Anda di halaman 1dari 16

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology


Vol.,II No.1, Januari 2013

PROFIL DISOLUSI TABLET IBUPROFEN MENGGUNAKAN VARIASI


DISINTEGRAN SHEFFIELDTM TABLETTING SYSTEM DTHV, SHEFFIELDTM
TABLETTING SYSTEM DTFD, DAN AVICEL PH 102

Revika Rachmaniar, Dradjad Priambodo, Maulana Hakim

Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Abstrak

Ibuprofen merupakan zat aktif yang memiliki khasiat sebagai analgesik, antipiretik, mengobati
gejala rheumatoid arthritis, osteoarthritis, dan dysmenorrhea. Penelitian tentang formulasi
tablet ibuprofen bertujuan untuk memperoleh sediaan tablet ibuprofen menggunakan disintegran
SheffieldTM Tabletting System DTHV dan DTFD dengan metode kempa langsung yang
memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia dan United States Pharmacopeia. Tablet
ibuprofen dibuat dengan metode kempa langsung menggunakan SheffieldTM Tabletting System
DTHV dan DTFD serta Avicel PH 102 sebagai disintegran pembanding dengan variasi
konsentrasi masing-masing disintegran sebesar 50%, 55%, dan 60%. Evaluasi tablet meliputi
keseragaman bobot, diameter, ketebalan, kekerasan, friabilitas, keseragaman kadar, dan disolusi.
Pengujian disolusi in vitro menggunakan alat disolusi tipe II (dayung) dengan medium larutan
dapar fosfat (pH 7,2). Hasil pengujian waktu hancur dan disolusi tablet menunjukkan bahwa
pada tablet ibuprofen yang menggunakan SheffieldTM Tabletting System DTHV memiliki waktu
hancur dan zat aktif terlarut yang memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia dan United
States Pharmacopeia.

Kata Kunci: Avicel PH 102, Disintegran, SheffieldTM Tabletting System DTFD, SheffieldTM
Tabletting System DTHV, Tablet Ibuprofen.

Abstract

Ibuprofen is the active substance which has properties as an analgesic, antipyretic, treat the
symptoms of rheumatoid arthritis, osteoarthritis, and dysmenorrhea. Research on ibuprofen
tablet formulation has aims to obtain tablets of ibuprofen using SheffieldTM Tabletting System
DTF
D and DTHV by direct compression method that meets the requirements of the Indonesian
Pharmacopeia and the United States Pharmacopeia. Ibuprofen tablets prepared by direct
compression method using SheffieldTM Tabletting System DTFD and DTHV and Avicel PH 102
as well as the comparison disintegrant with the variation of the concentration. The
concentration of each disintegrant are 50%, 55%, and 60%. Evaluation of tablets include
weight uniformity, diameter, thickness, hardness, friability, content uniformity and dissolution.
In vitro dissolution test using a dissolution type II (paddle) with phosphate buffer solution
medium (pH 7.2). Tablet disintegration and dissolution testing results show ibuprofen tablet
that use SheffieldTM Tabletting System DTHV has disintegration time and active substance
dissolved meet the requirements of the Indonesian Pharmacopeia and the United States
Pharmacopeia.

Keyword: Avicel PH 102, Disintegrant, Ibuprofen tablet, SheffieldTM Tabletting System DTFD,
SheffieldTM Tabletting System DTHV.

35
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.,II No.1, Januari 2013

PENDAHULUAN itu sangat menentukan kelarutan obat


Selama seperempat abad terakhir uji selanjutnya dan tercapainya bioavaibilitas
disolusi telah muncul sebagai cara yang yang diharapkan (Lachman, et al., 2008).
berharga untuk pengembangan formulasi, SheffieldTM Tabletting System DTHV
memantau proses manufaktur, menilai dan DTFD merupakan suatu disintegran
kualitas produk, dan dalam beberapa kasus yang dirancang untuk pembuatan tablet
untuk memperkirakan kerja in vivo sediaan yang membutuhkan disolusi yang cepat.
oral bentuk padat. Uji disolusi ternyata Disintegran ini diharapkan dapat
menjadi uji penting untuk mengukur kerja memperbaiki disintegrasi tablet yang dibuat
produk obat (Dressman and Kramer, 2005). dengan metode kempa langsung.
Disolusi secara optimal dapat diperoleh SheffieldTM Tabletting System DTHV
apabila tablet dapat hancur menjadi partikel merupakan zat yang memiliki komposisi
dengan cepat. Secara umum telah dikenal lactose anhydrate, crospovidone, dan
TM
beberapa tahun lalu bahwa sebelum mannitol, sedangkan Sheffield Tabletting
absorpsi terjadi, suatu obat padat harus System DTFD merupakan zat yang
mengalami disintegrasi ke dalam partikel- memiliki komposisi lactose monohydrate,
partikel kecil dan melepaskan zat aktif crospovidone, dan mannitol. Pada
(Gibson, 2004). Disintegrasi adalah penelitian ini dibuat tablet ibuprofen
hilangnya kohesi bentuk sediaan padat dengan metode kempa langsung
karena aksi suatu cairan yang menghasilkan menggunakan disintegran SheffieldTM
dispersi sediaan tersebut atau isinya Tabletting System DTHV dan DTFD serta
menjadi granul agregat (Priambodo, 2007). Avicel PH 102 sebagai disintegran
Agar suatu tablet dapat mengalami pembanding.
disintegrasi maka dalam komponen tablet
harus terdapat zat yang berfungsi sebagai METODOLOGI
disintegran atau zat penghancur. Penting Alat
diketahui bahwa adanya disintegran yang Pengayak; timbangan analitis
cukup dalam tablet akan menghasilkan (mettler toledo); mesin tablet single punch
disolusi yang ideal. Disintegran (Korsch); alat ukur kecepatan aliran dan
ditambahkan untuk memudahkan pecahnya sudut istirahat; Alat uji susut pengeringan;
atau hancurnya tablet ketika berkontak hardness tester (Erweka); friabilator;
dengan cairan saluran pencernaan. disintegrator; alat disolusi tipe II (Sotax);
Disintegran dapat berfungsi menarik air ke pH meter; spektrofotometer UV (Analytic
dalam tablet, mengembang, dan Jena); stopwatch; jangka sorong; penangas
menyebabkan tablet pecah menjadi air; mortir dan stamper serta alat-alat gelas
fragmen-fragmen. Fragmen-fragmen tablet yang biasa digunakan dalam laboratorium.

36
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.,II No.1, Januari 2013

Bahan Metode
Bahan-bahan yang digunakan dalam 1. Penyiapan Bahan Baku
penelitian ini adalah Ibuprofen (Holi Penyiapan zat aktif berdasarkan
Pharma), Laktosa (Brataco chemistry), literatur Farmakope Indonesia. Penyiapan
Magnesium Stearat (Brataco chemistry), zat tambahan berdasarkan literatur
SheffieldTM Tabletting System DTHV Handbook of Pharmaceutical Excipient.
TM
(Lawsim Zecha), Sheffield Tabletting 2. Formulasi Tablet
System DTFD (Lawsim Zecha), Avicel PH Pada penelitian ini dibuat sembilan
102 (Holi Pharma), Kalium dihidrogen formulasi tablet ibuprofen, yaitu tablet
fosfat (Quadran Lab), Natrium hidroksida ibuprofen dengan variasi konsentrasi Avicel
(Brataco chemistry), dan Aquadest. PH 102, SheffieldTM Tabletting System
DTFD, dan SheffieldTM Tabletting System
DTHV.

Tabel 1. Formula Tablet Ibuprofen


Formula (%)
SheffieldTM Tabletting SheffieldTM Tabletting
Komposisi Avicel PH 102
System DTHV System DTFD
50% 55% 60% 50% 55% 60% 50% 55% 60%
Ibuprofen 38.46 38.46 38.46 38.46 38.46 38.46 38.46 38.46 38.46
Laktosa 10.54 5.54 0.54 10.54 5.54 0.54 10.54 5.54 0.54
Magnesium stearat 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Avicel PH 102 50 55 60 - - - - - -
SheffieldTM Tableting
- - - 50 55 60 - - -
System DTHV
SheffieldTM Tableting
- - - - - - 50 55 60
System DTFD

3. Pembuatan Tablet 4. Evaluasi Massa Cetak


Tablet dibuat menggunakan metode a. Susut Pengeringan
kempa langsung. Bahan-bahan diayak dan Susut pengeringan adalah banyaknya
ditimbang sesuai yang diperlukan. bagian zat yang mudah menguap, termasuk
Ibuprofen ditambahkan disintegran yang air, ditetapkan dengan cara pengeringan,
akan dipakai, dicampur hingga homogen kecuali dinyatakan lain, dilakukan pada
selama 15 menit lalu ditambahkan suhu 105o hingga bobot tetap (Depkes,
magnesium stearat, dicampur hingga 1979)
homogen selama 5 menit. Massa kempa
kemudian dikempa. b. Laju Alir dan Sudut Istirahat
Massa kempa diletakkan dalam
corong alat uji laju alir yang bagian
bawahnya ditutup. Massa kempa yang

37
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.,II No.1, Januari 2013

keluar dari alat tersebut dihitung laju dimulai pada saat tutup bagian bawah
alirannya dengan menghitung waktu yang corong dibuka hingga semua massa kempa
diperlukan oleh sejumlah serbuk untuk mengalir keluar dari alat. Hubungan antara
turun melalui corong alat penguji dengan laju aliran dengan sifat aliran serbuk dapat
menggunakan stopwatch. Penghitungan dilihat pada Tabel 2. (Aulton, 2002).

Tabel 2. Laju Alir dan Sifat Aliran Serbuk (Aulton, 2002)


Laju Alir (g/detik) Sifat Aliran
>10 Sangat Baik
4-10 Baik
1.6-4 Sukar
<1.6 Sangat Sukar

Timbunan Massa Kempa dapat antara sudut istirahat dengan sifat aliran
digunakan untuk menghitung sudut serbuk dapat dilihat di Tabel 3 (Aulton,
istirahat. Diameter rata-rata timbunan dan 2002).
tinggi puncak timbunan diukur. Hubungan

Tabel 3. Sudut Istirahat dan Sifat Aliran (Aulton, 2002)


Sudut Istirahat (o) Sifat Aliran
<20 Sangat Baik
20-30 Baik
30-34 Cukup
>40 Sangat Sukar

c. Kerapatan Nyata, Kerapatan ketukan setiap detik sampai volume serbuk


Mampat, dan Kompresibilitas konstan, lalu dihitung dengan rumus
Kerapatan nyata ditetapkan dengan (Aulton, 2002):
menempatkan sejumlah tertentu massa
cetak ke dalam gelas ukur lalu diukur
(g/mL)
volumenya dan dihitung kerapatannya
Daya kempa dapat dilihat dari harga
dengan rumus (Aulton, 2002):
indeks kompresbilitas Carr yang sangat
bergantung pada kerapatan nyata dan
(g/mL) kerapatan mampat. Hubungan antara indeks
kompresibilitas Carr dengan sifat aliran
Kerapatan nyata ditetapkan seperti serbuk dapat dilihat pada tabel 4.
pada kerapatan nyata, tetapi volume serbuk
dimampatkan dengan cara mengetukkan
gelas ukur tersebut dengan kecepatan satu

38
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.,II No.1, Januari 2013

Tabel 4. Hubungan antara Sifat Aliran Serbuk dengan Kompresibilitas (Aulton, 2002)
Kompresibilitas (%) Sifat Aliran Serbuk
5 – 12 Sangat Baik
12 – 18 Baik
18 – 23 Cukup
23 – 28 Buruk
28 – 35 Sangat Buruk
> 38 Sangat buruk sekali

5. Evaluasi Tablet satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet


a. Keseragaman Ukuran yang masing-masing bobotnya
Kecuali dinyatakan lain, diameter menyimpang dari bobot rata-rata lebih
tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak besar dari harga yang ditetapkan kolom A,
kurang dari empat per tiga tebal tablet dan tidak satu tablet pun yang bobotnya
(Depkes, 1979). Pemeriksaan dilakukan menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih
dengan menggunakan dua puluh tablet. dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika
Pemeriksaan dilakukan terhadap diameter tidak cukup 20 tablet, dapat digunakan 10
dan tebal masing-masing tablet. Kemudian tablet; tidak satu tablet pun yang bobotnya
rata-rata diameter dan tebal tablet dihitung. menyimpang lebih besar dari bobot rata-
rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu
b. Keseragaman Bobot tablet pun yang bobotnya menyimpang
Tablet tidak bersalut harus memenuhi lebih besar dari bobot rata-rata yang
syarat keseragaman bobot yang ditetapkan ditetapkan kolom B (Depkes, 1979).
sebagai berikut : ditimbang 20 tablet, hitung Penyimpangan bobot rata-rata tablet dapat
bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Penyimpangan bobot rata-rata tablet (Depkes, 1979)


Bobot Rata-Rata (mg) Penyimpangan bobot rata-rata (%)
A B
<25 15 30
26-150 10 20
151-300 7.5 15
>300 5 10

c. Kekerasan Tablet d. Friabilitas Tablet


Sebanyak dua puluh tablet diambil Alat penguji friabilitas untuk
secara acak dan diukur kekerasannya laboratorium dikenal sebagai friabilator
menggunakan alat uji kekererasan Roche. Alat ini memperlakukan sejumlah
(Hardness tester) kemudian dihitung rata- tablet terhadap gabungan pengaruh goresan
ratanya (Aulton, 2002). dan guncangan dengan memakai sejenis
kotak plastik yang berputar pada kecepatan

39
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.,II No.1, Januari 2013

25±1 rpm. Biasanya tablet yang telah fosfat pH 7.2. Larutan ditetapkan kadarnya
ditimbang diletakkan di dalam alat itu, menggunakan alat spektrofotometer UV.
kemudian dijalankan sebanyak 100 putaran. Kecuali dinyatakan lain, tablet memenuhi
Tablet kemudian dibersihkan dan ditimbang syarat keseragaman kadar jika sepuluh
ulang. Kehilangan bobot yang diizinkan tablet yang diperiksa masing-masing
1.0% (USP 30, 2007). Tablet yang masih memberikan batas kadar antara 90%-110%
utuh ditimbang kemudian dihitung dari persyaratan rata-rata yang tertera pada
kehilangan bobotnya dan dinyatakan uraian masing-masing monografi. Jika
dalam presentase menggunakan rumus hanya satu tablet yang memberikan hasil di
sebagai berikut: luar batas, dilakukan penetapan

x 100% menggunakan 20 tablet sisa satu per satu.


Tablet memenuhi persyaratan keseragaman
Keterangan:
kadar jika hanya satu tablet dari 30 tablet di
W1 = berat tablet awal
atas memberikan hasil di luar batas 90%-
W2 = berat tablet setelah uji kerapuhan
110% (Depkes, 1995).

e. Uji Waktu Hancur


g. Uji Disolusi
Dimasukkan satu tablet pada masing-
o Alat disolusi
masing tabung dari keranjang kemudian
Alat terdiri dari sebuah wadah
dimasukkan suatu cakram pada tiap tabung
tertutup yang terbuat dari kaca atau
dan jalankan alat, digunakan air bersuhu
bahan transparan lain yang inert,
37oC ± 2oC sebagai media kecuali
suatu motor, suatu batang logam
dinyatakan menggunakan cairan lain dalam
yang digerakan sebuah motor dan
masing-masing monografi. Pada akhir batas
sebuah dayung yang terdiri dari daun
waktu seperti yang tertera dalam
dan batang sebagai pengaduk.
monografi, keranjang diangkat dan semua
Dayung memenuhi spesifikasi jarak
tablet diamati. Semua tablet harus hancur
25 mm ± 2 mm antara daun dan
sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak
bagian dalam wadah dipertahankan
hancur sempurna, diulangi pengujian
selama pengujian berlangsung.
dengan 12 tablet lainnya : tidak kurang 16
Sediaan dibiarkan tenggelam ke
dari 18 tablet yang diuji harus hancur
dasar wadah sebelum dayung mulai
sempurna (Depkes, 1995).
berputar (Depkes, 1995)
o Media Disolusi
f. Keseragaman Kadar
Media disolusi yang digunakan dapar
Sepuluh tablet diambil secara acak,
fosfat pH 7.2. Dapar ini dibuat
dihaluskan, dan dilarutkan pada dapar
dengan mencampurkan 50 ml kalium

40
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.,II No.1, Januari 2013

fosfat monobasa 0.2M dengan 34.7 6. Analisis Data


ml natrium hidroksida 0.2M dan Analisis data uji disolusi digunakan
diencerkan dengan air hingga 200 ml metode desain blok acak sempurna (DBAS)
(USP 30, 2007). dengan kepercayaan 95% di mana
o Disolusi tablet digunakan blok dan kelompok. Pada
Ke dalam bejana disolusi analisis ini perlakuan waktu bertindak
dimasukkan medium disolusi sebagai blok dan variasi disintegran sebagai
sebanyak 900 ml kemudian kelompok. Uji lanjut menggunakan uji
dipanaskan hingga suhu 37o±0.5°C. rentang Newman-Keuls.
Tablet ibuprofen dimasukkan ke
dalam bejana disolusi kemudian HASIL DAN PEMBAHASAN
diputar dengan kecepatan 50 rpm. 1. Penyiapan Bahan Baku
Sampel diambil sebanyak 5 ml pada Penyiapan zat aktif ibuprofen
selang waktu 5, 10, 15, 20, 30, 45, berdasarkan literatur Farmakope Indonesia.
dan 60 menit. Setiap sampel yang Pemeriksaan zat tambahan seperti Avicel
diambil lalu digantikan dengan PH 102, laktosa, magnesium stearat
medium disolusi sebanyak 5 ml. berdasarkan literatur Handbook of
Sampel yang diambil diukur Pharmaceutical Excipient. Pemeriksaan
absorbansinya dan ditentukan DTHV dan DTFD berdasarkan Certificate
kadarnya (USP 30, 2007) of analysis.
o Penetapan kadar
Penetapan kadar ibuprofen yang 2. Formulasi Tablet
terlarut dengan menggunakan Pada penelitian ini telah dibuat
spektrofotometri ultraviolet pada sembilan formula tablet ibuprofen dengan
panjang gelombang maksimum menggunakan tiga jenis disintegran, yaitu
sekitar 221 nm. Dalam waktu 60 SheffieldTM Tabletting System DTHV dan
menit harus larut tidak kurang 80% DTFD serta Avicel PH 102 sebagai
C13H18O2 dari jumlah yang tertera disintegran pembanding. Formula uji
(USP 30, 2007). disajikan dalam tabel 6.

41
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.,II No.1, Januari 2013

Tabel 6. Formula Tablet


Komposisi Formula (mg)
Avicel PH 102 SheffieldTM Tabletting SheffieldTM Tabletting
System DTHV System DTFD
50% 55% 60% 50% 55% 60% 50% 55% 60%
Ibuprofen 250 250 250 250 250 250 250 250 250
Laktosa 68.5 36 3.5 68.5 36 3.5 68.5 36 3.5
Magnesium stearat 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5
Avicel PH 102 325 357.5 390 - - - - - -
SheffieldTM Tabletting - - - 325 357.5 390 - - -
System DTHV
SheffieldTM Tabletting - - - - - - 325 357.5 390
System DTFD
Total bobot tablet 650 650 650 650 650 650 650 650 650

3. Pembuatan Tablet kempa. Bobot tablet yang diproduksi adalah


Pada formula ini, massa kempa 650 mg dan jumlah tablet yang diproduksi
dibuat dengan mencampur zat aktif, adalah 200 tablet.
disintegran, dan pengisi selama 15 menit
agar massa kempa menjadi homogen. 4. Evaluasi Massa Kempa
Pelincir lalu ditambahkan ke dalam massa Evaluasi massa kempa dilakukan
kempa dan kembali dicampur selama 5 sebelum proses pencetakan tablet.
menit agar pelincir dapat menyelimuti a. Susut Pengeringan
seluruh permukaan partikel dalam massa

Tabel 7. Hasil Uji Susut Pengeringan


% Susut Pengeringan (%)
Avicel PH 102 DTHV DTFD
50 1.4109 0.7019 0.2191
55 1.6484 0.3974 0.2672
60 1.6743 0.5534 0.4296

menunjukan susut pengeringan 1-2%.


Berdasarkan hasil uji susut pengeringan,
diharapkan massa kempa tersebut tidak
terlalu basah dan tidak terlalu kering
sehingga massa kempa dapat dikempa.
Massa kempa yang menggunakan DTHV
Gambar 1. Hasil Uji Susut Pengeringan dan DTFD menunjukan susut pengeringan
kurang dari 1%.
Hasil uji susut pengeringan, Massa
kempa yang menggunakan Avicel PH 102

42
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.,II No.1, Januari 2013

b. Laju alir dan Sudut istirahat

Tabel 8. Hasil Uji Laju Alir


% Laju Alir (g/s)
Avicel PH 102 DTHV DTFD
50 14.1345 20.9526 13.0779
55 14.8351 18.0357 16.3835
60 21.8519 19.8590 18.0483

karena memperlihatkan laju alir di atas 10


g/s. Dengan laju alir yang baik, diharapkan
massa kempa tidak akan menimbulkan
masalah pada saat pengisian ke dalam
ruang cetak. Aliran yang baik sangat
penting dalam proses pencetakan agar

Gambar 2. Hasil Uji Laju Alir menghasilkan volume dan berat tablet yang
seragam.
Hasil uji laju alir massa kempa setiap
formula menunjukkan sifat alir sangat baik

Tabel 9. Hasil Uji Sudut Istirahat

% Sudut Istirahat (o)


Avicel PH 102 DTHV DTFD
50 23.4036 14.5834 18.3414
55 27.5957 19.9254 14.6229
60 23.2497 20.8184 21.4959

baik adalah massa kempa dengan komposisi


50%, 55%, 60% Avicel PH 102 dan massa
kempa dengan komposisi 60% DTHV dan
DTFD, sedangkan massa kempa yang
memiliki sifat alir yang sangat baik adalah
massa kempa dengan komposisi komposisi
Gambar 2. Hasil Uji Sudut Istirahat 50% dan 55% DTHV dan DTFD.

Berdasarkan hasil uji sudut istirahat,


massa kempa yang memiliki sifat alir yang

43
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.,II No.1, Januari 2013

c. Kerapatan Nyata, Kerapatan Mampat, dan Kompresibilitas

Tabel 10. Hasil Uji Kompresibilitas


% Kompresibilitas (%)
Avicel PH 102 DTHV DTFD
50 20.4071 11.5723 18.2810
55 24.5420 17.1023 18.4677
60 18.2328 14.0364 16.3794

dan kompresibilitas yang cukup baik adalah


massa kempa dengan komposisi 50% dan
60 % Avicel PH 102 serta 50% dan 55%
DTFD. Massa kempa yang memiliki sifat
alir dan kompresibilitas yang baik adalah
massa kempa 55% dan 60% DTHV serta
Gambar 3. Hasil Uji Kompresibilitas 60% DTFD. Massa kempa yang memiliki
sifat alir dan kompresibilitas yang sangat
Berdasarkan nilai kerapatan nyata baik adalah 50% DTHV.
dan kerapatan mampat didapat nilai indeks
Carr. Massa kempa yang memiliki sifat alir 5. Evaluasi Tablet
dan kompresibilitas buruk adalah massa Evaluasi massa kempa dilakukan
kempa dengan komposisi 55% avicel PH sebelum proses pencetakan tablet.
102. Massa kempa yang memiliki sifat alir a. Keseragaman Ukuran

Tabel 11. Hasil Uji Keseragaman Ukuran

Avicel PH 102 DTHV DTFD


%
D (mm) t (mm) D (mm) t (mm) D (mm) t (mm)
50 13.1435 4.241 13.104 4.1945 13.082 4.27
55 13.1375 4.2725 13.101 4.207 13.11 4.1065
60 13.1315 4.2505 13.1285 4.2115 13.0965 4.116
Keterangan:
D = Diameter, t = Tebal

44
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.,II No.1, Januari 2013

Pemeriksaan keseragaman ukuran tablet


setiap formula memiliki ukuran diameter
tiga kali ukuran tebal. Pada Farmakope
Indonesia edisi III disebutkan bahwa
diameter tidak lebih dari tiga kali dan tidak
Gambar 4. Hasil Uji Keseragaman
Diameter kurang dari 4/3 tebal tablet.

Gambar 5. Hasil Uji Keseragaman Tebal


b. Keseragaman Bobot

Tabel 12. Hasil Uji Keseragaman Bobot


Keseragaman Bobot (mg)
%
Avicel PH 102 DTHV DTFD
50 661.345 660.325 667
55 654.17 667.92 656.375
60 662.285 661.955 637.88

Hasil uji keseragaman bobot tablet


dari setiap formula tablet menunjukan
bahwa bobot tablet ini memenuhi rentang
bobot rata-rata tablet antara 617.5 mg
sampai dengan 682.5 mg.

Gambar 6. Hasil Uji Keseragaman Bobot

45
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.,II No.1, Januari 2013

c. Kekerasan

Tabel 13. Hasil Uji Kekerasan

% Kekerasan (N)
Avicel PH 102 DTHV DTFD
50 73.1 70.1 84.05
55 72.75 93.9 118.95
60 79.45 95.1 96.7

DTHV, dan DTFD memiliki kekerasan


pada rentang 70.1-84.05N. Tablet dengan
komposisi 55% Avicel PH 102, DTHV, dan
DTFD memiliki kekerasan pada rentang
72.75-118.95 N. Tablet dengan komposisi
60% Avicel PH 102, DTHV, dan DTFD
memiliki kekerasan pada rentang 79.45-
Gambar 7. Hasil Uji Kekerasan
96.7 N.

Hasil uji kekerasan formula tablet


dengan komposisi 50% Avicel PH 102,

d. Friabilitas

Tabel 14. Hasil Uji Friabilitas


% Friabilitas (%)
Avicel PH 102 DTHV DTFD
50 1.0472 1.1078 1.6373
55 0.5462 0.5488 0.6975
60 0.4970 0.4260 0.7214

1.0%. Nilai ini menunjukkan tablet


ibuprofen memiliki sifat friabilitas kurang
baik. Tablet dengan komposisi 55% dan
60% Avicel PH 102, DTHV, dan DTFD
menunjukkan nilai friabilitas di bawah
0.8%. Nilai ini menunjukkan tablet
ibuprofen memiliki sifat friabilitas baik,
Gambar 8. Hasil Uji Friabilitas
yang berarti tablet yang dihasilkan tahan
Hasil uji friabilitas tablet dengan
terhadap guncangan atau kerusakan dalam
komposisi 50% Avicel PH 102, DTHV, dan
penanganan, pengemasan dan distribusi.
DTFD menunjukkan nilai friabilitas di atas

46
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.,II No.1, Januari 2013

e. Waktu Hancur

Tabel 15. Hasil Uji Waktu Hancur


% Waktu Hancur (menit)
Avicel PH 102 DTHV DTFD
50 0.4666 3.5055 -
55 0.8111 9.0889 -
60 0.8444 13.0445 10.8222
(-) = tidak memenuhi persyaratan uji waktu hancur sehingga tidak dapat dirata-ratakan

kurang dari 15 menit. Dengan demikian,


formula tablet yang menggunakan Avicel
PH 102 dan DTHV memenuhi persyaratan
waktu hancur berdasarkan Farmakope
Indonesia IV. Tablet dengan komposisi
DTFD hancur dalam waktu kurang dari 15
Gambar 9. Hasil Uji Waktu Hancur menit pada konsentrasi 60%, tapi pada
konsentrasi 50% dan 55%, tablet hancur
Hasil uji waktu hancur tablet dengan lebih dari 15 menit.
komposisi 50%, 55%, dan 60% Avicel PH
102 dan DTHV menunjukan waktu hancur

f. Keseragaman kadar

Tabel 16. Hasil Uji Keseragaman Kadar


% Keseragaman Kadar (%)
Avicel PH 102 DTHV DTFD
50 104.4547 106.0104 103.2977
55 107.3295 105.6922 104.3927
60 101.6324 108.4404 103.142

syarat Farmakope Indonesia IV, di mana


kadar masing-masing tablet berada pada
rentang 90-110% dari kadar yang tertera
pada etiket.

Gambar 10 . Hasil Uji Keseragaman


Kadar

Nilai keseragaman kadar dari


kesembilan formula tersebut memenuhi

47
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.,II No.1, Januari 2013

g. Uji Disolusi 60% DTFD. Hal ini disebabkan tablet


Uji disolusi dilakukan terhadap tiga dengan formula 50% dan 55% DTFD tidak
tablet pada masing-masing formula, yaitu memenuhi persyaratan uji waktu hancur.
semua formula dengan komposisi Avicel Hasil uji disolusi rata-rata dari tablet
PH 102, semua formula dengan komposisi ibuprofen dapat dilihat pada tabel 17.
DTHV, dan formula dengan komposisi

Tabel 17. Hasil Disolusi Tablet


50% 55% 60%
Menit Ke- Avicel PH Avicel Avicel
DTHV DTHV DTHV DTFD
102 PH 102 PH 102
0 0 0 0 0 0 0 0
5 3.6714 13.98003 3.6003 2.71948 4.7630 2.4873 2.6051
10 7.863091 69.174 6.614086 12.2982 8.2231 7.4991 3.0374
15 11.23049 102.2549 8.956237 78.9720 9.3833 14.16788 5.2021
20 14.79813 111.1087 11.31682 86.2321 11.7543 24.5540 8.2634
30 19.49188 113.9815 16.23017 110.7005 16.2410 62.7088 12.9897
45 27.89887 115.1437 23.33792 113.9047 22.6922 112.5969 42.5683
60 34.28941 117.6062 28.64885 114.215 30.04482 113.2988 63.5338

Gambar 11. Profil Disolusi yang Gambar 13. Profil Disolusi yang
menggunakan 50% menggunakan 60%
disintegran disintegran

Hasil uji ketujuh formula di atas


menunjukan rata-rata pelepasan zat aktif
dari masing-masing formula yang berbeda.
Tablet yang menggunakan Avicel PH 102
memiliki persentase kadar ibuprofen
terlarut tidak memenuhi persayaratan USP.
Hal ini disebabkan hingga waktu 60 menit
Gambar 12. Profil Disolusi yang
menggunakan 55% kadar ibuprofen yang terlarut dari tablet
disintegran yang menggunakan Avicel PH 102 tidak
mencapai 80%. Tablet dengan komposisi

48
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.,II No.1, Januari 2013

DTHV memiliki persentase kadar ibuprofen Tablet dengan komposisi Avicel PH


terlarut yang memenuhi persyaratan USP 102, DTHV, dan DTFD berbagai variasi
yaitu bahwa dalam 60 menit ibuprofen yang konsentrasi yang digunakan untuk uji
terlarut minimal 80%. Tablet yang disolusi menunjukan F hitung lebih besar
menggunakan DTFD memiliki persentase dari F tabel berdasarkan tabel anava. Hal ini
kadar ibuprofen terlarut tidak memenuhi menunjukan bahwa hipotesis nol, yaitu
persyaratan USP. tidak terdapat perbedaan ibuprofen terlarut
Perbedaan persentase kadar yang signifikan di antara formula yang
ibuprofen terlarut antara tablet dengan menggunakan berbagai variasi disintegran,
komposisi DTHV dan DTFD disebabkan ditolak. Dengan derajat kepercayaan 95%
oleh laktosa yang terkandung DTHV dan dapat disimpulkan bahwa terdapat
DTFD berbeda. laktosa yang terkandung perbedaan ibuprofen terlarut yang
DTHV adalah laktosa anhidrat, sedangkan signifikan dari ketiga formula tablet ini
laktosa yang terkandung dalam DTFD selama selang waktu pengambilan 60
adalah laktosa monohidrat. Kedua laktosa menit.
ini mempengaruhi crospovidon yang Pengujian dilanjutkan menggunakan
berfungsi sebagai disintegran. Laktosa uji Rentang Newman-Keuls untuk melihat
anhidrat lebih mudah terlarut dalam dapar perbedaan ibuprofen terlarut dari ketujuh
dibandingkan dengan laktosa monohidrat formula. Dari hasil uji tersebut, dapat
sehingga membantu tablet terlarut lebih disimpulkan dengan perlakuan disintegran
cepat dan menyebabkan ibuprofen terlarut yang berbeda terdapat perbedaan ibuprofen
lebih cepat pula. Kadar Ibuprofen pada terlarut yang signifikan. Terdapat
tablet yang mengandung DTHV terlarut perbedaan signifikan antara formula yang
lebih besar daripada kadar ibuprofen yang menggunakan Avicel PH 102 terhadap
telah ditetapkan pada keseragaman kadar. formula yang menggunakan DTHV pada
Hal ini disebabkan cara pengambilan konsentrasi 50%, 55%, dan 60%. Terdapat
sampel disolusi secara manual sehingga perbedaan signifikan pula antara formula
sampel yang diambil kurang tepat. yang menggunakan DTHV dengan formula
yang menggunakan DTFD pada konsentrasi
6. Analisis Data 60%. Namun, tidak terdapat perbedaan
Analisis data uji disolusi digunakan yang signifikan antara formula yang
metode desain blok acak sempurna (DBAS) menggunakan Avicel PH 102 dengan
dengan α = 0,05 di mana digunakan blok formula yang menggunakan DTFD pada
dan kelompok. Pada analisis ini perlakuan konsentrasi 60%.
waktu bertindak sebagai blok dan variasi
disintegran sebagai kelompok.

49
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.,II No.1, Januari 2013

SIMPULAN IV. Jakarta : Departemen Kesehatan


Berdasarkan hasil penelitian yang Republik Indonesia. Hal. 6, 7, 449,
telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa 488, 999, 1085, 1086.
SheffieldTM Tabletting System DTHV dapat Dressman, J and J. Kramer. 2005.
dijadikan alternatif disintegran dalam Pharmaceutical Dissolution Testing.
pembuatan tablet ibuprofen secara kempa Boca Raton : Taylor and Francis
langsung. Hasil evaluasi uji waktu hancur, Grpoup. P. 81-82.
tablet dengan komposisi SheffieldTM Gibson, M. 2004. Pharmaceutical
Tabletting System DTHV memiliki waktu Preformulation and Formulation.
hancur yang memenuhi persyaratan Florida : CRC Press. P. 417-418,
Farmakope Indonesia, yaitu waktu hancur 420-421, 424.
kurang dari 15 menit.. SheffieldTM Priambodo, D. 2007. Buku Ajar
Tabletting System DTHV memiliki Farmasetika Komponen Pembentuk
efektifitas lebih baik dibandingkan Avicel Tablet. Bandung : Universitas
PH 102 dan SheffieldTM Tabletting System Padjadjaran. Hal. 29.
DTFD dalam pembuatan tablet ibuprofen Lachman, L., H.A. Lieberman dan J.L.
secara kempa langsung. Hasil evaluasi uji Kanig. 2008. Teori dan Praktek
disolusi, Ibuprofen yang terlarut pada tablet Farmasi Industri. Edisi II.
dengan komposisi SheffieldTM Tabletting Penerjemah : Siti Suyatmi. Jakarta :
System DTHV memenuhi persyaratan Universitas Indonesia Press. Hal :
United States of Pharmacopeia, karena 645-663, 680-712.
pada menit ke-60 telah terlarut lebih dari United States Pharmacopeial Convetion.
80%. 2007. The United States
Pharmacopeia 30. Twinbrook
DAFTAR PUSTAKA Parkway MD: United States
Aulton, M.E. 2002. Pharmaceutics: The Pharmacopeial Convention, Inc. P.
Science of Dosage Form Design. 674, 1085, 2327.
New York: Longmann Group
Churchill Livingstone. P. 133, 134,
207, 411, 418-419, 612-614.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
1979. Farmakope Indonesia. Edisi
III. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Hal. 4.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
1995. Farmakope Indonesia. Edisi

50

Anda mungkin juga menyukai