Anda di halaman 1dari 9

Kybernan : Jurnal Studi Kepemerintahan

No.1 Vol. II Bulan September 2016

UPAYA PEMERINTAH DALAM MENANGANI ILLEGAL LOGING


(STUDI PADA UPTD KEHUTANAN KECAMATAN KULISUSU
KABUPATEN BUTON UTARA)

MUH. ASKAL BASIR


Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poitik
Universitas Muhammadiyah Buton
Askal16basir@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya
Illegal Loging di Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara, Faktor-faktor apa yang
ditimbulkan Illegal Loging terhadap kehidupan masyarakat di Kecamatan Kulisusu
Kabupaten Buton Utara dan Untuk mengetahui Upaya Pemerintah Dalam menangani
Illegal Loging di Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara

Jenis penelitian ini merupakan Jenis penelitian kualitatif dimana Metode ini dapat juga
digunakan untuk mendapatkan wawasan tentang sesuatu yang baru sedikit diketahui.
Teknikanalisayangdigunakandalampenelitian ini adalah melalui tahapan sebagai
berikut:(1)Melakukan telaah data,yaitu berupa penyajian hasil data secara menyeluruh,
baik dari hasil wawancara maupun dokumentasi, (2) Reduksi data, (3) Penyusunan
kedalam satuan-satuan,(4)Kategorisasi,(5) Pemeriksaan keabsahan data, yaitu upaya
menentukan datayang masuk memenuhi syarat penelitianatau belum, sehingga kalau
belum maka dapat disempurnakan, dan (6) analisa dan penafsiran data
Hasil Penelitian ini adalah (1)Faktor-faktor yang menyebabkan terjadiya illegal logging
yaitu Kekurangan personel aparat kehutanan yang menyebabkan lemahnya
pengawasan, lemahnya payung hukum menyebabkan sangsi yang diberkan kepada
pelaku illigal logging sangat ringan,ketersediaan lapangan kerja dan faktor kmiskinan
warga, Keterlibatan aparat penagak hukum sehingga menyebabkan adanya main mata
atau KKN diantara aparat dan palaku illegal logging (2)Dampak yang terjadi akibat
illegala logging yaitu dampak terhadap lingkingan, dampak terhadap kelestarian hutan,
dampak terhadap ekonomi (3) Upaya pemerintah daerah kabupaten buton utara
dalam menanggulangi Illegal logging yaitu Dengan menambah jumlah personil aparat
kehutanan, Membuat Pembuatan peraturan daerah sebagai payung Hukum, Pemberian
izin, Menerapkan sanksi yang berat, membuka lapangan pekejaan, Memberikan
penyuluhan kepada masyarakat.

Keywords: Illegal Loging, Buton Utara

A. Pendahuluan

38
Kybernan : Jurnal Studi Kepemerintahan
No.1 Vol. II Bulan September 2016

Selama sepuluh tahun terakhir, laju illegal logging termasuk dalam kategori
kerusakan hutan di Indonesia mencapai kejahatan yang terorganisir, yaitu ada
dua juta hektar per tahun. Selain actor intelectualnya, ada pelaku
kebakaran hutan, penebangan liar materialnya. Pelaku material bisa buruh
(illegal loging) adalah penyebab penebang kayu yang hanya diupah,
terbesar kerusakan hutan. Illegal logging pemilik modal (cukong), pembeli,
telah menjadi penyebab utama penjual dan acapkali ada backing dari
kerusakan hutan yang sangat parah. oknum TNI atau Polri, aparat
Bahkan lebih dari itu, penebangan pemerintah maupun tokoh masyarakat.
haram ini telah melibatkan banyak Di antara mereka selalu bekerja sama
pihak dan dilakukan secara terorganisir secara rapi, teratur dan solid. Disinyalir
serta sistematis. Kejahatan ini bukan ada yang membackingi, sehingga
hanya terjadi di kawasan produksi, praktek illegal logging sangat sulit
melainkan juga sudah merambah ke diberantas, dan kalaupun ditemukan
kawasan lindung dan taman nasional. kasusnya yang dipidana bukan actor
Ada tiga jenis pembalakan illegal. intelectual atau cukong, hanya pelaku
Pertama, yang dilakukan oleh orang atau biasa seperti penebang kayu,
kelompok orang, baik yang tinggal di pengemudi, atau nakhoda kapal yang
sekitar hutan atau bahkan jauh berada menjalankan kenderaannya. Pelaku
dari hutan yang tidak mempunyai hak sebenarnya sudah kabur duluan
legal untuk menebang pohon. Kedua, sebelum petugas penegak hukum dapat
dilakukan oleh perusahaan kehutanan menangkapnya.
yang melanggar ketentuan-ketentuan Esensi yang paling mendasar dari
dalam izin yang dimilikinya. Ketiga illegal logging adalah pengrusakan
dilakukan oleh orang-orang tertentu hutan yang bedampak pada kerugian
yang mengatasnamakan rakyat. baik dari aspek ekonomi, ekologi dan
Persoalan illegal logging kini sudah sosial budaya. Oleh karena itu kegiatan
menjadi fenomena umum yang ini tidak melalui perencanaan secara
berlangsung di mana-mana. Illegal komperhensif, maka illegal logging
logging bukan merupakan tindakan mempunyaipotensi merusak hutan yang
haram yang dilakukan secara sembunyi- kemudian berdampak pada
sembunyi, tetapi sudah menjadi pengrusakan lingkungan. Oleh karena
pekerjaan keseharian. Fenomena illegal itu tindakan melakukan perubahan
logging kini bukan lagi merupakan langsung terhadap sifat fisik dan atau
masalah kehutanan saja, melainkan hayatinya yang mengakibatkan
persoalan multipihak yang dalam lingkungan hidup tidak berfungsi lagi
penyelesaiaanya pun membutuhkan dalam menunjang pembangunan
banyak pihak terkait. berkelanjutan.
Permasalahan mendasar yang Perusakan hutan, terutama berupa
dihadapi bagi penegak hukum dalam pembalakan liar, penambangan tanpa
memberantas illegal logging disebabkan izin, dan perkebunan tanpa izin telah

39
Kybernan : Jurnal Studi Kepemerintahan
No.1 Vol. II Bulan September 2016

menimbulkan kerugian negara, dengan ketentuan-ketentuan hukum


kerusakan kehidupan sosial budaya dan yang berlaku.
lingkungan hidup, serta meningkatkan Kabupaten Buton Utara
pemanasan global yang telah menjadi merupakan Kabupeten yang memiliki
isu nasional, regional, dan internasional luas Kawasan hutan, yaitu seluas 59.834
Peraturan perundang-undangan hektar atau 31,11 persen dari seluruh
telah ada dianggap tidak memadai dan luas wilayah Kabupaten Buton Utara
belum mampu menangani karena dengan kondisi seperti itu
pemberantasan secara efektif terhadap banyak masyarakat yang
perusakan hutan yang menggantungkan hidup pada kawasan
terorganisasi;berdasarkan hutan, sehingga sangat memungkinkan
pertimbangan tersebut disusun dan terjadinya illegal logging.
diundangkanlah Undang-Undang Nomor Kejahatan hutan alias illegal
18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan logging di wilayah Kabupaten Buton
Pemberantasan Perusakan Hutan (P3H). Utara semakin menggila. Pengapalan
Dalam UU no 18 tahun 2013 kayu tanpa dokumen dilakukan secara
tentang kehutanan dalam Bab I terang-terangan. Ironisnya, kejahatan
Ketentuan umum ayat (3) yaitu bahwa itu tak juga bisa dihentikan, bahkan para
“Perusakan hutan adalah proses, cara, pelaku masih saja lolos dari jerat
atau perbuatan merusak hutan melalui hukum. Tingginya angka illegal logging
kegiatan pembalakan liar, penggunaan dikernkan oleh Tingginya permintaan
kawasan hutan tanpa izin atau kebutuhan kayu yang berbanding
penggunaan izin yang bertentangan terbalik dengan persediaannya,
dengan maksud dan tujuan pemberian Lemahnya penegakan dan pengawasan
izin di dalam kawasan hutan yang telah hukum bagi pelaku tindak pidana illegal
ditetapkan, yang telah ditunjuk, ataupun logging. Selama ini, praktik illegal
yang sedang diproses penetapannya logging dikaitkan dengan lemahnya
oleh Pemerintah. Namun lahirnya UU penegakan hukum, di mana penegak
kehutana tersebut sebagai dasar hukum hanya berurusan dengan
penegakan hukum aksi illegal loging di masyarakat lokal atau pemilik alat
indonsia masih dirasakan belum transportasi kayu dan Tumpang tindih
maksimal, Selama ini, praktik illegal kebijakan pemerintah pusat dengan
logging dikaitkan dengan lemahnya pemerintah daerah. Hak Pegusahaan
penegakan hukum, di mana penegak Hutan selama ini berada di bawah
hukum hanya berurusan dengan wewenang pemerintah pusat, tetapi di
masyarakat lokal atau pemilik alat sisi lain, sejak kebijakan otonomi daerah
transportasi kayu. Sedangkan untuk diberlakukan, pemerintah daerah harus
para cukong kelas kakap yang mengupayakan pemenuhan kebutuhan
beroperasi di dalam dan di luar daerah daerahnya secara mandiri
tebangan, masih sulit untuk dijerat Upaya penangganan kasus tindak
pidana kehutanan yang telah dilakukan

40
Kybernan : Jurnal Studi Kepemerintahan
No.1 Vol. II Bulan September 2016

pemerintah dirasa masih belum Sampel dalam penelitian ini


menampakan hasil optimal berdasarkan berjumlah 9 orang dengan
indikasi-indikasi antara lain (1) Semakin menggunakan teknik Purposive
tingginya laju kerusakan hutan, dan (2) Sampling, dimana dalam hal ini
proses penegakan hukum yang masih penelitian akan memilih sampel yang
belum memiliki kemampuan untuk dipandang lebih tahu, maka pilihan akan
memberikan efek jera kepada pelaku informan dapat berkembang sesuai
terutama (mastermind) dari tindak dengan kebutuhan dan kemantapan
pidana illegal logging. peneliti dalam memperoleh data
Oleh karena itu Dinas kehutanan Teknik pengumpulan data yang
melalui UPTD Kehutanan Kecamatan dilakukan dalam penelitian ini adalah:
Kulisusu Kabupaten Buton Utara Wawancara terstruktur, yaitu
merupakan salah satu unit pelaksanaan wawancara dengan informan secara
yang bertugas untuk menjaga individual dengan tetap mengacu pada
kelestarian hutan baik lingkungan hutan panduan wawancara yang disusun
maupun hasil dan ekosistem dalam secara terbuka, Observasi
hutan. (pemantauan) yaitu mengamati
Tujuan yang ingin dicapai dari aktifitas, kejadian, dan interaksi
penelitian ini adalah Faktor-faktor apa kehidupan masyarakat, Kajian
saja yang mempengaruhi terjadinya Dokumentasi, hal ini merupakan upaya
Illegal Loging di Kecamatan Kulisusu untuk mendapatkan data sekunder
Kabupaten Buton Utara, Faktor-faktor yang berasal dari buku panduan
apa yang ditimbulkan Illegal Loging organisasi atau program, laporan
terhadap kehidupan masyarakat di kegiatan, evaluasi program, maupun
Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton jenis dokumentasi lainnya.
Utara dan Untuk mengetahui Upaya Teknik analisa yang digunakan
Pemerintah Dalam menangani Illegal dalam penelitian ini adalah melalui
Loging di Kecamatan Kulisusu tahapan sebagai berikut: (1)Melakukan
telaah data, yaitu berupa penyajian
Kabupaten Buton Utara.
hasil data secara menyeluruh, baik dari
B. Motode Penelitian hasil wawancara maupun dokumentasi,
Jenis Penelitian yang digunakan adalah (2) Reduksi data, (3) Penyusunan ke
penelitian Metode kualitatif ini dapat dalam satuan-satuan, (4)Kategorisasi,
digunakan untuk mengungkap dan (5) Pemeriksaan keabsahan data, yaitu
memahami sesuatu dibalik fenomena upaya menentukan data yang masuk
yang sedikitpun belum diketahui. memenuhi syarat penelitian atau
Format deskriptif kualitatif bertujuan belum, sehingga kalau belum maka
untuk menggambarkan, meringkaskan dapat disempurnakan, dan (6) analisa
berbagai kondisi, situasi atau berbagai dan penafsiran data
fenomena realitassosial yang ada di
masyarakat.

41
Kybernan : Jurnal Studi Kepemerintahan
No.1 Vol. II Bulan September 2016

C. Hasil Penelitian yang lain juga bekerja demikian. (b)


Faktor-faktor yang menyebabkan Faktor ekonomi suplay. Masalah
Illegal logging yaitu Kekurangan ekonomi suplay dan permintaan
personel aparat kehutanan yang normal berkaitan dengan industry
menyebabkan lemahnya pengawasan, penebangan kayu atau yang sekarang
ketersediaan lapangan kerja dan faktor lebih dikenal dengan istilah
kmiskinan warga, lemahnya payung pembalakan liar terjadi dikarenakan
hukum sehingga pemerintah harus beberapa hal yakni: (1) Kebutuhan
mampu membenahi agar kegiatan kapasitas industry kayu dalam negeri
illegal logging tidak terjadi, sejalan dan permintaan kayu luar negeri. (2)
dengan hasil penelitian itu menurut Kemampuan pasokan kayu dan
Dudley sebagaimana yang dikutip oleh kebijakan jatah kayu tebangan. (3)
Nurdjana, ada tiga faktor yang Tinggi rendahnya laba dari
menyebabkan suburnya illegal logging perusahaan industry kayu. Besarnya
atau pembalakan liar pada tingkat kapasitas industri kayu terpasang
lokal dimana ketiga faktor itu saling didaerah akan menimbulkan naiknya
mempengaruhi, saling mendukung dan permintaan akan pasokan kayu yang
saling melengkapi. Faktor tersebut juga, mengarah kepada pemanenen kayu
memungkinkan pembalakan liar yang berlebihan.
meluas dengan cepat yaitu: (a)Faktor Kemampuan pasokan kayu dan
nilai masyarakat dan situasi penduduk. kemampuan penyediaan industri
Nilai-nilai masyarakat dan situasi perkayuan yang legal yang tidak
penduduk didesa-desa hutan menjadi sebanding dengan tingginya
faktor yang mempengaruhi terjadinya permintaan terhadap kayu didalam dan
pembalakan liar dikarenakan oleh diluar negeri, sehingga terjadi
beberapa unsur, adapun unsur-unsur ketimpangan antara persediaan dan
tersebut adalah sebagai berikut: permintaan kemudian menimbulkan
(1)Kebutuhan lapangan kerja dan permintaan tambahan akan kayu yang
pendapatan (2) Pengaruh tenaga kerja diambil dari hasil illegallogging
lain yang sudah bekerja secara illegal (pembalakan liar). (c) Faktor
(3) Ketidakpuasan lokal atas kebijakan pengusaha dan pengaruhnya.
kehutanan pusat (4) Dukungan Keterkaitan pengusah yang melakukan
terhadap pengelolaan hutan lestari. kolusi dengan pejabat setempat juga
Ketersediaan lapangan pekerjaan menjadi faktor terjadinya pembalakan
dan pendapatan bagi masyarakat liar. Hal itu dipengaruhi oleh beberapa
merupakan hal yang paling penting unsur seperti: (1) Keutungan yang
dalam upaya meningkatkan diperoleh oleh pengusaha kayu; (2)
kesejahtraan. Kesediaan masyarakat Besarnya pengaruh pengusaha kayu
bekerja secara melanggar hukum dan bos-bos penebangan terhadap
(illegal) dipengaruhi kuat oleh pejabat local; (3) Besarnya partisipasi
kenyataan bahwa anggota masyarakat pejabat lokal dalam kegiatan illegal

42
Kybernan : Jurnal Studi Kepemerintahan
No.1 Vol. II Bulan September 2016

logging (pembalakan liar); (4) pembalakan liar tidak ada yang postif
Banyaknya kerjasama illegal yang atau yang menguntungkan, kecuali
dilakukan pengusaha dengan penguasa pada pihak yang melakukan
atau pejabat setempat. pembalakan liar atau pelaku
Faktor kolusi ini bisa terjadi pembalakan liar.
apabila pejabat lokal mempunyai Upaya pemberantasan
kekuasaan untuk memberikan pembalakan liar memang tidak pernah
kontrak akses pada lahan hutan dan berhenti dilakukan oleh panitia.
memastikan bahwa berbagai Adapun bentuk kewenangan yang
perundang-undangan ditegakan atau dimiliki oleh penerintah daerah
diabaikan, kemudian para pengusaha merupakan kewenangan yang terbatas,
memiliki modal atau dana yang karena sekalipun Indonesia telah
diperoleh dari keuntungan bisinis kayu. merubah sistem pemerintahan dari
Peristiwa hukum yang terjadi adalah sistem pemerintahan yang sentralisasi
praktik Korupsi, Kolusi dan menjadi desentralisasi, tetap saja
Nepotisme(KKN). Kolusi yang terjadi dalam hal penyerahan kewenangan
antara pejabat local dengan pengusaha dari pemerintah pusat kepada
bisa terjadi karena adanya pemerintah daerah merupakan
permintaan yang datangnya dari pihak pernyerahan kewenangan yangter
pejabat atau birokrat. batas.
Praktik illegal logging telah Kewenangan pemerintah daerah
mengantarkan sumber daya hutan dalam upaya pemberantasan
antara ada dan tidak ada. Secara makro pembalakan liar yang terjadi didaerah
sedikitnya ada 6 faktor penyebab yang dapat dibagi menjadi 5 kategori
mendorong terjadinya praktik illegal berdasarkan kewenangan pemerintah
logging, yaitu (1) krisis ekonomi; (2) daerah yang diatur dalam peraturan
perubahan tatanan politik; (3) perundang-undangan terkait baik
lemahnya koordinasi antara aparat undang-undang kehutanan maupun
penegak hukum; (4) adanya kolusi, undang- undang pemerintah daerah.
korupsi dan nepostisme; (5) lemahnya Kewenangan pemerintah daerah dalam
sistem harga kayu hasil tebang liar upaya pemeberantasan pembalakan
yang lebih murah; (6)Disparitas liar yang terjadi didaerah adalah
Pemidanaan Pembalakan Liar sebagai berikut: (1) Pemberian izin,
Pembalakan liar yang terjadi di (2)Pembuatan peraturan daerah,
Indonesia memberi dampak buruk bagi (3)Pengawasan, (4) Bekerjasama
kehidupan masyarakat. Dampak dengan instansi terkait, (5) Tegas dan
pembalakan liar dapat berupa dampak kristis dalam pemberian dan
terhadap lingkungan, dampak terhadap pencabutan pemberian izin kelola
kerugian keuangan negara dan dampak hutan.
terhadap kehidupan sosial masyarakat. Pelaksanaan bentuk kewenangan
Dampak yang ditimbulkan dari yang dimiliki oleh pemerintah daerah

43
Kybernan : Jurnal Studi Kepemerintahan
No.1 Vol. II Bulan September 2016

tentu memiliki kendala dalam berdasarkan izin dan ketentuan hukum


pelaksanaannya, berikut kendala dari yang berlaku membuat para cukong
pelaksanaan kewenangan pemerintah lebih tertarik melakukan kegiatan
daerah: (a) Kewenangan yang terbatas, pembalakan liar.
konsep negara kesatuan yang dianut Pemerintah sebagai lembaga
oleh Indonesia, membuat Indonesia pengayom masyarakat mulai dari
dalam pelaksanaan pemerintahan tidak pemerintah pusat sampai dengan
dapat menjalankan sistem pemerintah daerah baik pemerintah
desentralisasi murni. Negara Indonesia provinsi dan pemerintah
sekalipun telah menganut yang kabupaten/kota yang merupakan
namanya otonomi daerah sebagai mana perpanjangan tangan dari pemerintah
yang diatur dalam Undang-undang pusat, memikul tanggung-jawab
Nomor 32 tahun 2004 tentang terhadap masyarakat Indonesia
PemerintahanDaerah tetap saja harus termasuk di dalamnya terhadap bumi,
berpatokan pada konsep negara air dan segala yang ada didalamnya
kesatuan. (b) KKN yang dilakukan oleh sesuai dengan amanat Undang-undang
oknum pemerintah daerah. Dasar Negara Republik Indonesia
Pelaksanaan kewenanang pemerintah tahun1945.
daerah dalamupaya pemberantasan
pembalakan liar menjadi tidak efisien D. Kesimpulan dan Saran
selain dikarenakan karena pemerintah 1. Kesimpulan
daerah memiliki kewenangan yang Berdasarkan Hasil Penelitian dan
terbatas, dimana pemerintah daerah pembahasan maka dapat di terik
berfungsi sebagai perpanjangan tangan kesimpulan sebagai berikut :
pemerintah pusat, kendala lain yang
menyebabkan kurang efisiennya Faktor-faktor yang menyebabkan
pemerintah daerah adalah mental terjadiya illegal logging adalah
bobrok dari oknum pemerintah daerah a. Kekurangan personel aparat
yang terlibat Korupsi, Kolusi dan kehutanan yang menyebabkan
Nepotisme (c) Tidak dilaksanakannya lemahnya pengawasan,
Prinsip Good Governance. b. lemahnya payung hukum
Para cukong, cenderung menyebabkan sangsi yang
menyogok pejabat terkait untuk diberkan kepada pelaku illigal
memperoleh izin dan melaksanakan logging sangat ringan
kegiatan pembalakan liar. Praktek c. ketersediaan lapangan kerja dan
seperti itu bukanlah hal baru di faktor kmiskinan warga,.
Indonesia. Kenyataan bahwa d. Keterlibatan aparat penagak
keuntungan yang akan diperoleh dari hukum sehingga menyebabkan
kegiatan pembalakan liar jauh lebih adanya main mata atau KKN
besar dibandingkan dengan kegiatan diantara aparat dan palaku illegal
pembalakan yang resmi atau logging.

44
Kybernan : Jurnal Studi Kepemerintahan
No.1 Vol. II Bulan September 2016

Dampak yang terjadi akibat illegala DAFTAR PUSTAKA


logging yaitu dampak terhadap Birgantoro, Bakti Abu dan Dodik Ridho
lingkingan, dampak terhadap Nurrochmat (2007), Pemanfaatan
kelestarian hutan, dampak terhadap Sumberdaya Hutan oleh
Masyarakat di KPH Banyuwangi
ekonomi.
Utara, JMHT Vol. XIII (3): 172-181,
Upaya pemerintah daerah Desember 2007.
kabupaten buton utara dalam
Dodik Ridho Nurrochmat dan M. Fadhil
menanggulangi Illegal logging yaitu
Hasan (2012), Ekonomi Politik
Dengan menambah jumlah personil Kehutanan, Mengurai Mitos dan
aparat kehutanan, Membuat Pembuatan Fakta Pengelolaan Hutan, Indef
peraturan daerah sebagai payung 2012.
Hukum, Pemberian izin, Menerapkan Forest Watch Indonesia (2011), Potret
sanksi yang berat, membuka lapangan Keadaan Hutan Indonesia Periode
pekejaan, Memberikan penyuluhan Tahun 2000 – 2009, Edisi Pertama
kepada masyarakat. 2011.
Hariadi Kartodihardjo (2008), Diskursus
2. Saran dan Aktor dalam Pembuatan dan
Adapun saran yang diberikan agar Implementasi Kebijakan
mengurangi kegiatan illegal logging Kehutanan: Masalah Kerangka
adalah sebagai berikut : Pendekatan Rasional, Departemen
Manajemen Hutan, Fakultas
a. Pemerintah harus menambah
Kehutanan IPB, JMHT Vol. XIV (1):
jumlah aparat kehutanan guna 19– 27, April 2008.
lebih menujang pengawasan
_________________(1999), Hambatan
terhadap hutan Struktural Pembaharuan
b. Pemerintah harus membuat Kebijakan Pembangunan
peraturan tentang kehutanan dan Kehutanan di Indonesia: Intervensi
menerapkan sanksi yang berat IMF dan World Bank dalam
kepada pelaku illegal logging. Reformasi Kebijakan
c. Memberikan penyuluhan tentang Pembangunan Kehutanan, Makalah
Presentasi pada Workshop tentang
manfaat dan arti penting hutan
"Environmental Adjustment:
bagi kegidupan Opportunities for Progressive Policy
Reform in the Forest Sector?",
World Resources Institute, 1999.
Iskandar U, 1999, Dialog Kehutanan
dalam Wacana Global, cet. 1, Bigraf
Publishing : Yogyakarta.
Mangunwijaya, F.M., 2006, Hidup
Harmonis dengan Alam, edisi 1,
Yayasan Obor Indonesia : Jakarta.
Suparmoko, M., Ekonomi Sumber Daya
Alam dan Lingkungan, Suatu
Pendekaan Teoritis, Fakultas

45
Kybernan : Jurnal Studi Kepemerintahan
No.1 Vol. II Bulan September 2016

Ekonomi dan Bisnis Universitas


Gajah Mada, BPFE – Yogyakarta,
2012.
Salim, H.S.,2003, Dasar-Dasar Hukum
Kehutanan, Edisi Revisi, Cet. 1,
Sinar Grafika: Jakarta.
Supriatna, Jana, 2008, Melestarikan
Alam Indonesia Edisi 1, Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Teguh Sudarsono, Penegakan Hukum
dan Putusan Peradilan Kasus-
Kasus Illegal logging, Jurnal
Hukum No. 1 Vol. 17 Januari 2010.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 2013 Tentang
Pencegahan Dan Pemberantasan
Perusakan Hutan

46

Anda mungkin juga menyukai