Anda di halaman 1dari 10

Memori

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Memory adalah sebuah fungsi dari kognisi yang melibatkan otak dalam pengambilan informasi.
Ingatan akan dipelajari lebih mendalam di psikologi kognitif dan ilmu saraf. Pada umumnya para ahli
memandang ingatan sebagai hubungan antara pengalaman dengan masa lampau. Apa yang telah
diingat adalah hal yang pernah dialami, pernah dipersepsinya, dan hal tersebut pernah dimasukkan
kedalam jiwanya dan disimpan kemudian pada suatu waktu kejadian itu ditimbulkan kembali dalam
kesadaran. Ingatan merupakan kemampuan untuk menerima dan memasukkan (learning ),
menyimpan (retention ) dan menimbulkan kembali apa yang pernah dialami (remembering ).
Pengertian memori menurut Chaplin, 2002 yaitu fungsi yang terlibat dalam proses mengenang masa
lalu, keseluruhan pengalaman masa lalu yang diingat kembali, dan pengalaman khas yang paling
diingat. Dari ketiga pengertian tersebut, maka memori dimpulkan sebagai fungsi, pengalaman, atau
informasi, dan spesifikasi. Memori melibatkan apa yang dilihat dan dialami dengan merekamnya.
Memori menggunakan rekaman itu untuk melakukan aktivitas. Namun tidak semua pengalaman bisa
disimpan dengan baik, hanya informasi atau pengalaman tertentu yang memiliki kekhasan saja yang
mampu tersimpan, sehingga memori memerlukan suatu tempat untuk menyimpan, menerima, dan
mengingat kembali informasi khusus.
Oleh karena itu, kemampuan otak dalam menyimpan sebuah informasi sangatlah luar biasa yang
disebut dengan memori. tetapi mungkin terdapat beberapa faktor yang membuat proses itu
terganggu.
Dari latar belakang di atas, kami tertarik untuk mengangkat judul dan pembahasan mengenai
“Model-Model Memori dan Memori Jangka Pendek.”

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini dijelaskan sebagai
berikut.
Apa yang dimaksud dengan Memori ?
Bagaimana model-model pada memori ganda ?
Bagaimana cara kerja memori jangka pendek pada otak manusia ?
Bagaimana kapasitas, durasi dan penyimpanan LTM ?
Bagaimana lokalisasi dan distribusi LTM ?
1. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan makalah ini sebagai berikut.
Menjelaskan tentang Memori.
Menjelaskan adanya model-model pada memori ganda.
Menjelaskan cara kerja memori jangka pendek.
Menjelaskan kapasitas, durasi dan penyimpanan LTM.
Menjelaskan bagimana lokalisasi dan distribusi LTM.
BAB 1

PEMBAHASAN

1. Pengertian Memori
Memory menurut (KBBI) merupakan kesadaran akan pengalaman masa lampau yang hidup kembali,
jadi memori adalah sebuah fungsi dari kognisi yang melibatkan otak dalam pengambilan informasi
dan bagian dari elemen pokok dalam sebagian besar proses kognitif, tidaklah heran bahwa memori
menjadi subjek penelitian utama para peneliti terdahulu William James di Amerka dan Hermann
Ebbinghaus di Jerman. Sebagai topik penelitian, memori sempat diabaikan ketika dunia psikologi
Amerika terobsesi dengan behaviorisme. Meskipun demikian, pendekatan behaviorisme pada tahun
pertama abad ke-20 itu jugalah yang akhirnya memunculkan minal terhadap cara manusia
menyimpan apa yang telah dipelajarinya dan bagaimana manusia mengubah pengetahuan itu
menjadi memori. Tren dalam penelitian memori menarik minat para psikolog eksperimental, yang
mengembangkan model-model rumit tentang representasi mental mengenai bagaimana informasi
disimpan dan diambil kembali.
Salah satu model memori yang paling bertahan lama adalah model yang dibuat oleh William James,
meskipun model terus mengalami modifikasi-modifikasi penting. Model memori dari William James
menyatakan bahwa memori bersifat dikotomi : manusia mengamati sejumlah ibjek, informasi
memasuki memori dan kemudian hilang, sedangkan beberapa informasi menetap di memori
selamanya. Dengan demikian lahirlah konsep memori jangakah pendek.
1. Model-Model Meori Ganda
2. James
James berminat untuk mengembangkan model memori ganda (dualistic model of memory) pada
akhir tahun 1800-an, kames menyusun teorinya tentang struktur memori berdasarkan intropeksi
dan membedakan memori menjadi 2 yaitu :
1. Memori langsung (immediate memory) yang disebut dengan memori primer (primary memory),
James berpendapat bahwa memori primer disebut juga memori jangka pendek (short-term
memory/ STM) yaitu yang tidak pernah meninggalkan kesadaran dan senantiasa menyediakan
“tayangan” peristiw=peristiwa yang telah dialami.
2. Memori tidak langsung ( indirect memori)
yang disebut dengan memori sekunder
(secondary memory) , James menganggap sekunder merupakan suatu tempat penyimpanan
informasi yang gelap, yang menyimpan informasi-informasi atau pengalaman yang pernah dialami
namun tidak dapat di akses lagi. Memori sekunder atau bisa dikenal dengan memori jangka panjang
(long-term memory/ LTM) yang merupakan sebagai jalur-jalur yag “terpahat” dalam jaringan otak
manusia. Bagi James, memori memiliki sifat dualistic yakni transitor (sebagai pengantara) dan
permanen.
Meskipun demikian, pada masa James belum terdapat cukup bukti ilmiah yang mendukung
perbedaan definisi operasional antara kedua system memori tersebut. Bukti ilmiah tersebut baru
muncul ketika 75 tahun kemudian, ketika hubungan antara memori primer dan memori sekunder
dideskripsikan oleh Waugh dan Norman (1965) yaitu, sebuah system memasuki memori primer dan
kemudian disimpan disana melalui latihan pengulangan atau dilupaka, dengan menggunakan
pengualangan , item tersebut memasuki memori sekunder dan selanjutnya menjadi bagian dari
memori permanen.
Memori meori ganda James tampaknya masuk akal secara intuitif. Kinerja yang ditunjukkan pada
hewan ketika diuji dengan kejuitan listrik sengat seketika, dan pembelajaran-pembeljaran tawal
tidak terpengaruhi oleh sengatan listrik seketika tersebut, faktanya bahwa proses pemindahan
informasi dari memori primer ke meori sekunder bisa dihambat (Weiskrantz 1966).
Primacy and Recency ditemukan oleh Mary Calkins (1863-1930), seorang murid William James,
ketika seseorang mempelajari sebuah rangkaian item dan kemudian mencoba mengingat kembali
item-item tersebut tanpa harus menyebutkan dengan urut akan tetapi dengan mengingat “awal
(item-item yang berada pada awal rangkaian) dan belakang (yang berada pada akhir rangkaian )”
adalah yang paling diingat. Efek ini konsisten dengan konsep memori ganda.
Efek awal-akhir (primacy-recency effect) memang cukup kuat. Akan tetapi efek von Restorff (von
Restrorff effect) yang sama kuatnya, jika apabila rangkaian item yang berda di tengan lebih menarik
dan unik dari rangkaian lainnya , rangkaian item tersebut cenderung diingat. Efek awal dan akhir
diketahui sejak dahulu sehingga penggabungan efek tersebut ke dalam model memori ganda
tampaknya logis. Dalam model tersebut, informasi yang dikumpulkan oleh siste sensorik dengan
cepat di transfer ke gudang penyimpangan memori primer dan dapat tergantikan oleh informasi-
informasi baru yang masuk, atau bisa disimpan lebih lama dengan pengulangan.
Ketika informasi lama yang tersimpan dalam STM (short-term memory) memori jangka pendek
kemudian di tumpa tindi informasi-informasi baru , maka informasi lama STM
(short-term memory) tersebut di transfer ke LTM (long-term memory) untuk mengalami
pengulangan (rehearsal) .
Kapasitas penyimpan (storage capacity) STM dengan mengenali batas saat kurva yang menandai
timbulnya efek akhir mulai muncul. Jumlah item dalam rentang efek akhir jarang melampaui delapan
item, sehingga memunculkan hipotesis bahwa system STM memiliki kapasitas terbatas (dan
sekaligus menjadi dukungan bagi model memori ganda).
2. Waugh dan Norman (1965)
Waugh dan Norman mengmbangkan model behavioral pada tahun 1965 model tersebut adalah
model dualistic yaitu memori primer yang merupakan system penyimpanan jangka pendek kapasitas
yang sangat terbatas sehingga hilangnya informasi seiring berlalunya waktu dan karena tindi menindi
, dan meori sekunder system penyimpanan jangka panjang . Waugh dan Norman meminjam model
James dan menggambarkan model dengan memperkenalkan metaphor “kotak-kotak di kepala ”.
Wauhg dan Norman memiliki minat mempelajari apa yang terjadi pada item-item dalam STM yang
tidak diingat, Mengusulkan bahwa item-item tersebut akan memudar dan menghilang (decay) dari
memori, atau memori tersebut digantikan atau dihambat oleh informasi-informasi baru. Jika
kelupaan akibat decay, participant seharusnya dapat mengingat lebih banyak item dalam penyajian
empat detik, dan mengingat lebih sedikit item dalam penyajian satu detik.
3. Atkinson dan Shiffrinh
Atkinson dan Shiffirin (1968) menyusun model mereka berdasarkan gagasan struktur memori yang
bersifat stabil dan proses-proses kontrol berupafaktor tak tetap. Model ini merupakan
pengembangan konsep dualistik memori dari Waugh & Norman. Model-model awal tentang
memori, menurut Atkinson dan Shiffirin, bersifat terlalu menyederhanakan dan tidak cukup kuat
untuk menangani kerumitan proses atensi, proses memabandingkan stimuli, pengendalian dalam
mengambil memori, pemindahan dari STM ke LTM, pencitraan, memori penyandian sensorik, dan
sebagainya. Model ini memiliki tiga area penyimpanan, antara lain: register sensorik, penyimpanan
jangka pendek dan penyimpanan jangka panjang.
Atkinson dan Shiffirin membuat perbedaan penting antara konsep memori dan konsep penyimpanan
memori. Mereka menggunakan istilah memori untuk mengacu pada data-data yang disimpan,
sedangkan penyimpanan (store) mengacu pada komponen struktural yang berisi informasi. Pada
model Atkinson dan Shiffrin, informasi dalam penyimpanan jangka pendek dapat ditransfer ke
penyimpanan jangka panjang, sedangkan memori lain dipertahankan selama beberapa menit dalam
penyimpanan jangka pendek tetapi tidak pernah masuk ke memori jangka panjang. Memori jangka
pendek dianggap sebagai sistem kerja yang di dalamnya terdapat informasi yang masuk kemudian
akan memudar dan menghilang dengan cepat. Informasi yang tersimpan dalam penyimpanan jangka
pendek dapat berbeda bentuk dengan wujud asli informasi, misal: sebuah kata yang dibaca oleh
sistem visual akan diubah dan diwakilkan dalam memori secara auditorik. Sedangkan informasi yang
disimpan dalam
penyimpanan jangka panjang dianggap relatif permanen, sekalipu terkadang tidak dapat diakses
karena campur tangan dari informasi informasi baru. Guna penyimpanan jangka panjang adalah
mengawasi stimuli dari register sensorik, sehingga mengendalikan informasi yang memasuki
penyimpanan jangka pendek, juga menyediakan ruang penyimpanan bagi informasi dalam
penyimpanan jangka pendek.
1. Memori Jangka Pendek
Memori jangka pendek, atau yang biasa disebut STM (Short Term Memory) adalah suatu proses
penyimpanan memori sementara, artinya informasi yang disimpan hanya dipertahankan selama
informasi tersebut masih dibutuhkan. Ingatan jangka pendek adalah tempat kita menyimpan ingatan
yang baru saja kita pikirkan. Ingatan yang masuk dalam memori sensoris diteruskan kepada ingatan
jangka pendek. Ingatan jangka pendek berlangsung sedikit lebih lama dari memori sensoris, selama
anda menaruh perhatian pada sesuatu, anda dapat mengingatnya dalam ingatan jangka pendek.
Berdasarkan hasil penelitian suami-istri Peterson dan peneliti-peneliti lainnya, sejumlah gagasan
yang mendukung keberadaan dua penyimpanan memori dapat dirangkum sebagai berikut:
1. Pengamatan sehari-hari menunjukkan bahwa sejumlah hal diingat sesaat
sedangkan hal yang lain diingat dalam waktu lama.
1. Eksperimen-eksperimen psikologis menunjukkan bahwa pengambilan
sejumlah informasi dalam memori adalah karakteristik kinerja memori
jangka pendek, sedangkan pengambilan informasi yang lain adalah kinerja memori jangka panjang,
misalnya terkait data awal dan akhir (primarcy and recency data).
1. Studi fisiologis menunjukkan bahwa kinerja memori jangka pendek dapat mengalami hambatan,
sedangkan kinerja memori jangka panjang tetap stabil.
2. Dukungan Neurosains Kognitif
Penemuan-penemuan neurofisiologis menunjukkan bahwa kedua penyimpanan memori yang
berbeda tersebut memiliki letak tertentu dalam struktur otak manusia. Sebuah kasus yakni kasus
H.M yang di teliti olah Branden Milner (1966), seorang peneliti Kanada. H.M. adalah seorang
penderita epilepsi yang menjalani operasi pemotongan bagian lobus temporal (termasuk
hipokampus) sebagai prosedur medis untuk mengurangi simton epilepsinya. Meskipun epilepsi H.M.
mereda, ia mengalami amnesia dan tidak mampu menyimpan informasi baru dalam LTM. Uniknya
STM nya tidak terganggu. Memori-memorinya sebelum operasi tetap utuh dan ia bahkan
menunjukkan kinerja yang bagus dalam tes-tes IQ standar.
Meskipun demikian, dia tidak dapat mempelajari nama-nama baru atau mengenali wajah-wajah
orang yang dijumpainya semenjak operasi. STM H.M. tampaknya tetap utuh, namun kemampuannya
membentuk LTM baru telah lenyap. Masalah utamanya adalah bahwa LTM nya sama sekali tidak
dapat di Update. Cedera otak pada H.M. (sebagai akibat operasi) terdapat di lobus temporal dan
hipokampus, sehingga logis bahwa kedua area tersebut memiliki struktur-struktur memori yang
penting secara khusus, hipokampus adalah sebuah tempat penyimpanan sementara bagi LTM, yang
memproses informasi awal dan memindahkan informasi-informasi tersebut ke korteks serebral
sebagai tempat penyimpanan yang lebih permanen.
2. Model Memori Kerja
Memori kerja secara konseptual didefinisikan sebagai suatu tipe meja kerja (workbench) yang secara
konstan mengubah, mengkombinasikan, dan memperbarui informasi baru dan lama. Medel memori
bekerja menyanggah pndangan bahwa STM hanyalah sekedar suatu “kotak” di kepala semacam unit
pemrosesan sederhana tempat informasi dikirim ke LTM, atau lenyap.
Konsep memori kerja juga menyanggah gagasan bahwa kapasitas STM terbatas hanya pada tujuh
item. Baddeley menyatakan bahwa rentang memori ditentukan oleh kecepatan kita mengulang
informasi. Dalam kasus materi verbal, Baddeley mengajukan gagasan bahwa kita memiliki putaran
fonologis yang berisi penyimpanan fonologis dan dapt artikulatoris, yang memampukan kita
mengingat informasi sebanyak yang dapat kita ulangi dalam durasi terbatas.
Komponen kedua dalam memori kerja adalah “alas sketsa visiospasial” yang memiliki kemiripan
denagan putaran fonologis, namun berbeparan mengendalikan kinerja visuldan spasial, yakni yang
meliputi tindakan mengingat bentuk dan ukuran atau mengngat kecepatan dan arah objek yang
bergerak. “alas sketsa visuospasial” juga terlibat dalam perencanaan pergerakan spasial seperti
melarikan diri dari bangunan yang terbakar. Putaran fonologis dan alas sketsa visiospasial
dikendalikan oleh “eksekutif sentral”, yang mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas terkait atensi dan
memerintahkan respon .
Baru-baru ini pengukuran neurosains kognitif telah diaplikasikan ke dalam model memori kerja
dengan kesuksesan yang mengesankan. Cabeza dan Nyberg (1997) menemukan bahwa putaran
fonologis memiliki kaitan dengan aktivasi bilateral pada lobus frontal dan pariental, sebagaimana
diukur melalui pemindaian PET. Selain itu dalam sebuah studi, alas sketsa visiospasial mengaktifkan
area-area yang berbeda dalam korteks. Pra peneliti tersebut menemukan bahwa interval-unterval
yang lebih pendek akan mengaktifkan lobus oksipital dan lobus frontal kanan, sedangkan interval-
interval yang lebih panjang mempengaruhui area-area lobus pariental dan lobus frontal kiri.
3. Kapasitas STM
Lloyd dan Margaret Peterson adalah para peneliti yang mempelajari durasi STM, namun Milerlah
yang dalam karyanya yang berwawasan ke depan (1956) mempelajari kapasitas STM. Miller
menyimpulkan bahwa STM memuat tujuh unit. Miller menyusun hipotesis bahwa kapasitas kita
untuk merespon informasi memiliki batas sekitar tujuh unit. Dalam hipotesis Miller, keterbatsan-
keterbatasan tersebut di akibatkan oleh adanya sejumlah mekanisme yang bersifat mendasar dan
umum mekanisme yang selanjutnya dikenal sebagai STM.
1. STM dan Chunking ,Gagasan bahwa STM memuat tujuh unit terlepas dari data apapun yang
masuk ke dalamnya, adalah gagasan yang paradoks. Serangkaian kata tentu saja mengandung
informasi yang lebih besar dibandingkan serangkaian huruf. Anda mampu mengingat lebih banyak
informasi dalam eksperimen menggunakan rangkaian kata dibandingkan huruf. Miller menyusun
dalil mengenai suatu model memori yang memuat tujuh chunk tau tujuh “bongkahan unit”
informasi. Dengan demikian mengkitakatnya kapasitas penyimpanan STM dapat dicapai melalui
proses
chingking , yakni suatu proses yang penting karena menjelaskan fenomena STM yang mampu
memproses sejumlah besar informasi tanpa menyebabkan “kemacetan” dalam rangkaian
pemrosesan informasi.
2. LTM dan Chunking kemampuan STM menangani informasi dalam jumlah besar diperlancar oleh
kemampuan kita melakukan chunking, yakni mengubah informasi menjadi unit-unit yang bermakna.
Meskipun demikian, chunking
belum dapat terjadi hingga LTM memaknai unit-unit tersebut.
3. Penyandian Informasi dalam STM
Informasi yang tersimpan dalam STM dapat berupa informasi auditorik, visual, atau sematik,
tergantung jenis informasi atau jenis tugas yang dialami seseorang.
1. Sandi Auditorik
STM tampaknya beroperasi menggunakan sandi auditorik dukungan terhadap dominasi auditorik
berasal dari sebuah eksperimen awal yang seringkali dijadikan referensi oleh peneliti lain yang
dilakukan oleh Cnrad. Conrad menemukan bahwa kekeliruan-kekeliruan dalam STM bersumber dari
kekeliruan auditorik, bukan kekeliruan visual.
1. Sandi Visual
Posner dan rekan-rekannya (Posner, 1969; Posner dkk., Posner & Kelle, 1967) menemukan
bahwa setidaknya dalam sebagian kecil informasi disandikan secara visual oleh STM. Dalam
eksperimen tersebut, para peneliti menyajikan huruf-huruf berpasangan yang identik dalam
pelafalan dan bentuk (AA, aa), huruf berpasangan yang memiliki pelafalan yang sama tetapi bentuk
yang berbeda (Aa), atau huruf yang berpasangan yang memiliki perbedaan pelafalan sekaligus
perbedaan bentuk (AB, aB). Para partisipan diminta menunjukkan (dengan menekan tombol) apakah
kedua huruf yang ditampilkan adalah huruf yang sama. Huruf-huruf tersebut disajikan satu demi
satu dengan jeda waktu bervariasi: 0 detik (artinya huruf disajikan serentak), 0, 5 detik, 1 detik, atau
2 detik. Para peneliti mengansumsikan bahwa bila pasangan huruf tersebut diproses secara
auditorik, seharusnya partisipan memerlukan waktu lebih lama untuk memproses AA dibandingkan
dengan Aa. Namun,bila penyandian secara visual juga penting, partisipan memerlukan waktu yang
lebih lama untuk merespons Aa dibandingkan AA. Partisipan memerlukan waktu yang lebih lama
untuk merespons pasangan huruf yang memiliki pelafalan yang sama namun bentuk yang berbeda
(Aa) dibandingkan saat merespon AA.
Meski demikian, saat jeda antara huuf ditingkatkan, perbedaan waktu respsons antara AA dan Aa
berkurang karena STM memiliki kesempatan untuk mengubah sandi visual menjadi auditorik.
Sebagai kesimpulan, informasi direpresentasikan dalam STM secara auditorik dan secara
visual
1. Sandi Semantik
Sandi Semantik (semantic code) adalah sandi yang berhubungan dengan makna. Pertanyaan yang
diajukan dalam subbab ini adalah: Apakah informasi semantik (yakni informasi yang bermakna)
dapat direpresentasikan dalam STM? Sejumlah eksperimen menunjukkan demikian. Eksperimen
pertama yang mengindikasikan hal tersebut adalah eksperimen Delos Wickens dan rekan-rekannya
(Wickens, 1970, 1972; Wickens, Born, & Allen, 1963; Wickens, Clark, Hill, Wittlinger, 1968;
Wickens & Engle, 1970). Sebagian besar eksperimen Wickens dan rekan-rekannya dilakukan
berdasarkan konsep inhibisi proaktif (proactive inhibition; PI). PI adalah sebuah fenomena dimana
kemampuan mengingat dihambat oleh adanya hubungan semantik antara daftar yang sedan diingat
dengan daftar sebelumnya. Sebagai contoh, ketika seorang partisipan diminta mengingat sebuah
daftar kata-kata yang tergabung dalam satu kategori (misalnya nama-nama buah), mereka mungkin
dapat
mengingat 90 persen isi daftar tersebut. Namun, bila mereka mengingat sebuah daftar kedua yang
juga berisi nama-nama buah, kemampuan mereka mengingat daftar tersebut hanya sebesar 30
pesen.
Selanjutnya, jikalau partisipan yang sama diminta mempelajari daftar ketiga yang juga berisi nama-
nama buah kemampuan mereka semakin menurun. Inhibisi proaktif ini mengindikasikan bahwa
informasi semantik sedang diproses dalam STM karena informasi tersebut saling “mengganggu”
dengan informasi-informasi dari daftar berikutnya. Lantas apa yang terjadi jika partisipan diminta
menghapalkan daftar keempat yang berisi item yang tidak berhubungan secara semantik dengan
daftar sebelumnyaKemampuan mengingat meningkat dengan drastis. Fenomena ini disebut sebagai
suatu pelepasan dari PI.
Wickens (1971) tidak hanya berminat menyelidiki pelepasan dari PI, namun juga berminat
menyelidiki dampak dari kedekatan hubungan semantik antar tiap daftar dengan pelepasan dari PI.
Wickens membagi para partisipan menghapalkan daftar berisi nama-nama buah. Hasilnya adalah
kinerja para partisipan menurun dalam setiap rangkaian tugas. Pada tugas keempat, daftar yang
berisi nama-nama profesi; kelompok lain mendapatkan daftar yang berisi nama-nama produk
daging; kelompok lainnya mendapatkan daftar yang beisi nama-nama bunga; kelompok keempat
mendapatkan daftar berisi nama-nama sayuran, dan kelompok terakhir sebagai kelompok kontrol,
mendapatkan daftar nama buah. Hipotesis Wickens menyatakan bahwa pelepasan PI akan terjadi
paling besar pada kategori yang memiliki hubungan semantik paling rendah dengan buah; dengan
demikian kemampuan mengingat seharusnya paling besar pada kelompok yang mendapatkan daftar
yang berisi nama nama profesi dan nama-nama produk daging, dibandingkan kelompok yang
mendapatkan daftar berisi nama-nama profesi dan nama-nama poduk daging, dibandingkan
kelompok yang mendapatkan daftar berisi nama-nama bunga dan sayuran. Alasannya karena
“profesi” dan “daging” memiliki hubungan semantik lebih rendah dengan “buah”
dibandingkan“bunga” dan “sayuran”, sehingga pelepasan dari PI paling besar terjadi dalam
kelompok “profesi” dan “daging” tersebut.
5. Pengambilan Informasi dari STM
Era modern pemrosesan informasi sangat dipengaruhi oleh sebuah teknik eksperimental yang
dikembangkan oleh Saul Stenberg (1966, 1967, 1969). Teknik ini melibatkan sebuah tugas
pemindaian serial (serial scanning task) yang di dalamnya partisipan mendapatkan stimuli berupa
serangkaian item, misalnya angka, dengan jeda 1,2 detik setiap item.
Diasumsikan bahwa item-item tersebut disimpan dalam STM partisipan. Setelah partisipan
menghapalkan daftar, ia menekan sebuah tombol untuk memunculkan sebuah angka yang ada (atau
tidak ada) dalam daftar yang telah dilihat sebelumnya.
Tugas partisipan adalah membandingkan angka tersebut dengan daftar yang telah diingatnya dan
menjawab apakah angka tersebut memang ada di daftar atau tidak. Setiap tugas berisi daftar yang
berbeda. Para peneliti mengubah-ubah ukuan daftar sesuai kapasitas STM, yakni dari satu hingga
enam angka. Pada dasarnya tugas ini (yang kini disebut tugas Stenberg atau Stenberg Task)
mengharuskan partisipan mencari angka-angka dalam suatu daftar untuk menemukan jawaban yang
tepat. Pencarian semacam ini dapat berhenti dengan sendirinya (self- terminating) saat partisipan
telah menemukan angka tersebut dan memberikan jawaban. Sebaliknya, partisipan mungkin
melakukan pencarian menyeluruh terhadap daftar di memori sebelum melaporkan jawabannnya
terlepas ia menemukan angka itu atau tidak. Sebagai contoh, dalam daftar berisi tujuh item,
partisipan memerlukan waktu 100 milidetik untuk memeriksa setiap item, sehingga secara rata-rata
patisipan memerlukan 400 milidetik untuk memberikan jawaban apabila item tersebut berada di
posisi keempat (dengan menggunakan strategi pencarian self- terminating).
Jika pencarian itu dilakukan secara menyeluruh, dan setiap angka diperiksa sebelum partisipan
mampu membeikan jawaban, rata-rata waktu espons adalah sekitar 700 milidetik. Dengan demikian,
waktu reaksi mencerminkan waktu yang diperlukan partisipan untuk melakukan pencarian
angka pada daftar dalam memori, dan waktur eaksi dapat berperan sebagai dasar untuk
menggambarkan struktur STM sekaligus menggambarkan hukum-hukum pengambilan informasi dari
struktur tersebut. Semakin panjang suatu daftar, semakin besar pula waktu reaksi karena semakin
banyaknya informasi dalam STM yang menyebabkan waktu akses semakin besar.
1. Lokalisasi dan Distribusi LTM
Studi-studi masa kini yang mempelajari memori dalam kaitannya dengan neurosains kognitif
cenderung bersifat terus terang (Straightforward). Studi-studi tersebut melibatkan penentuan letak
(plotting) fungsi-fungsi kognitif dalam topografi otak, melibatkan pelacakan jejak-jejak memori
(memory traces), dan pengidentifikasian perubahan-perubahan neural di otak yang terasosiasi
dengan pembentukan dan perubahan memori. Sebagian besar teknik yang digunakan dalam studi-
studi tersebut telah didiskusikan sebelumnya, dan secara umum, meliputi penggunaan teknik
pencitraan otak (seperti pemindaian PET, MRI, dan perekaman EEG), probing elektrik ke dalam otak
(menggunakan stimulasi elektrik untuk memindai letak memori), penggunaan senyawa-senyawa
kimia atau obat-obatan yang mempengaruhi neuotransmisi di sinapsis (serpeti penggunaan
senyawa-senyawa farmaseutika dalam pengobatan atau studi perbaikan dan pengruangan memori),
dan studi simtom-simtom patologis yang melibatkan defisit memori yang di luar kelaziman. Lokasi
tempat memori disimpan adalah di seluruh bagian otak, meskipun juga terpusat di bagian-bagian
tertentu.
Dalam pemrosesan-pemrosesan spesifik, bagian-bagian otak lain ikut terlibat, meskipun dalam
tingkat yang rendah. Beberapa bagian otak memiliki fungsi penting dalam pembentukan memori.
Region-region tersebut meliputi hipokampus dan korteks (yang berbatasan dengan hipokampus),
serta thalamus. Informasi sensorik dikirimkan ke region-region otak yang spesifik. Informasi dari
mata dan telinga,
sebagai contoh dikirimkan ke korteks visual dan korteks auditorik secara berturut-turut.
Sangatlah mungkin bahwa memori jangka panjang terkait pengalaman-pengalaman sensorik juga
disimpan di dalam, atau di dekat area-area tersebut. Sebagai kesimpulan, memori tersebar di
seluruh otak; memori adalah suatu proses aktif yang melibatkan sejumlah besar area di otak, dan
sejumlah area memiliki fungsi lebih dominan dibandingkan area lain
1. Kapasitas, durasi, dan penyimpanan LTM
Kapasitas LTM
Sulit bagi kita untuk membayangkan kapasitas dan durasi yangtertampung pada ingatan jangka
panjang, namun kita masih bisa menyusun perkiraan tentang karakter/ciri-ciri informasi tersebut,
sekalipun samar. Kecepatan akses lebih lambat, sekitar 1/10 second dan proses penghilangannya
pelan.
Chase dan Ericson (1982) telah mendemonstrasikan kinerja memori yang istimewa menggunakan
tiga prinsip tentang bagaimana para pakar mengerjakan sesuatu hal yang tidak lazim dengan LTMnya
sebagai berikut:
1. Proses penyandian mnemonic atau mnemonic enconding principle (terkait dengan
pengorganisasian) para pakar tersebut menggunakan pengetahuan yang dimilikinya untuk
melakukan chunkingterhadap informasi-informasi baru.
2. Prinsip struktur pengambilan informasi atau retrieval structure principle (terkait dengan akses).
Yakni memilih barang untuk mengembangkan mekanisme yang sangat terspesialisasi dan abstrak,
yang secara sistematik menyandikan dan mengambil pola – pola yang bermakna dari LTM.
3. percepatan atau speed – up principle (terkait dengan kecepatan) menyatakan bahwa dengan cara
latihan tersus menerus maka akan mampu mengambil informasi dari LTM secara lebih cepat
dibandingkan para amatir. Jika penyimpanan dan pengambilan informasi dari LTM dapat
dipermudah melalui latihan terus-menerus, akibatnya kemampuan pemrosesan informasi seolah
tidak terbatas.
Durasi LTM
Durasi LTM sangatlah panjang, sampai-sampai sejumlah data penelitian mendukung adanya memori
jangka sangat panjang atau very long – term memory (VLTM). Sebuah studi penting yang menyelidiki
durasi LTM dilakukan oleh Bahrick, Bahrick dan Wittlinger (1975). Penelitian dilakukan untuk
menentukan durasi memori, ketiga peneliti tersebut menguji 392 lulusan SMU terkait memori
mengenai nama dan foto rekan – rekan mereka pada masa lalu (yang diambil dari buku sekolah
bertahun – tahun sebelumnya). Data yang dihimpun bahrick dan rekan – rekannya mendukung
gagasan bahwa VLTM memang ada dan bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama.
Penyimpanan LTM
Menurut Hebb informasi dari STM akan dikirim ke LTM apabila diulang -ulang (rehearsed ) di STM
dalam jangka waktu yang cukup lama (rehearsed ). Transformasi tsb terjadi karena reverberating.
Long Term Memory secara umum dianalogikan sebagai suatu tempat penyimpan ( repository) segala
hal dalam memori yang saat itu tidak sedang digunakan namun memiliki makna yang penting dan
dapat diambil kembali (retrievable ).
Sejumlah kategori umum dari jenis informasi yang disimpan dalam LTM disusun berdasarkan
kemungkinan fungsi adaptifnya (Bower, 1975 dalam Solso, 2008).
1. Kemampuan Spasial
2. Karakteristik- Karakteristik Fisik Dunia Sekeliling Kita
3. Hubungan Sosial
4. Nilai-Nilai Sosial
5. Keterampilan- Keterampilan Motorik
6. Keterampilan- Keterampilan Perseptual
BAB 3
PENUTUP
1. Simpulan
Memori bukan sekedar tempat penyimpanan informasi. Memori bekerja dengan beberapa
komponen yang yang lain seperti sensor inderawi dalam upaya pemerolehan informasi pengolahan
infromasi serta penyimpanan informasi ,baik yang dilakukan secara sistematis (umumnya secara
sadar)maupun secara spontan. Memori merupakan suatu proses biologi, yakni informasi yang diberi
kode, disimpan serta dipanggil kembali. Karena ingatan merupakan suatu proses, maka mungkin saja
terjadi, proses tersebut terjadi secara baik, dan dapat pula terjadi proses tersebut mengalami
gangguan sehingga berproses kurang optimal. Adapun teori-teori pendukung model memori
menjelaskan cara kerja memori antara lain James William,Waugh dan Norman, Atkinson dan Shiffrin.
Dari cara kerja memori tersebut kemudian dipaparkan jenis-jenis memori yaitu memori
sensorik,memori jangka pendek (STM) dan memori jangka pangjang (LTM).
1. Saran
Dari pembuatan makalah ini saran penulis kepada pembaca adalah sebagi berikut :
1. Penulis berharap , mahasiswa mengerti mengenai cara kerja memori dalam otak
2. Penulis berharap agar mahasiswa lebih luas mencari pengetahuan tentang memori
DAFTAR PUSTAKA
Solso L Robert, Maclin. H. Otto, Maclin Kimberly (penerjemah Mikael Rahardanto dan Kristianto
Batuadji).2007. Psikologi Kognitif ; Erlangga, Jakarta.
Madden, Thomas L (Penerjemah Ivonne Suryana ). 2000. Fire Up Your Learning. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Feldman, Robert S, 2011. Understanding Psychology, Book 1,

Anda mungkin juga menyukai