Anda di halaman 1dari 12

Saliva Yang Mengandung Streptococcus Mutans Yang Sangat Tinggi diprediksi dapat

menyebabkan Karies pada Anak

Burton L. Edelstein, DDS, MPH1 • Steven D. Ureles, DMD, MS2 • Arlene Smaldone, PhD,
CPNP, CDE3

Abstrak:

Tujuan: Kultur Mutans Streptococci (MS) dari air liur anak-anak memiliki kegunaan yang
tinggi dalam menilai risiko karies. Tujuan dari penelitian kohort retrospektif ini adalah untuk
menguji kemampuannya dalam memprediksi perkembangan karies dan menentukan
sensitivitas, spesifisitas, dan kemungkinan rasio karies yang tinggi dari (“too numerous to
count (TNTC)/ jumlah yang sangat banyak) hasil tes MS. Metode: 200 anak prasekolah (3,3
± 1,2 tahun, 50 persen tidak ada yang terjangkit MS, 50 persen TNTC dari MS pada
kunjungan pertama ke dokter gigi) diikuti selama lima tahun atau lebih. Dari pengalaman
kedua kelompok karies tersebut, kemudian dibandingkan untuk mengidentifikasi prediktor
munculnya karies dan faktor pertumbuhannnya. Hasil: Mengontrol faktor demografi,
kesehatan mulut, dan kunjungan ke dokter gigi, TNTC pada anak-anak prasekolah di kedua
kelompok tersebut jumlah kariesnya meningkat pada kunjungan pertama ke dokter gigi
(adjusted odds ratio[aOR]/rasio odds yang disesuaikan 8,0, 95 persen confidence interval
[CI]/interval kepercayaan 2,5 hingga 25,5) dan perkembangan karies pada lima tahun atau
lebih (aOR 6.0, 95 persen CI 2.4 hingga 15.0). Hanya sedikit anak-anak dengan TNTC yang
tetap bebas karies selama lima tahun atau lebih lama (13 persen berbanding 77 persen tanpa
MS). Secara keseluruhan, sensitivitas dan spesifisitas melebihi 75 persen. Kesimpulan:
Anak-anak dengan TNTC MS yang sudah melakukan perawatan gigi preventif, enam kali
lebih mungkin mengalami peningkatan karies di dalam gigi berlubang dibandingkan dengan
anak-anak prasekolah tanpa MS yang kariesnya dibersihkan pada kunjungan pertama.
(Pediatr Dent 2016;38(4):325-30) Received February 23, 2016 | Last Revision May 1, 2016 |
Accepted May 16, 2016

KATA KUNCI: KARIES PADA ANAK DI USIA DINI, SCREENING, RESIKO KARIES,
ORGANISASI LAYANAN KESEHATAN PEDIATRIK

Di Amerika Serikat, anak-anak yang mengalami karies masih sangat lazim,


konsekuensial, dan dari berbagai ras dan tingkat ekomoni1-3 namun secara signifikan dapat
dicegah.4,5 Dalam era kolaborasi antar-disiplin yang semakin meningkat, mengidentifikasi
anak-anak dengan resiko terjadinya karies pada kedua kelompok gigi dan tempat perawatan
gigi sulung anak adalah hal yang menarik. 6 The American Academy of Pediatric Dentistry 7
dan American Academy of Pediatrics8 mempromosikan skrining awal, konseling, aplikasi
fluoride, dan perawatan gigi untuk anak-anak yang berisiko, tetapi the United States
Preventive Services Task Force menemukan “bukti yang tidak cukup” dari “ujian skrining
rutin pada perawatan karies gigi sulung yang dilakukan oleh dokter gigi.” 9,10 Pelayanan medis
pada dokter gigi anak akan mendapatkan manfaat dari tes objektif yang mengidentifikasi
anak-anak dengan resiko terjadinya karies yang progresif. Literatur tentang prediksi karies
pada anak-anak cukup kuat tetapi tidak pasti, dan penelitian tentang insiden longitudinal lebih
sedikit daripada penelitian tentang prevalensi cross-sectional.11 Secara umum, penyebab
terjadinya karies adalah mikrobiologis, makanan, perilaku, faktor sosial, dan lingkungan yang
dapat mencerminkan bahwa penyakit ini penyebabnya bisa multifaktorial dan saling
berkorelasi.12 Mengingat karsinogenesis itu melibatkan komponen mikrobiologis yang
penting, sehingga risiko kejadian semakin banyak termasuk juga tes kadar saliva organisme
kariogenik. Beberapa bakteri asidogenik dan akidurik berkontribusi terhadap karies patogen,
menimbulkan pertanyaan tentang organisme mana yang akan diuji, tetapi Streptococcus
mutans (MS) yang patognomonik untuk awal karies di masa kanak-kanak.13 Meskipun
demikian, bukti untuk nilai MS yang diuji untuk prediksi karies adalah equivocal 14-16 dan
investigasi tambahan diperlukan.

Penelitian kami sebelumnya pada anak-anak di bawah tiga tahun 17 adalah


menetapkan bahwa kultur MS saliva mungkin lebih efektif, lebih sederhana, dan lebih sedikit
memakan waktu daripada menggunakan alat penilaian risiko yang dimiliki oleh the American
Academy of Pediatric Dentistry’s Caries Risk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mempertimbangkan nilai kultur saliva streptokokus mutans dalam mengidentifikasi anak-
anak usia enam tahun atau lebih muda pada kunjungan pertama ke dokter gigi untuk menilai
kejadian karies dan perkembangannya selama lima atau lebih tahun; memeriksa peningkatan
karies dari waktu ke waktu pada kelompok anak-anak yang diidentifikasi tanpa adanya saliva
MS (Kelompok MS “nol”) dibandingkan dengan anak-anak dengan kadar saliva MS yang
sangat tinggi (kelompok "jumlah yang sangat banyak/ too numerous to count [TNTC]") pada
penilaian awal dan mengidentifikasi faktor-faktor yang terkait dengan peningkatan
karies; dan menentukan akurasi klinis dan kemampuan dari uji MS untuk mengantisipasi
meningkatnya karies dari waktu ke waktu.
Metode
Pengaturan, identifikasi subjek, dan kelayakan. Dengan pembuktian dari the Institutional
Review Board of Columbia University Medical Center, New York, N.Y., USA, kami lakukan
perbandingan antara grafik retrospektif dengan perkembangan karies pada anak-anak usia
lebih dari lima tahun dengan level nol kadar MS dan TNTC MS yang diikuti pada praktek
pribadi dokter gigi; the Children’s Dental Associates of New London County Connecticut,
P.C. (CDA), New London, Conn., USA. CDA adalah tempat praktek pribadi dokter gigi anak
yang khusus melayani populasi dengan sosial-ekonomi campuran dan menerima peresepan
suplemen yang direkomendasikan dan mengandung fluoride untuk anak-anak. Pada
penelitian ini, praktek yang melibatkan tujuh American Board of Pediatric Densitry (ABPD)
– yang bersertifikat dokter gigi anak-anak sudah melayani lebih dari 17.000 anak-anak yang
unik secara rutin. Prektek tersebut telah melayani penelitian untuk menginvestigasi penilaian
resiko terjadinya karies sejak pertengahan tahun 1980-an. 18,19
Saliva dari semua pasien baru di CDA sudah rutin dilakukan kultur untuk menilai MS
sebagai komponen dari resiko terjadinya karies dan sebagai protokol management. Untuk
mendapatkan sampel saliva yang bersih dilakukan dengan cara menurunkan lidah anak
dengan alat steril sampai ke permukaan dorsal dan kemudian ditekan lidahnya pada piring
agar yang mengandung media selektif untuk MS (dimodifikasi dari Medium Gold yang
terdiri dari basis agar-agar mitis salivarius, 20 persen sukrosa, dan bacitracin 0,2 U/ml dengan
tambahan sorbitol dan kanamisin sulfat dan bacitracin) 20. Piring agar tersebut kemudian
diinkubasi selama dua hari pada 35 hingga 37 derajat Celcius dan diikat dalam kantong
plastik diisi udara dengan cara ditiup sampai menggelembung untuk membuat lingkungan
anaerob. Menggunakan templet visual, intensitas pertumbuhan bakteri pada setiap lempeng
yang dibaca sebagai unit pembentuk koloni/colony forming units (CFU) oleh satu ahli
kesehatan yang ditunjuk selama periode penelitian dan dicatat sebagai: nol (tidak ada
pertumbuhan yang jelas); rendah (satu hingga sembilan CFU); sedang (10 hingga 99 CFU);
tinggi (100 hingga 100.000 CFU); dan TNTC (lebih dari 100.000 CFU). MS yang ditemukan
dicatat pada manajemen praktik Perusahaan Dentech sistem (Henry Schein Inc., Melville,
N.Y., USA). Sistem manajemen praktek diminta untuk mengidentifikasi 100 anak pertama
dengan level nol MS dan 100 anak pertama dengan level TNTC MS yang memenuhi kriteria
inklusi menjadi sama dengan atau lebih muda dari enam tahun pada saat pertama kali mereka
melakukan kunjungan ke dokter gigi, dan follow-up yang masih berlangsung di CDA selama
lima tahun, tidak minum obat antibiotik atau xerostomik pada saat kunjungan awal, dan tidak
memiliki penyakit kronis.
Semua anak diberikan perawatan gigi yang komprehensif, termasuk kunjungan untuk
pencegahan setiap setengah tahun, seperti konseling diet, suplementasi fluoride topikal dan
sistemik, perawatan gigi restoratif, dan penempatan sealant secara rutin. Semua pasien CDA
terlibat dalam sistem re-call, intensitas dan isi konseling tentang karies disesuaikan dengan
tingkat risiko berdasarkan penilaian, dan pada temuan kultur MS serta pengalaman karies
anak dan riwayat masal lalu dan temuan klinis.
Grafik klinis untuk semua 200 subjek diambil dan akan ditinjau kembali oleh satu
penulis (SU) untuk memvalidasi kriteria inklusi dan mengekstraksi informasi tentang
karakteristik pasien pada kunjungan awal, termasuk usia anak, usia ibu dan status
perkawinan, jumlah gigi karies, skor plak gigi (menggunakan indeks kebersihan mulut yang
disederhanakan), dan jenis asuransi (tidak diasuransikan, swasta atau publik [Medicaid or
Children’s Health Insurance Program]). Data juga diambil dari catatan kunjungan
sebelumnya untuk pencegahan, tetapi bukan jenis kunjungan gigi lainnya, peningkatan
jumlah karies dan skor kebersihan mulut. Asuransi publik berfungsi sebagai proxy untuk
keluarga dengan status ekonomi berpenghasilan rendah. Karena semua anak memiliki
paparan fluoride baik melalui sistem pada saluran air atau suplementasi yang telah
diresepkan, status fluoridasi tidak dimasukkan dalam analisis. Adanya karies gigi
(membusuk dan terisi karena karies) secara klinis dan radiografi dinilai dan dipetakan oleh
dokter gigi anak CDA.
Data dimasukkan ke dalam database Microsoft Office Excel (Microsoft Corp,
Redmond, Wash., USA) dan diperiksa apakah ada data yang hilang atau ada kesalahan entri
data. Data disimpan di komputer yang dilindungi kata sandi dan selalu back-up setiap hari.
Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SAS 9.3 (SAS Institute,
Cary, N.C., USA). Karakteristik demografi anak-anak dengan level nol dan TNTC MS
dibandingkan dengan menggunakan analisis chi-square dan uji-t siswa. Variabel yang
mencapai nilai signifikansi dengan nilai statistik (P <0,05) dalam analisis bivariat
dimasukkan ke dalam model regresi logistik sederhana dan multivariat untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang secara independen memprediksi peningkatan karies dari
waktu ke waktu (variabel dependen). Tes diagnostik (sensitivitas dan spesifisitas dan rasio
kemungkinan) dihitung untuk menguji kemampuan prediktif temuan tes MS saliva TNTC
untuk mendeteksi keberadaan awal karies, peningkatan karies sama atau lebih besar dalam
lima tahun, keberadaan karies sama atau lebih dalam lima tahun, dan karies meningkat pada
pasien yang bebas karies pada kunjungan pertama ke dokter gigi.
Hasil
Dari 17.157 catatan pasien yang unik pada temuan MS dalam daftar manajemen
praktik Dentech, 8.230 (48 persen) memiliki nol MS dan 808 (4,7 persen) memiliki TNTC
MS. 100 anak pertama dengan jumlah nol dan 100 anak pertama dengan TNTC MS yang
memenuhi semua kriteria inklusi dipilih untuk analisis lebih lanjut.
Tabel 1 menyajikan karakteristik sampel pada kunjungan awal ke dokter gigi dan
pada akhir periode perawatan lanjutan. Pada kunjungan awal, tidak ada perbedaan antara
kedua kelompok mengenai usia anak, jenis kelamin, atau skor awal kebersihan mulut. Ibu
dari anak-anak dengan level TNTC MS rata-rata dua tahun lebih muda dengan ibu dari anak-
anak dengan level nol MS (P = 0,008), dan lebih sedikit pasangan yang menikah (P = 0,02).
Prevalensi karies gigi pada saat kunjungan pertama pada keseluruhan sampel adalah 36,5
persen.
Anak-anak dengan TNTC MS pada presentasi awal memiliki pengalaman gigi
berlubang yang lebih besar daripada anak-anak dengan level nol MS (62 persen dan 11
persen, masing-masing; P <0,001) dan pengalaman gigi berlubang yang lebih luas (rata-rata
2,9 dan 0,2 gigi yang mengalami gigi berlubang, masing-masing, ; P <0,001). Lebih banyak
anak-anak dengan TNTC MS pada presentasi awal terdaftar di Medicaid atau CHIP
dibandingkan dengan anak-anak dengan tingkat nol mutans (masing-masing 23 persen dan
tiga persen, masing-masing; P <0,001).
Pada lima tahun lebih masa follow-up, anak-anak dengan tingkat TNTC MS tercatat
memiliki total kunjungan untuk pencegahan yang lebih sedikit (11,7 banding 15,4; P <0,001)
dan retensi yang lebih pendek dalam perawatan (7,0 tahun vs 8,7 tahun; P <0,001).
Sementara itu ada perbedaan statistik dalam jumlah kunjungan untuk pencegahan, dan
cenderung tidak berdampak secara klinis (1,7 kunjungan untuk pencegahan per tahun dan 1,8
pada kunjungan tersebut, masing-masing; P = 0,01). Persentase yang lebih besar dari anak-
anak dengan jumlah TNTC MS pada kunjungan awal memiliki peningkatan karies
dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki MS (77 persen berbanding 20 persen; P
<0,001). Sementara 38 persen anak-anak dengan kadar TNTC MS bebas karies pada
awalnya, hanya 13 persen yang tetap bebas karies pada akhir penelitian. Di antara anak-anak
dengan tingkat nol MS, 89 persen bebas karies di awal pemeriksaan dan 77 persen tetap
bebas karies. Peningkatan karies rata-rata 8,6 kali lebih besar untuk anak-anak dengan kadar
TNTC MS dibandingkan dengan anak-anak dengan nol MS (5,2 gigi berbanding 0,6 gigi; P
<0,001). Rata-rata skor kebersihan mulut selama beberapa kunjungan, anak-anak TNTC MS
menunjukkan kebersihan mulut yang lebih buruk daripada anak-anak nol MS (4,5 vs 3,2; P =
0,002).

Tabel 2 menyajikan hasil yang tidak sesuai dan kemudian disesuaikan dari analisis
regresi logistik pada peningkatan karies saat follow up di akhir periode. Menyesuaikan
keberadaan karies pada awal pemeriksaan, usia ibu dan status perkawinan, jenis asuransi
kesehatan, jumlah kunjungan preventif selama periode follow up, dan nilai rata-rata skor
kebersihan mulut, dua faktor yang diprediksi secara independen memperkirakan peningkatan
terjadinya karies: (1) TNTC MS; dan (2) adanya karies pada kunjungan awal. ke dokter gigi.
Anak-anak dengan gigi berlubang yang datang pada kunjungan pertama ke dokter gigi
delapan kali lebih mungkin mengalami peningkatan terjadinya kerusakan gigi yang
membusuk dibandingkan dengan anak-anak yang bebas karies pada kunjungan awal ke
dokter gigi (aOR sama dengan 8,0, interval kepercayaan 95 persen [CI] sama dengan 2,5
hingga 25,5 ). Anak-anak dengan level TNTC MS enam kali lebih mungkin (aOR sama
dengan 6.0, 95 persen CI sama dengan 2.4 hingga 15.0) mengalami peningkatan gigi
berlubang dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki MS pada pemeriksaan awal.
Khususnya, tingkat ekonomi, seperti yang diidentifikasi oleh Medicaid / CHIP, tidak
memprediksi peningkatan gigi berlubang ketika variabel lain dipertimbangkan.
Tabel 3 menyajikan sifat uji kultur MS untuk sampel anak. Sensitivitas berkisar antara 67,6
hingga 84,9 persen dan nilai tersebut sangat tinggi untuk mendeteksi karies pada awal
pemeriksaan. Spesifisitas berkisar antara 70,1 dan 85,6 persen, dengan spesifisitas tertinggi
tercatat untuk memprediksi karies dan / atau peningkatan yang sama dengan atau lebih besar
dari masa lima tahun pada anak-anak yang telah bebas karies di awal. Rasio kemungkinan
secara keseluruhan, dengan kemungkinan positif terbesar (5,5) untuk memprediksi
keberadaan karies yang sama dengan atau lebih besar dari lima tahun dan rasio kemungkinan
negatif (0,22) untuk deteksi karies pada data dasar. Kemungkinan kemunculan karies gigi di
awal adalah 78 persen lebih rendah untuk anak dengan nol MS dibandingkan dengan mereka
yang memiliki TNTC MS saat dilakukan tes. Meskipun terlibat secara berkelanjutan dalam
perawatan gigi, kemungkinan karies sama dengan atau lebih besar dari lima tahun setelah
kunjungan gigi awal adalah 5,5 kali lebih tinggi untuk anak dengan tes TNTC MS pada awal
dibandingkan dengan mereka yang memiliki tes negatif (nol MS).

Diskusi
Temuan penting dari penelitian ini adalah: (1) kultur saliva MS pada anak berusia enam
tahun ke bawah adalah tes yang berguna secara klinis untuk mengidentifikasi mereka yang
berisiko tinggi untuk terjadinya dan perkembangan karies, termasuk anak-anak yang belum
menunjukkan bukti visual gigi berlubang; (2) Level TNTC MS, dibandingkan dengan level
MS yang tidak dapat dihilangkan atau nol, secara signifikan merupakan prediksi peningkatan
gigi berlubang dari waktu ke waktu; (3) kehadiran visual awal gigi berlubang secara
signifikan memprediksi peningkatan gigi berlubang dari waktu ke waktu; dan (4) status anak
sebagai penerima Medicaid atau CHIP (mencerminkan tingkat kemiskinan atau status dengan
penghasilan rendah), tidak dapat diprediksi secara independen akan terjadinya atau
berkembangnya gigi berlubang.
Sementara temuan klinis dan uji karakteristik yang dilaporkan secara klinis berguna untuk
anak-anak yang menunjukkan tingkat MS yang sangat rendah dan sangat tinggi, penting
untuk dicatat bahwa sekitar setengah dari anak-anak dalam praktik memiliki tingkat MS yang
merupakan perantara yang ekstrem di kunjungan awal. Implikasi dari level MS perantara ini
pada kunjungan gigi pertama masih belum diselidiki, dan diperlukan penelitian di masa
depan untuk memeriksa kegunaan klinisnya.
Penelitian cross-sectional kami sebelumnya yang membandingkan empat metode penilaian
risiko karies menentukan bahwa budaya MS saliva saja mengungguli Alat Penilaian Risiko
Karies (CAT) dari American Academy of Pediatric Dentistry dan variasi CAT untuk akurasi
(sensitivitas dan spesifisitas) dan utilitas klinis (prediktif). nilai) .17 Dari nilai klinis yang
lebih besar untuk penyedia gigi dan pediatrik adalah temuan dari penelitian longitinal saat ini
bahwa tingkat TNTC MS adalah prediksi risiko tinggi untuk perkembangan penyakit dari
waktu ke waktu, bahkan pada anak-anak yang secara klinis belum menunjukkan gigi
berlubang.
Selain menginformasikan perawatan gigi, pada penelitian ini juga menginformasikan kepada
dokter gigi pada pelayanan primer karena berupaya menerapkan rekomendasi untuk praktisi
medis yang mendukung peran aktif dalam pengawasan kesehatan mulut melalui penilaian
risiko karies, pedoman antisipatif, konseling pencegahan karies, aplikasi fluoride topikal ,
dan rujukan ke dokter gigi. Kultur MS tampaknya merupakan pendekatan prediksi risiko
karies yang valid dan andal yang secara klinis dapat diterima oleh anak-anak dan keluarga
mereka dan dapat lebih cepat, lebih mudah, dan, oleh karena itu, kultur lebih murah dan lebih
efisien untuk dieksekusi daripada alat penilaian risiko karies yang membutuhkan wawancara
orang tua yang ekstensif.17 Sementara kunjungan gigi untuk setiap anak pada usia satu tahun
adalah standar perawatan yang direkomendasikan, hanya sebagian kecil anak-anak berusia
22
nol hingga dua tahun yang benar-benar menerima layanan kesehatan gigi preventif, pada
kalangan minoritas dan anak-anak miskin yang tidak memanfaatkan perawatan gigi.
Temuan kami menunjukkan bahwa kultur MS dalam pengaturan non-gigi mungkin berguna
dalam menilai risiko anak-anak untuk mendapatkan rujukan yang tepat waktu ke dokter gigi.
Temuan penelitian ini harus ditafsirkan dalam konteks penelitian lain yang meneliti kejadian
karies atau perkembangannya pada anak dari waktu ke waktu. Dari sembilan penelitian
kohort, empat12,16,23,24 dilakukan di Amerika Serikat dan memeriksa perkembangan karies
pada anak di kalangan minoritas,16pedesaan,23dan yang berpenghasilan rendah12,23,24, sementara
penelitian kami menyertakan sampel yang lebih beragam di mana sebagian besar anak
memiliki asuransi kesehatan swasta. Periode follow up berkisar antara 12 bulan hingga tiga
tahun.24 Pada semua penelitian kecuali satu penelitian menggunakan desain prospektif. Dua
penelitian memasukkan pengujian MS pada awal ke dalam protokol penelitian dengan
temuan yang bertentangan. Fontana et al.16 mempelajari 396 anak berusia 18 hingga 36
bulan yang sehat. Pada 12 bulan, 23 persen anak-anak mengalami peningkatan karies.
Namun, tingkat MS, pada karies diawal perawatan, dan kebersihan mulut tidak memprediksi
perkembangan karies dalam sampel ini. Di sisi lain, Warren et al.23 mengikuti 212 bayi dan
balita berusia enam hingga 24 bulan; MS ada dalam 15 persen dan 44,5 persen dari sampel
pada awal penelitian selama 18 bulan. Saat 18 bulan, pasien yang terdapat MS adalah 4,4
kali lebih mungkin untuk memiliki karies dibandingkan dengan mereka yang bebas dari MS.
Dari lima penelitian yang dilakukan di Eropa, semua kecuali satu 28 dilakukan di negara
Nordik dan tiga26,28,29 menggunakan desain prospektif. Rata-rata, durasi follow up lebih lama
dan berkisar antara tiga28 dan delapan27 tahun. Dari jumlah tersebut, dua penelitian 26, 27

menggunakan pengujian MS dan keduanya melaporkan bahwa MS dapat digunakan untuk


memprediksi karies. Secara kolektif, temuan kami menambah literatur yang menunjukkan
bahwa kultur MS pada anak-anak pada kunjungan awal ke dokter gigi dapat membantu
memprediksi risiko karies dari waktu ke waktu dan digunakan secara serupa oleh dokter gigi
anak di pelayanan primer .
Keterbatasan dari penelitian ini berasal dari yang sedang dilakukan di kantor
multipractitioner yang aktif dengan komitmen penting untuk memberikan perawatan
komprehensif sesuai dengan pedoman klinis yang ditetapkan oleh American Academy of
Pediatric Dentistry dan standar praktisi yang ditetapkan oleh ABPD.7,8 Kantor ini meneliti
penelitian klinis berbasis variabilitas interpractitioner dalam mendiagnosis lesi karies, karena
dokter tidak memiliki standar. Namun, ambang batas deteksi gigi berlubang pada tujuh
dokter gigi anak yang bersertifikat Board cenderung relatif seragam, mengingat bahwa pasien
dibagi dalam rencana perawatan yang berbeda kemudian dibahas di antara para praktisi.
Yang tidak diketahui dari penelitian saat ini yang dikerjakan adalah apakah
pendekatan manajemen karies yang dilakukan oleh praktik gigi CDA tidak efektif atau
apakah perkembangan karies pada anak-anak dengan TNTC MS akan lebih besar jika itu
bukan untuk intervensi klinis yang digunakan. Mandat etis mensyaratkan bahwa anak-anak
yang dianggap berisiko tinggi untuk peningkatan karies harus dirawat melalui konseling dan
penggunaan fluorida topikal.
Karena karies adalah penyakit multifaktorial, tergantung diet, dimediasi fluoride
dengan komponen kerentanan genetik dan perilaku, beberapa anak dengan level MS saliva
TNTC, sehingga beresiko untuk terjadinya inisiasi atau adanya perkembangan gigi berlubang.
Selain itu, beberapa anak-anak dengan pengalaman gigi berlubang yang ada pada awal
perawatan tetapi tidak ada MS yang dapat dibersihkan mungkin telah mendapat manfaat dari
perawatan di rumah yang secara efektif menghentikan proses karies sebelum memulai
perawatan gigi di CDA. Dengan demikian, beberapa peluang untuk kesalahan klasifikasi
karies hanya berdasarkan tingkat MS yang paling mungkin. Meskipun demikian, anak-anak
dengan tingkat TNTC MS pada awal pemeriksaan memiliki peluang lebih besar gigi menjadi
berlubang pada awal dan memiliki peningkatan karies dari waktu ke waktu.
Sementara anak yang orang tuanya berpenghasilan rendah, yang diidentifikasi sebagai
penerima Medicaid dan CHIP, memiliki tingkat karies yang lebih tinggi dan lebih mungkin
memiliki tingkat MS saliva yang tinggi pada awal, model prediksi menunjukkan bahwa
kemiskinan atau berpenghasilan rendah bukan merupakan faktor risiko independen. untuk
terjadinya karies. Pekerjaan kami sebelumnya memeriksa model risiko yang sama dan
menunjukkan bahwa data status penghasilan rendah sebagai variabel prediktif meningkatkan
sensitivitas dan spesifisitas dalam identifikasi karies dihapus.
Kami menggunakan pendekatan kelompok ekstrim yang diakui30, 31
untuk secara
retrospektif membandingkan pengalaman karies anak-anak di kedua ujung spektrum MS (nol
dan TNTC). Kami sengaja menghapus data dari anak-anak dengan level di perantara hingga
nol dan TNTC untuk menilai nilai tes MS dalam prediksi karies yang paling efektif. Namun,
sementara nol MS mewakili hampir setengah dari anak-anak yang menerima perawatan di
CDA, anak-anak dengan TNTC MS hanya mewakili sedikit anak-anak. Oleh karena itu, hasil
ini harus ditafsirkan dengan hati-hati. Namun, mengingat temuan prediktif yang menjanjikan
dari penelitian saat ini, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menilai lintasan
perkembangan karies longitudinal anak-anak dengan tingkat MS menengah. Sangat mungkin
bahwa anak-anak dengan tingkat perantara akan memerlukan penilaian klinis yang lebih
besar dalam mengantisipasi kejadian ekstri pada karies anak.

Kesimpulan
Berdasarkan temuan penelitian ini, kesimpulannya adalah:
1. Kultur saliva streptokokus mutans pada anak-anak berusia enam tahun atau yg lebih
muda adalah alat yang berguna secara klinis untuk mengidentifikasi mereka yang
berisiko tinggi untuk terjadinya karies dan perkembangannya.
2. Tingkat pendapatan, seperti yang diidentifikasi oleh Medicaid / CHIP, tidak
memprediksi peningkatan gigi berlubang ketika variabel lain dipertimbangkan.
3. Penyedia pelayanan primer untuk dokter gigi anak harus mempertimbangkan kultur
MS saliva agar dapat mengidentifikasi anak-anak yang akan mendapatkan perawatan
gigi tepat waktu dan dengan managemen karies yang intensif.

Anda mungkin juga menyukai