Anda di halaman 1dari 27

“MEMAHAMI DAN MEMPRAKTEKKAN ASUHAN KEPERAWATAN

PENANGANAN KASUS PALIATIVE CARE DNGAN KASUS GAGAL


GINJAL KRONIK”

Disusun Oleh :

1. Putri Arum Sari 2019012200


2. Reni Ambarwati 2019012201
3. shofiyatun 2019012209
4. Silfia Istikomah 2019012210

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES CENDIKIA UTAMA KUDUS
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga kami pada akhirnya bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “MEMAHAMI DAN MEMPRAKTEKKAN
ASUHAN KEPERAWATAN PENANGANAN KASUS PALIATIVE CARE DNGAN
KASUS GAGAL GINJAL KRONIK” walaupun ada beberapa hambatan dalam proses
mengerjakannya,tetapi akhirnya kita dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.

Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada Dosen Pembimbing yang selalu memberikan
dukungan serta bimbingannya dalam mengerjakan makalah ini.Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada teman – teman yang telah membantu proses pengerjan baik langsung
maupun tidak langsung sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik

Melalui makalah ini,kita dapat mengetahui tentang apa itu marfokologi yang meliputi
indikasi dan kontraindikasi, macam-macam obat dan fungsinya, beserta, dosis dan efek
sampingnya,serta toxikologi obat.

Pembuatan  makalah ini menggunakan metode kepustakaan,serta  data-data saya peroleh  dari


beberapa  sumber  dan  pemikiran  yang  saya  gabungkan  menjadi  sebuah makalah  yang
semoga dapat bermanfaat  bagi  pembaca.

Kami pun menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih sangat jauh dari kata
sempurna,maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat pisitif untuk
mencapai sempurnanya makalah ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penuis
khususnya dan bagi para pembaca.

Kudus, Oktober 2020


Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PEMBAHASAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP GAGAL GINJAL KRONIS
B. ETIOLOGI
C. TANDA DAN GEJALA
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
E. PENATALAKSANAAN
F. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
BAB III TINJAUAN KASUS
A. KASUS
B. PEMBAHASAN KASUS
C. ANALISA DATA
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
BAB IV PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Non Comunicable Disease (NCD) atau penyakit tidak menular telah

menjadi perhatian khusus dunia terutama World Health Organization (WHO)

karena menjadi penyebab kematian utama dan kecacatan di dunia. Tahun

2008, penyakit dengan waktu yang panjang dan progresifitas yang lambat ini

dilaporkan telah membunuh lebih dari 36 juta orang setiap tahunnya dan 80%

atau 29 juta kematian terjadi pada negara-negara dengan pendapatan rendah

maupun sedang. Kondisi tersebut mendorong WHO membuat suatu strategi

The 2008 -2013 Action Plan for The Global Strategy for The Prevention and

Control of Non Comunicable Disease dengan komponen kunci yakni

surveilan, pencegahan dan pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah

tersebut (WHO, 2013).

Indonesia sebagai negara yang berkembang telah melaporkan bahwa

jumlah kematian akibat NCD lebih besar dibandingkan dengan jumlah

kematian akibat Comunicable Disease (WHO, 2013). Aditama mengatakan

bahwa ancaman tehadap penyakit tidak menular atau NCD seperti jantung,

penyakit yang berkaitan dengan darah, diabetes melitus, penyakit degeneratif,

dan penyakit kronis telah meningkat (Faizal, 2012).


Penyakit kronis yang perkembangan penyakitnya juga perlu mendapatkan

perhatian adalah penyakit gagal ginjal kronis (GGK) yang merupakan

komplikasi dari beberapa NCD seperti hipertensi, diabetes melitus, dan juga

penyakit renal lainnya. Etiologi dari GGK menurut US Renal System tahun

2000 menunjukkan bahwa diabetes melitus dan hipertensi menjadi etiologi

dengan prosentase tinggi yakni 34% dan 21% (US Renal System, 2000 dalam

Price & Wilson, 2006).

Angka kejadian GGK yang dilaporkan dari seluruh dunia rata-rata

menunjukkan trend yang penting dimana kadang melambat, kadang naik dan

dapat stabil (USRDS Annual Report, 2012). National Institut of Diabetes

Melitus and Digestif and Kidney Disease (NIDDK) menyebutkan bahwa

antara 1980 dan 2009, rata-rata prevalensi GGK di US meningkat mendekati

600%, dari 290 kasus menjadi 1.738 kasus per juta penduduk. Jumlah

kematian pasien GGK juga menunjukkan kenaikan dari 10.478 pada tahun

1980 menjadi 90.118 pada tahun 2009 (National Kidney and Urologic

Diseases Information Clearinghouse, 2012).

Indonesia juga merupakan negara dengan tingkat penderita GGK yang

cukup tinggi. PERNEFRI (Persatuan Nefrologi Indonesia) tahun 2011

melaporkan bahwa diperkirakan ada 70 ribu penderita gagal ginjal di

Indonesia, namun yang terdeteksi menderita GGK tahap akhir dan menjalani

hemodialisis hanya sekitar 4-5 ribu saja. Banyak yang telah menjalani terapi

dialisis meninggal dunia karena mahalnya biaya untuk berobat dan proses

dialysis (Fransisca, 2011). Penyakit ginjal kronik menurut Soelaeman


merupakan penyakit yang diderita oleh satu dari 10 orang dewasa.

Indonesian Renal Registry tahun 2008 melaporkan jumlah pasien

hemodialisis (cuci darah) mencapai 2260 orang dari 2148 orang pada tahun

2007 (ANTARA, 2009).

Mengapa pasien gagal ginjal stadium akhir di kaitkan dengan perawatan

palliative care, dikarenakan perawatan paliatif adalah sistem perawatan

terpadu yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup, dengan cara

meringankan nyeri dan penderitaan lain, memberikan dukungan spiritual dan

psikososial mulai saat diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan

terhadap keluarga yang kehilangan/ berduka (WHO, 2005). Perawatan

paliatif ini diberikan untuk penderita penyakit kronis dimulai pada saat

didiagnosis sampai dengan akhir hayat pasien.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konsep Gagal Ginjal Kronik?


2. Bagaimana Konsep Asuhan keperawatan Paltiatif pada kasus Gagal Ginjal
Kronik?
3. Bagaimana Contoh pengaplikasian Kasus Asuhan keperawatan Paltiatif pada
kasus Gagal Ginjal Kronik?
C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti mata kuliah askep paliatif dan mendapatkan

penjelasan tentang penyakit gagal ginjal tahap akhir, mahasiswa mampu

memahami perawatan paliatif pada pasien gagal ginjal kronik stadium

akhir.

2. Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu memahami konsep gagal ginjal kronik.

Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan paltiatif pada kasus

gagal ginjal kronik

Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan asuhan keperawatan

palliative care pada pasien gagal ginjal kronik stadium akhir.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Gagal Ginjal Kronis

1. Pengertian Gagal Ginjal Kronis

Ginjal merupakan salah satu organ yang penting dalam tubuh

manusia. Ginjal melakukan berbagai fungsi yang ditujukan untuk

mempertahankan homeostasis. Ginjal merupakan jalan penting untuk

mengeluarkan berbagai macam zat-zat sisa metabolisme tubuh selain

juga berperan penting dalam mengatur keseimbangan cairan dan

elektrolit (Sherwood, 2001).

Gagal ginjal kronis (GGK) atau End Stage Renal Disease (ESRD)

didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi

secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana

kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan,

dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia

(Smeltzer, 2009). Batas penurunan fungsi ginjal sehingga menimbulkan

gejala adalah sebesar 75-85% dan ketika fungsi ginjal sudah di bawah

25% maka gejala akan muncul dan terlihat jelas (Fransiska, 2011).

End Stage Renal Disease (ESRD) atau gagal ginjal tahap akhir

terjadi ketika nilai GFR (Glomerulus Filtration Rate) kurang dari 15


mL/min. Pada poin tersebut terapi penggantian ginjal (dialisis atau

transplantasi) sangat dianjurkan (Smeltzer, 2009). Gagal ginjal terminal

terjadi apabila 90% fungsi ginjal telah hilang (Sherwood, 2001).

Sumber : Sudoyo,2006 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI

B. Etiologi

1. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis).

2. Penyakit peradangan (glomerulonefritis).

3. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis).

4. Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis

sitemik).

5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis

tubulus ginjal).

6. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme).

7. Nefropati toksik.

8.Nefropati obstruktif (batu saluran kemih).

9.BAK sedikit , warna urine lebih tua , bercampur darah.

Peningkatan ureum atau kreatinin.

(Price & Wilson, 2006)

C. Tanda dan Gejala

a. Kardiovaskuler

a) Hipertensi, gagal jantung kongestif, udema pulmoner, perikarditis.


b) Pitting edema (kaki, tangan, sacrum).
c) Edema periorbital.
d) Friction rub pericardial.
e) Pembesaran vena leher.
B. Dermatologi
a) Warna kulit abu-abu mengkilat.
b) Kulit kering bersisik.
c) Pruritus.
d) Ekimosis.
e) Kuku tipis dan rapuh.
f) Rambut tipis dan kasar.

C. Pulmoner

a) Krekels
b) Sputum kental dan liat
c) Nafas dangkal
d) Pernafasan kussmaul

D. Gastrointestinal

a) Anoreksia, mual, muntah, cegukan


b) Nafas berbau ammonia
c) Ulserasi dan perdarahan mulut
d) Konstipasi dan diare
e) Perdarahan saluran cerna

E. Neurologi

a) Tidak mampu konsentrasi


b) Kelemahan dan keletihan
c) Konfusi/ perubahan tingkat kesadaran
d) Disorientasi
e) Kejang
f) Rasa panas pada telapak kaki
g) Perubahan perilaku

F. Muskuloskeletal

a) Kram otot
b) Kekuatan otot hilang
c) Kelemahan pada tungkai
d) Fraktur tulang
e) Foot drop

D. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium

1). Laboratorium darah

BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi

(Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein

dan immunoglobulin).

2) Pemeriksaan Urin

Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen,

SDM, keton, SDP, TKK/CCT.

b. Pemeriksaan EKG

Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis,

aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia).

c. Pemeriksaan USG

Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan

parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal,

kandung kemih serta prostate.

d. Pemeriksaan Radiologi

Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography,

Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi,

pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos

abdomen.
E. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan terhadap gagal ginjal meliputi :

a. Restriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat.

Obat-obatan: diuretik untuk meningkatkan urinasi; alumunium

hidroksida untuk terapi hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi

hipertensi serta diberi obat yang dapat menstimulasi produksi RBC

seperti epoetin alfa bila terjadi anemia.

b. Dialisis: dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut

yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Perikarditis

memperbaiki abnormalitas biokimia; menyebabkan caiarn, protein dan

natrium dapat dikonsumsi secara bebas; menghilangkan kecendurungan

perdarahan; dan membantu penyembuhan luka. Transplantasi ginjal

(Reeves, Roux, Lockhart, 2001).

c. Penanganan hiperkalemia; Keseimbangan cairan dan elektrolit

merupakan masalah utama pada gagal ginjal akut; hiperkalemia

merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada gangguan ini.

Oleh karena itu pasien dipantau akan adanya hiperkalemia melalui

serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit serum (nilai kalium > 5.5

mEq/L ; SI : 5.5 mmol/L), perubahan EKG (tinggi puncak gelombang T

rendah atau sangat tinggi), dan perubahan status klinis. Pningkatan

kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion pengganti resin

(Natrium polistriren sulfonat [kayexalatel]), secara oral atau melalui

retensi enema.
d. Mempertahankan keseimbangan cairan; Penatalaksanaan

keseimbanagan cairan didasarkan pada berat badan harian, pengukuran

tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang,

tekanan darah dan status klinis pasien. Masukkan dan haluaran oral dan

parentral dari urine, drainase lambung, feses, drainase luka dan

perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi penggantia

cairan.

F. Konsep AsuhanKeperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas

Terdiri dari Nama, No.Rek.Medis, Umur (lebih banyak terjadi

pada usia 30-60 tahun), Agama, Jenis Kelamin (pria lebih beresiko

daripada wanita), Pekerjaan, Status perkawinan, Alamat, Tanggal

masuk, Yang mengirim, Cara masuk RS, dan Diagnosa medis dan

nama Identitas Penanggung Jawab meliputi : Nama, Umur, Hub

dengan pasien, Pekerjaan dan Alamat

b. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan utama

Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan oleh klien

sebelum masuk ke rumah sakit. Pada klien dengan gagal ginjal

kronik biasanya didapatkan keluhan utama yang bervariasi, mulai

dari urine keluar sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai

penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual,


muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas bau (ureum), dan

gatal pada kulit (Muttaqin, 2011).

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Biasanya klien mengalami penurunan frekuensi urine, penurunan

kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya

perubahan kulit, adanya nafas berbau amoniak, rasa sakit kepala,

nyeri panggul, penglihatan kabur, perasaan tak berdaya dan

perubahan pemenuhan nutrisi(Muttaqin, 2011).

3. Riwayat Kesehatan Dahulu

Biasanya klien berkemungkinan mempunyai riwayat penyakit

gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung,

penggunaan obat-obat nefrotoksik, penyakit batu saluran kemih,

infeksi system perkemihan yang berulang, penyakit diabetes

mellitus, dan hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi

predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat

pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi

terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan(Muttaqin, 2011).

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Biasanya klien mempunyai anggota keluarga yang pernah

menderita penyakit yang sama dengan klien yaitu gagal ginjal

kronik, maupun penyakit diabetes mellitus dan hipertensi yang

bisa menjadi factor pencetus terjadinya penyakit gagal

ginjal kronik.

C. Pola Persepsi Dan Penanganan Kesehatan


Persepsi terhadap penyakit Biasanya persepsi klien dengan penyakit

ginjal kronik mengalami kecemasan yang tinggi. Biasanya klien

mempunyai kebiasaan merokok, alkohol dan obat-obatan dalam

kesehari-hariannya.

1. Pola Nutrisi/Metabolisme

a. Pola Makan

Biasanya terjadi peningkatan berat badan cepat (edema),

penurunan berat badan (malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual

dan muntah.

b. Pola Minum

Biasanya klien minum kurang dari kebutuhan tubuh akibat

rasa metalik tak sedap pada mulut (pernapasan ammonia).

c. Pola Eliminasi

*Buang Air Besar

Biasanya abdomen kembung, diare atau konstipasi.

* Buang Air Kecil

Biasanya terjadi penurunan frekuensi urine <400ml/hari

sampai anuria, warna urine keruh atau berwarna coklat, merah dan

kuning pekat.
C. Pola Aktivitas /Latihan

Biasanya kemampuan perawatan diri dan kebersihan diri terganggu

dan biasanya membutuhkan pertolongan atau bantuan orang lain.

Biasanya klien kesulitan menentukan kondisi, contohnya tidak

mampu bekerja dan mempertahankan fungsi peran dalam keluarga.

D. Pola Istirahat Tidur

Biasanya klien mengalami gangguan tidur , gelisah karena adanya

nyeri panggul, sakit kepala dan kram otot/kaki ( memburuk pada

malam hari).

E. Pola Kognitif –Persepsi

Biasanya tingkat ansietas pasien mengalami penyakit ginjal kronik ini

pada tingkat asietas sedang sampai berat.

F. Pola Peran Hubungan

Biasanya klien tidak bisa menjalankan peran atau tugasnya sehari-hari

karena perawatan yang lama.

G. Pola Seksualitas/Reproduksi

Biasanya terdapat masalah Seksual berhubungan dengan penyakit

yang di derita.

H. Pola Persepsi Diri/ Konsep Diri

Body image/gambaran diri

Biasanya mengalami perubahan ukuran fisik, fungsi alat tubuh

terganggu, keluhan karena kondisi tubuh, pernah operasi,


kegagalan fungsi tubuh, prosedur pengobatan yang mengubah

fungsi alat tubuh

2) Role/peran

Biasanya mengalami perubahan peran karena penyakit yang

diderita

3) Identity/identitas diri

Biasanya mengalami kurang percaya diri, merasa terkekang, tidak

mampu menerima perubahan, merasa kurang memiliki potensi

4) Self esteem/harga diri

Biasanya mengalami rasa bersalah, menyangkal kepuasan diri,

mengecilkan diri, keluhan fisik

5) Self ideal/ideal diri

Biasanya mengalami masa depan suram, terserah pada nasib,

merasa tidak memiliki kemampuan, tidak memiliki harapan,

merasa tidak berdaya

I. Pola Koping-Toleransi Stres

Biasanya klien mengalami factor stress contoh financial, hubungan

dan sebabnya, perasaan tidak berdaya, tidak ada harapan, tidak ada

kekuatan, menolak, ansietas, takut,marah, mudah tersinggung,

perubahan kepribadian dan perilaku serta perubahan proses kognitif.

J. Pola Keyakinan Nilai

Biasanya tidak terjadi gangguan pola tata nilai dan kepercayaan.


2. Pemeriksaan Fisik

A. Keadaan Umum dan TTV

Keadaan umum klien lemah, letih dan terlihat sakit berat

Tingkat kesadaran klien menurun sesuai dengan tingkat uremia

dimana dapat mempengaruhi sistem saraf pusat.

TTV : RR meningkat, tekanan darah didapati adanya hipertensi.

a. Kepala

*Rambut : Biasanya klien berambut tipis dan kasar, klien sering

sakit kepala, kuku rapuh dan tipis.

* Wajah : Biasanya klien berwajah pucat

* Mata : Biasanya mata klien memerah, penglihatan kabur,

konjungtiva anemis, dan sclera tidak ikterik.

* Hidung : Biasanya tidak ada pembengkakkan polip dan klien

bernafas pendek dan kusmaul

* Bibir : Biasanya terdapat peradangan mukosa mulut, ulserasi

gusi, perdarahan gusi, dan napas berbau

* Gigi: Biasanya tidak terdapat karies pada gigi.

* Lidah : Biasanya tidak terjadi perdarahan

* Leher : Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tyroid atau

kelenjar getah bening

b. Dada / Thorak

Inspeksi : Biasanya klien dengan napas pendek, pernapasan

kussmaul (cepat/dalam)
Palpasi : Biasanya fremitus kiri dan kanan

Perkusi : Biasanya Sonor

Auskultasi : Biasanya vesicular

c. Jantung

Inspeksi : Biasanya ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Biasanya ictus Cordis teraba di ruang inter costal 2 linea

deksta sinistra

Perkusi : Biasanya ada nyeri

Auskultasi : Biasanya terdapat irama jantung yang cepat

d. Perut / Abdomen

Inspeksi :Biasanya terjadi distensi abdomen, acites atau

penumpukan cairan, klien tampak mual dan muntah

Auskultasi : Biasanya bising usus normal, berkisar antara 5-35

kali/menit

Palpasi : Biasanya acites, nyeri tekan pada bagian pinggang, dan

adanya pembesaran hepar pada stadium akhir.

Perkusi : Biasanya terdengar pekak karena terjadinya acites.

e. Genitourinaria

Biasanya terjadi penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria,

distensi abdomen, diare atau konstipasi, perubahan warna urine

menjadi kuning pekat, merah, coklat dan berawan.


f. Ekstremitas

Biasanya didapatkan adanya nyeri panggul, odema pada

ektremitas, kram otot, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada

telapak kaki,keterbatasan gerak sendi.

g. Sistem Integumen

Biasanya warna kulit abu-abu, kulit gatal, kering dan bersisik,

adanya area ekimosis pada kulit.

h. Sistem Neurologi

Biasanya terjadi gangguan status mental seperti penurunan lapang

perhatian, ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori,

penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral,seperti perubahan

proses fikir dan disorientasi. Klien sering didapati kejang, dan

adanya neuropati perifer.

(Sumber : Muttaqin, 2011)

3. Pemeriksaan Penunjang

A. Urine

Volume : kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine tidak ada

(anuria)
Warna : biasanya didapati urine keruh disebabkan oleh pus, bakteri,

lemak, partikel koloid, fosfat atau urat.

Berat jenis : kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan

kerusakan ginjal berat).

Osmolalitas : kurang dari 350 m0sm/kg (menunjukkan kerusakan

tubular)

Klirens Kreatinin : agak sedikit menurun.

Natrium : lebih dari 40 mEq/L, karena ginjal tidak mampu

mereabsorpsi natrium.

Proteinuri : terjadi peningkatan protein dalam urine (3-4+)

B. Darah

Kadar ureum dalam darah (BUN) : meningkat dari normal.

Kreatinin : meningkat sampai 10 mg/dl (Normal : 0,5-1,5 mg/dl).

Hitung darah lengkap

Ht : menurun akibat anemia

Hb : biasanya kurang dari 7-8 g/dl

Ultrasono Ginjal : menetukan ukuran ginjal dan adanya massa,

kista,obstruksi pada saluran kemih bagian atas.

Pielogram retrograde : menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan

ureter.

Endoskopi ginjal : untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu,

hematuria dan pengangkatan tumor selektif.

Elektrokardiogram (EKG): mungkin abnormal menunjukkan

ketidakseimbangan elektrolit dan asam/basa.


Menghitung laju filtrasi glomerulus : normalnya lebih kurang

125ml/menit, 1 jam dibentuk 7,5 liter, 1 hari dibentuk 180 liter

2. Diagnosa Keperawatan

Setelah dilakukan pengkajian, data-data yang didapatkan dalam

pengkajian tersebut dianalisa dan dapat ditegakkan diagnose

keperawatannya sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi klien, maka,

Kemungkinan diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan gagal

ginjal kronik yaitu (NANDA, 2013):

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan

ketidakseimbangan cairan dan elketrolit, gangguan frekuensi,

irama, konduksi jantung, akumulasi/penumpukkan urea

toksin,klasifikasi jaringan lunak.

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan

hiperventilasi.

3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan udem sekunder,

gangguan filtrasi glomerulus.

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC dan Aktivitas K

1 Ketidakefektifan pola nafas a. Respiratory status ventilati Airway Managemen


on 1. Atur posisi yang n
b. Respiratory status: Airwa ler
y patency 2. Kaji faktor penyeb
c. Vital sign status 3. Memonitor tanda
Indikator 4. Ciptakan lingkung
a. Tidak sesak napas lagi njung
b. Pernafasan kembali norm 5. Monitor frekuensi
al 16-24 x/menit 6. Pantau laboratoriu
c. menunjukkan jalan nafas an
yang paten 7. Berikan terapi O2
d. tanda vital dalam rentang masker sesuai indi
normal

2 Ketidakefektifan perfusi jaringan a. Circulation status Peripheral Sensation

perifer
b. Tissue perfusion : cerebr 1. Kaji secara konpr

al rifer, edema, kapil


Indikator : 2. Monitor suhu, war
- 3. Evaluasi nadi peri
Tekanan systole dan diastole 4. Ubah posisi klien
dalam rentang nomal 5. Monitor status cai
- CRT < dari 2 detik 6. Dorong latihan RO
- Suhu kulit hangat 7. Diskusikan menge

warna kulit normal


tidak ada edema perifer
3 Kelebihan volume cairan a. Electrolit and acid base ba Fluid Management
lance
1. Kaji adanya edema
b. Fluid balance
edema
c. hydration
2. Istirahatkan / anjurk

Indikator : saat edema masih te


- Edema berkurang 3. Monitor vital sign
- Keseimbangan antara inpu 4. Ukur intake dan ou
t dan output 5. pasang kateter urine
4. Implemetasi Keperawatan

Implementasi merupakan langkah keempat dalam tahap proses

keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi kesehatan (tindakan

keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan

keperawatan.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan

dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana

keperawatan.

IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Laporan ini berisi tentang Palliative Care pada penderita gagal ginjal kronik.

Diharapkan perawat dapat mengetahui lebih lagi mengenai Palliative Care dan

cara penanganan pada pasien penderita gagal ginjal kronik, tidak hanya

tindakan medis tetapi penanganan pada psikis penderita (Meningkatkan

kualitas hidup penderita) dan keluarga dan dapat melakukan komunikasi

terapeutik.

4.2 Saran

Bagi pembaca diharapkan makalah ini dapat memberi informasi dan

pengetahuan tentang penyakit Gagal Ginjal Kronis serta dapat menjadi

pemicu untuk melakukan tindakan pencegahan dini terhadap Penyakit

Gagal Ginjal Kronis.

Bagi petugas perawatan diharapkan makalah ini dapat menjadi informasi

tambahan mengenai penyakit Gagal Ginjal Kronis sehingga dapat

memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan dapat menjadi sarana

informasi bagi klien/ masyarakat dalam memberikan pendidikan

kesehatan.
Bagi institusi pendidikan diharapkan dapat ikut serta untuk melakukan promosi

kesehatan atau penyuluhan tentang Penyakit Gagal Ginjal Kronis kepada

masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

ANTARA. 36 Juta Warga Dunia Meninggal Gagal Ginjal.


http://www.antarasumut.com/36-juta-warga-dunia-meninggal-gagal-ginjal . 2009.
diakses pada tanggal 14 Februari 2017.

Faizal, Elly Burhaini. Noncommunicable Diseases Top Priority in Health Agenda.


http://www.thejakartapost.com/news/2012/01/09/noncommunicable-diseases-top-
priority-health-agenda.html . 2012. diakses pada tanggal 14 Februari 2017

Fransiska, Kristina. Waspadalah 24 Penyebab Ginjal Rusak. Jakarta : Penerbit


Cerdas Sehat. 2011

Muttaqin dan Sari. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.


Salemba Medika, Jakarta.

National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse. Kidney


Disease Statistic for The United States. NIH Publication. 26 November 2012

Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-


Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC. 2006

Sherwood, Lauralle. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta : EGC.
2001
Smeltzer, Suzanne C. Dkk. Brunner & Suddart Textbook of medical-suirgical
Nursing : Eleventh Edition. USA : Lipincott williams & Wilkins.2009

Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2006

USRDS Annual Data Report : Atlas of End Stage Renal Disease in United Stated
Volume 2 tahun 2012

WHO Indonesia. NCD Country Profile 2013.


http://www.who.int/nmh/countries/idnen.pdf. 2013. diakses pada tanggal 14
Februari 2017

Anda mungkin juga menyukai