Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

PADA PASIEN KOLIK ABDOMEN

Diajukan untuk memenuhi mata kuliah mata kuliah Keperawatan Kegawatdaruratan

Dosen Pengampu : Ns.Ella Nurlela. S.Kep.M.Kes

Disusun Oleh :

1. Kurniawati (344070280002)
2. Atin Prihatin ( 344070180009)
3. Nisa Namira B. (344070180011)
4. Ratu Bilqis H. ( 344070180013)
5. Bilqis Ghaida M. ( 344070180014)
6. Nurul Khotimah ( 344070180016)

DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

Jalan Letnan Jidun No.02 Telp.(0254)203205


KATA PENGANTAR

                       

            Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah Asuhan
Keperawatan yang berjudul  “Kolik Abdomen” tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan,
maka penulis menerima kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan
makalah ini. Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembacanya dan dapat memenuhi harapan kita semua.

Serang , 23 oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................. i

Daftar Isi........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang................................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN TEORI ........................................................................................ 2

2.1..............................................................................................................................Penge
rtian Kolik Abdomen .......................................................................................... 2
2.2..............................................................................................................................Etiolo
gi ......................................................................................................................... 3
2.3..............................................................................................................................Patofi
siologi.................................................................................................................. 3
2.4..............................................................................................................................Pathw
ay......................................................................................................................... 3
2.5..............................................................................................................................Manif
estasi Klinis......................................................................................................... 3
2.6..............................................................................................................................pemer
iksaan Penunjang................................................................................................. 3
2.7.............................................................................................................................. Penc
egahan ................................................................................................................ 4
2.8.............................................................................................................................. Kom
plikasi ................................................................................................................. 4

ii
2.9.............................................................................................................................. Penat
alaksanaan Medis ............................................................................................... 5

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ....................................................................... 6

3.1. Pengkajian .......................................................................................................... 6

3.2. Diagnosa Keperawatan ....................................................................................... 6

3.3. Intervensi Keperawatan ...................................................................................... 7

BAB IV PENUTUP................................................................................................ 10

4.1. Kesimpulan......................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kolik abdomen  adalah  rasa nyeri pada perut yang sifatnya hilang timbul dan
bersumber dari organ yang terdapat dalam abdomen atau perut, yang disebabkan oleh
infeksi  di dalam organ perut. Faktor penyebab kolik abdomen adalah konstipasi yang
tidak dapat terobati dan gejala klinis kolik abdomen  adalah kram pada
abdomen,  distensi, muntah, dan adanya nyeri tekan pada abdomen. Akhir- akhir ini,
peningkatan kolik abdomen meningkat sangat pesat. Kejadian penyakit kolik abdomen
terjadi karena pola hidup yang tidak sehat sehingga berdampak pada kesehatan tubuh
(Bare, 2011).
Menurut data dari WHO (World Health Organitation) pada tahun 2012 ±7 miliar
jiwa, Amerika Serikat berada diposisi pertama dengan penderita kolik abdomen
terbanyak 47% dari 810.000 orang penduduk. Nyeri abdomen dapat berasal dari dalam
organ abdomen termasuk nyeri viseral dan dari lapisan dinding perut (nyeri somatik)
Lokasi nyeri abdomen bisa mengarah pada penyebab nyeri, walaupun sebagian
nyeri yang dirasakan merupakan penjalaran dari tempat lain (Barbara, 2011).
Penatalaksanaan kolik abdomen dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan
radiologi yang di dalamnya terdapat aspirasi abses abdomen dan terapi antibiotik. Pada
akhirnya, penanganan pasien kolik abdomen secara umum adalah dengan menentukan
apakah pasien tersebut merupakan kasus bedah yang harus dilakukan tindakan operasi
atau tidak (Crown, 2011).
Pencegahan kolik abdomen yang dilakukan pada pasien adalah mengurangi dan
menghindari makanan yang pedas, bersifat asam, makanan instan, dan jenis sayuran
tertentu misalnya kol dan sawi, serta menghindari melakukan aktivitas yang berat
(Suyetno, 2011).

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Kolik Abdomen


Kolik abdomen merupakan salah satu keadaan darurat non trauma, dimana seorang
penderita oleh karena keadaan kesehatannya memerlukan pertolongan secepatnya
untuk dapat mencegah memburuknya keadaan penderita (Nettina, 2012). Kolik
abdomen adalah suatu keadaan yang sangat membutuhkan pertolongan secepatnya
tetapi tidak begitu berbahaya, karena kondisi penderita yang sangat lemah jadi
penderita sangat memerlukan pertolongan dengan segera (Bare, 2011).
Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan
terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001).

2.2 Etiologi
Adapun yang menjadi penyebab dari kolik abdomen yaitu :
2.2.1. Secara mekanis
a. Adhesi (pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang berdekatan karena
radang).
b. Karsinoma.
c. Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus di dalam
usus)
d. Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati).
e. Polip (perubahan pada mukosa hidung).
f. Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau saluran)
2.2.2. Fungsional (non mekanik)
a. Ileus paralitik (Keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus tidak
dapat bergerak).
b. Lesi medula spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan
oleh kecelakaan lalu lintas).

2
c. Enteritis regional.
d. Ketidak seimbangan elektrolit.
e. Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah karena
ginjal tidak bekerja secara efektif) (Reeves, 2011).

2.3. Patofisiologi

2.4. Pathway

2.5. Manifestasi Klinis


2.5.1. Mekanika sederhana – usus halus atas Kolik (kram) pada abdomen pertengahan
sampai ke atas, distensi, muntah empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi
gemerincing bernada tinggi terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus
minimal.
2.5.2. Mekanika sederhana – usus halus bawah Kolik (kram) signifikan midabdomen,
distensi berat,muntah – sedikit atau tidak ada – kemudian mempunyai ampas,
bising usus dan bunyi "hush" meningkat, nyeri tekan difus minimal.
2.5.3. Mekanika sederhana – kolon Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi
yang muncul terakhir, kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising
usus, nyeri tekan difus minimal.
2.5.4. Obstruksi mekanik parsial Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada
penyakit Crohn. Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.
2.5.5. Strangulasi Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan
terlokalisir; distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn
nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau
berdarah atau mengandung darah samar.

2.6. Pemeriksaan Penunjang


2.6.1. Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus

3
2.6.2. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan
sigmoid yang tertutup.
2.6.3. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah;
peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan
peningkatan kadar serum amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus.
2.6.4. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik.

2.7. Pencegahan
2.7.1. Mengurangi mengkonsumsi makanan yang pedas
2.7.2. Tidak mengkonsumsi makanan yang asem
2.7.3. Tidak mengkonsumsi mie instant
2.7.4. Menghindari mengkonsumsi sayuran tertentu misalnya, kol, sawi
2.7.5. Menghindari melakukan aktivitas yang berat

2.8. Komplikasi
2.8.1. Gangren
Ganggren adalah borok yang disebabkan karena kematian sel / jaringan.
Ganggren kandung empedu, saluran empedu, dan pankreas diawali oleh infeksi
pada organ-organ tersebut.
2.8.2. Sepsis
Sepsis adalah menyebarnya agen infeksi (misalnya bakteri) ke seluruh tubuh
melalui peredaran darah. Sepsis berat dapat menimbulkan syok, dimana tekanan
darah turun
2.8.3. Fstula
Fistula adalah saluran abnormal yang terbentuk antara dua organ, batu empedu
mengerosi dinding kantung empedu atau saluran empedu, menimbulkan saluran
baru ke lambung, usus, dan rongga perut.
2.8.4. Peritonitis
Peritonitis adalah radang rongga perut, disebabkan karena rongga perut yang
steril dikontaminasi oleh cairan empedu melalui suatu fistula ke rongga perut

4
2.8.5. Ileus
Ileus dapat terjadi karena batu menyumbat isi usus, dapat terjadi jika ukuran
batu cukup besar

2.9. Penatalaksanaan Medis


2.9.1. Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
2.9.2. Terapi Na+, K+, dan komponen darah
2.9.3. Ringer laktat untuk mengkoreksi kekurangan cairan intestinal
2.9.4. Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler
2.9.5. Dekompresi selang nasoenternal yang panjang dan proksimal usus ke area
penyumbatan selang dapat dimasukan lebih efektif dengan pasien berbaring
miring ke kanan
2.9.6. Implementasikan pengobatan untuk syok dan peritonitis
2.9.7. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi kronik,
ileus paralitik atau infeksi.
2.9.8. Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
2.9.9. Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.
2.9.10. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi usus
dengan reseksi usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua.

5
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
3.1.1.Umum
Anoreksia dan malaise, demam, takikardia, diaforesis, pucat, kekakuan abdomen,
kegagalan untuk mengeluarkan feses atau flatus secara rektal, peningkatan bising
usus (awal obstruksi), penurunan bising usus (lanjut), retensi perkemihan dan
leukositosis.
3.1.2. Khusus
a. Usus halus.
Berat, nyeri abdomen seperti kram, peningkatan distensi.
Distensi ringan.
Mual.
Muntah : pada awal mengandung makanan tak dicerna dan kim; selanjutnya
muntah air dan mengandung empedu, hitam dan fekal.
Dehidrasi.
b. Usus besar.
1) Ketidaknyamana abdominal ringan.
2) Distensi berat.
3) Muntah fekal laten.
4) Dehidrasi laten : asidosis jarang.

3.2. Diagnosa Keperawatan


3.2.1. Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, demam dan atau
diforesis.
3.2.2. Nyeri berhubungan dengan distensi, kekakuan.
3.2.3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen dan atau
kekakuan

6
3.2.4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan.

3.3. Intervensi Keperawatan


3.3.1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, demam dan
atau diforesis.
Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi.
Kriteria hasil :
a. Tanda vital normal.
b. Masukan dan haluaran seimbang.
Intervensi :
a. Pantau tanda vital dan observasi tingkat kesadaran dan gejala syok.
b. Pantau cairan parentral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin.
c. Pantau selang nasointestinal dan alat penghisap rendah dan intermitten. Ukur
haluaran drainase setiap 8 jam, observasi isi terhadap warna dan konsistensi.
d. Posisikan pasien pada miring kanan; kemudian miring kiri untuk
memudahkan pasasse ke dalam usus; jangan memplester selang ke hidung
sampai selang pada posisi yang benar.
e. Pantau selang terhadap masuknya cairan setiap jam.
f. Kateter uretral indwelling dapat dipasang; laporkan haluaran kurang dari 50
ml/jam.
g. Ukur lingkar abdomen setiap 4 jam.
h. Pantau elektrolit, Hb dan Ht.
i. Siapkan untuk pembedahan sesuai indikasi.
j. Bila pembedahan tidak dilakukan, kolaborasikan pemberian cairan per oral
juga dengan mengklem selang usus selama 1 jam dan memberikanjumlah air
yang telah diukur atau memberikan cairan setelah selang usus diangkat.
k. Buka selang, bila dipasang, pada waktu khusus seusai pesanan, untuk
memperkirakan jumlah absorpsi.

7
l. Observsi abdomen terhadap ketidaknyamanan, distensi, nyeri atau kekauan.
m. Auskultasi bising usus, 1 jam setelah makan; laporkan tak adanya bising
usus.
n. Cairan sebanyak 2500 ml/hari kecuali dikontraindikasikan.
o. Ukur masukan dan haluaran sampai adekuat.
p. Observasi feses pertama terhadap warna, konsistensi dan jumlah; hindari
konstipasi.
3.3.2. Nyeri berhubungan dengan distensi, kekakuan.
Tujuan : rasa nyeri teratasi atau terkontrol.
Kriteria hasil : pasien mengungkapkan penurunan ketidaknyamanan;
menyatakan nyeri pada tingkat dapat ditoleransi, menunjukkan relaks.
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman; jangan menyangga lutut.
b. Kaji lokasi, berat dan tipe nyeri.
c. Kaji keefektifan dan pantau terhadap efek samping anlgesik; hindari morfin.
d. Berikan periode istirahat terencana.
e. Kaji dan anjurkan melakukan lathan rentang gerak aktif atau pasif setiap 4
jam.
f. Ubah posisi dengan sering dan berikan gosokan punggung dan perawatan
kulit.
g. Auskultasi bising usus; perhatikan peningkatan kekauan atau nyeri; berikan
enema perlahan bila dipesankan.
h. Berikan dan anjurkan tindakan alternatif penghilang nyeri.
3.3.3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen dan atau
kekakuan
Tujuan : pola nafas menjadi efektif.
Kriteria hasil : pasien menunjukkan kemampuan melakukan latihan pernafasan,
pernafasan yang dalam dan perlahan.
Intervensi :
a. Kaji status pernafasan; observasi terhadap menelan, “pernafasan cepat”.

8
b. Tinggikan kepala tempat tidur 40-60 derajat.
c. Pantau terapi oksigen atau spirometer insentif.
d. Kaji dan ajarkan pasien untuk membalik dan batuk setiap 4 jam dan napas
dalam setiap jam.
e. Auskultasi dada terhadap bunyi nafas setiap 4 jam.
3.3.4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan.
Tujuan : ansietas teratasi
Kriteria hasil : pasien mengungkapkan pemahaman tentang penyakit saat ini dan
mendemonstrasikan keterampilan kooping positif dalam menghadapi ansietas.
Intervensi :
a. Kaji perilaku koping baru dan anjurkan penggunaan ketrampilan yang
berhasil pada waktu lalu.
b. Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas dan rasa takut;
berikan penenangan.
c. Jelaskan prosedur dan tindakan dan beri penguatan penjelasan mengenai
penyakit, tindakan dan prognosis.
d. Pertahankan lingkungan yang tenang dan tanpa stres.
e. Dorong dukungan keluarga dan orang terdekat.

9
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan

10
DAFTAR PUSTAKA

Reeves, Charlene J, Keperawatan Medikal Bedah, Salemba Medika,  Jakarta, 2011.


H. Syaifuddin Drs. B.Ac, Anatomi Fisiologi, EGC Jakarta, 2007.
Mudjiastuti, Diktat Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Masalah Pencernaan
Makanan, Surabaya, Tidak dipublikasikan.
R. Sjamsuhidajat, Wim dc Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 2007.

11
12

Anda mungkin juga menyukai