Anda di halaman 1dari 16

UJI DISOLUSI TERBANDING TABLET

PARASETAMOL
KELOMPOK 2
AGUS ADI PURNAMA PUTRA (1808551009)
NI KOMANG SUMARNI (1808551010)
NI PUTU LINA KURNIASARI (1808551011)
NI KADEK AYU ARIK SETYAWATI (1808551012)
HANA YUNIESTICA SINAGA (1808551013)
NI PUTU RUTIN SECIOLINI AGRISTY (1808551014)
KADEK DIAN WIDYAPURWANTI (1808551015)
I GUSTI AYU SINTIA DEWI (1808551016)
PENDAHULUAN
Uji disolusi terbanding
Uji disolusi digunakan metode dimana dua obat
sebagai parameter dalam atau dua produk obat
pengembangan mutu mempunyai dosis yang
sediaan, perubahan 04 sama (bioekivalen)
jumlah zat aktif yang 03 apabila jumlah dan
terlarut dalam medium, kecepatan zat aktif dalam
dan sebagai uji 02 obat tersebut dapat
Umumnya suatu obat dalam
bioavailabilitas mencapai sirkuasi
01 Disolusi merupakan proses
bentuk padat mengalami sistemik dari keduanya
absorpsi sistemi melalui suat suatu tidak
zat solid memasuki
berbeda secara
rangkaian proses meliputi pelarut untuk menghasilkan
signifikan
disintegrasi, degradasi dan suatu larutan
disolusi
PENDAHULUAN
Rumusan Masalah Tujuan
1. Bagaimana profil 1. Untuk mengetahui
disolusi tablet profil disolusi
parasetamol yang tablet parasetamol
diuji? yang diuji
2. Apa saja faktor- 2. Untuk mengetahui
faktor yang faktor-faktor yang
memengaruhi memengaruhi
disolusi tablet disolusi tablet
parasetamol? parasetamol
3. Berapakah kadar 3. Untuk mengetahui
terdisolusi tablet kadar terdisolusi
parasetamol yang
Metode •

Menggunakan media internet


Analisis kritis pada artikel dari situs seperti NCBI,
penelitian mengenai uji Pubmed dan Google Scholar
disolusi tablet parasetamol “kata kunci”
pada tahun 2010-2020 yang 1. Profil disolusi
terakreditasi Parasetamol
2. Uji disolusi terbanding
Parasetamol
Penelitian ini bertujuan untuk Data yang didapat :
mengetahui adanya perbedaan 1. Artikel atau jurnal
profil disolusi tablet parasetamol  Sesuai
 Memenuhi kriteria
 Seleksi dengan metode PRISMA
HASIL
PENELITI HASIL
Suhesti dan
Rachmani,
2018

Nayak, 2010 Hasil yang diperoleh dengan menggunakan 4 sampel parasetamol merk
berbeda menunjukkan, Sampel C menujukkan disolusi tertinggi pada t= 15
menit serta nilai terendah 50 % disolusi (3.75 ± 0,18 menit)
PENELITI HASIL
Soedirman Hasil yang didapat dengan membuat 3 formulasi parasetamol yang
dkk., 2010 ditambahkan dengan PVP menunjukkan formulasi II dan III dengan
konsentrasi 0,15% dan 0,20 % memenuhi syarat pada Farmakope Indonesia
dimana pada menit 30 % kadar terlarut lebih dari 80%
Karmakar Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan profil disolusi pada sediaan
dan Kibria,
2010 yang mengandung komponen parasetamol tunggal dengan kombinasi
parasetamol dan kafein. Hasil yang ditunjukkan perolehan kadar % obat
terdisolusi pada menit 30, obat yang mengandung kombinasi parasetamol
dan kafein lebih cepat tedisolusi dibandingkan dengan obat yang hanya
mengandung parasetamol
PEMBAHASAN

Profil disolusi pada 15 menit (t15 menit,%) dan


disolusi 50% (D50%) tablet parasetamol

Kadar uji disolusi tablet asetaminofen


dari berbagai produk (P : Produk paten/
bermerek G : Produk generik)

Profil disolusi in vitro komparatif dari tablet


(Suhesti dan Rachmani, 2018) parasetamol

((Nayak, 2010)
PEMBAHASAN

Evaluasi profil disolusi parasetamol dan tablet


parasetamol/kafein
Hasil C30 tablet Parasetamol dengan (A1, B1, C1, D1, E1 = Tablet merk parasetamol saja
medium dapar fosfat pH 5,8 A2, B2, C2, D2, E2 = Merk tablet kombinasi
parasetamol/kafein
P = Parasetamol
PC = Kombinasi parasetamol dan
(Soedirman dkk., 2010) kafein)

(Karmakar dan Kibria, 2010)


Menentukan kesesuaian persyaratan disolusi suatu obat
dalam setiap monografi dan menentukan bioekivalen
Medium yang
suatu obat (disolusi terbanding).
Disolusi tablet sesuai dengan
asetaminofen kondisi cairan
pada waktu ke tubuh.
30 (menit) USP UJI Dapar
tidak boleh XXIII DISOLUSI Fosfat pH 7,4
kurang dari digunakan
80% kadar karena pH ini
asetaminofen menyerupai
Dayung cairan tubuh
manusia

Produk uji yang digunakan merupakan tablet


konvensional (bukan tablet salut).
1

Apabila terjadi kenaikan suhu dapat 2


menyebabkan peningkatan gradien
konsentrasi (Cs) dan peningkatan energi Intensitas pengadukan harus dijaga supaya
kinetika molekul obat yang besar kaitannya tetap, karena perubahan kecepatan
dengan tetapan difusi (D), sehingga dapat pengadukan akan berpengaruh pada nilai h
berpengaruh pada peningkatan kecepatan yaitu tebalnya lapisan difusi atau stagnant
pelarutan obat. layer, serta akan mempengaruhi penyebaran
partikel. Pengadukan yang semakin cepat
3 akan mempertipis stagnant layers yang
Saat pengambilan sampel cairan
terbentuk serta akan memperluas
medium diganti dengan medium yang
permukaan partikel yang kontak dengan
baru pada suhu dan volume yang sama
pelarut sehingga berdampak pada
agar pengujian disolusi berada di
bawah kondisi sink atau kondisi peningkatan kecepatan pelarutan obat.
pengujian tanpa adanya pengaruh
gradien konsentrasi
  Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Suhesti dan Rachmani, 2018 parameter disolusi obat Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
terlarut dihitung dengan cara menghitung jumlah Nayak, 2010 profil disolusi ditemukan
acetaminophen yang terlarut pada waktu 30 menit bervariasi untuk setiap tablet yang diuji, akan
(C30) yang kemudian dibandingan dengan standar tetapi hasil yang diperoleh masih dalam batas
USP. Dimana berdasarkan USP XXIII menyatakan yang ditentukan yaitu (p < 0,05). Hasil yang
bahwa disolusi tablet asetaminofen pada waktu ke diperoleh dengan menggunakan 4 sampel
30 menit tidak boleh kurang dari 80% kadar parasetamol merk berbeda menunjukkan
acetaminophen. Pada uji disolusi yang telah bahwa sampel C memiliki nilai disolusi
dilakukan pada 5 obat paracetamol potent (bermerk) tertinggi pada t= 15 menit serta nilai terendah
dan 3 obat generic menunjukkan kadar obat terlarut 50 % disolusi (3.75 ± 0,18 menit). Sehingga
telah memenuhi syarat ( 80%) kadar obat yang kinerja disolusi in vitro tablet parasetamol C
terlarut pada t= 30. Sedangkan profil disolusi secara komparatif lebih baik dibandingkan
masing-masing produk menunjukkan profik yang tablet parasetamol lain yang digunakan dalam
berbeda. Perbedaan profil masing-masing produk penelitian ini.
sangat berkaitan dengan formulasi sediaan baik
bahan tambahan (eksipien) yang digunakan, metode
maupun proses pembuatan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Penelitian yang dilakukan oleh Karmakar dan
Soedirman dkk., 2010 hasil yang didapat Kibria, 2010 dilakukan dengan membandingkan
dengan membuat 3 formulasi parasetamol profil disolusi pada sediaan yang mengandung
yang ditambahkan dengan PVP komponen parasetamol tunggal dengan
menunjukkan formulasi II dan III dengan kombinasi parasetamol dan kafein. Hasil yang
konsentrasi 0,15% dan 0,20 % memenuhi ditunjukkan perolehan kadar % obat terdisolusi
syarat pada Farmakope Indonesia dimana pada menit 30, obat yang mengandung
pada menit 30 % kadar terlarut lebih dari kombinasi parasetamol dan kafein lebih cepat
80%. Sedangkan pada formulasi I dengan tedisolusi dibandingkan dengan obat yang hanya
konsentrasi PVP yang digunakan 0,10% mengandung parasetamol. Profil disolusi yang
disolusi yang dihasilkan kurang dari 80% lebih baik ditunjukkan oleh parasetamol/kafein,
sehingga tidak memenuhi syarat. hal tersebut mungkin dikarenakan dampak dari
berdasarkan hasil analisis menunjukkan kafein, karena kelarutan parasetamol dapat
bahwa semakin tinggi konsentrasi PVP dipercepat oleh kafein.
yang digunakan maka C30 yang dihasilkan
akan semakin tinggi.
Berdasarkan dari ke 4 penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui
bahwa sampel yang diuji setelah dibandingkan dengan menggunakan
standar masing-masing menghasilkan profil disolusi yang berbeda-beda
namun masih berada pada rentang dari parameter yang ditentukan. Profil
disolusi yang dihasilkan berbeda dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya formulasi sediaan baik bahan tambahan (eksipien), polimer/
matriks yang digunakan, pengaruh zat aktif lainnya, metode pembuatan
maupun proses pembuatan. Perbedaan tersebut menyebabkan suatu
sampel tertentu memiliki profil disolusi yang lebih baik dibandingkan
sampel lainnya.
KESIMPULAN
Berdasarkan studi literatur, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Tablet parasetamol yang diuji memiliki profil disolusi yang berbeda-
beda, namun umumnya dicirikan dengan laju disolusi yang sangat cepat
hingga konsentrasi tertentu, kemudian kadar terdisolusinya akan naik
perlahan-lahan membentuk kurva yang landai
2. Faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan disolusi sediaan padat,
yaitu sifat fisika kimia obat, formulasi produk obat, proses pembuatan
sediaan, dan kondisi uji disolusi.
3. Berdasarkan hasil review, %kadar terdisolusi tablet parasetamol pada
waktu 30 menit adalah lebih besar dari 80% dan telah memenuhi
ketentuan pada United States Pharmacopoeia (USP) atau Farmakope
Indonesia, kecuali pada tablet parasetamol yang menggunakan PVP
konsentrasi 0,1%.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, N., R. D. Saraswati, dan I. S. Oktoberia. 2015. Profil Disolusi Terbanding, Penetapan Kadar, dan Kualitas Fisik Tablet Atorvastatin Inovator,
Generik Bernama Dagang, dan Generik. Jurnal Kefarmasian Indonesia. 5(2); 90-97.
Akib, N. I., R. Mahmudah, dan W. O. S. Zubaydah. 2017. Penentuan Ekivalensi Antar Tablet Salbutamol Nama Generik dengan Merek Dagang. JF FIK
UINAM. 5(3): 151-160.
Dinaya, I.C. 2017. Peningkatan Disolusi Asam Fenofibrat dalam Sistem Dispersi Padat Permukaan dengan Sodium Starch Glycolate. Skripsi.
Semarang: Universitas Wahid Hasyim.
Halim, A., Riri, H., dan Maria, D.O. 2010. Profil Disolusi Parasetamol Mukoadhesif Menggunakan Kombinasi Polimer Natrium Karboksimetilselulosa
dan Gom Arab. Jurbal Farmasi Higae. 2(1): 51-62.
Karmakar, P. and M.G. 2012. Kibria. In-Vitro Comparative Evaluation of Quality Control Parameters between Paracetamol and Paracetamol/Caffeine
Tablets Available in Bangladesh. International Current Pharmaceutical Journal. 1(5): 103-109.
Nayak, A.K. 2010. Comparative In Vitro Dissolution Assessment Of Some Commercially Available Paracetamol Tablets. International Journal of
Pharmaceutical Sciences Review and Research. 2(1): 29-30.
Siswanto, A., A. Fudholi, A. K. Nugroho, dan S. Martono. 2014. Pengaruh Medium Dissolusi dan Penggunaan Sinker Terhadap Profil Disolusi Tablet
Floating Aspirin. Pharmacy. 11(2): 1-13.
Soedirman, I., A. Siswanto., dan R.P. Habsari. 2010. Efek Penambahan Polivinil Pirolidon terhadap Disolusi Tablet Parasetamol. PHARMACY. 7(2):
106-116.
Sugiyati, R., Iskandarsyah, dan J. Djajadisastra. 2015. Formulasi dan Uji Penetrasi In Vitro Sediaan Gel Transfersom Mengandung Kofein sebagai
Antiselulit. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. 13(2): 131-136.
Suhesti, T.S. dan E.P.N. Rachmani. 2018. Compared Disolution of Acetaminophen Generic Products and Brand Products. Acta Pharmaciae
Indonesia : Acta Pharm Indo. 6(2) 60-65.
Shargel, L., Yu, A, and Wu, S.,2005, Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Edisi Kedua. Surabaya: Airlangga Universitas Press.
Sinila, S. 2016. Farmasi Fisik. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai