PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan perjalanan sejarah tercatat bahwa umat Islam sejak abad XVII berada
dalam masa kemunduran. Di masa ini kekuatan militer dan politik umat Islam menurun.
Perdagangan dan ekonomi umat Islam menurun sangat draktis karena monopoli dagang
antara Timur dan Barat hilang dari genggaman tangan mereka. Ilmu pengetahuan di
dunia Islam dalam keadaan stagnasi. Tarekat-tarekat diliputi oleh suasana khurafat dan
bid'ah. Umat Islam dipengaruhi oleh sikap fatalistis. Dunia Islam dalam keadaan
mundur dan statis.
Di samping itu, para penguasa di negara-negara Islam dalam menjalankan roda
pemerintahannya cenderung pada absolutisme "King never does wrong", mereka
memerintah sekehendak hati, korup dan sangat membenci demokrasi. Situasi demikian
diperpuruk lagi oleh penetrasi Barat, terutama Inggris dan Prancis ke dunia Islam.
Cengkraman dan campur tangan Barat terhadap negara-negara Islam kian hari
bertambah kuat.
Pada tahun 1798 M., Napoleon menduduki Mesir, sebagai salah satu pusat Islam
yang terpenting. Jatuhnya pusat Islam ini ke tangan Barat, menginsafkan dunia Islam
akan kelemahannya dan menyadarkan umat Islam bahwa di Barat telah tumbuh
peradaban yang lebih tinggi dari peradaban Islam, dan yang merupakan ancaman bagi
hidup Islam sendiri. 1
Kondisi dunia Islam yang sangat memprihatinkan ini menggugah para raja dan
pemuka-pemuka Islam untuk berpikir dan mencari solusi untuk mengembalikan
perimbangan kekuatan yang telah loyo dan membahayakan bagi Islam. Kontak Islam
dengan Barat sekarang berlainan sekali dengan kontak Islam pada periode klasik. Pada
masa klasik Islam sedang berada pada puncak kejayaan dan Barat dalam masa
kegelapan, namun sekarang Islam dalam kondisi sebaliknya. Maka untuk mencapai
perimbangan kekuatan yang setara dalam berbagai bidang kehidupan, Islam harus
belajar dari Barat. Sebagaimana dulu Barat belajar dari Islam.
Untuk merespon kondisi yang menyedihkan maka timbullah pemikiran-pemikiran
dan pembaharuan di dunia Islam. Para cendekiawan dan para pemuka Islam
1
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1992), hlm. 88-89
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana profil Jamaluddin al-Afghani?
2. Apa yang menjadi sebab-sebab kemunduran umat Islam?
3. Apa saja yang menjadi ide – ide pembaharuan Jamaluddin al-Afghani?
C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui profil Jamaluddin al-Afghani?
2. Mengetahui sebab-sebab kemunduran umat Islam?
3. Mengetahui ide – ide pembaharuan Jamaluddin al-Afghani?
2
Abd al-Muta’ali al-Shoidi, Al Mujadiduna fi al-islam min al-Qarni al-Awwal ila al-Rabi’ Asar, (Mesir:
Muktabah al-Adab, tt)., hlm. 490
3
Ibid
4
Albert Hourani, Arabic Thoght in the Liberal Age. (London: Oxfort University Press, 1991), hlm. 108
5
Murthada Muthahhari, Gerakan Islam Abad XX, (Terj. M. Hashem), (Jakarta: Bunebi Cipta, 1996), hlm. 41-42
6
Ahmad Amin, Zu’ama al-Islah fi al-Ashr al-Hadits, (Kairo: Muktabah al Nahdhah al-Misriyah, 1979), hlm. 72.
7
Ibid
8
Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1992), hlm. 267.
9
Ibid
10
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hlm. 54.
11
Jamil Ahmad, Op.Cit.
Para pembaharu yang mendahului al-Afghani memang ada, namun umat Islam
masih saja berada dalam kemunduran dan statis, tetapi justru kenyataan inilah
merupakan tantangan bagi al-Afghani untuk dapat mengatasinya.
Kemunduran umat Islam menurut al-Afghani bukan karena Islam itu sendiri,
akan tetapi karena umat Islam telah meninggalkan ajaran Islam yang sebenarnya dan
mengikuti ajaran-ajaran yang datang dari luar Islam. Ajaran-ajaran Islam yang
sebenarnya hanya tinggal dalam ucapan dan diatas kertas. Sebagian dari ajaran-ajaran
asing itu dibawa oleh orang-orang yang mempunyai keyakinan yang sesat dan
menyesatkan, sebagian lain dibawa oleh orang-orang yang pura-pura suci, dan sebagian
lain lagi oleh hadis-hadis buatan. Paham kada dan kadar umpamanya, telah dirusak dan
diubah menjadi fatalisme yang membawa umat Islam kepada keadaan statis. Kada dan
kadar sebenarnya mengandung arti bahwa segala sesuatu terjadi menurut ketentuan
sebab musabab.12 Sebab lain adalah adanya salah pengertian maksud sebuah hadis yang
mengatakan bahwa umat Islam akan mengalami kemunduran di akhir zaman. Salah
pengertian ini membuat umat Islam tidak berusaha mengubah nasib.13
Sebab-sebab kemunduran yang bersifat politis ialah perpecahan yang terdapat di
kalangan umat Islam, pemerintahan absolute, mempercayakan pimpinan umat kepada
orang-orang yang tidak dapat dipercaya, mengabaikan pertahanan militer, menyerahkan
administrasi Negara kepada orang-orang yang tidak kompeten dan intervensi asing.14
Lemahnya ukhuwah islamiyah juga merupakan sebab lain bagi kemunduran
umat Islam. Tali persaudaraan telah terputus, bukan hanya terjadi dikalangan orang-
orang awam saja, tetapi terjadi juga di kalangan para ulama dan raja raja Islam.15
Sejalan dengan perkembangan sains dan teknologi di Barat yang dibarengi
keinginan monopoli ekonomi, Barat mulai gencar mengadakan penetrasi ke dunia Islam
yang mengakibatkan umat Islam bertambah lemah.
Peta kehidupan politik dan keagamaan yang sedemikian inilah yang harus
dihadapi dan diatasi oleh al – Afghani dalam mengadakan kegiatan politik dan
pembaharuan.
12
Harun Nasution, Op. Cit., hlm. 55.
13
Ibid
14
Ibid., hlm. 55-56
15
Ibid., hlm. 56
16
Ibid
17
Ibid., hlm. 54-55
18
Ibid., hlm. 55.
19
Albert Hourani, Op. Cit., hlm. 120
20
Ali al- Muhafadhah, Al-Itijahat al-Fikriah inda al-Arab fi Ashri al-Nadhah 1798-1914, (Beirut: Al-Ahaliyah li
al-Nasri, 1978), hlm. 75
21
Harun Nasution, Op. Cit., hlm. 54.
22
Ibid., hlm. 56
23
Ibid
24
Lothrop Stodard, Dunia Baru Islam, Tim Penerjemahan Kepresidenan, 1966, hlm. 63
25
Albert Hourani, Op. Cit., hlm. 117.
26
Ahmad Amin , Op. Cit., hlm. 90.
27
Ali al- Muhafadhah, Op. Cit., hlm. 76.
28
Abd al-Muta’ali al-Shoidi, Op. Cit., hlm. 491.
29
Harun Nasution, Op. Cit., hlm. 51.
30
Abd al-Muta’ali al-Shoidi, Loc. Cit.,
31
Harun Nasution, Loc. Cit.,
32
Ahmad Amin , Op. Cit., hlm. 73.
33
Ibid
34
Harun Nasution, Op. Cit., hlm. 52.
35
Ibid
36
Ibid
Jamaludin al-Afghani dilahirkan pada tahun 1838. Ayahnya bernama sayyid shand
yang dikenal dengan gelar shafdar al-Hussaini. Seorang bangsawan terhormat yang
mempunyai hubungan nasab dengan Husein ibn ali ibn Abi Thalib, Jamaludin al-Afghani
mendapat gelar sayyid.
Pada masa mudanya, ia mempelajari berbagai bidang ilmu keislaman dan ilmu
lainnya. Diantara ilmu yang dipelajarinya ialah filsafat islam, tasawuf dan ilmu syariah
dengan berbagai cabangnya. Keilmuan al-Afghani berpengaruh dalam prosea pembentukan
kepribadiannya sebagai manusia rendah hati, sopan dan suka bekerja keras.
Selain itu al-Afghani fasih berbahasa arab, persia, turki, rushto, prancis, inggris dan
rusia. Kegiatan politik yang dijalankan al-Afghani sebenarnya didasarkan pada ide-ide
pembaharuan dalam islam. Al-Afghani mendapat serangan kanker rahang pada tahun 1896
dan meninggal dunia pada 9 maret 1897. Ia dimakamkan dengan penghormatan besar
dimakam para syaikh Turki dekat Naihan Tash di Istambul.
Kemunduran umat islam menurut al-Afghani bukan karena islam itu sendiri,
namun karena umat islam telah meninggalkan ajaran islam yang sebenarnya dan mengikuti
ajaran-ajaran yang datang dari luar islam.
2. Sistem pemerintahan
3. Pan-Islam
4. Kegiatan politik
D.
Amin, Ahmad, Zu'ama al-Islah fi al-Ashr al-Hadits, Cairo: Maktabah al Nahdhah al-
Misriyah, 1979.
Al-Muhafadhah, Ali, Al-Itijahat al-Fikriah inda al-Arab fi Ashri al-Nadhah 1798-1914,
Beirut: Al-Ahaliyah li al-Nasri, 1978.
Al-Shoidi, Abd al-Muta'ali, Al-Mujadiduna fi al-Islam min al-Qorni al-Awwal ila al-
Rabi' Asar, Mesir: Maktabah al-Adab, tt.
Hourani, Albert, Arabic Thought in the Liberal Age, London: Oxfort University Press,
1991.
Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI. Press, 1992.
Muthahhari, Murthada,Gerakan Islam Abad XX, (Terj. M. Hashem), Jakarta: Bunebi
Cipta, 1996.