Anda di halaman 1dari 6

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/329973091

ANALISIS KANDUNGAN KAFEIN DALAM KOPI TRADISIONAL GAYO DAN KOPI


LOMBOK MENGGUNAKAN HPLC DAN SPEKTROFOTOMETRI UV/VIS Analysis
of the Caffeine Concentration Contained in Traditi....

Article · December 2018

CITATIONS READS

0 4,097

1 author:

Muhammad Yudhistira Azis


Bandung Institute of Technology
11 PUBLICATIONS   5 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Cromium and Nikel reduction from electroplatting waste View project

analysis caffeine View project

All content following this page was uploaded by Muhammad Yudhistira Azis on 28 December 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ANALISIS KANDUNGAN KAFEIN DALAM KOPI TRADISIONAL GAYO DAN
KOPI LOMBOK MENGGUNAKAN HPLC DAN SPEKTROFOTOMETRI UV/VIS

Fathia Rizqi Aprilia*, Yossy Ayuliansari, Tikarahayu Putri, Muhammad Yudhistira Azis, Wisye Dewi
Camelina, Mochammad Resya Putra

KK Kimia Analitik Program Studi Kimia, Institut Teknologi Bandung, Bandung

Abstrak
Kafein merupakan senyawa turunan alkaloid yang dapat ditemukan dalam kopi, teh dan minuman kemasan
lainnya. Kelebihan kafein dapat menyebabkan sakit kepala, munculnya perasaan was-was dan cemas, serta dapat
menimbulkan gangguan pada lambung dan pencernaan. Oleh karenanya sangat dianjurkan untuk tidak
mengonsumsi kafein melebihi batas yang diperbolehkan. Penduduk Indonesia sangat dominan mengonsumsi
kopi dan kini kopi tradisional di tiap daerah telah menjadi khas utama suatu daerah seperti kopi Gayo yang
berasal dari Aceh dan kopi Lombok. Minimnya informasi kandungan kafein dalam kopi tradisional, berakibat
tidak terkontrolnya konsumsi kafein pada para penikmat kopi tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis kandungan kafein dalam kopi tradisional Gayo dan Kopi Lombok. Metode analisis yang dilakukan
yaitu dengan HPLC dan Spektrofotometri UV/VIS. Kandungan kafein dalam kopi tradisional tersebut kemudian
dibandingkan dengan kopi kemasan sebagai kontrol. Hasil analisis menggunakan UV/VIS dan HPLC
menunjukkan bahwa kandungan kafein pada kopi tradisional (gayo & Lombok) memiliki kadar kafein yang
lebih rendah dibandingkan dengan kopi kemasan. Dari analisis UV/VIS diketahui bahwa kadar kafein pada kopi
gayo, kopi Lombok dan kopi kemasan adalah 9,70 mg/gram, 14,24 mg/gram dan 14,97 mg/gram. Sedangkan
berdasarkan analisis menggunakan HPLC kadar kafein pada kopi gayo, kopi Lombok dan kopi kemasan adalah
8,10 mg/gram, 14,07 mg/gram dan 14,08 mg/gram.
Kata kunci: Kafein, kopi gayo, kopi lombok, HPLC, Spektrofotometri UV/VIS

Analysis of the Caffeine Concentration Contained in Traditional Coffee (Kopi Gayo and
Kopi Lombok) Using UV/Vis Spectrophotometry and HPLC
Abstrak
Caffeine is one kind of alkaloid compound contained in coffee, tea and other beverages. Overdose of caffeine
consumption stimulates headaches, anxiety, and stomach disorders. Thus, the consumption should not exceed the
limit. However, most of the Indonesian people are coffee addict, especially to the traditional coffee such as Kopi
Gayo from Aceh and Kopi Lombok. The lack of information about the caffeine concentration contained in the
traditional coffee is a potential cause of the uncontrolled caffeine intake in the consumer. Therefore, the goal of
this study is to analyze the concentration of caffeine in traditional Kopi Gayo and Kopi Lombok. Analytical
method is done with HPLC and Spectrophotometry UV/VIS. The concentration of caffeine in traditional coffee
is then compared with packaged coffee as a control. The results of analysis using spectrometer UV/VIS and
HPLC showed that the concentration of caffeine in traditional coffee (Gayo & Lombok) has lower levels of
caffeine compared with packaged coffee. From UV/VIS analysis it was found that caffeine levels in Kopi Gayo,
Kopi Lombok and packaged coffee were 9.70 mg/gram, 14.24 mg/gram and 14.97 mg/gram. While based on
analysis using HPLC caffeine levels on Gayo coffee, Lombok coffee and packaged coffee is 8.10 mg/gram,
14.07 mg/gram and 14.08 mg/gram.
Keywords: Caffeein, gayo coffee, Lombok coffee, HPLC, Spectrophotometry UV/VIS

Korespondensi: Fathia Rizqi Aprilia, Program Studi Kimia, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Email:
rizqyfath@gmail.com
BIOTIKA, Volume 16 No. 2 (2018)
37
Fathia Rizqi Aprilia dll. Analisis Kandungan Kafein Dalam Kopi Tradisional Gayo Dan Kopi Lombok
Menggunakan HPLC Dan Spektrofotometri UV/VIS

1. Pendahuluan penduduk Indonesia sangat dominan dan kini kopi


tradisonal ditiap daerah telah menjadi konsumsi
Kafein adalah salah satu jenis senyawa
khas utama suatu daerah seperti kopi gayo, yang
turunan alkaloid yang dapat ditemukan
berasal dari Aceh dan kopi lombok. Minimnya
dalam kopi dan teh. Kafein memiliki efek
informasi kandungan kafein dalam kopi
farmakologis yang bermanfaat secara klinis,
tradisional, berakibat tidak terkontrolnya konsumsi
seperti menstimulasi susunan syaraf pusat,
kafein pada para penikmat kopi tradisional.
dengan efek menghilangkan rasa letih, lapar
dan mengantuk, juga meningkatkan daya
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
konsentrasi dan memperkuat kontraksi
kandungan kafein dalam kopi tradisional Gayo dan
jantung. Karena efek farmakologis inilah
Kopi Lombok. Metode analisis yang dilakukan
seringkali kafein ditambahkan pada
yaitu dengan HPLC dan Spektrofotometri UV/VIS.
minuman-minuman berenergi dalam
Kandungan kafein dalam kopi tradisional tersebut
kemasan. Namun pada penggunaan kafein
kemudian dibandingkan dengan kopi kemasan
secara berlebihan dapat menyebabkan
sebagai kontrol.
menimbulkan debar jantung, sakit kepala,
munculnya perasaan was-was dan cemas,
2. Metode
tangan gemetar, gelisah, ingatan berkurang,
dan sukar tidur serta karena sifat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini
senyawanya yang asam dapat menimbulkan adalah standar kafein,kloroform, kalsium karbonat,
gangguan pada lambung dan pencernaan alkohol, amonia, akuades, sampel kopi bubuk.
(Tjay dan Rahardja, 2007).
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini, yaitu
Kafein merupakan stimulant tingkat sedang seperangkat alat spektrofometer UV-Vis
(mild stimulant) yang seringkali diduga (Shimadzu,2006), HPLC (Agilent) evaporator
sebagai penyebab kecanduan. Efek (Heidolph), timbangan analitik, tabung reaksi,
kecanduan ini hanya dapat timbul jika corong, labu takar, gelas kimia, erlenmeyer, pipet
dikonsumsi dalam jumlah yang banyak dan tetes, corong pisah, gelas ukur, hot plate.
rutin. Namun gejala kecanduan kafein akan
hilang hanya dalam satu dua hari setelah 2.1 Preparasi Sampel Kopi
konsumsi (Maramis, dkk., 2013). Oleh Sebanyak 1 gram bubuk kopi dimasukkan ke
karenanya sangat dianjurkan untuk dalam gelas kimia kemudian ditambahkan 150 mL
mengonsumsi kafein tidak melebihi batas akuades kedalamnya sambil diaduk dan
yang diperbolehkan. FDA (Food Drug dipanaskan. Larutan kopi panas disaring melalui
Administration) mengungkapkan dosis corong dengan kertas saring ke dalam Erlenmeyer.
kafein yang diizinkan 100 - 200mg/hari, Selanjutnya 1,5 g kalsium karbonat (CaCO3)
sedangkan menurut SNI 01- 7152-2006 ditambahkan kedalam larutan sampel. Kemudian
batas maksimum kafein dalam makanan dan larutan sampel dimasukkan ke dalam corong pisah
minuman adalah 150 mg/hari dan 50 lalu diekstraksi sebanyak 4 kali, masing-masing
mg/sajian (Liska, 2004). dengan penambahan 25 mL kloroform. Lapisan
kloroform diambil, kemudian ekstrak yang masih
Salah satu sumber ditemukannya kafein terdapan endapan kalsium karbonat disentrifugasi.
adalah kopi. Kopi merupakan salah satu Fase kloroform yang telah diambil diuapkan
minuman yang banyak digemari masyarakat dengan rotary evaporator. Ekstrak kafein bebas
luas dari berbagai kalangan. Di seluruh pelarut dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL,
dunia saat ini kopi merupakan minuman diencerkan dengan akuades hingga garis tanda
terbesar kedua yang dikonsumsi, setelah air batas dan dihomogenkan. Larutan diencerkan
(Sofiana, 2011). Penikmat Kopi biasanya kembali sebanyak 4x. Perlakuan yang sama
meminum kopi 3-4 kali dalam satu hari dilakukan untuk tiap-tiap sampel bubuk kopi
(Maramis, dkk., 2013). Konsumsi kopi dengan berat 1 gram.

BIOTIKA, Volume 16 No. 2 (2018) 38


Fathia Rizqi Aprilia dll. Analisis Kandungan Kafein Dalam Kopi Tradisional Gayo Dan Kopi Lombok
Menggunakan HPLC Dan Spektrofotometri UV/VIS

Berdasarkan hasil penelitian Artanti (2016)


2.2 Metode Spektrofotometri UV-Vis diperoleh kandungan kafein pada biji kopi yang
Penentuan panjang gelombang dilakukan ditanam pada ketinggian yang lebih rendah sebesar
dengan mendeteksi absorbansi larutan 559,35384 mg/gram, sedangkan di ketinggian yang
standar pada rentang panjang gelombang lebih tinggi kadar kafein diperoleh sebesar
200-700 nm dengan menggunakan 185,194022 mg/gram. Analisis kadar kafein dapat
instrument spektrofotometer UV-Vis. dilakukan dengan metode analisis spektrofotometri
Panjang gelombang maksimum yang UV-vis dan HPLC. Data hasil pengujian sampel
didapatkan berdasarkan penentuan panjang kopi menggunakan kedua instrument ini dapat
gelombang adalah 273 nm. Selanjutnya dilihat pada Tabel X.
dibuat kurva standar yang menghubungkan
absorbansi dengan konsentrasi dari masing- Tabel X. Hasil analisis kuantitatif kadar kafein dalam
masing larutan standar. Kadar kafein pada kopi
Kadar Kafein % Kadar
tiap-tiap sampel diukur dengan UV-
No Sampel UV-Vis HPLC HPLC
spektrofotometri UV-Vis pada panjang (mg/gr) (mg/gr)
Vis
(%)
gelombang 273 nm. (%)
Kopi
1 9,70 8,10 0,97 0,81
Gayo
2.3 Metode HPLC 2
Kopi
14,24 14,07 1,42 1,40
Lombok
Untuk metode HPLC digunakan eluen air Kopi
dan metanol dengan perbandingan 3:7. 3 14,97 14,08 1,49 1,40
Kemasan
Selanjutnya dibuat kurva standar yang
menghubungkan puncak kromatogram Berdasarkan data tabel diatas maka
dengan konsentrasi dari masing-masing didapatkan dari tiga sampel yang diuji, kandungan
larutan standar. Kadar kafein pada tiap-tiap kafein paling rendah terdapat pada sampel kopi
sampel diukur menggunakan HPLC dengan gayo. Sampel kopi gayo berasal dari daerah
komposisi eluen yang sama dengan standar. Takengon provinsi Aceh. Takengon terletak pada
ketinggian 1250 mdpl. Letak geografis penanaman
kopi gayo lebih tinggi dibandingkan sampel kopi
3. Hasil dan Pembahasan Lombok sehingga kandungan kafein pada kopi
gayo lebih sedikit dibandingkan kopi Lombok.
Analisis Kuantitatif Kadar Kafein dengan
Sedangkan pada kopi kemasan, komposisi kopi
Instrumen Spektrofotometer UV-vis dan
merupakan campuran antara biji kopi yang ditanam
HPLC
pada dataran tinggi dan dataran rendah. Sehingga
Biji kopi mengandung kadar kafein kandungan kafein pada kemasan lebih tinggi dari
yang bebeda-beda, tergantung dari kondisi pada kopi tradisional.
geografis dan jenis kopi tersebut (Farida,
Dari hasil analisis yang dilakukan, terlihat
2013). Semakin rendah daerah penanaman
bahwa analisis kadar kafein menggunakan
kopi maka semakin banyak kadar kaefein
spektroskopi UV/VIS menunjukkan kadar yang
dalam kopi tersebut. Pada ketinggian rendah
lebih tinggi dibandingkan dengan analisis
intensitas cahaya matahari masih tinggi serta
menggunakan HPLC. Akan tetapi, bukan berarti
suhu udara juga tinggi. Sehingga proses
analisis menggunakan UV/Vis jauh lebih sensitive
fotosintesis akan berjalan secara maksimal.
dibanding dengan HPLC, karena kedua instrument
Senyawa metabolit sekunder akan dihasilkan
tersebut memiliki prinsip kerja yang berbeda.
maksimal jika proses fotosintesis terjadi
Analisis menggunakan UV/Vis didasarkan pada
maksimal, salah satu senyawa metabolit
kemampuan molekul dalam mengabsorpsi radiasi
sekunder adalah kafein.
dalam daerah UV-Vis karena elektron yang
Semakin besar laju fotosistesis maka terdapat didalamnya mengalami eksitasi menuju
semakin banyak kafein yang dihasilkan tingkat energi yang lebih tinggi. Penerapan
(Erdiansyah dan Yusianto, 2012). spektrofotometri UV dan cahaya tampak sering

BIOTIKA, Volume 16 No. 2 (2018) 39


Fathia Rizqi Aprilia dll. Analisis Kandungan Kafein Dalam Kopi Tradisional Gayo Dan Kopi Lombok
Menggunakan HPLC Dan Spektrofotometri UV/VIS

digunakan pada senyawa organik sebanyak 170-250 mg per hari. Dosis ini melebihi
berdasarkan pada transisi n-π ataupun π-π*.
*
batas maksimum yang telah ditetapkan SNI 01-
Transisi ini umumnya terjadi dalam daerah 7152-2006.
200-700 nm (Underwood & Day, 2002).
4. Kesimpulan
Pada analisis menggunakan UV-Vis,
pita absorpsi yang dihasilkan cenderung Dari analisis UV/VIS diketahui bahwa kadar
terlalu lebar dan kurang terinci, sehingga kafein pada kopi gayo, kopi Lombok dan kopi
untuk gugus-gus fungsional yang mirip akan kemasan adalah 9,70 mg/gram, 14,24 mg/gram dan
menunjukkan serapan pada panjang 14,97 mg/gram. Sedangkan berdasarkan analisis
gelombang maksimum yang berdekatan. menggunakan HPLC kadar kafein pada kopi gayo,
Dalam sampel kopi yang dianalisis terdapat kopi Lombok dan kopi kemasan adalah 8,10
beberapa jenis senyawa alkaloid lainnya mg/gram, 14,07 mg/gram dan 14,08 mg/gram.
selain dari kafein, sehingga senyawa- Berdasarkan kedua metode yang dilakukan hasil
senyawa tersebut juga dapat menjadi analisis tidak menunjukkan hasil yang jauh
pengganggu dalam analisis kafein berbeda. Adapun selisih kadar pada kedua
menggunakan UV/Vis sehingga instrument disebabkan oleh perbedaan sensitifitas
menyebabkan hasil analisis menjadi lebih dan keselektifan pada instrument.
banyak dari yang seharusnya.
Daftar Pustaka
Untuk membandingkan hasilnya maka
dilakukan juga analisis kadar kafein
Artanti, A.N., Nikmah, W.R., Setiawan, D.H.,
menggunakan instrument yang lebih sensitif
Prihapsara, F. 2016. Perbedaan Kadar
yaitu HPLC. Pemisahan senyawa
Kafein Daun The (Camellia Sinensis (L)
menggunakan HPLC dilakukan berdasarkan
Kuntze) Berdasarkan Status Ketinggian
perbedaan kepolaran suatu molekul. HPLC
Tempat Tanam dengan Metode HPLC.
yang digunakan bekerja dengan system
Journal of Pharmaceutical Science and
reverse phase dengan jenis kolom Rcyl C-18
Clinical Research. (1) Hal 37-44
dan menggunakan metanol & air sebagai
DepKes RI. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi
eluen. Senyawa yang bersifat non polar akan
IV. Departemen Kesehatan Republik
tertahan di kolom sedangkan senyawa yang
Indonesia : Jakarta
bersifat polar akan terbawa oleh eluen dan
Erdiansyah, N. P., Yusianto.2012. Hubungan
keluar terlebih dahulu. Dalam analisis yang
Intensitas Cahaya di Kebun Kopi dengan
dilakukan, kafein yang dianalisis muncul
Profil Cita Rasa dan Kadar Kafein
pada waktu retensi 3,27-3,39 menit. Dalam
Beberapa Klun Robusta. Jurnal Pelita
proses analisis menggunakan HPLC, kafein
Perkebunan. 28(1). Hal 14-22.
yang dianalisis dilewatkan terlebih dahulu
Farida.A., R. Evi V., Kumoro, A. C. 2013.
melalui kolom yang didalamnya terjadi
Penurunan Kadar Kafein Asam Total
proses pemisahan terlebih dahulu. Sehingga
Pada Biji Kopi Robusta Menggunakan
bias diasumsikan bahwa kafein yang
Teknologi Fermentasi Anaerob Fakultatif
dianalisis menggunakan HPLC lebih murni
dengan Mikroba Nopkor MZ-15. Jurnal
dibandingkan UV/Vis. Oleh karena itu
Teknologi Kimia dan Industri, Vol.2, No.
kadarnya menjadi lebih sedikit dibanding
3, Hal 70-75.
UV/Vis.
Liska, K. 2004. Drugs and The Body with
Berdasarkan hasil survey (Maramis, Implication for Society. Edisi ke-7. New
dkk. 2013) pada umumnya penikmat kopi Jersey: Pearson.
meminum kopi dalam jumlah 6 gram per Maramis, R. K., Citraningtyas, G., Wehantouw F.
cangkir. Hal ini menandakan bahwa (2013). Analisis Kafein dalam Kopi
penikmat kopi mengkonsumsi dosis kafein Bubuk di Kota Manado Menggunakan

BIOTIKA, Volume 16 No. 2 (2018) 40


Fathia Rizqi Aprilia dll. Analisis Kandungan Kafein Dalam Kopi Tradisional Gayo Dan Kopi Lombok
Menggunakan HPLC Dan Spektrofotometri UV/VIS

Spektrofotometri UV-Vis. Tjay, T.H dan Rahardja, K. (2007). Obat-obat


Pharmacon Jurnal Ilmiah penting, khasiat, penggunaan, dan efek-
Farmasi, Vol 2, No.4 : 122-128. efek sampingnya (edisi IV). Jakarta : PT
Sofiana, N. (2011). 1001 Fakta Tentang Elex Media Komputindo.
Kopi. Yogyakarta: Cahaya Atma
Pustaka.
Underwood, A.L & R.A Day, J.R. 2002.
Analisis Kimia Kuantitatif
(Edisikeeam). Jakarta : Erlangga.

BIOTIKA, Volume 16 No. 2 (2018)


View publication stats 41

Anda mungkin juga menyukai