Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan perjalanan sejarah tercatat bahwa umat Islam sejak abad XVII berada
dalam masa kemunduran. Di masa ini kekuatan militer dan politik umat Islam menurun.
Perdagangan dan ekonomi umat Islam menurun sangat draktis karena monopoli dagang
antara Timur dan Barat hilang dari genggaman tangan mereka. Ilmu pengetahuan di
dunia Islam dalam keadaan stagnasi. Tarekat-tarekat diliputi oleh suasana khurafat dan
bid'ah. Umat Islam dipengaruhi oleh sikap fatalistis. Dunia Islam dalam keadaan
mundur dan statis.
Di samping itu, para penguasa di negara-negara Islam dalam menjalankan roda
pemerintahannya cenderung pada absolutisme "King never does wrong", mereka
memerintah sekehendak hati, korup dan sangat membenci demokrasi. Situasi demikian
diperpuruk lagi oleh penetrasi Barat, terutama Inggris dan Prancis ke dunia Islam.
Cengkraman dan campur tangan Barat terhadap negara-negara Islam kian hari
bertambah kuat.
Pada tahun 1798 M., Napoleon menduduki Mesir, sebagai salah satu pusat Islam
yang terpenting. Jatuhnya pusat Islam ini ke tangan Barat, menginsafkan dunia Islam
akan kelemahannya dan menyadarkan umat Islam bahwa di Barat telah tumbuh
peradaban yang lebih tinggi dari peradaban Islam, dan yang merupakan ancaman bagi
hidup Islam sendiri. 1
Kondisi dunia Islam yang sangat memprihatinkan ini menggugah para raja dan
pemuka-pemuka Islam untuk berpikir dan mencari solusi untuk mengembalikan
perimbangan kekuatan yang telah loyo dan membahayakan bagi Islam. Kontak Islam
dengan Barat sekarang berlainan sekali dengan kontak Islam pada periode klasik. Pada
masa klasik Islam sedang berada pada puncak kejayaan dan Barat dalam masa
kegelapan, namun sekarang Islam dalam kondisi sebaliknya. Maka untuk mencapai
perimbangan kekuatan yang setara dalam berbagai bidang kehidupan, Islam harus
belajar dari Barat. Sebagaimana dulu Barat belajar dari Islam.
Untuk merespon kondisi yang menyedihkan maka timbullah pemikiran-pemikiran
dan pembaharuan di dunia Islam. Para cendekiawan dan para pemuka Islam
1
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1992), hlm. 88-89

Pemahaman Pemikiran Modern dalam Islam I 1


melontarkan pemikiran pemikiran mereka bagaimana caranya membangkitkan dan
menjadikan umat Islam maju kembali sebagai pernah dialaminya pada periode klasik.
Salah seorang cendekiawan yang peduli pada pemikiran dan pembaharuan guna
memajukan kembali umat Islam adalah Jamaluddin al-Afghani. Dia seorang pemimpin
pembaharuan dan pemimpin politik di dunia islam pada masanya. Tempat tinggal dan
aktivitasnya berpindah-pindah dari satu Negara Islam ke Negara Islam lainnya,
sehingga pengaruh pemikiran dan pembaharuan politik yang dibawanya cepat
merambah hampir ke seluruh dunia Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana profil Jamaluddin al-Afghani?
2. Apa yang menjadi sebab-sebab kemunduran umat Islam?
3. Apa saja yang menjadi ide – ide pembaharuan Jamaluddin al-Afghani?

C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui profil Jamaluddin al-Afghani?
2. Mengetahui sebab-sebab kemunduran umat Islam?
3. Mengetahui ide – ide pembaharuan Jamaluddin al-Afghani?

Pemahaman Pemikiran Modern dalam Islam I 2


BAB II
PEMBAHASAN

A. PROFIL JAMALUDDIN AL-AFGHANI

Jamaluddin al-Afghani dilahirkan pada tahun 1838. Ayahnya bernama Sayyid


Shand yang dikenal dengan gelar Shafdar al- Hussaini. Dia seorang bangsawan
terhormat yang mempunyai hubungan nasab dengan Hussein ibn Ali ibn Abi Thalib,
Jamaluddin al-Afghani mendapat gelar Sayyid.2
Tempat kelahirannya disinyalir ada dua versi. Satu versi menyatakan bahwa
tempat kelahirannya di As'adabad, termasuk wilayah Kabul, Afghanistan. 3 Versi lain
menyebutkan bahwa ia dilahirkan di Mazandaran wilayah Persia, bahkan seorang Abu
al-Huda-musuh al-Afghani-menyatakan bahwa Afghani "al-Mutaafgin" agar dianggap
sebagai orang Afghanistan. Beralasan sekali jika al-Afghani disinyalir sebagai seorang
Persia yang Syi'ah karena tulisan-tulisan dan ceramah-ceramahnya banyak ditaburi
Filsafat Islam, khususnya pemikiran-pemikiran Ibn Sina dan masa itu pengetahuan
tersebut masih tumbuh subur di lembaga pendidikan Syi'ah dibanding di lembaga
pendidikan Sunni.4
Terlepas kontroversi di atas, menurut Murthada Mutahhari bahwa al-Afghani
pengetahuannya sangat luas tentang masyarakat Syi'ah maupun Sunni, maka ia
sepenuhnya memahami perbedaan dan perselisihan antara kedua mazhab tersebut.5 Dan
tampaknya al-Afghani tidak ingin terjebak dalam perselisihan antar mazhab dalam
rangka untuk memajukan umat Islam yang sangat memprihatinkan.
Pada masa mudanya, ia mempelajari berbagai bidang ilmu keislaman dan ilmu-
ilmu lainnya dinegerinya sendiri. Diantara ilmu yang dipelajarinya ialah filsafat Islam,
tasawuf dan ilmu syariah dengan berbagai cabangnya. Ilmu keislaman dipelajari dengan
pengantar bahasa Arab, sedang ilmu politik, filsafat, fisika, dan matematika memakai
bahasa Persia.6 Kemudian al-Afghani melanjutkan studinya ke India untuk mempelajari
matematika dengan metode modern berbahasa Prancis.7 Yang terakhir tempaknya ia

2
Abd al-Muta’ali al-Shoidi, Al Mujadiduna fi al-islam min al-Qarni al-Awwal ila al-Rabi’ Asar, (Mesir:
Muktabah al-Adab, tt)., hlm. 490
3
Ibid
4
Albert Hourani, Arabic Thoght in the Liberal Age. (London: Oxfort University Press, 1991), hlm. 108
5
Murthada Muthahhari, Gerakan Islam Abad XX, (Terj. M. Hashem), (Jakarta: Bunebi Cipta, 1996), hlm. 41-42
6
Ahmad Amin, Zu’ama al-Islah fi al-Ashr al-Hadits, (Kairo: Muktabah al Nahdhah al-Misriyah, 1979), hlm. 72.
7
Ibid

Pemahaman Pemikiran Modern dalam Islam I 3


maksudkan untuk menambah wawasan keilmuan dan untuk mengetahui perkembangan
Barat.
Keilmuan yang dipelajari al-Afghani tampak berpengaruh dalam proses
pembentukan kepribaiannya. Sebagai manusia, al-Afghani rendah hati, sopan dan suka
bekerja keras. Tidurnya sedikit sekali, bekerja lebih dari 18 jam sehari. Ia tidak pernah
minum minuman keras, tidak banyak membutuhkan kebutuhan duniawi, sikapnya keras
tetapi tidak bertempramen panas, berani menentang bahaya, terus terang dan baik hati
serta ramah pada setiap orang, namun bebas dalam hubungannya dengan para pembesar.
Kadar intelektualnya insklopedik, dibarengi ketajaman analisis dan kecepat-tetapan
pengertiannya tentang berbagai masalah sangat mengagumkan, hingga ia seperti dapat
membaca pikiran orang lain sebelum diucapkan, demikian menurut Edward G. Brownk
seorang penulis karya terkenal Sejarah Literatur Persia.8
Selain itu, al-Afghani fasih berbahasa Arab, Persia, Turki, Rushto, Prancis,
Inggris, dan Rusia. Ia gemar membaca buku berbahasa Arab dan Parsi. Maka tidak aneh
kalau Muhammad Iqbal berkata bahwa ia ahli bahasa yang sempurna menguasai
berbagai bahas dari bangsa yang beragama Islam, yang kefasihannya diakui dan
merasuk hati. Jiwa yang tidak mau diam itu selalu mengembara dari satu Negara Islam
ke Negara Islam lainnya untuk memengaruhi orang-orang penting di Iran, Mesir dan
Turki. Ia memang tidak banyak menulis tapi rajin berbicara, dan dengan itu ia
mengubah orang-orang yang kontak dengannya menjadi seperti dirinya.9
Kegiatan politik yang dijalankan al-Afghani sebenarnya didasarkan pada ide-ide
pembaharuan dalam Islam. Kegiatan politik itu timbul sebagai akibat yang semestinya
dari pemikiran-pemikirannya tentang pembaharuan. Ia pada hakikatnya adalah sekaliber
pemimpin pembaharuan dan pemimpin politik.10
Namun, al-Afghani tidak ditakdirkan untuk hidup lama. Ia mendapat serangan
kangker rahang pada tahun 1896, dan meninggal dunia pada 9 Maret 1897. Ia
dimakamkan dengan penghormatan besar dimakam para Syaikh Turki, dekat Niahan
Tash di Istambul.11

8
Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1992), hlm. 267.
9
Ibid
10
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hlm. 54.
11
Jamil Ahmad, Op.Cit.

Pemahaman Pemikiran Modern dalam Islam I 4


B. SEBAB-SEBAB KEMUNDURAN UMAT ISLAM

Para pembaharu yang mendahului al-Afghani memang ada, namun umat Islam
masih saja berada dalam kemunduran dan statis, tetapi justru kenyataan inilah
merupakan tantangan bagi al-Afghani untuk dapat mengatasinya.
Kemunduran umat Islam menurut al-Afghani bukan karena Islam itu sendiri,
akan tetapi karena umat Islam telah meninggalkan ajaran Islam yang sebenarnya dan
mengikuti ajaran-ajaran yang datang dari luar Islam. Ajaran-ajaran Islam yang
sebenarnya hanya tinggal dalam ucapan dan diatas kertas. Sebagian dari ajaran-ajaran
asing itu dibawa oleh orang-orang yang mempunyai keyakinan yang sesat dan
menyesatkan, sebagian lain dibawa oleh orang-orang yang pura-pura suci, dan sebagian
lain lagi oleh hadis-hadis buatan. Paham kada dan kadar umpamanya, telah dirusak dan
diubah menjadi fatalisme yang membawa umat Islam kepada keadaan statis. Kada dan
kadar sebenarnya mengandung arti bahwa segala sesuatu terjadi menurut ketentuan
sebab musabab.12 Sebab lain adalah adanya salah pengertian maksud sebuah hadis yang
mengatakan bahwa umat Islam akan mengalami kemunduran di akhir zaman. Salah
pengertian ini membuat umat Islam tidak berusaha mengubah nasib.13
Sebab-sebab kemunduran yang bersifat politis ialah perpecahan yang terdapat di
kalangan umat Islam, pemerintahan absolute, mempercayakan pimpinan umat kepada
orang-orang yang tidak dapat dipercaya, mengabaikan pertahanan militer, menyerahkan
administrasi Negara kepada orang-orang yang tidak kompeten dan intervensi asing.14
Lemahnya ukhuwah islamiyah juga merupakan sebab lain bagi kemunduran
umat Islam. Tali persaudaraan telah terputus, bukan hanya terjadi dikalangan orang-
orang awam saja, tetapi terjadi juga di kalangan para ulama dan raja raja Islam.15
Sejalan dengan perkembangan sains dan teknologi di Barat yang dibarengi
keinginan monopoli ekonomi, Barat mulai gencar mengadakan penetrasi ke dunia Islam
yang mengakibatkan umat Islam bertambah lemah.
Peta kehidupan politik dan keagamaan yang sedemikian inilah yang harus
dihadapi dan diatasi oleh al – Afghani dalam mengadakan kegiatan politik dan
pembaharuan.

12
Harun Nasution, Op. Cit., hlm. 55.
13
Ibid
14
Ibid., hlm. 55-56
15
Ibid., hlm. 56

Pemahaman Pemikiran Modern dalam Islam I 5


C. IDE – IDE PEMBAHARUAN JAMALUDDIN AL –AFGHANI

Factor-faktor yang menyebabkan kelemahan dan kemunduran dunia Islam


telah dapat diidentifikasika oleh al-Afghani maka langkah berikunya ia menawarkan
ide-ide pembaharuan sebagai berikut :
1. Meluruskan Salah Pengertian dalam Paham Keagamaan
Al-Afghani berkeyakinan bahwa untuk memajukan umat Islam haruslah
melenyapkan pengertian-pengertian salah yang dianut umat Islam pada umumnya
dan kembali kepada ajaran-ajaran dasar Islam yang sebenarnya. Hati mesti
disucikan, budi pekerti luhur dihidupkan kembali dan demikian pula kesedihan
berkorban demi kepentingan umat.16
Islam dalam keyakinan al-Afghani adalah agama yang sesuai untuk umat
bangsa, zaman dan keadaan. Kalau kelihatan ada pertentangan antara ajaran Islam
dan kondisi yang dibawa perubahan zaman dan perubahan kondisi, penyesuaian
dapat diperoleh dengan mengadakan interpretasi baru tentang ajaran-ajaran Islam
seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Hadits. Untuk interpretasi itu
diperlukan ijtihad bagi al-Afghani masih tetap terbuka.17
Ajaran Islam sendiri sebenarnya mendorong umat Islam untuk dinamis,
namun umat Islam menjadi statis karena mengikuti paham salah yang bukan
berasal dari Islam. Paham kada dan kadar umpamanya telah dirusak dan diubah
menjadi fatalism pada hal sebenarnya mengandung arti bahwa segala Sesutu
merupakan terjadi menurut ketentuan sebab musabab. Kemampuan manusia
merupakan salah satu dari mata rantai sebab musabab itu.18
Melihat salah satu contoh yang diajukan, tampaknya al-Afghani adalah
seorang rasional. Hal ini dapat dipahami karena ia mempunyai latar belakang
pendidikan filsafat yang cukup dalam, bahkan pernah terlibat polemic dengan
Renan, seorang filsuf dan pengajar di Sorbonne Prancis.19 Akan tetapi,
rasionalisme yang dikembangkan al-Afghani bukan resionalisme liberal, dalam
arti netralistik etika atau bebas nilai sama sekali. Paham rasionalinya tetap berada
dan terikat oleh nilai Islam.

16
Ibid
17
Ibid., hlm. 54-55
18
Ibid., hlm. 55.
19
Albert Hourani, Op. Cit., hlm. 120

Pemahaman Pemikiran Modern dalam Islam I 6


Untuk menjaga kemurnian dan menangkal pemalsuan-pemalsuan ajaran
yang datang dari dalam maupun dari luar Islam, al-Afghani menegaskan bahwa
Al-Qur’an dan Hadits Mutawatir merupakan sumber utama dalam penetapan
hukum dalam Islam.20
2. Sistem Pemerintahan
Al-Afghani sebagai pemimpin yang mempunyai pemikiran demokratis
tentang pemerintahan,21 tentunya tidak menyukai sistem pemerintahan absolut
yang berlaku umum di dunia Islam waktu itu, maka al-Afghani melontarkan ide-
ide musyawarah melalui dewan-dewan konstitusi dan badan-badan.
Aspirasi rakyat dapat disalurkan melalui dewan perwakilan rakyat yang
merupakan pengawas dan partner bagi kepala pemerintahan dalam menjalankan
roda pemerintahannya.
Corak pemerintahan otokrasi harus diubah dengan corak pemerintahan
demokrasi. Kepala pemerintahan harus mengadakan syura dengan para pemimpin
masyarakat yang banyak mempunyai pengalaman. Pengetahuan manusia secara
individual terbatas sekali. Islam dalam pendapat al-Afghani menghendaki
pemerintahan republic yang di dalamnya terdapat kebebasan mengeluarkan
pendapat dan kewajiban kepala Negara tunduk kepada undang-undang dasar.22
Tampaknya al-Afghani tidak memberikan gambaran yang jelas tentang
undang-undang dasar yang dikehendakinya. Namun, jika diperhatikan kepedulian
pembaharuan yang dipropagandakan, dapat diduga bahwa yang dimaksud
undang-undang dasar adalah suatu konstitusi yang dijadikan dasar untuk
menjalankan roda pemerintahan, hal mana nilai dan norma yang terangkum di
dalamnya berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Mutawatir.
3. Pan-Islam
Di atas segala-galanya persatuan umat Islam mesti diwujudkan
kembali. Dengan bersatu dan mengadakan kerja sama yang eratlah umat Islam
akan dapat memperoleh kemajuan. Persatuan dan kerja sama merupakan sendi
yang amat penting dalam Islam. 23 Dunia Islam harus bersatu dalam persekutuan
pertahanan yang kukuh, untuk mempertahankan diri dari keruntuhan. Dan untuk

20
Ali al- Muhafadhah, Al-Itijahat al-Fikriah inda al-Arab fi Ashri al-Nadhah 1798-1914, (Beirut: Al-Ahaliyah li
al-Nasri, 1978), hlm. 75
21
Harun Nasution, Op. Cit., hlm. 54.
22
Ibid., hlm. 56
23
Ibid

Pemahaman Pemikiran Modern dalam Islam I 7


mencapai tujuan itu haruslah memiliki teknologi Barat dan mempelajari rahasia
kekuatan Eropa.24
Ide Pan-Islamisme (Persatuan Islam) tidak dimaksudkan satu pemerintahan
karena hal itu sulit diwujudkan. Maksud Pan-Islamisme adalah untuk
mempersatukan dunia Islam dalam solidaritas umat Islam yang mempunyai rasa
tanggung jawab di mana setiap anggotanya memiliki rasa kebersatuan sehingga
dapat hidup berdampingan dalam kehidupan bermasyarakat dan bekerja sama
untuk mencapai kesejahteraan, kemajuan, dan kemakmuran.25
Adalah tidak mungkin mempersatukan negara-negara Islam dalam satu
pemerintahan, namun cukuplah negara-negara itu dipersatukan dengan seruan
yang dapat menimbulkan rasa satu ikatan yang kuat, satu tujuan dan memerintah
berdasarkan Al- Qur'an. Selanjutnya ia menambahkan bahwa dalam menjalankan
pemerintahan hendaklah keadilan dan musyawarah dijadikan prinsip, dan untuk
tegaknya prinsip pemerintahan tersebut hendaklah dipilih orang yang kompeten.
Al-Afghani menginginkan kekuasaan tertinggi berporos pada Al-Qur'an dan
mengarah pada kesatuan agama. Setiap pemerintahan Islam berusaha membantu
sesama mereka sesuai dengan kemampuan karena hidup dan keberadaan suatu
pemerintahan Islam merupakan cermin kesatuan pemerintahan Islam secara
keseluruhan.26
Gerakan Pan-Islamisme ini mempunyai tujuan ganda yaitu untuk menentang
pemerintahan despotik atau sewenang-wenang setiap negara Islam sendiri, dan
untuk menentang kolonialisme dan dominasi Barat.
Al-Afghani memang anti terhadap kolonialisme dan dominasi Barat, tetapi
ia mengakui keunggulan sains dan teknologi Barat dan menganjurkąn umat Islam
belajar dalam bidang tersebut.27
Ide pembaharuan yang tiga inilah diperjuangkan oleh Afghani sampai akhir
hayatnya. Karena ide pembaharuannya bernuansa politik, aktivitas al-Afghani
selama hidupnya tidak terlepas dari masalah politik. Dan mungkin sudah menjadi
ciri keyakinannya bahwa politik dan agama bagaikan dua sisi mata uang hal mana
sisi mata uang tersebutlah yang menjadikan uang bernilai.

24
Lothrop Stodard, Dunia Baru Islam, Tim Penerjemahan Kepresidenan, 1966, hlm. 63
25
Albert Hourani, Op. Cit., hlm. 117.
26
Ahmad Amin , Op. Cit., hlm. 90.
27
Ali al- Muhafadhah, Op. Cit., hlm. 76.

Pemahaman Pemikiran Modern dalam Islam I 8


4. Kegiatan Politik
Kepedulian al-Afghani pada bidang politik tampaknya dimulai ketika ia
menunaikan ibadah haji pada tahun 1857, di sela-sela kegiatan haji ia mencoba
membaca peta politik kekuatan Islam melalui para haji yang mana negara mereka
telah terintervensi oleh Barat. Dalam kesempatan inilah al-Afghani mulai
melontarkan pemikiran Pan-Islamisme, memperingatkan kelalaian umat Islam dan
bahaya dominasi Barat.28
Sekembali dari haji (ia berusia 20 tahun) diangkat menjadi pembantu bagi
Pangeran Dost Muhammad Khan di Afghanistan. Tahun 1864 ia menjadi
penasihat Sher Ali Khan. Beberapa tahun kemudian ia diangkat oleh Muhammad
A'zam Khan menjadi Perdana Menteri. Dalam pada itu Inggris telah mencampuri
soal politik dalam negeri Afghanistan dan dalam pergolakan yang terjadi al-
Afghani menyokong pihak yang melawan golongan yang disokong Inggris. Pihak
pertama kalah dan al-Afghani merasa lebih aman meninggalkan tanah
kelahirannya dan pergi ke India di tahun 1869.29
Di India al-Afghani melontarkan ide-ide pembaharuannya sehingga
membuat Inggris yang telah ikut campur tangan di India membatasi dan
mengawasi dengan ketat kegiatan al-Afghani. Al afgani merasa kurang bebas
akhirnya ia tinggalkan India pada tahun 1870 menuju Mesir. 30 la menetap di Cairo
dan pada mulanya menjauhi persoalan-persoalan politik Mesir dan memusatkan
perhatian pada bidang ilmiah dan sastra Arab.31 Tempat tinggalnya menjadi
tempat pertemuan para murid dan pengikutnya. Dalam pertemuan inilah al-
Afghani memberikan materi kuliah tentang peradaban, etika dan politik. Para
peserta terdiri dari para tokoh masyarakat, para dosen dan mahasiswa, seperti
Muhammad Abduh, Abd Karim Salman, Ibrahim al-Lagani, Sa'ad Zaghlul
(pemimpin kemerdekaan Mesir), Ali Mazhar, Salim Naqqas, Adib Ishak, dan lain-
lain.32
Fungsi sastra yang semula dijadikan alat untuk menjilat penguasa, oleh al-
Afghani dijadikan alat untuk membela kepentingan rakyat, membela hak-haknya,
menyerang pelanggaran terhadap kepentingan dan haknya. Di samping itu,

28
Abd al-Muta’ali al-Shoidi, Op. Cit., hlm. 491.
29
Harun Nasution, Op. Cit., hlm. 51.
30
Abd al-Muta’ali al-Shoidi, Loc. Cit.,
31
Harun Nasution, Loc. Cit.,
32
Ahmad Amin , Op. Cit., hlm. 73.

Pemahaman Pemikiran Modern dalam Islam I 9


melalui sastra al-Afghani menerangkan kondisi buruk yang mereka alami dan
menerangkan kemiskinannya serta mendorong mereka agar dapat keluar dari
keadaan yang mereka lakoni.33
Tetapi la tidak lama dapat meninggalkan lapangan politik Tahun 1876 turut
campur tangan Inggris dalam soal politik di Mesir makin meningkat. Untuk
bergaul dengan orang-orang politik di Mesir la memasuki perkumpulan
Freemason Mesir. Di antara anggota perkumpulan ini terdapat putra mahkota,
Tawfiq.34
Al-Afghani pada tahun 1879 membentuk suatu partai politik Al-Hizb Al-
Watani (Partai Nasional). Slogan "Mesir untuk orang Mesir" mulai kedengaran.
Tujuan partai ini selanjutnya ialah memperjuangkan pendidikan universal,
kemerdekaan pers dan pemasukan unsur-unsur Mesir ke dalam posisi-posisi
dalam bidang militer.35
Atas sokongan partai, al-Afghani berusaha menggulingkan raja Mesir yang
berkuasa, yakni Khedevi Ismail untuk diganti oleh putra mahkota Tawfiq, Tawfiq
berjanji akan mengadakan pembaharuan yang dituntut Al-Hizb Al-Watani. Tetapi
setelah menjadi Khedevi Tawfiq, atas tekanan inggris mengusir al-Afghani keluar
mesir di taun 1879.36
Dari Mesir al-Afghani pergi ke Paris dan disini ia mendirikan perkumpulan
Al-Urwah Al-Wutsqa. Anggotanya terdiri dari orang islam dari India, Mesir,
Suria, Afrika Utara. Tujuannya ialah memperkuat rasa persaudaraan islam dan
membawa umat islam kepada kemajuan.
Pada tahun 1885 al-Afghani berada di London untuk membicarakan masa
depan Mesir dengan Lord Randolph Churchill. Waktu itu al-Afghani menganggap
Rusia sebagai musuh yang lebih membahayakan dibanding Inggris. Hal ini
tamoak ketika Hendry Drummound Wolff diutus oleh Inggris ke Turki untuk
membicarakan masa depan Mesir dengan sultan, dan diharapkan al-Afghani ikut
membantu Wolff dalam negosiasi dan teryata seluruh rencana gagal.
Pada tahun 1889 al-Afghani diundang oleh Syaikh Nasir al-Din ke Persia
untuk menoling mencari penyelesaian tentang persengketaan Rusia-Persia yang
timbul karena politik pro-inggris yang dianut Persia ketika itu.

33
Ibid
34
Harun Nasution, Op. Cit., hlm. 52.
35
Ibid
36
Ibid

Pemahaman Pemikiran Modern dalam Islam I 10


Atas undangan Sultan Abdul Hamid, al-Afghani selanjutnya pindah ke
istambul pada tahun 1892. Pengaruhnya yang besar diberbagai negara islam
diperlukan dalam rangka pelaksanaan politik islam yang direncanakan istambul.
Tetapi kerja sama antara keduanya tidak tercapai dikarenakan perbedaan
politik. Al-Afghani sebagai pemimpin yang mempunyai paham demokratis,
sedang sultan masih mempertahankan paham pemerintahan otokrasi lama. Karena
takut pengaruh al-Afghani kebebasan dibatasi dan ia tidak dapat keluar dari
istambul. Ia tetap tinggal disana sampai wafat pada tahun 1897.

Pemahaman Pemikiran Modern dalam Islam I 11


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

A.PROFIL JAMALUDDIL AL-AFGHANI

Jamaludin al-Afghani dilahirkan pada tahun 1838. Ayahnya bernama sayyid shand
yang dikenal dengan gelar shafdar al-Hussaini. Seorang bangsawan terhormat yang
mempunyai hubungan nasab dengan Husein ibn ali ibn Abi Thalib, Jamaludin al-Afghani
mendapat gelar sayyid.

Pada masa mudanya, ia mempelajari berbagai bidang ilmu keislaman dan ilmu
lainnya. Diantara ilmu yang dipelajarinya ialah filsafat islam, tasawuf dan ilmu syariah
dengan berbagai cabangnya. Keilmuan al-Afghani berpengaruh dalam prosea pembentukan
kepribadiannya sebagai manusia rendah hati, sopan dan suka bekerja keras.

Selain itu al-Afghani fasih berbahasa arab, persia, turki, rushto, prancis, inggris dan
rusia. Kegiatan politik yang dijalankan al-Afghani sebenarnya didasarkan pada ide-ide
pembaharuan dalam islam. Al-Afghani mendapat serangan kanker rahang pada tahun 1896
dan meninggal dunia pada 9 maret 1897. Ia dimakamkan dengan penghormatan besar
dimakam para syaikh Turki dekat Naihan Tash di Istambul.

B. SEBAB-SEBAB KEMUNDURAN UMAT ISLAM

Kemunduran umat islam menurut al-Afghani bukan karena islam itu sendiri,
namun karena umat islam telah meninggalkan ajaran islam yang sebenarnya dan mengikuti
ajaran-ajaran yang datang dari luar islam.

Sebab-sebab kemunduran yang bersifat politis ialah perpecahan yang terdapat


dikalangan umat islam. Lemahnya ukhuwah islamiyah juga merupakan sebab kemunduran
umat islam sejalan dengan perkembangan sains dan teknologi dibarat yang dibarengi
keinginan monopoli ekonomi barat mulai gencar mengadakan penetrasi ke dunia islam
bertambah lemah.

C.IDE-IDE PEMBAHARUAN JAMALUDDIN AL-AFGHANI

1. Meluruskan salah pengertian dalam paham keagamaan

2. Sistem pemerintahan

3. Pan-Islam

4. Kegiatan politik

D.

Pemahaman Pemikiran Modern dalam Islam I 12


DAFTAR PUSTAKA

Amin, Ahmad, Zu'ama al-Islah fi al-Ashr al-Hadits, Cairo: Maktabah al Nahdhah al-
Misriyah, 1979.
Al-Muhafadhah, Ali, Al-Itijahat al-Fikriah inda al-Arab fi Ashri al-Nadhah 1798-1914,
Beirut: Al-Ahaliyah li al-Nasri, 1978.
Al-Shoidi, Abd al-Muta'ali, Al-Mujadiduna fi al-Islam min al-Qorni al-Awwal ila al-
Rabi' Asar, Mesir: Maktabah al-Adab, tt.
Hourani, Albert, Arabic Thought in the Liberal Age, London: Oxfort University Press,
1991.
Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI. Press, 1992.
Muthahhari, Murthada,Gerakan Islam Abad XX, (Terj. M. Hashem), Jakarta: Bunebi
Cipta, 1996.

Pemahaman Pemikiran Modern dalam Islam I 13

Anda mungkin juga menyukai