Anda di halaman 1dari 34

Kel a s

XII

tes potensi akademik


BANGUN DATAR

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut.
1. Dapat menentukan panjang suatu garis.
2. Dapat menentukan besar suatu sudut.
3. Dapat menentukan luas berbagai bangun datar.
4. Dapat menentukan keliling berbagai bangun datar.
5. Dapat menentukan kemungkinan banyaknya bangun datar.

A. Garis
1. Kedudukan Dua Garis
Garis merupakan kumpulan titik-titik yang jarak antartitiknya sangat dekat. Garis
merupakan bangun paling sederhana, karena berdimensi satu. Garis mempunyai bentuk
yang bermacam-macam, ada yang berupa garis lurus dan ada yang berupa garis lengkung.
Dalam soal-soal SBMPTN, bentuk garis yang sering muncul adalah garis lurus. Kedudukan
sebuah garis lurus terhadap garis lurus lainnya adalah sebagai berikut.
a. Dua Garis Sejajar
Dua buah garis dikatakan sejajar jika kedua garis tersebut terletak pada satu bidang
dan tidak akan berpotongan jika diperpanjang.

Gambar 1. Dua garis sejajar


b. Dua Garis Berpotongan
Dua buah garis dikatakan berpotongan jika kedua garis tersebut terletak pada satu
bidang dan mempunyai sebuah titik potong (titik persekutuan).

Gambar 2. Dua garis berpotongan

c. Dua Garis Berimpit


Dua buah garis dikatakan berhimpit jika kedua garis tersebut berpotongan di semua
titik dan terletak pada satu garis lurus.

a b
c d

Gambar 3. Dua garis berimpit

d. Dua Garis Bersilangan


Dua buah garis dikatakan bersilangan jika kedua garis tersebut tidak terletak pada
satu bidang dan tidak akan berpotongan jika diperpanjang.

Gambar 4. Dua garis bersilangan

2. Menentukan Panjang Suatu Garis


Dalam soal-soal SBMPTN, biasanya disajikan sebuah garis atau lebih yang dibagi menjadi
n bagian yang sama panjang atau dengan perbandingan tertentu. Kemudian, peserta
diminta mencari panjang suatu garis dengan melihat petunjuk atau perbandingan yang
ada pada soal. Secara umum, langkah-langkah menentukan panjang suatu garis adalah
sebagai berikut.

a. Jika diketahui perbandingan dan panjang salah satu ruas garis, panjang ruas garis
lainnya dapat ditentukan dengan perbandingan senilai.

2
Contoh:
Diketahui AB : BC = 2 : 3 dan nilai BC = 6 cm. Panjang AB adalah ....
Pembahasan:
Dengan menggunakan perbandingan senilai, diperoleh:
2 2
AB = BC = × 6 cm = 4 cm
3 3
Jadi, panjang AB adalah 4 cm.

b. Jika diketahui x AB = y BC maka AB : BC = y : x.


Contoh:
Diketahui 3 AB = 2 BC. Nilai AB : BC adalah ....
Pembahasan:
Oleh karena 3 AB = 2 BC, maka:
AB : BC = 2 : 3

Jadi, nilai AB : BC adalah 2 : 3.

c. Jika terdapat sebuah ruas garis yang sama pada perbandingan yang berbeda,
nilai perbandingan ketiga ruas garis dapat ditentukan dengan menyamakan nilai
perbandingan ruas garis yang sama tersebut. Untuk menyamakannya, gunakan
konsep KPK.
Contoh:
Diketahui AB : BC = 2 : 3 dan BC : CD = 2 : 5. Nilai perbandingan AB : BC : CD adalah
....
Pembahasan:
Diketahui:
AB : BC = 2 : 3
BC : CD = 2 : 5

Kedua perbandingan tersebut dapat ditulis sebagai berikut.


AB : BC : CD = 2 : 3 : …
AB : BC : CD = … : 2 : 5

Ruas garis yang sama dari kedua perbandingan tersebut adalah BC. Oleh karena itu,
tentukan KPK dari 2 dan 3, yaitu 6.

3
AB : BC : CD = 2 : 3 : … → × 2
AB : BC : CD = … : 2 : 5 →×3

AB : BC : CD = 4 : 6 : …
AB : BC : CD = … : 6 : 15

Jadi, nilai perbandingan AB : BC : CD adalah 4 : 6 : 15.

d. Jika terdapat beberapa ruas garis pada suatu garis lurus dan yang diketahui adalah
perbandingan salah satu ruas garis dengan total ruas garisnya, nilai perbandingan
ruas garis lainnya dapat ditentukan dengan mengurangkan atau menjumlahkan
perbandingan tersebut.
Contoh:
Perhatikan garis berikut.

A B C

Jika AB : AC = 1 : 5 dan nilai AC = 10 cm, nilai BC adalah ....


Pembahasan:
Nilai perbandingan BC dapat ditentukan dengan mengurangkan nilai perbandingan
AC dan AB. Ini berarti:
BC = AC – AB = 5 – 1 = 4

Oleh karena BC : AC = 4 : 5, maka:


4 4
BC = AC = × 10 cm = 8 cm
5 5
Jadi, nilai BC adalah 8 cm.

Contoh Soal 1
Jika AC : AB = 5 : 3 dan panjang AC = 8 cm, panjang AB adalah ....

A C

4
A. 4,8 cm
B. 5,0 cm
C. 3,8 cm
D. 6,5 cm
E. 7,0 cm
Jawaban: A
Pembahasan:
Diketahui AC : AB = 5 : 3. Oleh karena panjang AC = 8 cm, maka dengan konsep perbandingan
senilai, diperoleh:
AC 5
=
AB 3
8 cm 5
⇔ =
AB 3
8 cm × 3
⇔ AB =
5
⇔ AB = 4,8 cm

Jadi, panjang AB adalah 4,8 cm.

Contoh Soal 2
Jika AB = BC dan BD = 6AB, nilai AD adalah ….

A. 3AC
B. 3,5AC
C. 0,75BD
D. 0,9BD
E. 8BC
Sumber: SBMPTN, 2013
Jawaban: B
Pembahasan:
Diketahui AB = BC dan BD = 6AB. Ini berarti:
AD = AB + BD = AB + 6AB = 7AB

5
AC = AB + BC = AB + AB = 2AB
AC
AB =
2
Dengan demikian, diperoleh:
 AC 
AD = 7AB = 7   = 3,5AC
 2 

Jadi, nilai AD adalah 3,5AC.

Contoh Soal 3
Diketahui titik A, B, dan C terletak segaris dengan perbandingan AB : BC = 4 : 3. Jika panjang
AB = 24 cm, panjang AC adalah ....
A. 32 cm
B. 42 cm
C. 46 cm
D. 48 cm
E. 45 cm
Jawaban: B
Pembahasan:
Permasalahan pada soal dapat digambarkan sebagai berikut.

Mula-mula, tentukan panjang BC.


Oleh karena AB : BC = 4 : 3, maka dengan konsep perbandingan senilai, diperoleh:

AB 4
=
BC 3
⇔ 4BC = 3AB
3
⇔ BC = AB
4
3
⇔ BC = × 24 cm
4
⇔ BC =18 cm

6
Dengan demikian, panjang AC adalah sebagai berikut.
AC = AB + BC
= 24 + 18
= 42 cm

Jadi, panjang AC adalah 42 cm.

Contoh Soal 4
Diketahui panjang AO = OD, BC = 3OB, dan OD = 1,5OB. Jika panjang AO = 3 cm, panjang
BOD adalah ….

A. 3 cm
B. 4 cm
C. 5 cm
D. 6 cm
E. 8 cm
Jawaban: C
Pembahasan:
Diketahui AO = OD, BC = 3OB, OD = 1,5OB, dan AO = 3 cm. Ini berarti:
OD = AO = 3 cm

Oleh karena OD = 1,5OB, maka:


OD 3 cm
OB = = = 2 cm
1, 5 1, 5

Dengan demikian, diperoleh:


BOD = OB + OD = 2 cm + 3 cm = 5 cm

Jadi, panjang BOD adalah 5 cm.

7
Contoh Soal 5
Panjang garis AB adalah 12 cm. Jika titik P diletakkan pada perpanjangan garis tersebut
sehingga perbandingan AB : AP = 1 : 3, jarak titik B ke titik P adalah ....
A. 24 cm
B. 30 cm
C. 18 cm
D. 28 cm
E. 21 cm
Jawaban: A
Pembahasan:
Permasalahan pada soal dapat digambarkan sebagai berikut.

Diketahui perbandingan AB : AP = 1 : 3 dan panjang AB = 12 cm.

Mula-mula, tentukan nilai perbandingan BP.


BP = AP – AB = 3 – 1 = 2

Oleh karena AB : BP = 1 : 2, maka dengan konsep perbandingan senilai, diperoleh:


AB 1
=
BP 2
⇔ BP = 2AB
⇔ BP = 2 × 12 cm
⇔ BP = 24 cm

Jadi, jarak titik B ke titik P adalah 24 cm.

B. Sudut
1. Pengertian Sudut
Sudut adalah daerah yang dibentuk oleh pertemuan dua buah garis lurus. Sudut memiliki
beberapa bagian, yaitu sebagai berikut.

8
Gambar 5. Bagian-bagian sudut

a. Kaki sudut adalah garis-garis yang membentuk sebuah sudut.


b. Titik sudut adalah titik potong atau titik pertemuan kaki-kaki sudut.
c. Daerah sudut adalah daerah yang berada di antara kaki-kaki sudut.

2. Jenis-Jenis Sudut
Secara umum, ada lima jenis sudut, yaitu sebagai berikut.
a. Sudut siku-siku
Sudut siku-siku adalah sudut yang besarnya 90°.

Gambar 6. Sudut siku-siku (α = 90°)

b. Sudut lancip
Sudut lancip adalah sudut yang besarnya antara 0° dan 90° (0° < α < 90°).

Gambar 7. Sudut lancip (0° < α < 90°)

9
c. Sudut tumpul
Sudut tumpul adalah sudut yang besarnya antara 90° dan 180° (90° < α < 180°).

Gambar 8. Sudut tumpul (90° < α < 180°)

d. Sudut lurus
Sudut lurus adalah sudut yang besarnya 180°.

Gambar 9. Sudut lurus (α = 180°)

e. Sudut refleks
Sudut refleks adalah sudut yang besarnya antara 180° dan 360° (180° < α < 360°).

Gambar 10. Sudut refleks (180° < α < 360°)

3. Hubungan Antarsudut
Ada beberapa hubungan antarsudut, yaitu sebagai berikut.
a. Sudut berpenyiku
Jika terdapat dua buah sudut yang salah satu kakinya berimpitan dan saling
membentuk sudut siku-siku, sudut yang satu merupakan penyiku bagi sudut yang
lain. Jumlah dua sudut yang saling berpenyiku adalah 90o.

10
Gambar 11. Sudut berpenyiku

Dari gambar tersebut, ∠AOP adalah penyiku dari ∠BOP dan ∠AOP + ∠BOP = 90°.

b. Sudut berpelurus
Jika terdapat dua buah sudut yang salah satu kakinya berimpitan dan saling
membentuk sudut lurus, sudut yang satu merupakan pelurus bagi sudut yang lain.
Jumlah dua sudut yang saling berpelurus (bersuplemen) adalah 180o.

Gambar 12. Sudut berpelurus

Dari gambar tersebut, ∠AOC adalah pelurus ∠BOC dan ∠AOC + ∠BOC = 180°.

c. Sudut bertolak belakang


Pada dua garis lurus yang berpotongan, sudut yang letaknya saling membelakangi
disebut sudut bertolak belakang. Sudut yang bertolak belakang memiliki besar
yang sama. Sebagai contoh, ruas garis AB dan CD berpotongan di titik O.

Gambar 13. Sudut bertolak belakang

11
Pasangan sudut yang saling bertolak belakang dari gambar tersebut adalah sebagai
berikut.
1.) ∠AOD bertolak belakang dengan ∠BOC, sehingga ∠AOD = ∠BOC.
2.) ∠AOC bertolak belakang dengan ∠BOD, sehingga ∠AOC = ∠BOD.

Selain itu, berlaku juga:


∠AOC + ∠AOD = 180°
∠AOD + ∠BOD = 180°
∠BOD + ∠BOC = 180°
∠BOC + ∠AOC = 180°

4. Hubungan Antarsudut Jika Dua Garis Sejajar Dipotong oleh Garis Lain
Perhatikan gambar berikut.

Gambar 14. Dua garis sejajar dipotong oleh garis lain

Pada gambar tersebut, tampak bahwa garis j sejajar dengan garis k (j // k). Kemudian,
garis w memotong garis j di titik A dan garis k di titik B. Oleh karena itu, didapat hubungan
antarsudut sebagai berikut.
a. Sudut sehadap
Sudut sehadap adalah sudut yang menghadap pada arah yang sama dan besar
sudutnya juga sama. Pada gambar tersebut, yang termasuk sudut sehadap adalah
sebagai berikut.
∠A1 dengan ∠B1, sehingga ∠A1 = ∠B1.
∠A2 dengan ∠B2, sehingga ∠A2 = ∠B2.

12
∠A3 dengan ∠B3, sehingga ∠A3 = ∠B3.
∠A4 dengan ∠B4, sehingga ∠A4 = ∠B4.

b. Sudut dalam berseberangan


Sudut dalam berseberangan adalah sudut yang terletak di bagian dalam dan
posisinya saling berseberangan. Sudut dalam berseberangan besarnya sama. Pada
gambar tersebut, yang termasuk sudut dalam berseberangan adalah sebagai berikut.
∠A3 dengan ∠B1, sehingga ∠A3 = ∠B1.
∠A4 dengan ∠B2, sehingga ∠A4 = ∠B2.

c. Sudut luar berseberangan


Sudut luar berseberangan adalah sudut yang terletak di bagian luar dan posisinya
saling berseberangan. Sudut luar berseberangan besarnya sama. Pada gambar
tersebut, yang termasuk sudut luar berseberangan adalah sebagai berikut.
∠A1 dengan ∠B3, sehingga ∠A1 = ∠B3.
∠A2 dengan ∠B4, sehingga ∠A2 = ∠B4.

d. Sudut dalam sepihak


Sudut dalam sepihak adalah sudut yang terletak di bagian dalam dan berada pada
sisi yang sama. Jumlah sudut dalam sepihak adalah 180°. Pada gambar tersebut,
yang termasuk sudut dalam sepihak adalah sebagai berikut.
∠A4 dengan ∠B1, sehingga ∠A4 + ∠B1 = 180°.
∠A3 dengan ∠B2, sehingga ∠A3 + ∠B2 = 180°.

e. Sudut luar sepihak


Sudut luar sepihak adalah sudut yang terletak di bagian luar dan berada pada sisi
yang sama. Jumlah sudut luar sepihak adalah 180°. Pada gambar tersebut, yang
termasuk sudut luar sepihak adalah sebagai berikut.
∠A1 dengan ∠B4, sehingga ∠A1 + ∠B4 = 180°.
∠A2 dengan ∠B3, sehingga ∠A2 + ∠B3 = 180°.

f. Sudut bertolak belakang


Sudut bertolak belakang adalah sudut yang letaknya saling membelakangi dan
berada pada satu titik potong yang sama. Besarnya sudut yang bertolak belakang
adalah sama. Pada gambar tersebut, yang termasuk sudut bertolak belakang adalah
sebagai berikut.

13
∠A1 dengan ∠A3, sehingga ∠A1 = ∠A3.
∠A2 dengan ∠A4, sehingga ∠A2 = ∠A4.
∠B1 dengan ∠B3, sehingga ∠B1 = ∠B3.
∠B2 dengan ∠B4, sehingga ∠B2 = ∠B4.

Contoh Soal 6
Perhatikan gambar berikut.

E
C
108
o

44o
A B D

Besar ∠DBC adalah ….


A. 116o
B. 112o
C. 108o
D. 136o
E. 122o
Jawaban: A
Pembahasan:
Oleh karena ∠ACB berpelurus dengan ∠BCE, maka:
∠ACB + ∠BCE = 180o
∠ACB = 180o – ∠BCE
∠ACB = 180o – 108o
∠ACB = 72o

Oleh karena total sudut dalam 1 segitiga adalah 180o, maka:


∠BAC + ∠ACB + ∠CBA = 180o
⇔ ∠CBA = 180o – ∠BAC – ∠ACB
⇔ ∠CBA = 180o – 44o – 72o
⇔ ∠CBA = 64o

14
Oleh karena ∠CBA berpelurus dengan ∠DBC, maka:
∠CBA + ∠DBC = 180o
⇔ ∠DBC = 180o – ∠CBA
⇔ ∠DBC = 180o – 64o
⇔ ∠DBC = 116o

Jadi, besar ∠DBC adalah 116o.

Contoh Soal 7
Diketahui ∠DEA dan ∠CEB saling bertolak belakang dengan besar sudut sebagai berikut.

Nilai x + y adalah ....


A. 20
B. 15
C. 40
D. 30
E. 45
Jawaban: D
Pembahasan:
Oleh karena ∠DEA dan ∠CEB saling bertolak belakang, maka:
∠DEA = ∠CEB
⇔ (3x + 20)o = (5x – 10)o
⇔ 5x – 3x = (20 + 10)
⇔ 2x = 30
⇔ x = 15

15
Oleh karena ∠DEA dan ∠DEC saling berpelurus, maka:
∠DEA + ∠DEC = 180o
⇔ (3x + 20)o + (6y + 25)o = 180o
⇔ 3•15 + 20 + 6y + 25 = 180
⇔ 45 + 20 + 6y + 25 = 180
⇔ 6y = 90
⇔ y = 15

Jadi, nilai x + y = 15 + 15 = 30.

Contoh Soal 8
Perhatikan gambar berikut.

Nilai y adalah ….
A. 26o
B. 28o
C. 34o
D. 18o
E. 36o
Jawaban: A
Pembahasan:
∠BAE berseberangan dalam dengan ∠CEA. Ini berarti, ∠BAE = ∠CEA.

Oleh karena ∠CEA berpelurus dengan ∠CEF, maka:


∠CEA + ∠CEF = 180o
⇔ ∠CEA = 180o – ∠CEF

16
⇔ ∠CEA = 180o – 102o
⇔ ∠CEA = 78o

Ini berarti, besar sudut ∠BAE adalah 78o.

Oleh karena ∠BAE = 3y, maka:


∠ BAE = 3y
⇔ 78o = 3y
⇔ y = 26o

Jadi, nilai y adalah 26o.

Contoh Soal 9
Perhatikan gambar berikut.

Besar sudut refleks KLM adalah ….


A. 270o
B. 280o
C. 260o
D. 300o
E. 290o
Jawaban: E
Pembahasan:
Perhatikan gambar berikut.

17
Berdasarkan gambar, tampak bahwa sudut refleks KLM dapat ditentukan dengan
menjumlahkan ∠LKA dan ∠LMD, yaitu 140o + 150o = 290o. Hal ini dikarenakan sudut
refleks KLM memiliki hubungan berseberangan dalam dengan kedua sudut tersebut.

Jadi, besar sudut refleks KLM adalah 290o.

C. Luas Bangun Datar


Bangun datar adalah bangun dua dimensi yang dibatasi oleh beberapa ruas garis
serta tidak mempunyai ketebalan dan volume. Dalam SBMPTN, soal-soal mengenai luas
bangun datar sering kali ditanyakan. Oleh karena itu, perhatikan beberapa rumusan luas
dari beberapa bangun datar berikut.
1. Segitiga

1 1
Luas = × alas × tinggi = × a × t
2 2
1
Luas = s( s − a)( s − b )( s − c ) dengan s = (a + b + c)
2
2. Persegi

Luas = sisi × sisi = s × s = s²

3. Persegipanjang

Luas = panjang × lebar = p × l

18
4. Jajargenjang

Luas = alas × tinggi = a × t

5. Belah ketupat

1
Luas = × KM × LN
2

1
Luas = × d1 × d2
2

6. Layang-layang

1
Luas = × AC × BD
2
1
Luas = × d1 × d2
2

7. Trapesium

( AB + CD ) t
Luas =
2

19
8. Lingkaran

2 1
Luas = π r , dengan r = d
2
1 2 22
Luas = π d , dengan π = 3,14 atau π =
4 7

Contoh Soal 10
Perhatikan persegipanjang ABCD berikut.

Luas daerah yang diarsir adalah ....


A. 151,5 cm2
B. 160 cm2
C. 147,5 cm2
D. 240 cm2
E. 162,5 cm2
Jawaban: A
Pembahasan:
Mula-mula, tentukan luas persegipanjang ABCD.

Luas persegipanjang ABCD = AB × BC


= 20 cm × 12 cm
= 240 cm2

20
Kemudian, tentukan luas segitiga DEF dan BCF.
1
Luas segitiga DEF = × DF × DE
2
1
= × 9 cm × 5 cm
2
= 22,5 cm2

1
Luas segitiga BCF = × FC × BC
2
1
= × 11 cm × 12 cm
2
= 66 cm2

Luas daerah yang diarsir merupakan luas persegipanjang ABCD dikurangi luas segitiga
DEF dan BCF. Ini berarti:
Luas daerah yang diarsir = 240 – 22,5 – 66
= 151,5 cm2

Jadi, luas daerah yang diarsir adalah 151,5 cm2.

Contoh Soal 11
Regina membuat sebuah layang-layang seluas 125 cm2. Jika kemudian Regina membuat
sebuah layang-layang baru yang ukuran setiap diagonalnya adalah dua kali ukuran
diagonal layang-layang semula, luas layang-layang baru tersebut adalah ….
A. 125 cm2
B. 250 cm2
C. 375 cm2
D. 500 cm2
E. 625 cm2
Jawaban: D
Pembahasan:
Misalkan A adalah layang-layang semula dan B adalah layang-layang baru. Ini berarti:
1
Luas A = × d1 × d2 = 125 cm2
2
1
Luas B = × 2 × d1 × 2 × d2
2

21
Dengan demikian, diperoleh:

1
Luas B = × 2 × d1 × 2 × d2
2
1
= 4 × × d1 × d2
2
= 4 × luas A
= 4 × 125 cm2
= 500 cm2

Jadi, luas layang-layang baru tersebut adalah 500 cm2.

Contoh Soal 12
Suatu persegi yang bersisi 6 cm berputar pada titik O yang merupakan titik pusat persegi
lain yang bersisi 4 cm. Luas bidang yang berada pada kedua persegi tersebut adalah ....

A. 3 cm2
B. 4 cm2
C. 5 cm2
D. 6 cm2
E. 8 cm2
Jawaban: B
Pembahasan:
Perhatikan gambar berikut ini.

22
SUPER "Solusi Quipper"
Luas bangun datar yang diarsir dapat ditentukan dengan cara berikut.

RITUAL

gaRIs banTU pemenggAL

Maksudnya, gunakan garis bantu untuk memenggal daerah yang diarsir menjadi bentuk
yang mudah dicari luasnya. Kemudian, sisipkan potongan daerah yang sama ke dalam
daerah yang terbentuk jika memungkinkan.

Berdasarkan gambar tersebut, daerah yang diarsir pada soal dapat kita ubah menjadi
daerah persegi. Dengan demikian, diperoleh:

LOABC = LOABQ + L∆OQC


⇔ LOABC = LOABQ + L∆OPA
⇔ LOABC = LOPBQ
⇔ LOABC = 2 × 2
⇔ LOABC = 4 cm2

Jadi, luas bidang yang berada pada kedua persegi tersebut adalah 4 cm2.

Contoh Soal 13
Perhatikan gambar berikut.

Luas daerah yang diarsir adalah ….


A. 516 cm2
B. 308 cm2
C. 476 cm2
D. 784 cm2
E. 616 cm2
Jawaban: C

23
Pembahasan:
Perhatikan gambar berikut.

Luas daerah yang diarsir adalah luas persegi dikurangi luas setengah lingkaran 2 dan
3, kemudian ditambah dengan luas setengah lingkaran 1. Oleh karena diameter ketiga
lingkaran tersebut sama, maka:

Luas daerah yang diarsir = (luas persegi – luas 2 – luas 3) + luas 1

Oleh karena luas 1 = luas 2 = luas 3, maka:


Luas daerah yang diarsir = luas persegi – luas 2
1 
= (s × s) –  × π × r 2 
2 
 1 22 
= (28 × 28) –  × × 14 2 
2 7 
= 784 – 308
= 476 cm2

Jadi, luas daerah yang diarsir adalah 476 cm2.

D. Keliling Bangun Datar


Dalam SBMPTN, soal-soal mengenai keliling bangun datar sering kali ditanyakan. Oleh
karena itu, perhatikan beberapa rumusan keliling dari beberapa bangun datar berikut.
1. Segitiga

Keliling = jumlah panjang semua sisi


Keliling = a + b + c

24
2. Persegi

Keliling = s + s + s + s = 4s

3. Persegipanjang

Keliling = p + l + p + l
= 2p + 2l
= 2 (p + l)

4. Jajargenjang

Keliling = jumlah panjang semua sisi


= AB + BC + CD + AD

5. Belah ketupat

Keliling = jumlah panjang semua sisi


= KL + LM + MN + KN

25
6. Layang-layang

Keliling = jumlah panjang semua sisi


= AB + BC + CD + AD

7. Trapesium

Keliling = jumlah panjang semua sisi


= AB + BC + CD + AD

8. Lingkaran

1
Keliling = 2πr, dengan r = d
2
22
Keliling = πd, dengan π = 3,14 atau π =
7

Contoh Soal 14
Keliling bangun datar berikut ini adalah ….

26
A. 60 cm
B. 70 cm
C. 80 cm
D. 90 cm
E. 110 cm
Jawaban: C
Pembahasan:
Mula-mula, tentukan panjang sisi yang belum diketahui.

Dengan demikian, diperoleh:


Keliling = jumlah panjang semua sisi
= 23 + 9 + 10 + 8 + 5 + 12 + 8 + 5
= 80 cm

Jadi, keliling bangun datar tersebut adalah 80 cm.

Contoh Soal 15
Jika setiap sel memiliki sisi 1 cm dan membentuk daerah seperti pada gambar, keliling
daerah tersebut adalah ….

A. 14 cm
B. 18 cm
C. 22 cm

27
D. 26 cm
E. 28 cm
Sumber: SBMPTN, 2013
Jawaban: D
Pembahasan:
Keliling bangun datar tersebut dapat ditentukan dengan menjumlahkan sisi-sisi terluarnya.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut.

Dengan demikian, diperoleh:


Keliling = GH + HI + IJ + JK + KL + LA + AB + BC + CD + DE + EF + FG
=4+1+3+1+2+5+1+2+1+2+1+3
= 26 cm

Jadi, keliling daerah tersebut adalah 26 cm.

Contoh Soal 16
Jika luas persegi kecil adalah 50 cm2, perbandingan keliling lingkaran dengan keliling
persegi besar adalah ….

A. π : 2
B. π:4

28
C. π:6
D. π : 7
E. π:8
Sumber: SBMPTN, 2013
Jawaban: B
Pembahasan:
Mula-mula, tentukan panjang sisi persegi kecil berdasarkan luasnya.
Luas persegi kecil = 50
⇔ s12 = 50
⇔ s1 = 50

Dari gambar, tampak bahwa diameter lingkaran sama dengan panjang diagonal persegi
kecil. Ini berarti:
d = s1 2 = 50 ⋅ 2 = 100 = 10 cm

Oleh karena panjang sisi persegi besar sama dengan diameter lingkaran, maka s2 = 10 cm.
Dengan demikian, diperoleh:
Keliling lingkaran : keliling persegi besar = πd : 4s2
= 10π : 4•10
=π : 4

Jadi, perbandingan keliling lingkaran dengan keliling persegi besar adalah π : 4.

Contoh Soal 17
Keliling dari bangun datar berikut ini adalah ….

29
A. 42 cm
B. 45 cm
C. 48 cm
D. 52 cm
E. 54 cm
Jawaban: D
Pembahasan:
Keliling bangun datar tersebut dapat ditentukan dengan menjumlahkan sisi-sisi terluarnya.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut.

Dengan demikian, diperoleh:


Keliling = AB + BC + CD + DE + EF + FG + GH + HI + IJ + AJ
= 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + FG + 4 + HI + 8 + 10
= 42 + FG + HI

Oleh karena panjang FG + HI sama dengan AJ yaitu 10 cm, maka:


Keliling = 42 + 10
= 52 cm

Jadi, keliling dari bangun datar tersebut adalah 52 cm.

E. Menentukan Kemungkinan Banyaknya Bangun Datar


Selain menghitung luas dan keliling bangun datar, dalam soal-soal SBMPTN juga terdapat
soal geometri jenis lain. Salah satunya adalah menentukan kemungkinan banyaknya
bangun datar dari suatu bangun yang disediakan. Untuk menyelesaikan soal ini, urutkan
dahulu bangun datar yang dimaksud dari ukuran terkecil ke yang terbesar.

30
Contoh Soal 18
Banyaknya segitiga yang terbentuk dari bangun datar berikut ini adalah ....

A. 8
B. 6
C. 4
D. 10
E. 9
Jawaban: A
Pembahasan:
Banyaknya segitiga yang terbentuk dari bangun datar tersebut dapat dikelompokkan
menjadi dua jenis, yaitu segitiga kecil dan segitiga besar.
• Segitiga kecil: ∆AOD, ∆AOB, ∆BOC, ∆COD
• Segitiga besar: ∆ADB, ∆ABC, ∆BCD, ∆ADC

Banyak segitiga yang terbentuk adalah jumlah dari segitiga kecil dan segitiga besar.
Banyak segitiga = 4 + 4 = 8 segitiga

Jadi, banyaknya segitiga yang terbentuk dari bangun datar tersebut adalah 8.

Contoh Soal 19
Banyaknya segitiga yang ada pada gambar berikut ini adalah ….

31
A. 13
B. 14
C. 15
D. 16
E. 17
Sumber: SBMPTN, 2013
Jawaban: D
Pembahasan:
Perhatikan gambar berikut.

Banyaknya segitiga yang terbentuk dari gambar tersebut adalah sebagai berikut.
• Segitiga kecil: ∆COD, ∆COF, ∆FOB, ∆BOE, ∆AOE, ∆AOD
• Segitiga sedang: ∆AOB, ∆BOC, ∆AOC, ∆ABD, ∆AFB, ∆BEC, ∆BDC, ∆AFC, ∆AEC
• Segitiga besar: ∆ABC

Jadi, banyaknya segitiga yang ada pada gambar tersebut adalah 6 + 9 + 1 = 16 segitiga.

Contoh Soal 20
Banyaknya persegi yang ada pada gambar berikut ini adalah ….

A. 14
B. 15

32
C. 16
D. 17
E. 18
Jawaban: A
Pembahasan:
Perhatikan gambar berikut.

Banyaknya persegi yang terbentuk dari gambar tersebut adalah sebagai berikut.
• Persegi 1 kotak: ABFE, BCGF, CDHG, EFJI, FGKJ, GHLK, IJNM, JKON, KLPO
• Persegi 4 kotak: ACKI, BDLJ, EGOM, FHPN
• Persegi 9 kotak: ADPM

Jadi, banyaknya persegi yang ada pada gambar tersebut adalah 9 + 4 + 1 = 14.

Contoh Soal 21
Banyaknya segitiga yang ada pada gambar berikut ini adalah ….

A. 32
B. 35
C. 36
D. 38
E. 41
Jawaban: E

33
Pembahasan:
Perhatikan dahulu gambar berikut.

Banyaknya segitiga yang terbentuk dari gambar tersebut adalah sebagai berikut.
• Segitiga kecil: ∆COD, ∆COF, ∆FOB, ∆BOE, ∆AOE, ∆AOD
• Segitiga sedang: ∆AOB, ∆BOC, ∆AOC, ∆ABD, ∆AFB, ∆BEC, ∆BDC, ∆AFC, ∆AEC
• Segitiga besar: ∆ABC

Dari satu bangun datar tersebut, dihasilkan 16 buah segitiga. Pada soal, terdapat dua
bangun datar seperti itu. Ini berarti, banyaknya segitiga dari bangun datar pada soal
adalah 32 buah dan beberapa segitiga lain yang terbentuk dari hasil perpotongannya.
Perhatikan gambar berikut.

• Segitiga kecil: ∆AGD, ∆AGE, ∆BHE, ∆BHF, ∆CIF, ∆DIC


• Segitiga sedang: ∆ADE, ∆BEF, ∆DCF

Jadi, banyaknya segitiga yang terbentuk adalah 32 + 6 + 3 = 41.

34

Anda mungkin juga menyukai