Anda di halaman 1dari 13

Peran Media Sosial Dalam Menjaga Etika Khususnya Penyebaran Berita

Hoaks Pada Masa Pandemi Covid-19

Oleh

Muhammad Yusuf Yuwana Arif

muhamadyusufsaja@gmail.com

Abstrak

Media Sosial adalah sebuah media online, cara penggunaanya yang


dengan mudah bisa diakses oleh masyarakat. Namun, akhir-akhir ini
Perkembangan Informasi dan Komunikasi di media sosial sangat pesat, namun hal
tersebut mengarah pada proses yang menimbulakan kegaduhan publik dan
merugikan pihak tertentu. Kegaduhan tersebut sering menghasilkan disinformasi
atau yang lebih kita kenal dengan hoaks. Hoaks adalah informasi atau berita yang
belum tentu kebenaranya atau bukan merupakan fakta yang benar-benar terjadi.
Sehingga fenomena hoaks di Indonesia menimbulkan keraguan informasi di
masyarakat . Khusunya pada saat ini yaitu masa-masa pandemi COVID-19.

COVID-19 (Coronavirus Disease 2019) atau yang kita kenal dengan virus
corona adalah penyakit jenis baru yang mana belum teridentifikasi oleh manusia
sebelumnya . Virus penyebab COVID-19 adalah Sars-CoV2. Virus corona
merupakan zonosis yaitu penyakit yang berasal dari hewan kemudian ditularkan
kepada manusia1. Cara menginfrksi penyakit ini yaitu melalui lubang pernafasan ,
lubang mata dan sentuhan fisik yang mana virus tersebut biasa menempel pada
bagian tersebut. Sehingga dengan keadaan tersebut masyarakat dihimbau dan
diharuskan mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

1
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease ( COVID-19), Jakarta: Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, 2020, hal 11.

1
Oleh karena itu hal ini dapat mempengaruhi aktivitas manusia yang
semula berjalan normal menjadi suatu aktivitas yang terbatas atau lebih kita kenal
dengan new normal. Dengan begitu media sosial berperan penting dalam masa-
masa pandemi seperti ini. Namun hal di manfaatkan oleh oknum-oknum yang
tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan berita hoaks yang mana akan
menambah beban masyarakat melihat situasi kondisi saat ini yang mana
masyarakat mengandalkan media sosial untuk memperoleh infomasi. Media sosial
seharusnya menjadi wahana penyampaian dan penerimaan informasi yang sehat
agar terwujud situasi yang harmonis dimasyarakat. Dengan demikian untuk
mewujudkan itu semua diperlukan yang namanya etika komunikasi supaya
masyarakat bisa bijaksana dlam menggunakan media soaial.

Kata Kunci: Media sosial, Etika Komunikasi, Hoaks, COVID-19.

A. PENDAHULUAN

Di zaman postmodern ini, media sosial menjadi kebuthan yang sangat


penting bagi manusia, karena dengan kelebihanya yang mempermudah manusia
dalam menjalankan aktivitasnya. Begitu pentingnya berkomunikasi dalam
kehidupan manusia. Media sosial sangat mempengaruhi kehidupan, oleh karena
itu kita harus senantiasa mampu menyikapi dengan bijak sehingga tidak
menyinggung perasaan orang lain. Salah satu yang harus diperhatikan dalam
berkomunikasi adalah nilai-nilai atau norma.

Kemajuan teknologi menyebabkan memudarnya budaya timur dan


menyebabkan lunturnya norma –norma yang berlaku dimasyarakat. Selain itu
kemajuan teknologi khususnya dalam bermedia sosial harus dijalankan dengan
cara beretika dengan baik dan benar sehingga tidak menimbulkan konflik di
masyarakat. Khususnya pada saat ini dimana Indonesia menghadapi masa
pandemi COVID-19 (Coronavirus Disease 2019) yang mana virus ini
menyebabkan lumpuhkan semua sektor, baik sektor pendidikan, ekonomi, politik,
pariwisata dan lain sebgainya.

2
Namun saat ini juga marak penyebaran berita hoaks atau berita bohong
yang dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang dapat
merugikan masyarakat khususnya pada situasi pandemi COVID-19 yang sedang
kita hadapi saat ini. Hal ini juga dapat mengganggu masyarakat menyimak
maupun menanggapi sebuah berita yang beredar di masyarat sehingga perlu
ditanamkan etika dalam berkomunikasi supaya masyarakat bisa bijak dalam
memberikan atau menerima informasi lewat media sosial. Pada konteks inilah
agama mempunyai peran yang signifikan dan membangun masyarakat yang
berbudaya sekaligus beretika. Al-Qur’an mengajak manusia untuk menuju jalan
kebnenaran melaui jalan yang penuh hikmah. Sebagaimana firman Allah SWT
dalam Qs. An Nahl ayat 125:

َ ‫سنُ إِنَّ َربَّ َك ُه َو أَ ْعلَ ُم ِب َمن‬


‫ض َّل عَن‬ َ ‫سنَ ِة َو َجا ِد ْل ُهم ِبالَّتِي ِه َي أَ ْح‬
َ ‫سبِي ِل َربِّ َك ِبا ْل ِح ْك َم ِة َوا ْل َم ْو ِعظَ ِة ا ْل َح‬ َ ‫ا ْد ُع إِلِى‬
َ‫سبِيلِ ِه َو ُه َو أَ ْعلَ ُم بِا ْل ُم ْهتَ ِدين‬
َ

Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan


pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik .
Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tetntang siapa yang
tersesat di Jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.2

Dengan begitu penulis dapat menganggap bahwa pendidikan etika komunikasi


dalam bermedia sosial bila di implementasikan dengan baik, maka akan dapat
menghasilkan akhlak yang baik pula dan mulia disisi Allah swt. Sehingga segala
sesuatu hal khususnya peredaran berita hoaks dapat teratasi juga manusia benar-
benar mengimplemetasikan hal ini dengan baik.

Dengan dasar tersebut, penulis mencari solusi untuk mengatasi problematika yang
terjadi saat ini melalui kajian yang berjudul “Peran Media Sosial Dalam
Menjaga Etika Khususnya Pada Masa Pandemi Covid-19.”

2
Al-Qur’anul Karim, Surat An Nahl ayat 125.

3
B. PEMBAHASAN
1. Karakteristik Media Sosial
Internet diciptakan pada tahun1969 dengan ditandai dengan lahirnya
Arpanet, sebuah proyek eksperimen Kementrian Pertahanan Amerika Serikat
yang bernama DARPA (Departmen of Desense Adcanced Research Project
Agency). Lembaga ini membawa misi untuk mencoba menggali jaringan yang
dapat menghubungkan teknologi jaringan yang dapat menghubungkan para
peneliti dengan berbagai sumber daya jauh seperti komputer dan sumber data
yang besar.3
Pertumbuhan pengguna internet sangat pesat dan merambah di berbagai
sektor seperti sektor hiburan, politik, pendidikan dan perekonomian.
Bedasarkan survei yang dilakukan oleh APJII 2017 lalu, lebih separuh
piopulasi Indonesia terhubung dengan internet. 54,68 persen dari total
populasi di indonesia adalah pengguna internet. Adapun alasan masyarakat
mengakses internet, 25,3 persen untuk upade informasi atau setara dengan
31,3 juta jiwa. Selebihnya 20,8 persen, 13,5 persen mengisi waktu kosong,
10,3 persen sosialisasi, 9,2 persen terkait pendidikan, 8,8 persen hiburan dan
8,5 persen bisnis, berdagang dan cari barang.4
Media sosial saat menjadi bergeser mejadi sebuah kebutuhan yang primer
karena dengan kemudahanya itu dapat meberikan keuntungan yang banyak
bagi manusia.
Media sosial yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah Facebook.
Kepala Facebook Indonesia mengatakan bahwa terdapat 69 juta pengguna
aktif bulanan di Indonesia. Facebook tidak memberikan peringkat pengguna
terbanyak bedasarkan negara, perusahaan riset mengekstimasi bahwa
pengguna Facebook di Indonesia masih berada di bawah Amerika Serikat,
Brasil dan India. Selain Facebook, media sosial yang marak digunakan oleh
penduduk Indonesia adalah Whatsapp, sebanyak 12%. Bedanya adalah
3
Uud Wahyudin & Kismiyati El Karimah, ”Etika Komunikasi Di Media Sosial”, PROSIDING
SEMINAR NASIONAL KOMUNIKASI, 2016, hal 217.
4
https://www.popularitas.com/berita/hoax-dan-misinformasi-seputar-covid-19/. Diakses tanggal
18 Oktober 2020.

4
Facebook merupakan jejaring sosial sedangkan Whatsapp merupakan aplikasi
untuk mengirimkian pesan baiksecara individu maupun berkelompok dalam
satu grup. Posisi grup disusul oleh Twittwr sebanyak 11 %.
Selain Facebook, Whatsapp, dan Twitter, Facebook Massenger juga
merupakan media yang aktif digunakan di Indonesia, sebanyak 9%. Kemudian
digunakan oleh Google + (9%), Linked (7%), Skype (6%) dan Line (6%).
Istilah New Media atau media baru disebut juga sebagai media digital,
merupakan media yang kontenya berbentuk gbungan data, teks, suara dan
berbagai jenis gambar yang disimpan secara digital dan disebarluaskan
memlaui jariungan yang disebut dengan Internet, mempunyai karakteristik.
Menurut Feldman dalam Flew (2008) mengatakan bahwa karakteristikdari
media baru meliputi:
a. Pertama, media baru mudah dimanipulasi. Hal ini seringkali mendapat
tanggapan negatif dan menjadi perdebatan, karena media baru
memungkinkan setiap orang memanipulasi atau merubah berbagai data
informasi secar bebas.
b. Kedua, media baru bersifat networkable. Artinya konten-konten yang
terdapat dalam media baru dapat dengan mudah dishare dan dipertukarkan
antar pengguna lewat jaringan internet yang tersedia.
c. Ketiga, media baru bersifat Compressible. Konten-konten yang ada dalam
media baru dapat diperkecil ukuranya sehingga kapasitasnya dapat
dikurangi. Hal ini memberi kemudahan untuk menyimpan konten-konten
tersebut dan membaginya kepada orang lain.
d. Keempat, media baru sifatnya Padat. Sebagai contoh kita hanya
memerlukan satu PC yang terkoneksi dengan jaringan internet untuk dapat
menyimpan berbagi informasi dari berbagai penjuru didunia lewat PC
tersebut.
e. Kelima, media baru bersifat imparsial. Konten-konten yang ada dalam
media baru tidak berpihak pada pada siapapun dan tidak dikuasai oleh
segelintir orang saja. Karena itulah media baru disebut sebagai media yang
sangat demokratis, karena kapitalisasi medioa tidak berlaku lagi. Setap

5
orang dapat menjadi Produsen dan konsumen secar bersamaan dan setiap
pengguna dapat berlaku aktif disana.5
Dengan begitu media baru atau lebih kita kenal dengan media
sosial memberikan segala kemudahan bagi kita dalam menunjang aktivitas
kita, namun dengan begitu juga media sosial juga memiliki dampak
negatif bila penggunaanya tidak dibarengi dengan tanggung jawab karena
sifatnya yang universal itu maka sesuatu keburukan yang disebarkan
luaskan lewat media sosial, maka akan tampak dan bila terjadi hal seperti
itu maka akan sulit sekali untuk dihapus.
Untuk itu dengan kebebasan media sosial kita seharusnya
menggunakan media seperlunya dengan tidak meninggalkan sikap penuh
sopan santu, rasa hormat terhadap keberadaan orang lain baik di dunia
maya maupun dunia nyata. Jangan sekali-kali menyabarkan berita yang
belum tentu kebenaranya, Allah swt berfirman :

ٍ ‫ش ّراً لَّ ُكم بَ ْل ه َُو َخ ْي ٌر لَّ ُك ْم لِ ُك ِّل ا ْم ِر‬


‫ئ ِّم ْن ُهم‬ َ ‫ُصبَةٌ ِّمن ُك ْم اَل ت َْح‬
َ ُ‫سبُوه‬ ْ ‫إِنَّ الَّ ِذينَ َجاؤُوا بِاإْل ِ ْف ِك ع‬
‫اب َع ِظي ٌم‬ ٌ ‫س َب ِمنَ اإْل ِ ْث ِم َوالَّ ِذي تَ َولَّى ِك ْب َرهُ ِم ْن ُه ْم لَهُ َع َذ‬
َ َ‫َّما ا ْكت‬

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu


adalah dari golongan kamu juga . Janganlah kamu kira bahwa berita
bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap
seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya.
Dan siapa diantara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar
dalam penyiaran berita bohong itubaginya azab yang besar” (QS. An-Nur
: 11)6

2. Karakteristik Hoaks

5
Terry Flew. New Media.Australia: Jurnal of Communication.2008.
6
Al-Qur’anul Karim, Surat An-Nur Ayat 11.

6
Hoaks dalam kamus Oxford (2017) diartika sebagai suatu bentuk
penipuan yang tujuannya untuk membuat kelucuan atau membawa bahaya.
Hoaks dalam Bahasa Indonesia berarti berita bohong, informasi palsu atau
kabar dusta.7 Hoaks merupakan suatu kata yang ditujukan untuk
meberitahukan tentang pemberitaan palsu atau usaha untuk menipu
sekaligus memperdaya pembaca untuk mempercayai sesuatu. Tujuan
hoaks itu sendiri hanya sekdedar lelucon hingga membentuk opini publik.
Satu sisi media sosial dapat meningkatkan hubungan silaturohim,
wadah bisnis, sumber informasi dan sebagainya. Tapi disisi lain media
sosial juga menjadi pemicu beragam masalah seperti maraknya
penyebaran hoaks atau berita bohong terlebih lagi dengan kondisi saat ini
yang mana negara sedang menghadapi pandemi COVID-19 yang entah
sampai kapan pandemi ini akan berakhir.
Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) melibatkan
platrom digital untuk menjegah penyabaran hoaks virus corona. Hingga 5
Mei 2020 hasil pantauan Tim AIS Ditjen Aptika, menunjukkan 1.401
konten hoaks dan disinformasi COVID-19 beredar di masyarakat.
“Kominfo melibatkan platfrom digital yang bersangkutan untuk
melakukan takedown terhadap akun-akun tertentu yang dianggap
melanggar hukum dan aturan di Indonesia,” jelas Menteri Kominfo saat
memimpin rapat kerja bersama DPD RI secara virtual, selasa (05/05/2020)
di jakarta.8
Dari pemberitaan diatas dapat disimpulkan bahwa semenjak kasus
pertama Warga Negara Indonesia terinfeksi virus corona yaitu tanggal 2
maret 2020 – 5 Mei 2020 terjadi pelonjakkan penyebaran berita hoaks. Hal
ini menujukkan bahwa situasi atau pun kondisi sebuah negara dapat
mempengaruhi laju perkembangan peredaran berita hoaks di Indonesia.

7
Chirstiany Juditha, “ Interaksi Komunikasi Hoax di Media Sosial Serta Antisipasinya”, Jurnal
Pekomas, vol.3, no.1, hal 33.
8
ptika.kominfo.go.id/2020/05/kominfo-temukan-1-401-sebaran-isu-hoaks-terkait-covid-19/.
Diakses tanggal 18 Oktober 2020.

7
Ditambah lagi kasus yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan
adalah tentang disahkanya Omnibus Law RUU Cipta kerja tepatnya pada
hari Senin (5/10/2020) oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Senayan,
Jakarta.
Istilah Omnibus Law sendiri ini muncul pada satu tahun yang lalu
bertepatan dengan diangkatnya Presiden Joko Widodo untuk kedua
kalinya pada Minggu (20/10/2019).Omnibus Law adalah UU ynag dibuat
untuk merampingkan regulasi dari segi jumlah, dan menyederhanakan,
peraturan agar lebih tepat sasara. Dalam pidatonya, jokowi menyinggung
sebuah konsep hukum perundang-undangan yang disebut Omnibus Law.
Saat itu, Presiden Joko Widodo mengungkapkan rencananya mengajak
DPR untuk membahas dua undang-undang yang akan menjadi Omnibus
Law yaitu UU Cipta Lapangan Kerja dan UU Pemberdayaan UMKM.9
Namun, yang terjadi adalah masarakan diadu domba oleh berita-
berita yang bersumber dari media sosial yang berisi sesuatu hal yang
tekesan negatif sehingga menimbulkan konflik yang dapat memecah belah
kesatuan Bangsa Indonesia. Didalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa
pentingya jika setiap insan manusia untuk selalu mengatakan perkataan
yang baik dan benar karena dengan begitu manusia bisa terhindar dari
konflik yang dapat merugikan setiap insan seperti firman Allah SWT :

َّ ‫ش ْيطَانَ َين َز ُغ َب ْينَ ُه ْم إِنَّ ال‬


َ ‫ش ْيطَانَ َكانَ لِ ِإل ْن‬
‫سا ِن‬ َ ‫َوقُل لِّ ِعبَا ِدي َيقُولُو ْا الَّتِي ِه َي أَ ْح‬
َّ ‫سنُ إِنَّ ال‬
ً ‫َع ُد ّواً ُّمبِينا‬

Artinya: “ Dan Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: “Hendaklah


mereka mengucapkan Perkataan yang lebih baik (benar)”. Sesungguhnya
syaitan itu menimbulkan perselisihan diantara mereka. Sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia” (QS Al Isra’ : 53)10

9
https://www.kompas.com/tren/read/2020/10/06/104500965/apa-itu-omnibus-law-cipta-kerja-isi-
dan-dampaknya-bagi-buruh. Diakses tanggal 23 Oktober 2020.

10
Al- Qur’anul Karim, Surat Al-Isra’ 53.

8
Kita sebagai sesama makhluk Allah harus selalu menjalin hablum
minannas yaitu dengan perkataan yang baik sehingga kita semua bisa
hidup nyaman, aman, damai, tentram dan sejahtera selamat didunia
maupun di akhirat.

3. Pentingnya Etika Komunikasi Dalam Menjaga Penyebaran berita


Hoaks

Kata etika berasal dari Bahasa Yunani yaitu “ethos” dalam bentuk
tunggal mempunyai banyak arti yaitu tempat tinggal biasa, padang rumput,
kandang, habitat, kebiasaan, adat watak, perasaan, sikap, cara berfikir.
Dalam bentuk jamaknya artinya: adat kebiasaan.11

Etika komunikasi islam diartikan sebagai nilai-nilai yang baik dan


buruk, yang pantas dan yang tidak pantas, yang berguna dan yang tidak
berguna, dan yang harus dilakukan dengan yang tidak boleh dilakukan
ketika melakukan proses komunikasi yang nilai-nilainya bersumber dari
pokok ajaran islam yaitu Al-Qur’ann dan Hadist.12

Kita sebagai umat islam harus senantiasa memegang teguh Al-


Qur’an dan Al Hadist karena dengan begitu didalam diri kita akan
tercermin sikap-sikap yang sesuai dengan ajaran agama islam. Islam
sangat mengajurkan sekali bahwa setiap umatnya harus selalu menjaga
etika.

Komunikasi islam menekankan pada unsur pesan, yaitu risalah-


rislah nilai-nilai keislaman dan cara dalamhal tentang gaya bicara dan
penggunaan bahasa.

Di dalam Al-Qur’an banyak ayat yang dapat dijadikan contoh etika


dalam berbahasa. Diantaranya contoh-contoh itu seperti dialog antara Nabi

11
K. Bertens, Etika. Yogyakarta: Kanisius, 2013, hal 3-4.
12
Syukur Kholil, Komunikasi Islami. Bandung: Citapustaka Media,2007, hal 26.

9
Ibrahim dan Nabi Ismail (QS Ash-Shafaat: 102), pembelaan Nabi Isa
terhadap Ibunya (QS Maryam :27)” (QS Maryam :30) dan dialog Nabi
Ibrahim dengan Raja Namrud (QS Al-Anbiya’ :62,63,65).

Selain itu kita sebagai umat islam harus mengerti tata cara beretika
sesuai dengan tuntunan Al-qur’an dan Al-hadist terlebih lagi dalam
menghadapi desas-desus informasi yang diberikan oleh media sosial yang
belum tentu kebenaranya maka secara otomatis bila didalam hati kita
sudah tertanam akhlahul karimah yang kuat , maka sesuatu hal tersebut
tidak akan membuat kita pecah hanya karena opini-opini yang belum jelas
sumbernya.

Oleh karena itu kita dalam menggunakan media sosial harus selalu
menggambil segi positifnya dan berusaha menjauh dari segala sesuatu hal
negatif yang diberikan oleh media sosial diantaranya:

1. Sebagai Media Penyambung Silaturohim


2. Sebagai Media untuk Berdakwah
3. Sebagai Media Untuk Membagikan karya tulis
4. Sebagai media berdakwah untuk Berbisnis
5. Media Sebagai Sumber Informasi.

Tentu hal ini semua harus di dasari dengan etika keislaman yang kuat
supaya apa yang menjadi tujuan kita tidak melenceng dari harapan.
Berikut yang perlu diperhatikan supaya apa yang kita sampaikan dalam
bermedia bisa tercapai:

1. Pemilihan simbol dan ikon yang tepat


2. Memberikan informasi dengan referensi yang jelas
3. Berhati-hati dalam menggunakan huruf
4. Tidak memancing pertentangan
5. Selalu perhatikan penggunaan kalimat.
Bedasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa untuk
membangun komunikasi yang sehat, terlebih lagi di media sosial

10
diperlukan ketentuan yang harus diperhatiak semua orang supaya
penyebaran berita hoaks dapat teratasi diantaranya: Pertama,
Pemilihan simbol dan ikon yang tepat jangan sampai hal tersebut
memicu konflik karena kesalahan dalam pemberian simbol. Kedua,
memberikan informasi dengan referensi yang jelas agar masyarakat
yang menyimak bisa tahu bahwa sesuatu yang diberitakan tersebut
adalah kebenaran. Ketiga, berhati-hati dalam penggunaan huruf karena
berbeda huruf saja sudah mengandung arti yang lain sehingga tidak
sesuai dengan harapan kita. Keempat, tidak memancing pertentangan
supaya tidak terjadi perpecahan antar umat. Kelima, selalu perhatikan
kalimat apakah kalimat tersebut sudah sesuai atau belum sehingga
kalau sudah sesuai boleh dibagikan agar bisa bermanfaat untuk
masyarakat luas.

C. PENUTUP

11
Kesimpulan dari makalah ini adalah Manusia adalah Makhluk Allah yang tak
luput dengan kesalahan. Kita sebagai manusia hanya bisa melakukan yang
terbaik dalam menjalani kehidupan di dunia fana ini. Khusunya terhadap
sesuatu yang diciptakan oleh manusia itu sendiri namun terlena dengan yang
menjadi ciptaanya. Khususnya sesuatu yang mempermudah kehidupan
manusia diantaranya yaitu cara berkomunikasi yang mana sekarang sudah
sangat canggih yang dinamakan dengan media sosial. Media sosial sendiri bisa
menjadi sesuatu hal yang bermanfaat dan bisa saja menjadi sesuatu yang
mengerikan. Oleh karena itu kita harus senantiasa bijak dlam meanfaatkan
sesuatu khususnya media sosial sendiri yang menjadi kebuthan vital manusia
saat ini. Dengan dasar iman yang kuat dan dilandasi oleh pedoman Al-Qur’an
dan Al-Hadist maka sesuatu yang kita khawatirkan itu tidak akan terjadi.
Sehingga fungsi media sosial dapat tercapai dengan baik dan bijaksana.

12
Daftar Pustaka

Wahyudin, Uud & Karimah, El Kismiyati. 2016. Etika Komunikasi di Media


Sosial. Prosiding Seminar Nasional Komunikasi.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease
(COVID-19). Jakarta: Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit.
Al-Qur’anul Karim
Flew, Terry. 2008. New Media . Australia : Journal of Communication.
Judhita, Chirstiany. Interaksi Komunikasi di Media Sosial serta Antisipasinya.
Jurnal Pekomas
Bertens, K. 2013. Etika. Yogyakarta : Kamisius
Kholil, Syukur. 2007. Komunikasi Islami. Bandung: Citapustaka
https://www.popularitas.com/berita/hoax-dan-misinformasi-seputar-covid-19/
ptika.kominfo.go.id/2020/05/kominfo-temukan-1-401-sebaran-isu-hoaks-terkait-
covid-19/.
https://www.kompas.com/tren/read/2020/10/06/104500965/apa-itu-omnibus-law-
cipta-kerja-isi-dan-dampaknya-bagi-buruh

13

Anda mungkin juga menyukai