Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KISTA OVARIUM

Disusun Oleh:
Nur Hanief MB
PB1905033

PROGRAM PROFESI NERS ALIH JALUR


STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
2020
LAPORAN PENDAHULUAN KISTA OVARIUM/ KISTOMA OVARII

A. DEFINISI
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat
tumbuh di mana saja dan jenisnya bermacam-macam (Jacoeb, 2007).Kista adalah
suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis, berisi cairan atau
bahan setengah cair (Soemadi, 2006). Kista ovarium merupakan suatu
pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau ovarium. Cairan yang
terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang terbentuk dari lapisan
terluar dari ovarium (Agusfarly, 2008). Kista ovarium adalah pertumbuhan sel
yang berlebihan/abnormal pada ovarium yang membentuk seperti kantong. Kista
ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh
hormonal dengan siklus mentsruasi. (Lowdermilk, dkk. 2005).
B. ANATOMI

C. JENIS - JENIS KISTA OVARIUM


Menurut etiologi, kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Kista non neoplasma. Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon


esterogen dan progresterone diantaranya adalah :
 Kista non fungsional.
 Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang
berkurang di dalam korteks.
 Kista fungsional.
 Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi
ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler
di antara siklus menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang
menarche kurang dari 12 tahun.
 Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi
progesterone setelah ovulasi.
 Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG
terdapat pada mola hidatidosa.
 Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH
yang menyebabkan hiperstimuli ovarium.

2. Kista neoplasma

 Kistoma ovarii simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum


yang kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam
kista.
 Kistodenoma ovarii musinoum. Asal kista ini belum pasti,
mungkin berasal dari suatu teratoma yang pertumbuhanya I elemen
mengalahkan elemen yang lain
 Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan
ovarium (Germinal ovarium)
 Kista Endrometreid. Belum diketahui penyebab dan tidak ada
hubungannya dengan endometroid
 Kista dermoid. Tumor berasal dari sel telur melalui proses
patogenesis
D. ETIOLOGI
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang
nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista
ovarium,tipe folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan. Kista
jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol.
Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam ovarium.
Padakeadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka saat siklus
menstruasi untuk melepaskan sel telur. Namun pada beberapa kasus, folikel ini
tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan carian yang nantinya akan
menjadi kista. Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa darah yang keluar
akibatdari perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium. Pada
beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan abnormal tubuh seperti rambut
dan gigi.Kista jenis ini disebut dengan Kista Dermoid.

E. PATHWAY DAN PATOFISIOLOGI


Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture
akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm
dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus
luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila
terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara
gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-
kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh
gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk
karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang
berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan
choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes,
HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi
infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH)
atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi
ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang
ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini,
keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian
besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah
kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari
area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan
germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel
yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal,
dan mesodermal. Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium
ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel
dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram.
Kista-kista itu sendiri bukan menjadi problem utama dan diskusi tentang penyakit
tersebut diluar cakupan artikel ini.
F. MANIFESTASI KLINIS
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya
sedikit nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang
menjadi besar dan menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa
dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan
lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau
kanker ovarium.
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau
perubahan ditubuh Anda untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala
berikut mungkin muncul bila anda mempunyai kista ovarium :

1. Perut terasa penuh, berat, kembung


2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
3. Haid tidak teratur
4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke
punggung bawah dan paha.
5. Nyeri sanggama
6. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat
hamil.

Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan


segera:

1. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba


2. Nyeri bersamaan dengan demam
3. Rasa ingin muntah

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pengobatan kiste ovarii yang besar biasanya adalah pengangkatan
melalui tindakan bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan
tampak terisi oleh cairan atau fisiologis pada pasien muda yang sehat,
kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kiste.
2. Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan perawatan
pembedahan abdomen. Penurukan tekanan intraabdomen yang
diakibatkan oleh pengangkatan kiste yang besar biasanya mengarah pada
distensi abdomen yang berat, komplikasi ini dapat dicegah dengan
pemakaian gurita abdomen yang ketat.

H. KOMPLIKASI
1. Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas
terjadinya kanker ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme
terjadinya kanker masih belum jelas namun dianjurkan pada wanita yang
berusia diatas 40 tahun untuk melakukan skrining atau deteksi dini
terhadap kemungkinan terjadinya kanker ovarium.
2. Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral
terutama yang berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila
seorang wanita usia subur menggunakan metode konstrasepsi ini dan
kemudian mengalami keluhan pada siklus menstruasi, lebih baik segera
melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan terjadinya kanker
ovarium.

I. PENGAKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan
alamat, serta data penanggung jawab
2. Keluhan klien saat masuk rumah sakit
Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di
daerah abdomen, menstruasi yang tidak berhenti-henti.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri
pada daerah abdomen bawah, ada pembengkakan pada daerah perut,
menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual dan muntah.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya tidak ada keluhan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Kista ovarium bukan penyakit menular/keturunan.
d. Riwayat perkawinan
Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh terhadap timbulnya
kista ovarium.
4. Riwayat kehamilan dan persalinan
Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi
untuk tumbuh/tidaknya suatu kista  ovarium.
5. Riwayat menstruasi
Klien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea dan
bahkan sampai amenorhea.
6. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis.
a. Kepala
1) Hygiene rambut
2) Keadaan rambut
b. Mata
1) Sklera                  : ikterik/tidak
2) Konjungtiva        : anemis/tidak
3) Mata                    : simetris/tidak
c. Leher
1) pembengkakan kelenjer tyroid
2) Tekanan vena jugolaris.
d. Dada
e. Pernapasan
1) Jenis pernapasan
2) Bunyi napas
3) Penarikan sela iga
f. Abdomen
1) Nyeri tekan pada abdomen.
2) Teraba massa pada abdomen.
g. Ekstremitas
1) Nyeri panggul saat beraktivitas.
2) Tidak ada kelemahan.
h. Eliminasi, urinasi
1) Adanya konstipasi
2) Susah BAK
7. Data Sosial Ekonomi
Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan berbagai
tingkat umur, baik sebelum masa pubertas maupun sebelum menopause.
8. Data Spritual
Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan
kepercayaannya.
9. Data Psikologis
Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana ovarium
sebagai penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium tersebut
sementara pada klien dengan kista ovarium yang ovariumnya diangkat
maka hal ini akan mempengaruhi mental klien yang ingin hamil/punya
keturunan.
10. Pola kebiasaan Sehari-hari
Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam
aktivitas, dan tidur karena merasa nyeri
11. Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorium
a. Pemeriksaan Hb
b. Ultrasonografi Untuk mengetahui letak batas kista.
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan
pemeriksaan:
1. Ultrasonografi (USG) Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba
(transducer) digunakan untuk mengirim dan menerima gelombang suara
frekuensi tinggi (ultrasound) yang menembus bagian panggul, dan
menampilkan gambaran rahim dan ovarium di layar monitor. Gambaran
ini dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk memastikan keberadaan
kista, membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista
cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi
material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
2. Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui
pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium,
menghisap cairan dari kista atau mengambil bahan percontoh untuk
biopsi.
3. Hitung darah lengkap
Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis.

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operasi
1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis (neoplasma)
2. Ansietas b/d kurang terpapar informasi
3. Risiko perdarahan d/d gangguan koagulasi (trombositosis)
4. Risiko infeksi d/d ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder

Post Operasi
1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik
2. Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan
3. Deficit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)
L. RENCANA KEPERAWATAN
Pre Operasi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1 Nyeri akut b/d agen pencedera Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri
fisiologis (neoplasma) keperawatan ...x24 jam - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
diharapkan tingkat nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
menurun dengan kriteria - Identifikasi skala nyeri
hasil: - Identifikasi respon nyeri nonverbal
- Keluhan nyeri - Identifikasi faktor yang memperberat dan
menurun ( skala 1) memperingan nyeri
- Meringis, sikap Terapeutik
protektif menurun - Berikan teknik nonfarmakologis (nafas dalam
- Gelisah, sulit tidur dan murrotal)
menurun - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
- TTV dbn nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Kolaborasi pemberian analgetik
2 Ansietas b/d kurang terpapar Setelah dilakukan asuhan Reduksi ansietas
informasi keperawatan selama …x24 - Monitor tanda- tanda ansietas
jam diharapkan tingkat - Ciptakan suasana terapeutik
ansietas menurun dengan - Pahami situasi yang membuat ansietas
kriteria hasil: - Dengarkan dengan penuh perhatian
- Verbalisasi kebingungan - Latih teknik relaksasi (mis, napas dalam,
menurun peregangan, atau imajinasi terbimbing)
- Verbalisasi khawatir Edukasi pre dan post operatif
akibat kondisi yang - Identifikasi kesiapan dan kemampuan
dihadapi menurun menerima informasi
- Perilaku gelisah, - Identifikasi pengalaman pembedahan dan
tegang menurun tingkat pengetahuan tentang pembedahan
- Pola tidur - Identifikasi harapan akan pembedahan
membaik - Identifikasi kecemasan pasien dan keluarga
- Sediakan waktu untuk mrngajukan pertanyaan
dan mendiskusikan masalah
- Informasikan jadwal, lokasi oprasi, lama oprasi
Informasikan persiapan preoprasi

3 Risiko perdarahan d/d Setelah dilakukan asuhan Pencegahan perdarahan


gangguan koagulasi keperawatan ...x24 jam - Monitor tanda dan gejala perdarahan
(trombositosis) diharapkan tingkat - Mengukur TTV
perdarahan menurun dengan - Monitor koagulasi
kriteria hasil: - Motivasi bedrest
- Hasil laborat dbn - Anjurkan membatasi aktivitas fisik untuk
(Hb, trombosit dbn) menurunkan risiko perdarahan
- TTV dbn - Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian
- Tidak ada terapi
perdarahan aktif
4 Risiko infeksi d/d Setelah dilakukan asuhan Pencegahan infeksi
ketidakadekuatan pertahanan keperawatan ...x24 jam - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
tubuh sekunder diharapkan tingkat infeksi sistemik
menurun dengan kriteria - Pertahankan teknik aseptik
hasil: - Batasi jumlah pengunjung
- Demam, kemerahan, - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
nyeri, bengkak menurun dengan pasien dan lingkungan pasien
- Kadar sel darah - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
putih membaik Kolaborasi pemberian antibiotik

Post Operasi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1. Nyeri akut b.d agen injuri Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pain Management
fisik selama ...x24 jam diharapkan nyeri pasien
berkurang - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
NOC : lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
  Pain Level,
presipitasi
  Pain control,
  Comfort level - Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Kriteria Hasil : - Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
  Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab
pengalaman nyeri pasien
nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, - Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
mencari bantuan) - Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
  Melaporkan bahwa nyeri berkurang - Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
dengan menggunakan manajemen nyeri
  Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
frekuensi dan tanda nyeri) - Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri dukungan
berkurang
- Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
  Tanda vital dalam rentang normal
suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
- Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
- Ajarkan tentang teknik non farmakologi
- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasi
- Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil

2. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan keperawatan Infection Control (Kontrol infeksi)
penurunan pertahanan selama ...x 24 jam diharapakan infeksi - Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
primer terkontrol - Pertahankan teknik isolasi
NOC :
- Batasi pengunjung bila perlu
  Immune Status
  Knowledge : Infection control - Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
  Risk control berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
Kriteria Hasil :
- Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
  Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Mendeskripsikan proses penularan - Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
penyakit, factor yang mempengaruhi - Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
penularan serta penatalaksanaannya,
- Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
Menunjukkan kemampuan untuk
mencegah timbulnya infeksi - Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai
  Jumlah leukosit dalam batas normal
  Menunjukkan perilaku hidup sehat dengan petunjuk umum
- Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
- Tingkatkan intake nutrisi
- Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)


- Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
- Monitor hitung granulosit, WBC
- Monitor kerentanan terhadap infeksi
- Batasi pengunjung
- Saring pengunjung terhadap penyakit menular
- Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
- Pertahankan teknik isolasi k/p
- Berikan perawatan kuliat pada area epidema
- Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
- Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
- Dorong masukkan nutrisi yang cukup
- Dorong masukan cairan
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
- Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara menghindari infeksi
- Laporkan kecurigaan infeksi
- Laporkan kultur positif
3. Deficit personal hyegene Setelah dilakukan asuhan keperawatan Personal hyegine managemen
b.d imobilitas (nyeri selama ...x24 jam diharapakan pasien - Kaji keterbatasan pasien dalam perawatan diri
pembedahan) menunjukkan kebersihan diri - Berikan kenyamanan pada pasien dengan membersihkan
NOC :
tubuh pasien (oral,tubuh,genital)
  Kowlwdge : disease process
  Kowledge : health Behavior - Ajarkan kepada pasien pentingnya menjaga kebersihan diri
Kriteria Hasil : - Ajarkan kepada keluarga pasien dalam menjaga kebersihan
  Pasien bebas dari bau
pasien
  Pasien tampak menunjukkan kebersihan
  Pasien nyaman
DAFTAR PUSTAKA

A.Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC.

Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edit.

Mansjoer, Arief dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapus.

Manuaba. (2008). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.


Jakarta:EGC.

Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of
America:Mosby.

Meidian, JM. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of


America:Mosby.

William Helm, C. Ovarian Cysts. 2005. American College of Obstetricians and


Gynecologists ( cited 2005 September 16 ). Available at http://emedicine.com

Winknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/11/laporan-pendahuluan-kista-
ovarium.html#.VA3JO0B6PMw

Anda mungkin juga menyukai