidang ilmu
pengetahuan, teori dan keahlian serta mengimplementasikannya dalam kerja keras. Nurtanio telah
menerapkan filosofi transfer teknologi yang disebut “Begin at the End and End at the Beginning”. Ini
adalah filosofi untuk menyerap teknologi maju secara progresif dan bertahap dalam suatu proses
integral dan didasarkan pada kebutuhan obyektif Indonesia. Melalui filosofi ini kemudian dikuasai
secara menyeluruh, bukan hanya secara material tetapi juga kemampuan dan keahlian. Filosofi ini
juga beradaptasi dengan setiap perkembangan dan kemajuan yang dicapai oleh negara-negara lain.
Filosofi ini mengajarkan bahwa di dalam bangunan pesawat tidak selalu dimulai dari komponen,
tetapi langsung mempelajari akhir suatu proses (pesawat yang sudah dibangun), kemudian
kebalikannya melalui tahapan manufaktur komponen.
Tahapan alih teknologi dibagi menjadi:
a) Tahap pemanfaatan teknologi yang ada / Lisensi Program
b) Tahap Integrasi Teknologi
c) Tahap Pengembangan Teknologi
d) Tahap Penelitian Dasar
Sasaran dari fase pertama adalah penguasaan kemampuan manufaktur, dan pada saat yang sama
menentukan jenis pesawat yang memenuhi kebutuhan dalam negeri, hasil penjualan digunakan
untuk mendukung kemampuan bisnis perusahaan. Ini dikenal sebagai metode produksi yang
progresif. Tahap kedua bertujuan untuk menguasai desain serta kemampuan manufaktur. Tahap
ketiga adalah bertujuan untuk meningkatkan kemampuan desain. Dan fase keempat adalah
bertujuan untuk menguasai ilmu-ilmu dasar dalam rangka mendukung pengembangan produk baru
yang lebih baik.

Paradigma baru, nama baru


Selama 24 tahun terakhir berdirinya, IPTN telah mampu dan berhasil melakukan transfer
teknologi penerbangan canggih dan terbaru, kebanyakan dari belahan bumi Barat, untuk Indonesia.
IPTN telah berpengalaman dalam desain, pengembangan, dan manufaktur pesawat kecil untuk
komuter regional menengah.
Dalam menghadapi sistem pasar global yang baru, Nurtanio merumuskan kembali dirinya untuk
‘Nurtanio 2000’ yang menekankan pada penerapan baru, berorientasi bisnis, strategi untuk
memenuhi situasi saat ini dengan struktur baru. Program restrukturisasi meliputi reorientasi bisnis,
Perampingan dan menyusun sumber daya manusia dengan beban kerja yang tersedia, dan
berdasarkan kapitalisasi pasar yang lebih terfokus dan misi bisnis terkonsentrasi.
PT. Nurtanio kini menjual kemampuan di bidang teknik, dengan menawarkan jasa desain untuk
menguji aktivitas, manufaktur, pesawat terbang dan komponen non-pesawat, dan layanan purna
jual.
Seiring dengan perkembangan berikutnya, nama IPTN telah diubah menjadi PT. Dirgantara
Indonesia yang diresmikan pada tanggal 24 Agustus 2000 di Bandung oleh Alm. KH. Abdurrahman
Wahid yang pada waktu itu menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia.
Revolusi Hijau
1. Latar belakang munculnya revolusi hijau
Latar belakang munculnya revolusi Hijau adalah karena munculnya masalah kemiskinan yang
disebabkan karena pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat pesat tidak sebanding dengan
peningkatan produksi pangan. Sehingga dilakukan pengontrolan jumlah kelahiran dan
meningkatkan usaha pencarian dan penelitian binit unggul dalam bidang Pertanian. Upaya ini
terjadi didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Thomas Robert Malthus.
Istilah Revolusi Hijau sempat sangat populer di indonesia khususnya masa pemerintahan
Presiden Soeharto, Orde Baru. Bangsa ini dengan semangat pembangunan terus menerus
memunculkan kebijakan yang erat kaitannya dengan pembangunan. Salah satunya adalah Revolusi
Hijau ini.Revolusi hijau sering dikenal dengan revolusi agraria yaitu suatu perubahan cara bercocok
tanam dari cara tradisional berubah ke cara modern untuk meningkatkan produktivitas pertanian.
Definisi lain menyebutkan revolusi hijau adalah revolusi produksi biji-bijian dari penemuan ilmiah
berupa benih unggul baru dari varietas gandum, padi, jagung yang membawa dampak tingginya
hasil panen. Tujuan revolusi hijau adalah meningkatkan produktivitas pertanian dengan cara
penelitian dan eksperimen bibit unggul.
Adapun latar belakang munculnya revolusi hijau adalah sebagai berikut :
a. Hancurnya lahan pertanian akibat PD I dan PD II.
b. Pertambahan penduduk meningkat sehingga kebutuhan pangan juga meningkat.
c. Adanya lahan tidur.
d. Upaya peningkatan produksi pangan.
Gagasan tentang revolusi hijau bermula dari hasil penelitian dan tulisan Thomas Robert Malthus
(1766 – 1834) yang berpendapat bahwa “Kemiskinan dan kemelaratan adalah masalah yang
dihadapi manusia yang disebabkan oleh tidak seimbangnya pertumbuhan penduduk dengan
peningkatan produksi pertanian. Pertumbuhan penduduk sangat cepat dihitung dengan deret ukur
(1, 2, 4, 8, 16, 32, 64, 128, dst.) sedangkan peningkatan produksi pertanian dihitung dengan deret
hitung (1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, dst.)”.
Pengaruh tulisan Robert Malthus tersebut, yaitu:
a. gerakan pengendalian pertumbuhan penduduk dengan cara pengontrolan jumlah kelahiran;
b. gerakan usaha mencari dan meneliti bibit unggul dalam bidang pertanian.
Gerakan Revolusi Hijau yang dijalankan di negara – negara berkembang dan Indonesia
dijalankan sejak rezim Orde Baru berkuasa. Gerakan Revolusi Hijau sebagaimana telah umum
diketahui di Indonesia tidak mampu untuk menghantarkan Indonesia menjadi sebuah negara yang
berswasembada pangan secara tetap, tetapi hanya mampu dalam waktu lima tahun, yakni antara
tahun 1984 – 1989. Disamping itu, Revolusi Hijau juga telah menyebabkan terjadinya kesenjangan
ekonomi dan sosial pedesaan karena ternyata Revolusi Hijau hanyalah menguntungkan petani yang
memiliki tanah lebih dari setengah hektare, dan petani kaya di pedesaan, serta penyelenggara
negara di tingkat pedesaan. Sebab sebelum Revolusi Hijau dilaksanakan, keadaan penguasaan dan
pemilikan tanah di Indonesia sudah timpang, akibat dari gagalnya pelaksanaan Pembaruan Agraria
yang telah mulai dilaksanakan pada tahun 1960 sampai dengan tahun 1965.
Revolusi hijau mendasarkan diri pada empat pilar penting: penyediaan air melalui sistem irigasi,
pemakaian pupuk kimia secara optimal, penerapan pestidasesuai dengan tingkat serangan
organisme pengganggu, dan penggunaan varietas unggul sebagai bahan tanam berkualitas. Melalui
penerapan teknologi non-tradisional ini, terjadi peningkatan hasil tanaman pangan berlipat ganda
dan memungkinkan penanaman tiga kali dalam setahun untuk padi pada tempat-tempat tertentu,
suatu hal yang sebelumnya tidak mungkin terjadi.
Revolusi hijau mendapat kritik sejalan dengan meningkatnya kesadaran akan kelestarian
lingkungan karena mengakibatkan kerusakan lingkungan yang parah. Oleh para pendukungnya,
kerusakan dipandang bukan karena Revolusi Hijau tetapi karena ekses dalam penggunaan
teknologi yang tidak memandang kaidah-kaidah yang sudah ditentukan. Kritik lain yang muncul
adalah bahwa Revolusi Hijau tidak dapat menjangkau seluruh strata negara berkembang karena ia
tidak memberi dampak nyata di Afrika.

2. Dampak positif revolusi hijau


Produksi padi dan gandum meningkat sehingga pemenuhan pangan (karbohidrat) meningkat.
Sebagai contoh: Indonesia dari pengimpor beras mampu swasembada dan bisa mengekspor beras
ke India.

3. Permasalahan dan dampak negatif


a) Penurunan produksi protein, dikarenakan pengembangan serealia (sebagai sumber
karbohidrat) tidak diimbangi pengembangan pangan sumber protein dan lahan peternakan
diubah menjadi sawah.
b) Penurunan keanekaragaman hayati.
c) Penggunaan pupuk terus menerus menyebabkan ketergantungan tanaman pada pupuk.
d) Penggunaan pestisida menyebabkan munculnya hama

4. Pengertian revolusi hijau


Revolusi Hijau adalah sebutan tidak resmi yang dipakai untuk menggambarkan perubahan
fundamental dalam pemakaian teknologi budidaya pertanian yang dimulai pada tahun 1950-an
hingga 1980-an di banyak negara berkembang, terutama di Asia. Hasil yang nyata adalah
tercapainya swasembada (kecukupan penyediaan) sejumlah bahan pangan di beberapa negara
yang sebelumnya selalu kekurangan persediaan pangan (pokok), seperti India, Bangladesh,
Tiongkok, Vietnam, Thailand serta Indonesia, untuk menyebut beberapa negara. Norman Borlaug,
penerima penghargaan Nobel Perdamaia 1970, adalah orang yang dipandang sebagai konseptor
utama gerakan ini. Revolusi hijau diawali oleh Ford dan Rockefeller Foundation, yang
mengembangkan gandum di Meksiko (1950) dan padi di Filipina (1960)

Konsep Revolusi Hijau yang di Indonesia dikenal sebagai gerakan Bimas (bimbingan masyarakat)
adalah program nasional untuk meningkatkan produksi pangan, khususnya swasembada
beras.Tujuan tersebut dilatarbelakangi mitos bahwa beras adalah komoditas strategis baik ditinjau
dari segi ekonomi, politik dan sosial. Gerakan Bimas berintikan tiga komponen pokok, yaitu
penggunaan teknologi yang sering disabut Panca Usaha Tani, penerapan kebijakan harga sarana
dan hasil reproduksi serta adanya dukungan kredit dan infrastruktur.Gerakan ini berhasil
menghantarkan Indonesia pada swasembada beras
Pemerintah memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada petani. Kegiatan pemasaran hasil
produksi pertanian berjalan lancar seiring perkembangan teknologi dan komunikasi. Bimbingan
tersebut antara lain :

 Tumbuhan yang ditanam terspesialisasi atau yang dikenal dengan monokultur, yaitu menanami
lahan dengan satu jenis tumbuhan saja.
 Pengembangan teknik kultur jaringan untuk memperoleh bibit unggul yang diharapkan yang
tahan terhadap serangan penyakit dan hanya cocok ditanam di lahan tertentu.
 Petani menggunakan bibit padi hasil pengembagan Institut Penelitian Padi Internasional
(IRRI=International Rice Research Institute) yang bekerjasama dengan pemerintah, bibit padi
unggul tersebut lebih dikenal dengan bibit IR.
 Pola pertanian berubah dari pola subsistensi menjadi pola kapital dan komersialisasi.
 Negara membuka investasi melalui pembangunan irigasi modern dan pembagunan industri
pupuk nasional.
 Pemerintah mendirikan koperasi-koperasi yang dikenal dengan KUD (Koperasi Unit Desa).
Pemerintah lalu melakukan Pola Umum Pembangunan Jangka Panjang (25-30 tahun) dilakukan
secara periodik lima tahunan yang disebut Pelita(Pembangunan Lima Tahun). Pelita berlangsung
dari Pelita I-Pelita VI penjelasannya sebagai berikut :
 Pelita I(1 April 1969 – 31 Maret 1974)
Sasaran yang hendak di capai pada masa ini adalah pangan, sandang, perbaikan prasarana,
perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani. Pelita I lebih
menitikberatkan pada sektor pertanian.
 Keberhasilan dalam Pelita I yaitu:
 Produksi beras mengalami kenaikan rata-rata 4% setahun.
 Banyak berdiri industri pupuk, semen, dan tekstil.
 Perbaikan jalan raya.
 Banyak dibangun pusat-pusat tenaga listrik.
 Semakin majunya sektor pendidikan.
 Pelita II(1 April 1974 – 31 Maret 1979)
Sasaran yang hendak di capai pada masa ini adalah pangan, sandang, perumahan, sarana dan
prasarana, mensejahterakan rakyat, dan memperluas lapangan kerja. Pelita II berhasil
meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata penduduk 7% setahun. Perbaikan dalam hal
irigasi. Di bidang industri juga terjadi kenaikna produksi. Lalu banyak jalan dan jembatan yang di
rehabilitasi dan di bangun.
 Pelita III(1 April 1979 – 31 Maret 1984)
Pelita III lebih menekankan pada Trilogi Pembangunan. Asas-asas pemerataan di tuangkan
dalam berbagai langkah kegiatan pemerataan, seperti pemerataan pembagian kerja,
kesempatasn kerja, memperoleh keadilan, pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan
perumahan,dll
 Pelita IV(1 April 1984 – 31 Maret 1989)
Pada Pelita IV lebih dititik beratkan pada sektor pertanian menuju swasembada pangan dan
meningkatkan ondustri yang dapat menghasilkan mesin industri itu sendiri. Hasil yang dicapai
pada Pelita IV antara lain :
 Swasembada Pangan
Pada tahun 1984 Indonesia berhasil memproduksi beras sebanyak 25,8 ton. Hasil-nya
Indonesia berhasil swasembada beras. kesuksesan ini mendapatkan penghargaan dari
FAO(Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia) pada tahun 1985. hal ini merupakan prestasi besar
bagi Indonesia.
 Pelita V(1 April 1989 – 31 Maret 1994)
Pada Pelita V ini, lebih menitik beratkan pada sektor pertanian dan industri untuk
memantapakan swasembada pangan dan meningkatkan produksi pertanian lainnya serta
menghasilkan barang ekspor.
 Pelita VI (1 April 1994 – 31 Maret 1999)
Pada masa ini pemerintah lebih menitikberatkan pada sektor bidang ekonomi. Pembangunan
ekonomi ini berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembangunan dan peningkatan
kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya.

Anda mungkin juga menyukai