Anda di halaman 1dari 105

EVALUASI HASIL PERAWATAN ORTODONTI

SETELAH PEMASANGAN RETAINER PADA


PASIEN MALOKLUSI KLAS I TANPA
PENCABUTAN DI KLINIK PPDGS
ORTODONTI RSGM FKG USU

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi


syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

ISTARIA ISKANDAR
NIM : 140600190

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2018

Universitas Sumatera Utara


Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ortodonsia
Tahun 2018

Istaria Iskandar
Evaluasi Hasil Perawatan Ortodonti Setelah Pemasangan Retainer pada Pasien
Maloklusi Klas I Tanpa Pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU
x + 64 halaman
Hasil perawatan ortodonti cenderung kembali ke posisi semula (relapse) dan
dapat dicegah dengan penggunaan retainer. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui (1) lama pemakaian retainer, (2) perubahan hasil perawatan ortodonti
setelah pemasangan retainer pada kasus maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik
PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU. Penelitian ini dilakukan pada 19 orang pasien
(17 perempuan dan 2 laki-laki) maloklusi Klas I tanpa pencabutan. Sampel yang
memenuhi kriteria inklusi akan di recall, dilakukan wawancara terstruktur, dan
pencetakan pada kedua rahang. Pengukuran dilakukan pada model studi pasien
maloklusi Klas I tanpa pencabutan setelah perawatan ortodonti selesai dan model
studi pasien yang sama setelah pemasangan retainer. Hasilnya yaitu sebanyak 10
orang memakai retainer selama 1-3 bulan, 4-6 bulan sebanyak 6 orang, dan > 6 bulan
sebanyak 3 orang, terdapat pertambahan Irregularity index pada rahang atas sebesar
0,85 ± 0,33 mm dan 0,86 ± 0,49 mm pada rahang bawah, pengurangan lebar
interkaninus pada rahang atas sebesar 0,58 ± 1,30 dan 0,59 ±0,85 mm pada rahang
bawah, pengurangan lebar intermolar pada rahang atas sebesar 0,14 ± 1,24 mm dan
0,29 ± 0,46 mm pada rahang bawah, pengurangan panjang lengkung pada rahang
atas sebesar 1,75 ± 2,75 mm dan 2,10 ± 1,26 mm pada rahang bawah, pertambahan
overjet sebesar 0,38 ± 0,58 mm, dan pertambahan overbite sebesar 0,56 ± 0,80 mm.
Kesimpulannya adalah terdapat perubahan yang signifikan dari hasil perawatan
ortodonti ditinjau dari pengukuran Irregularity index pada rahang atas dan rahang
bawah, lebar interkaninus pada rahang bawah, lebar intermolar pada rahang bawah,
panjang lengkung rahang atas dan rahang bawah, overjet, dan overbite setelah

Universitas Sumatera Utara


pemasangan retainer pada kasus maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS
Ortodonti RSGM FKG USU.
Daftar rujukan: 53 (2005 – 2017).

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan


di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 25 Juli 2018

Pembimbing Tanda Tangan

Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort.(K).


NIDK. 8817140017 ............................

Universitas Sumatera Utara


TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji


pada tanggal 25 Juli 2018

TIM PENGUJI

KETUA : Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort.(K).

ANGGOTA : 1. Siti Bahirrah, drg., Sp.Ort.(K).


2. Erliera,drg., Sp.Ort.(K).

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Evaluasi Hasil Perawatan Ortodonti Setelah Pemasangan Retainer pada Pasien
Maloklusi Klas I Tanpa Pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU”
untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kedokteran Gigi dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Ichsan Iskandar,
Ibunda Irawati Nasution, dan Kakanda dr. Ika Rafika Iskandar atas segala kasih
sayang, doa, dan dukungan serta segala bantuan baik berupa moril maupun materil
yang tidak akan terbalas oleh penulis. Selain itu, Dalam penulisan skripsi ini, penulis
mendapat banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan
segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa
terima kasih kepada :
1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG.(K). selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort.(K). selaku Kepala Departemen Ortodonti
Fakultas Kedokteran Gigi Sumatera Utara.
3. Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort.(K). selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan kesabaran untuk membimbing,
mengarahkan, dan memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan semaksimal mungkin.
4. Siti Bahirrah, drg., Sp.Ort.(K). dan Erliera, drg., Sp.Ort.(K). selaku dosen
penguji skripsi yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran serta masukan
sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

iv
Universitas Sumatera Utara
5. Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM. selaku penasehat akademik yang telah
memberikan nasihat, motivasi dan dukungan selama penulis menjalankan pendidikan
di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
6. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara yang telah membimbing dan memberikan ilmunya kepada penulis selama masa
pendidikan.
7. Pegawai Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara atas motivasi dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini hingga
selesai.
8. Ibu Maya selaku dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat bidang
Statistik yang telah banyak membantu dalam penyempurnaan hasil penelitian ini.
9. Sahabat-sahabat tersayang Erlinda, Nabila, Dina, Tiara, Miftah, Karisha,
Intan, Cut, Lady atas segala bantuan, perhatian, dukungan, dan dorongan semangat
yang diberikan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.
10. Teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Ortodonsia FKG
USU, yaitu Bintang Serdalina, Amelia Sihotang, dkk.
11. Semua teman-teman Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara terutama angkatan 2014.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam pengantar
ini.
Akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan semoga skripsi
ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan
ilmu dan masyarakat.

Medan, 25 Juli 2018


Penulis,

(Istaria Iskandar)
NIM: 140600190

v
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ............................................................

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................. 3
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................ 3
1.4 Hipotesis Penelitian .................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
1.5.1 Manfaat Teoritis .......................................................................... 4
1.5.2 Manfaat Praktis ........................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Klasifikasi Maloklusi .................................................................. 5
2.2. Perawatan Ortodonti pada Maloklusi Klas I ............................... 6
2.3. Relapse ........................................................................................ 7
2.3.1. Definisi Relapse .......................................................................... 7
2.3.2. Etiologi Terjadinya Relapse........................................................ 7
2.3.3. Pencegahan Terjadinya Relapse ................................................. 9
2.4. Retainer ....................................................................................... 9
2.4.1. Tipe-tipe Retainer ....................................................................... 9
2.4.1.1. Removable Retainer .................................................................... 9

vi
Universitas Sumatera Utara
2.4.1.2. Fixed Retainer............................................................................. 12
2.4.2. Jangka Waktu Penggunaan Retainer........................................... 12
2.4.3. Cara Pemakaian Retainer ............................................................ 13
2.4.4. Evaluasi Pemakaian Retainer...................................................... 13
2.5. Evaluasi Hasil Perawatan Ortodonti ........................................... 14
2.6. Kerangka Teori ........................................................................... 18
2.7. Kerangka Konsep ........................................................................ 19

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN


3.1. Jenis Penelitian .............................................................................. 20
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................... 20
3.2.1. Lokasi Penelitian ........................................................................... 20
3.2.2. Waktu Penelitian ........................................................................... 20
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 20
3.3.1. Populasi Penelitian ........................................................................ 20
3.3.2. Sampel Penelitian .......................................................................... 20
3.3.3. Besar Sampel ................................................................................. 21
3.3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ......................................................... 21
3.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................... 22
3.4.1. Variabel Penelitian ........................................................................ 22
3.4.2. Definisi Operasional ...................................................................... 23
3.5. Alat dan Bahan Penelitian ............................................................. 27
3.5.1. Alat Penelitian ............................................................................... 27
3.5.2. Bahan Penelitian ............................................................................ 28
3.6. Prosedur Penelitian ........................................................................ 29
3.7. Alur Penelitian............................................................................... 31
3.8. Pengolahan dan Analisis Data ....................................................... 32
3.8.1. Pengolahan Data ............................................................................ 32
3.8.2. Analisis Data ................................................................................. 32
3.9. Etika Penelitian ............................................................................. 32

BAB 4 HASIL PENELITIAN ......................................................................... 33

BAB 5 PEMBAHASAN .................................................................................. 46

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 60

LAMPIRAN

vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Distribusi lama pemakaian retainer setelah dipasangkan


pada kasus maloklusi Klas I tanpa pencabutan .................................... 33
2. Hasil pengukuran Irregularity index setelah pemasangan retainer
pada kasus maloklusi Klas I tanpa pencabutan .................................... 34
3. Hasil pengukuran lebar interkaninus setelah pemasangan retainer
pada kasus maloklusi Klas I tanpa pencabutan .................................... 35
4. Hasil pengukuran lebar intermolar setelah pemasangan retainer
pada kasus maloklusi Klas I tanpa pencabutan .................................... 36
5. Hasil pengukuran panjang lengkung setelah pemasangan retainer
pada kasus maloklusi Klas I tanpa pencabutan .................................... 37
6. Hasil pengukuran overjet setelah pemasangan retainer
pada kasus maloklusi Klas I tanpa pencabutan .................................... 38
7. Hasil pengukuran overbite setelah pemasangan retainer
pada kasus maloklusi Klas I tanpa pencabutan .................................... 39
8. Hasil pengukuran pada pemakaian retainer selama 1-3 bulan
pada kasus maloklusi Klas I tanpa pencabutan .................................... 40
9. Hasil pengukuran pada pemakaian retainer selama 4-6 bulan
pada kasus maloklusi Klas I tanpa pencabutan .................................... 42
10. Hasil pengukuran pada pemakaian retainer selama > 6 bulan
pada kasus maloklusi Klas I tanpa pencabutan .................................... 44

viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pola Klas I, II, III skeletal .................................................................... 6


2. Hawley retainer pada rahang atas dan rahang bawah .......................... 10
3. Vacuum-Formed Retainer (VFR) ........................................................ 11
4. Removable Wraparound retainer ......................................................... 11
5. Irregularity index ................................................................................. 15
6. Lebar interkaninus, lebar intermolar, dan panjang lengkung ............... 16
7. ABO measuring gauge ......................................................................... 17
8. Alat yang digunakan dalam penelitian ................................................. 28

ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Data riwayat hidup peneliti


2. Lembar penjelasan kepada subjek penelitian
3. Lembar persetujuan setelah penjelasan (Informed consent)
4. Kuesioner penelitian
5. Jadwal pelaksanaan penelitian
6. Rincian biaya penelitian
7. Lama pemakaian retainer pada pasien dengan kasus maloklusi Klas I tanpa
pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU
8. Data hasil pengukuran setelah pemasangan retainer pada kasus maloklusi Klas
I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti
RSGM FKG USU
9. Uji normalitas setelah pemasangan retainer pada kasus maloklusi Klas I tanpa
pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti
RSGM FKG USU
10. Hasil perhitungan statistik pada kasus maloklusi Klas I tanpa pencabutan
di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU
11. Persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan

x
Universitas Sumatera Utara
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hasil dari perawatan ortodonti memiliki kecenderungan untuk kembali ke
posisi semula atau dikenal dengan istilah relapse.1-4 Hal ini dapat disebabkan oleh
kegagalan dalam menghilangkan penyebab maloklusi, perubahan yang berhubungan
dengan masa pertumbuhan dan masa penuaan, maturasi gigi, serta perubahan akibat
ketidakstabilan oklusi yang dihasilkan dari perawatan ortodonti.4,5 Little dalam
penelitiannya menemukan bahwa kesuksesan dalam menjaga susunan gigi yang
memuaskan kurang dari 30% dari berbagai terapi yang telah dicapai.4 Sedangkan
Thilander mendapatkan hasil yaitu 40-90% dari pasien yang telah melakukan
perawatan ortodonti mempunyai susunan gigi yang tidak sesuai setelah 10 tahun
perawatan selesai.6
Beberapa peneliti telah menyatakan bahwa perawatan ortodonti dapat
mengakibatkan terjadinya perubahan lebar interkaninus dan intermolar yang dapat
mempengaruhi stabilitas perawatan ortodonti dalam jangka panjang.7-9 Hal ini
disebabkan oleh ketidakseimbangan struktural dan ketidakstabilan gigi pada posisi
yang baru akibat perubahan lengkung setelah dilakukan perawatan ortodonti. Selain
itu, lebar interkaninus dan intermolar cenderung kembali ke posisi semula, sehingga
akan menimbulkan kesulitan untuk mempertahankan gigi pada posisi yang baru.9
Erdinc, Nanda, dan Isiksal mengevaluasi stabilitas jangka panjang dari gigi insisivus
yang berjejal dengan atau tanpa pencabutan gigi premolar. Hasil yang didapatkan
yaitu terdapat pergeseran gigi pada kelompok pencabutan sebesar 0,19 mm dan
kelompok tanpa pencabutan sebesar 0,12 mm.10
Salah satu cara untuk mencegah terjadinya relapse yaitu dengan penggunaan
retainer.1-4,11-13 Hal ini dibuktikan oleh Little, Riedel dan Artun. Mereka
menyimpulkan bahwa satu-satunya cara untuk menjaga susunan gigi yang
memuaskan setelah perawatan ortodonti selesai yaitu dengan penggunaan retainer

Universitas Sumatera Utara


2

cekat ataupun retainer lepasan. Pada jangka waktu 10 sampai 20 tahun setelah
perawatan selesai dilakukan, peningkatan kemungkinan untuk terjadinya gigi berjejal
berkurang.14 Kooperatif pasien dalam menggunakan retainer sangat diperlukan,
karena jaringan lunak mulut membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan
posisi gigi yang baru setelah perawatan ortodonti selesai.15 Kouguchi dkk.,
membuktikan bahwa, sekitar 60-70% pasien sudah lupa tentang pentingnya
menggunakan alat pada masa retensi setelah perawatan ortodonti selesai.16
Terdapat beberapa penelitian yang telah mengevaluasi hasil perawatan
ortodonti setelah penggunaan retainer. Salah satunya yaitu Kujipers dkk., yang
melakukan penelitian pada 222 subjek dalam jangka waktu 5 tahun setelah
penggunaan retainer, mereka mendapatkan hasil yaitu irregularity index berkurang
secara signifikan dari sebelum dilakukan perawatan sampai akhir dari perawatan.17
Sedangkan Lyotard, Hans, Nelson dan Valiathan, yang meneliti dengan
menggunakan sampel 14 laki-laki dan 16 perempuan, dengan rata-rata umur 15,2 dan
16,4 tahun, mendapatkan hasil yaitu terdapat perubahan yang signifikan secara
statistik setelah 4 minggu pelepasan piranti ortodonti pada lebar interkaninus rahang
bawah, lebar intermolar rahang bawah, gigi berjejal pada rahang atas, dan overbite.18
Banyak penelitian yang telah menunjukkan bahwa susunan gigi dapat kembali
ke posisi awal dari maloklusi ataupun mengalami perubahan setelah perawatan
ortodonti dilepas jika tidak menggunakan retainer. Maka berdasarkan uraian di atas,
peneliti tertarik untuk meneliti tentang hasil perawatan ortodonti setelah pemasangan
retainer pada kasus maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti
RSGM FKG USU.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalah dari penelitian ini:
1. Berapakah lama pemakaian retainer setelah dipasangkan pada kasus
maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU.

Universitas Sumatera Utara


3

2. Bagaimanakah hasil perawatan ortodonti setelah pemasangan retainer


pada kasus maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM
FKG USU (Irregularity index, lebar interkaninus, lebar intermolar, panjang
lengkung, overjet, dan overbite).

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui lama pemakaian retainer setelah dipasangkan pada
kasus maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG
USU.
2. Untuk mengetahui perubahan hasil perawatan ortodonti setelah
pemasangan retainer pada kasus maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS
Ortodonti RSGM FKG USU.

1.3.2 Tujuan Khusus


Untuk mengetahui perubahan hasil perawatan ortodonti setelah pemasangan
retainer pada kasus maloklusi Klas I tanpa pencabutan pada rahang atas dan rahang
bawah pasien (Irregularity index, lebar interkaninus, lebar intermolar, panjang
lengkung, overjet, dan overbite).

1.4 Hipotesis Penelitian


Hipotesis dari penelitian ini yaitu:
Tidak terdapat perubahan hasil perawatan ortodonti setelah pemasangan
retainer pada kasus maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti
RSGM FKG USU.

Universitas Sumatera Utara


4

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Memberikan sumbangan yang berguna bila dikaitkan dengan
pengembangan ilmu pengetahuan dan penerapannya, khususnya kepada mahasiswa
dan dokter gigi mengenai hasil perawatan ortodonti setelah pemasangan retainer
pada kasus maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM
FKG USU.
2. Dapat menjadi salah satu acuan untuk mengadakan penelitian-penelitian
selanjutnya.

1.5.2 Manfaat Praktis


1. Mengetahui hasil perawatan ortodonti setelah pemasangan retainer pada
kasus maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG
USU.
2. Dapat menjadi acuan bagi klinisi dalam menginstruksikan kepada pasien
mengenai pentingnya penggunaan retainer setelah perawatan ortodonti cekat dilepas.

Universitas Sumatera Utara


5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Maloklusi


Maloklusi adalah setiap penyimpangan dari oklusi normal atau ideal, tetapi
bukan suatu penyakit dan dianggap sebagai varian dari normal.19 Maloklusi dapat
dibagi secara luas menjadi tiga jenis, yaitu malposisi individual gigi, malrelasi
lengkung rahang atau bagian dentoalveolar, dan hubungan skeletal yang tidak
sesuai.20
Salzmann mengklasifikasikan maloklusi berdasarkan struktur skeletal menjadi
3 klas, yaitu: 20,21
a. Klas I (2º ± 2º)21
Maloklusi yang murni terjadi pada gigi dengan tulang wajah dan rahang berada
pada posisi harmonis. Klas I skeletal dibagi lagi menurut maloklusi gigi yang ada,
yaitu divisi 1 malrelasi lokal dari gigi insisivus, kaninus dan premolar; divisi 2
protrusi gigi insisivus rahang atas; divisi 3 gigi insisivus rahang atas yang
linguoversi; dan divisi 4 protrusi bimaksila.20
b. Klas II (ANB > 4º)21
Maloklusi dengan perkembangan rahang bawah lebih ke distal dalam
hubungannya dengan rahang atas. Klas II dibagi menjadi 2 divisi berdasarkan hal
yang paling sering dijumpai dalam kondisi rahang bawah yang ditempatkan pada
posisi retruded, yaitu divisi 1 lengkung gigi rahang atas lebih sempit dengan kondisi
gigi berjejal pada regio kaninus, crossbite mungkin terjadi, serta tinggi vertikal wajah
menurun, gigi anterior pada rahang atas protrusi dan profil retrognasi; divisi 2 gigi
insisivus rahang atas inklinasi ke arah lingual, gigi insisivus lateral normal atau
labioversi.20

Universitas Sumatera Utara


6

c. Klas III (ANB < 0º)21


Terdapat pertumbuhan yang berlebihan pada rahang bawah dengan sudut
mandibula yang tumpul. Profil pada maloklusi skeletal Klas III adalah prognasi pada
mandibula.20

a b c

Gambar 1. (a) Klas I skeletal, (b) Klas II skeletal, (c) Klas III skeletal20

2.2 Perawatan Ortodonti pada Maloklusi Klas I


Perawatan ortodonti dilakukan untuk penatalaksanaan maloklusi yang
mengembalikan oklusi normal ataupun oklusi ideal yang stabil secara morfologi,
estetis, dan dapat berfungsi secara normal.19,20,22,23 Perawatan maloklusi Klas I dapat
dilakukan dengan atau tanpa pencabutan gigi. Terdapat dua alasan utama
dilakukannya pencabutan, yaitu menyediakan ruangan untuk memperbaiki susunan
gigi yang tersisa pada kasus gigi berjejal, dan memungkinkan terjadinya pergerakan
gigi untuk menyamarkan kasus skeletal Klas II dan Klas III.24 Selain itu, pencabutan
dibutuhkan pada kasus crowding ≥ 10 mm dan tanpa pencabutan pada kasus
crowding < 4 mm.25 Pada perawatan tanpa pencabutan, terdapat beberapa alternatif
perawatan yang dapat dilakukan yaitu mengembalikan posisi gigi yang tidak sesuai
(rotasi) untuk mencapai oklusi yang normal, distalisasi molar, pengurangan bagian
interproksimal dengan cara melakukan pengikisan enamel pada mesial dan distal

Universitas Sumatera Utara


7

gigi, memprotusifkan gigi insisivus yang masih dapat diterima secara klinis, dan
melebarkan lengkung rahang (dalam arah transversal).24,26,27

2.3. Relapse
2.3.1. Definisi Relapse
Terdapat dua perubahan yang terjadi setelah perawatan ortodonti dilepas, yaitu
settling dan relapse. Settling (penyesuaian) yaitu proses saat gigi berusaha untuk
tetap pada posisinya atau bergeser sedikit untuk mencapai kontak interoklusal yang
stabil secara fungsional setelah perawatan ortodonti.11,28 Sedangkan relapse yaitu
proses dimana gigi dan rahang kembali ke posisi maloklusi semula.1-4,13,28
Menurut British Standard Institute, relapse adalah kembali ke posisi semula,
kembali ke bentuk maloklusi semula, setelah dilakukan perawatan.1,5,29 Menurut
Joondeph dan Riedel, relapse adalah kecenderungan gigi untuk kembali ke posisi
sebelum dilakukan perawatan.14 Menurut Moyers, relapse adalah suatu keadaan
hilangnya koreksi yang telah dicapai dalam perawatan ortodonti.5

2.3.2. Etiologi Terjadinya Relapse


a. Faktor periodontal dan gingiva
Ketika gigi bergerak, jaringan ligamen periodontal dan gingiva berubah ke
posisi yang baru. Setelah perawatan ortodonti dilepas, serabut periodonsium utama
membutuhkan waktu 3-4 bulan, serabut gingiva membutuhkan waktu 4-6 bulan, dan
serabut transeptal membutuhkan waktu 1 tahun untuk mengatur ulang susunannya
(reorganisasi) di bawah beban pengunyahan normal. Selama jaringan tersebut
mengalami perubahan, gigi memiliki kecenderungan untuk kembali ke posisi
semula.5,22,30
b. Perubahan yang berkaitan dengan proses pertumbuhan
Pasien dengan masalah skeletal yang terkait dengan maloklusi Klas II, Klas III,
open bite atau deep bite dapat relapse karena berlanjutnya pola pertumbuhan yang
abnormal setelah dilakukannya perawatan ortodonti. Beberapa penelitian

Universitas Sumatera Utara


8

menunjukkan bahwa pola pertumbuhan asli akan muncul kembali atau mendominasi
jika perawatan ortodontik telah selesai sebelum masa pertumbuhan berakhir.5
c. Adaptasi tulang
Gigi yang baru saja digerakkan akan dikelilingi oleh tulang osteoid yang
terkalsifikasi ringan, sehingga gigi tidak cukup stabil dan memiliki kecenderungan
untuk kembali ke posisi semula. Tulang trabekula biasanya tersusun tegak lurus
sepanjang aksis gigi. Namun selama perawatan ortodonti, posisinya akan sejajar
dengan arah gaya yang diberikan. Pada fase retensi, tulang trabekula akan kembali ke
posisi semula.5
d. Kegagalan dalam menghilangkan faktor penyebab
Penyebab maloklusi harus diketahui pada saat mendiagnosa dan perawatan
yang tepat harus direncanakan untuk mengeliminasi atau mengurangi tingkat
keparahan yang ada. Jika gagal menghilangkan faktor penyebab dapat
8
mengakibatkan relapse. Selain itu, terdapat faktor lain yang dapat menyebabkan
terjadinya relapse yaitu adanya kebiasan buruk yang menetap seperti clenching,
grinding, menggigit kuku, menggigit bibir, dan sebagainya.5,31
e. Peranan molar tiga
Molar tiga merupakan gigi yang erupsi paling terakhir pada masa pertumbuhan
gigi geligi. Pada beberapa kasus, gigi molar tiga erupsi antara usia 18-21 tahun. Pada
usia ini, kebanyakan pasien akan menyelesaikan perawatan ortodonti mereka.
Tekanan yang dihasilkan karena erupsi gigi molar tiga dianggap sebagai penyebab
susunan gigi anterior menjadi berjejal dalam jangka waktu yang lama.5
f. Peranan oklusi
Hubungan cusp antara gigi geligi rahang atas dan rahang bawah yang baik
merupakan faktor penting dalam menjaga kestabilan gigi yang sedang dalam
perawatan ortodonti. Terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi gigi untuk
bergerak dan dapat menyebabkan terjadinya relapse, seperti hambatan pada oklusal,
penggantian kontak gigi, dan beban oklusal yang diterima.5,30

Universitas Sumatera Utara


9

2.3.3. Pencegahan Terjadinya Relapse


Terdapat beberapa cara untuk mencegah terjadinya relapse, yaitu: 31
a. Gigi yang mengalami rotasi dikembalikan ke posisi yang sesuai, tetapi
ditambahkan dari yang seharusnya (over rotation).
b. Retensi yang berkepanjangan.
c. Perawatan pada gigi yang rotasi harus dilakukan sedini mungkin.
d. Penempatan gigi pada jaringan lunak orofasial yang seimbang.
e. Penempatan gigi pada ekuilibrium oklusal.
f. Tindakan reseksi pada serat yang membentang di sekitar margin soket
gingiva (serat supra-alveolar).

2.4. Retainer
Salah satu cara untuk mencegah terjadinya relapse yaitu dengan penggunaan
retainer.1-4,11-13 Retainer adalah piranti ortodonti pasif yang digunakan untuk
mempertahankan dan menstabilkan gigi selama struktur pendukung mengatur ulang
susunannya (reorganisasi) setelah fase aktif dalam perawatan ortodonti.3

2.4.1. Tipe-tipe Retainer


2.4.1.1. Removable Retainer
Removable retainer atau retainer lepasan mempunyai keuntungan yaitu dapat
dilepas untuk dilakukan tindakan pembersihan mulut, tetapi pemakaiannya yang
adekuat bergantung pada kepatuhan pasien.22 Terdapat berbagai macam retainer
lepasan, yaitu:
a. Hawley Retainer
Komponen yang terdapat pada Hawley retainer, yaitu klamer Adam UR6 dan
UL6 (0,7 mm stainless steel), labial bow standard UR3 dan UL3 (0,7 mm stainless
steel), rest dapat ditambahkan pada permukaan oklusal pada U7 (jika erupsi) untuk
mencegah erupsi yang berlebihan, dan acrylic baseplate.32 Piranti ini dapat

Universitas Sumatera Utara


10

digunakan baik pada rahang atas maupun rahang bawah, serta mempunyai
keuntungan yaitu tahan lama dan tidak menutupi permukaan oklusal gigi.22

a b
Gambar 2. Hawley retainer33
a. Hawley retainer pada rahang atas
b. Hawley retainer pada rahang
bawah

b. Vacuum-Formed Retainers (VFR)


Vacuum-Formed Retainers (VFR) berukuran lebih tipis, tetapi lebih kuat dan
dapat langsung dipasangkan pada hari yang sama setelah perawatan ortodonti cekat
dilepas.1,3,17 Retainer jenis ini merupakan retainer lepasan yang paling estetik,
sehingga menjadi pilihan terbaik untuk pasien.33 Fleksibilitas dan efek positioner
membantu dalam memperbaiki pergerakan gigi yang kecil, dapat digunakan sebagai
termporary bridge pada kehilangan gigi anterior, dan sebagai night guard pada
penderita bruxism.17 Rowland dkk., menyimpulkan bahwa Vacuum-Formed
Retainers (VFR) lebih baik dalam menjaga susunan gigi rahang atas dan rahang
bawah jika dibandingkan dengan Hawley retainer.34

Universitas Sumatera Utara


11

Gambar 3. Vacuum-Formed Retainer (VFR)35

c. Removable Wrap around Retainer


Removable wrap around retainer sangat mirip dengan Hawley retainer.
Perbedaannya yaitu pada bagian bukal dari piranti ini mencakup seluruh gigi yang
telah erupsi sebagai penahan dan menghindari pembukaan kembali daerah bekas
pencabutan. Retainer jenis ini biasanya digunakan pada kasus pencabutan premolar
dan digunakan untuk menstabilkan jaringan peridontal yang lemah.1,3,31,36 Retainer
jenis ini cukup estetis, tetapi kurang nyaman jika dibandingkan dengan Hawley
retainer.3

Gambar 4. Removable wraparound (clip) retainer36

Universitas Sumatera Utara


12

2.4.1.2. Fixed Retainer


Fixed atau bonded retainer biasanya digunakan pada bagian palatal rahang atas
atau pada bagian labial rahang bawah dengan menggunakan resin komposit.32
Terdapat beberapa tipe retainer cekat yaitu multistrand stainless steel retainer yang
direkatkan pada setiap gigi, chain retainer yang didesain khusus, rigid canine and
canine retainer yang biasanya digunakan pada regio anterior pada rahang bawah dan
pada kaninus, dan reinforced fibres.33
Terdapat beberapa keuntungan dan kerugian dari penggunaan retainer cekat.
Keuntungannya yaitu lebih estetis, tidak begitu membutuhkan kerja sama pasien,
tidak mengganggu saat berbicara dapat digunakan ketika retainer lepasan tidak dapat
memberikan hasil yang lebih stabil, tidak mengiritasi jaringan, dan dapat digunakan
untuk mempertahankan susunan gigi secara permanen dan semi permanen.33
Sedangkan kerugian dari penggunaan retainer cekat, yaitu lebih mahal, lebih banyak
kehilangan material gigi yang sehat, lebih sulit untuk digunakan, meningkatkan
waktu pemasangan yang lebih lama, dan lebih mudah terjadi diskolorisasi.31

2.4.2. Jangka Waktu Penggunaan Retainer


a. Retainer jangka pendek
Setelah perawatan ortodonti selesai, piranti ortodonti yang digunakan untuk
mengoreksi crossbite anterior dapat digunakan sebagai retainer, tetapi pegas atau
skrup harus bersifat pasif. Retainer ini dapat digunakan hanya pada malam hari
selama 3-6 bulan.37
b. Retainer standar
Retainer standar digunakan full-time selama 6 bulan, diikuti 6 bulan pemakaian
pada malam hari, sehingga total dari masa retensi yang didapatkan yaitu selama 12
bulan.37
c. Retainer jangka panjang
Retainer jangka panjang diperlukan pada kasus rotasi yang telah dikoreksi,
penutupan diastema sentralis dan juga pada keadaan overjet yang diragukan
kestabilannya, akibat dari postur bibir atas atau proklinasi yang ada pada bagian

Universitas Sumatera Utara


13

labial rahang bawah. Selain itu, retainer jangka panjang juga dibutuhkan pada
kombinasi perawatan yang kompleks seperti pada alat fungsional dan alat ortodonti
cekat. Jika retainer jangka panjang digunakan pada pasien remaja, maka penggunaan
alat harus digunakan sampai masa pertumbuhan selesai.37

2.4.3. Cara Pemakaian Retainer


Dalam pemakaian retainer, terdapat beberapa anjuran yang disarankan
yaitu:35,38
a. Menggunakan retainer lepasan pada bulan pertama secara rutin.
b. Meminum air untuk beradaptasi, tetapi pasien harus melepaskan retainer
ketika makan.
c. Melepaskan retainer saat membersihkan gigi dan mulut. Selanjutnya,
pembersihan yang baik dan tepat harus dilakukan pada retainer, dengan menyikat
bagian dalam retainer dengan lembut tanpa pasta gigi dan bilas dengan air dingin
sebelum digunakan di rongga mulut.
d. Setelah bulan pertama, retainer hanya digunakan di rumah dan pada
malam hari. Hal ini untuk meminimalisasi kemungkinan hilangnya retainer.
e. Kunjungan pemeriksaan retainer dijadwalkan pada 6 minggu, 3 bulan, 6
bulan, 1 tahun, dan kemudian setiap tahun setelah pemakaian.

2.4.4. Evaluasi Pemakaian Retainer


Pada pemeriksaan pertama, disarankan untuk bertanya pada pasien: 33
a. Bagaimana pengalaman mereka selama penggunaan retainer.
b. Apakah mereka memiliki masalah pada penggunaan retainer.
c. Seberapa sering mereka menggunakan retainer (hati-hati: jangan
mengajukan pertanyaan seperti apakah Anda menggunakan retainer setiap malam
seperti yang saya katakan, pasien akan menjawab “Ya” walaupun itu tidak benar).
Jika pasien tidak melaporkan adanya masalah, langkah selanjutnya adalah: 33
a. Periksa apakah retainer beradaptasi di rongga mulut dengan baik.

Universitas Sumatera Utara


14

b. Pada kasus retainer lepasan, periksa apakah tidak menyebabkan


iritasi/ulserasi, misalnya disekitar frenulum lingual. Pasien mungkin tidak menyadari
adanya gesekan. Jika ada tanda ulserasi, maka harus dilakukan penyesuaian pada
retainer. Setelah satu tahun pemakaian, jika pasien diharapkan untuk melanjutkan
atau disarankan untuk menggunakan retainer dalam jangka waktu yang lebih lama,
frekuensi penggunaan retainer dapat dikurangi (selalu perhatikan kesehatan gigi dan
mulutnya tetap terjaga dan dapat diajak bekerja sama).
c. Pada kasus retainer cekat, setelah satu tahun pertama pemakaian, jika
tidak ada atau mungkin hanya sedikit kerusakan alat dan kesehatan gigi terjaga
dengan baik, pemeriksaan dapat disesuaikan dengan keadaan pasien. Jika pasien
memiliki masalah, maka tergantung pada jenis dan tingkat masalahnya, follow-up
harus lebih sering dilakukan, namun tidak dapat dipertahankan dalam jangka waktu
yang lama. Jika masalah menetap, perlu diambil keputusan apakah penggunaan
retainer harus dihentikan.
Selain itu, perlu dilakukan pengukuran dan penilaian terhadap oklusi dan
susunan gigi apakah dapat dipertahankan sesuai dengan yang telah direncanakan
sebelumnya atau tidak. Terdapat beberapa hal yang dianjurkan untuk para klinisi,
yaitu melakukan pemeriksaan dan mencatat susunan gigi setiap follow-up, seperti
mencatat perubahan pada overjet, apakah ada ruang ekstraksi yang terbuka (jika ada),
dan perubahan pada oklusi, seperti perubahan hubungan pada bagian bukal.33

2.5 Evaluasi Hasil Perawatan Ortodonti


Hasil dari perawatan ortodonti tidak ada yang stabil dan memiliki
kecenderungan untuk kembali ke posisi semula.1-4 Oleh karena itu, perlu dilakukan
beberapa pengukuran untuk menilai hasil dari perawatan ortodonti, yaitu:
a. Pengukuran secara sederhana
Pada penelitian Tynelius, Bondemark, dan Karlander, terdapat beberapa
pengukuran yang dilakukan pada model studi, yaitu:39

Universitas Sumatera Utara


15

1. Ketidakteraturan susunan gigi insisivus rahang atas dan rahang bawah


Metode pengukuran yang biasa digunakan untuk menunjukkan tingkat
ketidakteraturan susunan gigi insisivus rahang atas dan rahang bawah yaitu Little’s
Irregularity index (cit. Tynelius, 2010), yang mengukur ketidaksesuaian titik kontak
dengan menjumlahkan lima jarak antara titik kontak anatomis enam gigi anterior
(A+B+C+D+E). Jika hasil yang didapatkan <3,5 mm masih dapat diterima secara
klinis, 3,5-5,5 mm menunjukkan tingkat ketidakteraturan yang sedang, dan >5,5 mm
menunjukkan tingkat ketidakteraturan yang berat.14,35,39,40

Gambar 5. Irregularity index35

2. Lebar interkaninus pada rahang atas dan rahang bawah yaitu jarak antara
tip cusp gigi kaninus dengan hasil pengukuran dalam milimeter. Pada kasus cusp
yang mengalami keausan akibat pemakaian, tip dari cusp tersebut diperkirakan.39-41
3. Lebar intermolar pada rahang atas dan rahang bawah yaitu jarak antara
tip cusp mesiobukal pada molar satu.39,41
4. Panjang lengkung pada rahang atas dan rahang bawah yaitu jarak yang
tegak lurus terhadap titik tengah tepi insisal gigi insisivus sentral ke garis yang
menghubungkan titik kontak anatomis gigi molar satu kanan dan kiri, dengan hasil
pengukuran dalam milimeter. 39-41

Universitas Sumatera Utara


16

5. Overjet adalah jarak paling labial dari tepi insisal gigi insisivus rahang
atas terhadap insisivus pada rahang bawah dalam arah horizontal.41
6. Overbite yaitu jarak dari tepi insisal gigi insisivus rahang atas terhadap
permukaan paling labial dari gigi insisivus rahang bawah dalam arah vertikal.39,41

a b

Gambar 6. Lebar interkaninus (1 dan 2), lebar intermolar (3 dan


4), panjang lengkung (5 dan 6)42, overjet dan overbite (a dan b)43

b. ABO Grading System


American Board of Orthodontics Objective Grading System (ABO-OGS)
digunakan untuk mengukur cetakan model gigi geligi dan radiografi panoramik yang
berisi delapan kriteria yaitu alignment, tepi marginal, inklinasi bukolingual,
hubungan oklusal, kontak oklusal, overjet, kontak interproksimal, dan angulasi
akar.18,44
Alat yang digunakan untuk ABO Grading System yaitu ABO measuring gauge
yang terdiri dari beberapa bagian, yaitu: 44
1. Bagian A digunakan untuk mengukur perbedaan pada alignment, overjet,
kontak oklusal, kontak interproksimal, dan hubungan oklusal. Lebar dari bagian
gauge adalah 0,5 mm dan setiap garis berjarak 1 mm.

Universitas Sumatera Utara


17

2. Bagian B digunakan untuk menentukan perbedaan pada inklinasi


bukolingual bagian posterior pada rahang bawah dan memiliki ukuran 1 mm untuk
setiap tingkatnya.
3. Bagian C digunakan untuk menentukan perbedaan pada tepi marginal
dan memiliki ukuran 1 mm untuk setiap tingkatnya.
4. Bagian D digunakan untuk menentukan perbedaan pada inklinasi
bukolingual bagian posterior pada rahang atas dan memiliki ukuran 1 mm untuk
setiap tingkatnya.

Gambar 7. ABO measuring gauge44

c. PAR Index
Peer Assessment Rating (PAR) index membandingkan cetakan gigi sebelum
dan sesudah perawatan, dengan menganalisa 5 kriteria yaitu:45
1. Susunan gigi anterior pada rahang atas dan rahang bawah, dilakukan
evaluasi perpindahan titik kontak, jarak, dan jika ada impaksi gigi.
2. Oklusi pada bagian lateral dalam 3 dimensi (sagital, vertikal, dan
transversal), daerah yang diperhatikan dimulai dari gigi kaninus sampai gigi molar
terakhir.
3. Hubungan sagital pada bagian anterior dengan pengukuran overjet yang
positif atau negatif.
4. Hubungan vertikal pada bagian anterior (adanya open bite atau deep bite
pada bagian insisal gigi).
5. Hubungan antara midline gigi pada rahang atas dan rahang bawah.

Universitas Sumatera Utara


18

2.6 Kerangka Teori

Maloklusi

Klas I Klas II Klas III

Perawatan Ortodonti
pada maloklusi Klas I

Pencabutan Tanpa pencabutan

Relapse

Etiologi Pencegahan

Retainer

Tipe-Tipe Jangka Waktu Cara Evaluasi


Retainer Penggunaan Pemakaian Pemakaian

Removable Retainer Fixed Retainer

Evaluasi Hasil
Perawatan

Universitas Sumatera Utara


19

2.7 Kerangka Konsep

Variabel Bebas:
Irregularity index, jarak Variabel Tergantung:
interkaninus, jarak intermolar, Irregularity index, jarak
panjang lengkung, overjet, dan interkaninus, jarak intermolar,
overbite pada model studi pasien panjang lengkung, overjet, dan
maloklusi Klas I tanpa pencabutan overbite pada model studi pasien
di Klinik PPDGS Ortodonti yang sama setelah pemasangan
RSGM FKG USU setelah retainer.
perawatan ortodonti selesai.

Variabel Tidak Terkendali:


Variabel Terkendali:
Jenis kelamin, teknik perawatan
Umur, tipe retainer yang
ortodonti yang digunakan, jenis
digunakan, dan perawatan
anomali, lama perawatan ortodonti
maloklusi skeletal Klas I tanpa
cekat, dan lama penggunaan
pencabutan
retainer.

Universitas Sumatera Utara


20

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan
cross-sectional yang bertujuan untuk melihat hasil perawatan ortodonti setelah
pemasangan retainer pada kasus maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS
Ortodonti RSGM FKG USU.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Klinik PPDGS Ortodonti Rumah Sakit Gigi dan
Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Medan.

3.2.2. Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2017 sampai Juli 2018.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1. Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah pasien maloklusi Klas I tanpa pencabutan di
Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU setelah pemasangan retainer.

3.3.2. Sampel Penelitian


Sampel pada penelitian ini adalah model studi pasien maloklusi Klas I tanpa
pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU setelah perawatan
ortodonti selesai dan model studi pasien yang sama setelah pemasangan retainer.
Dalam pengambilan sampel, penulis menggunakan metode purposive sampling
berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

Universitas Sumatera Utara


21

3.3.3. Besar Sampel


Penentuan besar sampel yang diteliti menggunakan rumus jumlah sampel
sebagai berikut:

Keterangan:
N : Besar sampel minimum
Zα : Deviat baku alfa 5% = 1.96
Zβ : Deviat baku beta 10% = 1.282
σ : Simpangan baku gabungan (Demir dkk., 2012)
μ0-μa : Selisih rerata minimal yang dianggap bermakna yang didapat dari penelitian
sebelumnya atau jika tidak ada dapat ditentukan peneliti (20%).
Sehingga,

Berdasarkan perhitungan didapatkan besar sampel minimal masing-masing


kelompok adalah 16 orang. Untuk mencegah apabila terdapat beberapa sampel tidak
layak untuk diteliti dan jumlah sampel tetap memenuhi jumlah sampel minimal,
maka sampel ditambah 10% dari jumlah sampel yang ada menjadi 3 orang. Pada
penelitian ini terdapat 2 kelompok yang diamati yaitu model studi pasien maloklusi
Klas I tanpa pencabutan setelah perawatan ortodonti selesai dan model studi pasien
yang sama setelah pemasangan retainer. Dengan demikian, jumlah minimal sampel
pada penelitian ini adalah 19x2=38 cetakan rahang atas dan rahang bawah.

3.3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi


a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Pasien sudah dipasangkan retainer minimal 6 bulan.

Universitas Sumatera Utara


22

2) Pasien yang berusia ≥ 18 tahun dan tidak dibedakan jenis kelamin.


3) Pasien dengan diagnosa maloklusi skeletal Klas I (ANB 2º ± 2º) dengan
perawatan tanpa pencabutan.
4) Model studi dalam kondisi yang bagus dan akurat.
5) Tipe retainer yang digunakan yaitu retainer lepasan pada rahang atas dan
rahang bawah
b. Kriteria Eksklusi
Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah tipe retainer yang
digunakan yaitu retainer cekat pada salah satu rahang baik pada rahang atas ataupun
rahang bawah.

3.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


3.4.1. Variabel Penelitian
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel bebas pada penelitian ini yaitu irregularity index, lebar
interkaninus, lebar intermolar, panjang lengkung, overjet, dan overbite pada model
studi pasien maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM
FKG USU setelah perawatan ortodonti selesai.
b. Variabel terikat pada penelitian ini yaitu irregularity index, lebar
interkaninus, lebar intermolar, panjang lengkung, overjet, dan overbite pada model
studi pasien yang sama setelah pemasangan retainer.
c. Variabel terkendali pada penelitian ini yaitu umur, tipe retainer yang
digunakan, dan perawatan maloklusi skeletal Klas I tanpa pencabutan.
d. Variabel tidak terkendali pada penelitian ini yaitu jenis kelamin, teknik
perawatan ortodonti yang digunakan, jenis anomali, lama perawatan ortodonti cekat,
dan lama penggunaan retainer.

Universitas Sumatera Utara


23

3.4.2. Definisi Operasional


No Variabel Definisi Cara Hasil Skala
Penelitian Operasional Pengukuran Pengukuran Ukur
1. Maloklusi Klasifikasi Dilihat dari Kategorik
skeletal Klas I maloklusi data Klinik
berdasarkan PPDGS
relasi rahang Ortodonti
atas dan rahang RSGM FKG
bawah dengan USU
sudut ANB
2º±2º
2. Perawatan Penggunaan alat Dilihat dari Kategorik
maloklusi ortodonti cekat data Klinik
Klas I dengan PPDGS
perawatan tanpa Ortodonti
pencabutan RSGM FKG
USU
3. Lama Waktu Wawancara 1-3 bulan Nominal
pemakaian pemakaian terstruktur 4-6 bulan
retainer retainer dimulai dengan > 6 bulan
saat perawatan bantuan
ortodonti selesai kuesioner
sampai minimal
6 bulan
pemasangan
4. Model studi Model studi
kelompok 1 pasien maloklusi
Klas I tanpa
pencabutan

Universitas Sumatera Utara


24

setelah
perawatan
ortodonti selesai
5. Model studi Model studi
kelompok 2 pasien yang
sama setelah
pemasangan
retainer
6. Irregularity Penjumlahan Mengguna- Satuan Numerik
index pada dari pergeseran kan kaliper pengukuran
rahang atas titik kontak digital (mm)
dan rahang anatomis gigi
bawah insisivus dan
kaninus pada
rahang atas dan
rahang bawah
7. Perubahan Selisih antara Satuan Numerik
Irregularity hasil pengukuran
Index setelah pengukuran (mm)
pemasangan Irregularity
retainer pada index pada
kasus model studi
maloklusi kelompok 1 dan
Klas I tanpa kelompok 2
pencabutan
8. Lebar Jarak antara tip Mengguna- Satuan Numerik
interkaninus cusp gigi kan kaliper pengukuran
pada rahang kaninus kanan digital (mm)
atas dan dan kiri

Universitas Sumatera Utara


25

rahang bawah
9. Perubahan Selisih antara Satuan Numerik
lebar hasil pengukuran
interkaninus pengukuran (mm)
setelah lebar
pemasangan interkaninus
retainer pada pada model
kasus studi kelompok
maloklusi 1 dan kelompok
Klas I tanpa 2
pencabutan
10 Lebar Jarak antara tip Mengguna- Satuan Numerik
intermolar cusp mesiobukal kan kaliper pengukuran
pada rahang pada molar satu digital (mm)
atas dan
rahang bawah
11 Perubahan Selisih antara Satuan Numerik
lebar hasil pengukuran
intermolar pengukuran (mm)
setelah lebar intermolar
pemasangan pada model
retainer pada studi kelompok
kasus 1 dan kelompok
maloklusi 2
Klas I tanpa
pencabutan
12 Panjang Jarak yang tegak Mengguna- Satuan Numerik
lengkung lurus terhadap kan kaliper pengukuran
pada rahang titik tengah tepi digital (mm)

Universitas Sumatera Utara


26

atas dan insisal gigi


rahang bawah insisivus sentral
ke garis yang
menghubungkan
titik kontak
anatomis gigi
molar satu
13 Perubahan Selisih antara Satuan Numerik
panjang hasil pengukuran
lengkung pengukuran (mm)
setelah panjang
pemasangan lengkung pada
retainer pada model studi
kasus kelompok 1 dan
maloklusi kelompok 2
Klas I tanpa
pencabutan
14 Overjet Jarak paling Mengguna- Satuan Numerik
labial dari tepi kan kaliper pengukuran
insisal gigi digital (mm)
insisivus rahang
atas terhadap
insisivus pada
rahang bawah
dalam arah
horizontal
15 Perubahan Selisih antara Satuan Numerik
overjet setelah hasil pengukuran
pemasangan pengukuran (mm)

Universitas Sumatera Utara


27

retainer pada overjet pada


kasus model studi
maloklusi kelompok 1 dan
Klas I tanpa kelompok 2
pencabutan
16 Overbite Jarak dari tepi Mengguna- Satuan Numerik
insisal gigi kan kaliper pengukuran
insisivus rahang digital (mm)
atas terhadap
permukaan
paling labial
dari gigi
insisivus rahang
bawah dalam
arah vertikal
17 Perubahan Selisih antara Satuan Numerik
overbite hasil pada pengukuran
setelah model studi (mm)
pemasangan kelompok 1 dan
retainer pada kelompok 2
kasus
maloklusi
Klas I tanpa
pencabutan

3.5. Alat dan Bahan Penelitian


3.5.1. Alat Penelitian
Alat yang digunakan adalah:
a. Vernier kaliper digital.
b. Kalkulator merk Casio.

Universitas Sumatera Utara


28

c. Alat tulis.
d. Kaca mulut, pinset, dan sonde.
e. Rubber bowl dan spatula.
f. Sendok cetak rahang atas dan rahang bawah.
g. Satu buah laptop.

Gambar 8. Alat yang digunakan dalam penelitian

3.5.2. Bahan Penelitian


Bahan yang digunakan adalah:
a. Model studi pasien maloklusi Klas I tanpa pencabutan setelah perawatan
ortodonti selesai.
b. Model studi pasien yang sama setelah pemasangan retainer.
c. Alginate merk Aroma Fine Plus normal set.
d. Dental stone merk Blue dental plaster.
e. Baseplate wax.
f. Sarung tangan.
g. Masker.

Universitas Sumatera Utara


29

3.6. Prosedur Penelitian


a. Pengumpulan data dan seleksi sampel
Mencatat data pasien maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS
Ortodonti RSGM FKG USU setelah pemasangan retainer. Selanjutnya, model studi
pasien setelah alat ortodonti cekat dilepas dikumpulkan dan dipilih sesuai dengan
kriteria inklusi yang sudah ditentukan.
b. Memanggil kembali pasien
Pasien yang telah memenuhi kriteria inklusi kemudian dipanggil kembali
(recall) untuk dilakukan wawancara terstruktur dengan bantuan kuesioner dan
pencetakan pada rahang atas dan rahang bawah. Dari wawancara terstruktur akan
didapatkan data-data mengenai nama, umur, jenis kelamin, waktu pelepasan alat
ortodonti cekat, lama pemakaian retainer, tipe retainer yang digunakan, dan
bagaimana penggunaan retainer oleh pasien. Setelah wawancara terstruktur selesai,
dilakukan pencetakan pada rahang atas dan rahang bawah dengan menggunakan alat
berupa sendok cetak yang sesuai, bahan cetak berupa alginate dan dental stone, serta
mengambil bite record dari pasien.
c. Pengukuran pada model studi
Setelah seluruh model didapatkan, maka akan dilakukan pengukuran pada
model studi pasien maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti
RSGM FKG USU setelah perawatan ortodonti selesai dan model studi pasien yang
sama setelah pemasangan retainer. Berdasarkan penelitian Tynelius, Bondemark, dan
Karlander, pengukuran yang dilakukan yaitu: 39
1) Irregularity index pada rahang atas dan rahang bawah yaitu penjumlahan
dari pergeseran titik kontak anatomis gigi insisivus dan kaninus pada rahang atas dan
rahang bawah.
2) Lebar interkaninus pada rahang atas dan rahang bawah yaitu jarak antara
tip cusp gigi kaninus.
3) Lebar intermolar pada rahang atas dan rahang bawah yaitu jarak antara
tip cusp mesiobukal pada molar satu.

Universitas Sumatera Utara


30

4) Panjang lengkung pada rahang atas dan rahang bawah yaitu jarak yang
tegak lurus terhadap titik tengah tepi insisal gigi insisivus sentral ke garis yang
menghubungkan titik kontak anatomis gigi molar satu.
5) Overjet adalah jarak yang sejajar dengan bidang oklusal dari tepi insisal
gigi insisivus rahang atas paling labial terhadap insisivus sentral pada mandibula.
6) Overbite yaitu jarak antara gigi insisivus sentral rahang atas dan rahang
bawah yang berhimpitan secara vertikal.
Setelah seluruh data diperoleh, dilakukan perbandingan antara hasil
pengukuran model studi pasien maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS
Ortodonti RSGM FKG USU setelah perawatan ortodonti selesai dengan model studi
pasien yang sama setelah pemasangan retainer.

Universitas Sumatera Utara


31

3.7 Alur Penelitian

Pengumpulan data

Seleksi sampel

Positif (memenuhi Memanggil Negatif (tidak


kriteria inklusi kembali pasien memenuhi
dan eksklusi) kriteria inklusi
dan eksklusi)
Model studi Wawancara Pencetakan gigi
pasien maloklusi terstruktur geligi setelah Tidak dilakukan
Klas I tanpa pemasangan pemeriksaan
pencabutan Lama pemakaian retainer lanjutan
setelah perawatan retainer
ortodonti selesai Model studi
pasien yang
Dilakukan pengukuran sama setelah
Irregularity index, pemasangan
lebar interkaninus, retainer
lebar intermolar,
panjang lengkung, Dilakukan
overjet, dan overbite pengukuran
Irregularity index,
lebar interkaninus,
Dilakukan perbandingan antara hasil lebar intermolar,
pengukuran model studi pasien panjang lengkung,
maloklusi Klas I tanpa pencabutan overjet, dan
setelah perawatan ortodonti selesai overbite
dengan model studi pasien yang
sama setelah pemasangan retainer Kesimpulan

Universitas Sumatera Utara


32

3.8 Pengolahan dan Analisis Data


3.8.1 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan sistem komputerisasi dan selanjutnya data
dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian.

3.8.2 Analisis Data


Analisis data yang digunakan adalah uji t berpasangan pada hasil pengukuran
lebar interkaninus, lebar intermolar, overjet, dan overbite karena data terdistribusi
normal (p>0,05) serta uji Wilcoxon pada hasil pengukuran Irregularity index dan
panjang lengkung karena data tidak terdistribusi normal (p<0,05)

3.9 Etika Penelitian


Etika penelitian dalam penelitian ini terdiri dari hal-hal sebagai berikut:
1. Lembar persetujuan (informed consent)
Peneliti meminta izin dan menjelaskan tujuan dari penelitian kepada pasien di
Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU yang termasuk dalam kriteria inklusi
untuk meminta agar berpartisipasi dalam penelitian. Bagi responden yang setuju,
dimohon untuk menandatangani lembar persetujuan penelitian untuk berpartisipasi
dalam kegiatan penelitian.
2. Ethical Clearance
Peneliti mengajukan surat permohonan atas kelayakan etik disertai dengan
proposal penelitian yang ditujukan kepada Komisi Etik Penelitian Sumatera Utara
(Health Research Ethical Committee of North Sumatera).

Universitas Sumatera Utara


33

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada 19 orang pasien (17 perempuan dan 2 laki-laki)
maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU
setelah pemasangan retainer. Terdapat 2 kelompok yang diamati dan dilakukan
pengukuran yaitu model studi pasien maloklusi Klas I tanpa pencabutan setelah
perawatan ortodonti selesai dan model studi pasien yang sama setelah pemasangan
retainer.
Berdasarkan wawancara terstruktur dengan bantuan kuesioner, didapatkan
distribusi lama pemakaian retainer yang disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1. Distribusi lama pemakaian retainer setelah dipasangkan pada kasus


maloklusi Klas I tanpa pencabutan.

Lama pemakaian retainer n %


1-3 bulan 10 52,6
4-6 bulan 6 31,6
> 6 bulan 3 15,8

Diperoleh dari tabel 1 sebanyak 10 orang memakai retainer selama 1-3 bulan
dengan persentase sebesar 52,6%, kemudian diikuti dengan pemakaian retainer
selama 4-6 bulan sebanyak 6 orang dengan persentase 31,6% dan yang paling sedikit
yaitu selama > 6 bulan sebanyak 3 orang dengan persentase 15,8%.
Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan pada sampel, diperoleh hasil
pengukuran Irregularity index seperti yang terlihat pada tabel 2. Setelah dilakukan
uji normalitas, diperoleh nilai p<0,05, maka disimpulkan data tidak berdistribusi
normal dan uji yang digunakan yaitu uji Wilcoxon.

Universitas Sumatera Utara


34

Tabel 2. Hasil pengukuran Irregularity index setelah pemasangan retainer pada kasus
maloklusi Klas I tanpa pencabutan.

Perubahan
Model Studi Model Studi
Irregularity Nilai
Pengukuran Kelompok 1 Kelompok 2
Index p
Irregularity
Rata- Standar Rata- Standar Rata- Standar
Index
rata Deviasi rata Deviasi rata Deviasi
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
Rahang Atas 0,35 0,09 1,20 0,33 0,85 0,33 0,001
Rahang
0,22 0,12 1,08 0,44 0,86 0,49 0,001
Bawah
Kelompok 1: setelah perawatan ortodonti selesai
Kelompok 2: setelah pemasangan retainer

Tabel 2 menunjukkan rata-rata hasil pengukuran Irregularity index pada


rahang atas yaitu sebesar 0,35 ± 0,09 mm setelah perawatan ortodonti selesai
(kelompok 1) dan 1,20 ± 0,33 mm setelah pemasangan retainer (kelompok 2).
Terdapat pertambahan Irregularity index pada rahang atas sebesar 0,85 ± 0,33 mm.
Sedangkan rata-rata hasil pengukuran Irregularity index pada rahang bawah yaitu
sebesar 0,22 ± 0,12 mm setelah perawatan ortodonti selesai (kelompok 1) dan 1,08 ±
0,44 mm setelah pemasangan retainer (kelompok 2). Terdapat pertambahan
Irregularity index pada rahang bawah sebesar 0,86 ± 0,49 mm.
Hasil analisis dengan uji Wilcoxon dengan derajat kemaknaan 95%
menunjukkan nilai signifikansi p<0,05 yang dapat disimpulkan terdapat perbedaan
yang signifikan antara rerata hasil pengukuran Irregularity index pada rahang atas
dan rahang bawah setelah perawatan ortodonti selesai dengan hasil pengukuran
setelah pemasangan retainer pada pasien maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik
PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU.
Setelah dilakukan pengukuran pada sampel, didapatkan hasil pengukuran lebar
interkaninus seperti yang terlihat pada tabel 3 dan dilakukan uji t berpasangan karena
setelah dilakukan uji normalitas data terdistribusi normal (p>0,05).

Universitas Sumatera Utara


35

Tabel 3. Hasil pengukuran lebar interkaninus setelah pemasangan retainer pada kasus
maloklusi Klas I tanpa pencabutan.

Perubahan
Model Studi Model Studi
Lebar Nilai
Pengukuran Kelompok 1 Kelompok 2
Interkaninus p
Lebar
Rata- Standar Rata- Standar Rata- Standar
Interkaninus
rata Deviasi rata Deviasi rata Deviasi
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
Rahang Atas 35,45 1,66 34,87 1,73 -0,58 1,30 0,069
Rahang
27,18 1,93 26,59 2,00 -0,59 0,85 0,007
Bawah
Kelompok 1: setelah perawatan ortodonti selesai
Kelompok 2: setelah pemasangan retainer

Pada tabel 3, didapatkan rata-rata hasil pengukuran lebar interkaninus pada


rahang atas yaitu sebesar 35,45 ± 1,66 mm setelah perawatan ortodonti selesai
(kelompok 1) dan 34,87 ± 1,73 mm setelah pemasangan retainer (kelompok 2).
Terdapat pengurangan lebar interkaninus pada rahang atas sebesar 0,58 ± 1,30 mm.
Sedangkan rata-rata hasil pengukuran lebar interkaninus pada rahang bawah yaitu
sebesar 27,18 ± 1,93 mm setelah perawatan ortodonti selesai (kelompok 1) dan 26,59
± 2,00 mm setelah pemasangan retainer (kelompok 2). Terdapat pengurangan lebar
interkaninus pada rahang bawah sebesar 0,59 ±0,85 mm. Hasil analisis dengan uji t
berpasangan dengan derajat kemaknaan 95% menunjukkan nilai signifikansi p>0,05
pada rahang atas yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata hasil
pengukuran lebar interkaninus pada rahang atas setelah perawatan ortodonti selesai
dengan hasil pengukuran setelah pemasangan retainer. Namun, terdapat perbedaan
yang signifikan antara rerata hasil pengukuran lebar interkaninus pada rahang bawah
setelah perawatan ortodonti selesai dengan hasil pengukuran setelah pemasangan
retainer (p<0,05) pada pasien maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS
Ortodonti RSGM FKG USU.

Universitas Sumatera Utara


36

Berdasarkan pengukuran lebar intermolar yang telah dilakukan, didapatkan


hasil seperti pada tabel 4 dan dilakukan uji t berpasangan karena setelah dilakukan
uji normalitas data terdistribusi normal (p>0,05).

Tabel 4. Hasil pengukuran lebar intermolar setelah pemasangan retainer pada kasus
maloklusi Klas I tanpa pencabutan.

Perubahan
Model Studi Model Studi
Lebar Nilai
Pengukuran Kelompok 1 Kelompok 2
Intermolar p
Lebar
Rata- Standar Rata- Standar Rata- Standar
Intermolar
rata Deviasi rata Deviasi rata Deviasi
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
Rahang Atas 52,59 2,52 52,45 2,49 -0,14 1,24 0,640
Rahang
45,20 2,12 44,91 2,14 -0,29 0,46 0,013
Bawah
Kelompok 1: setelah perawatan ortodonti selesai
Kelompok 2: setelah pemasangan retainer

Dari tabel 4 diperoleh rata-rata hasil pengukuran lebar intermolar pada rahang
atas yaitu sebesar 52,59 ± 2,52 mm setelah perawatan ortodonti selesai (kelompok 1)
dan 52,45 ± 2,49 mm setelah pemasangan retainer (kelompok 2). Terdapat
pengurangan lebar intermolar pada rahang atas sebesar 0,14 ± 1,24 mm. Sedangkan
rata-rata hasil pengukuran lebar intermolar pada rahang bawah yaitu sebesar 45,20 ±
2,12 mm setelah perawatan ortodonti selesai (kelompok 1) dan 44,91 ± 2,14 mm
setelah pemasangan retainer (kelompok 2). Terdapat pengurangan lebar intermolar
pada rahang bawah sebesar 0,29 ± 0,46 mm. Hasil analisis dengan uji t berpasangan
dengan derajat kemaknaan 95% menunjukkan nilai signifikansi p>0,05 pada rahang
atas yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata hasil pengukuran
lebar intermolar pada rahang atas setelah perawatan ortodonti selesai dengan hasil
pengukuran setelah pemasangan retainer. Namun, terdapat perbedaan yang signifikan
antara rerata hasil pengukuran lebar intermolar pada rahang bawah setelah perawatan
ortodonti selesai dengan hasil pengukuran setelah pemasangan retainer (p<0,05) pada

Universitas Sumatera Utara


37

pasien maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG
USU.
Selanjutnya, hasil pengukuran panjang lengkung disajikan dalam tabel 5.
Setelah dilakukan uji normalitas, diperoleh nilai p<0,05, maka disimpulkan data
tidak berdistribusi normal dan uji yang digunakan yaitu uji Wilcoxon.

Tabel 5. Hasil pengukuran panjang lengkung setelah pemasangan retainer pada kasus
maloklusi Klas I tanpa pencabutan.

Perubahan
Model Studi Model Studi
Panjang Nilai
Pengukuran Kelompok 1 Kelompok 2
Lengkung p
Panjang
Rata- Standar Rata- Standar Rata- Standar
Lengkung
rata Deviasi rata Deviasi rata Deviasi
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
Rahang Atas 27,52 3,56 25,77 2,02 -1,75 2,75 0,002
Rahang
23,47 2,01 21,37 2,06 -2,10 1,26 0,001
Bawah
Kelompok 1: setelah perawatan ortodonti selesai
Kelompok 2: setelah pemasangan retainer

Tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata hasil pengukuran panjang lengkung pada


rahang atas yaitu sebesar 27,52 ± 3,56 mm setelah perawatan ortodonti selesai
(kelompok 1) dan 25,77 ± 2,02 mm setelah pemasangan retainer (kelompok 2).
Terdapat pengurangan panjang lengkung pada rahang atas sebesar 1,75 ± 2,75 mm.
Sedangkan rata-rata hasil pengukuran panjang lengkung pada rahang bawah yaitu
sebesar 23,47 ± 2,01 mm setelah perawatan ortodonti selesai (kelompok 1) dan 21,37
± 2,06 mm setelah pemasangan retainer (kelompok 2). Terdapat pengurangan
panjang lengkung pada rahang bawah sebesar 2,10 ± 1,26 mm. Hasil analisis dengan
uji Wilcoxon dengan derajat kemaknaan 95% menunjukkan nilai signifikansi p<0,05
yang dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata hasil
pengukuran panjang lengkung pada rahang atas dan rahang bawah setelah perawatan

Universitas Sumatera Utara


38

ortodonti selesai dengan hasil pengukuran setelah pemasangan retainer pada pasien
maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU.
Hasil pengukuran overjet dan overbite dapat dilihat pada tabel 6 dan tabel 7
serta dilakukan uji t berpasangan karena setelah dilakukan uji normalitas data
terdistribusi normal (p>0,05).

Tabel 6. Hasil pengukuran overjet setelah pemasangan retainer pada kasus maloklusi
Klas I tanpa pencabutan.

Rata- Standar
Pengukuran Overjet rata Deviasi Nilai p
(mm) (mm)
Setelah perawatan ortodonti selesai 1,91 0,56

Setelah pemasangan retainer 2,30 0,58 0,010

Perubahan Overjet 0,38 0,58

Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata hasil pengukuran overjet setelah


perawatan ortodonti selesai sebesar 1,91 ± 0,56 mm dan setelah pemasangan retainer
sebesar 2,30 ± 0,58 mm. Terdapat pertambahan overjet sebesar 0,38 ± 0,58 mm.
Hasil analisis dengan uji t berpasangan dengan derajat kemaknaan 95%
menunjukkan nilai signifikansi p<0,05 yang dapat disimpulkan terdapat perbedaan
yang signifikan antara rerata hasil pengukuran overjet setelah perawatan ortodonti
selesai dengan hasil pengukuran setelah pemasangan retainer pada pasien maloklusi
Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU.

Universitas Sumatera Utara


39

Tabel 7. Hasil pengukuran overbite setelah pemasangan retainer pada kasus


maloklusi Klas I tanpa pencabutan.

Rata- Standar
Pengukuran Overbite rata Deviasi Nilai p
(mm) (mm)
Setelah perawatan ortodonti selesai 2,22 0,70

Setelah pemasangan retainer 2,78 0,66 0,007

Perubahan Overbite 0,56 0,80

Tabel 7 menunjukkan bahwa rata-rata hasil pengukuran overbite setelah


perawatan ortodonti selesai sebesar 2,22 ± 0,70 mm dan setelah pemasangan retainer
sebesar 2,78 ± 0,66 mm. Terdapat pertambahan overbite sebesar 0,56 ± 0,80 mm.
Hasil analisis dengan uji t berpasangan dengan derajat kemaknaan 95%
menunjukkan nilai signifikansi p<0,05 yang dapat disimpulkan terdapat perbedaan
yang signifikan antara rerata hasil pengukuran overbite setelah perawatan ortodonti
selesai dengan hasil pengukuran setelah pemasangan retainer pada pasien maloklusi
Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU.
Berdasarkan lama pemakaian retainer yang terdiri dari 1-3 bulan sebanyak 10
orang, 4-6 bulan sebanyak 6 orang, dan > 6 bulan sebanyak 3 orang, didapatkan rata-
rata hasil perawatan ortodonti setelah pemasangan retainer pada pasien maloklusi
Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU yang ditinjau
dari beberapa pengukuran dan disajikan pada tabel 8, 9, dan 10.

Universitas Sumatera Utara


40

Tabel 8. Hasil pengukuran pada pemakaian retainer selama 1-3 bulan pada kasus
maloklusi Klas I tanpa pencabutan.

Model Studi Model Studi


Selisih
Hasil Pengukuran Kelompok 1 Kelompok 2
Mean ± SD Mean ± SD Mean ± SD
Irregularity Rahang atas 0,31 ± 0,07 1,22 ± 0,37 0,91 ± 0,37
index Rahang bawah 0,17 ± 0,11 1,02 ± 0,37 0,85 ± 0,41
Lebar Rahang atas 35,57 ± 1,79 35,02 ± 1,82 -0,55 ± 0,64
interkaninus Rahang bawah 27,47 ± 2,41 26,74 ± 2,38 -0,73 ± 0,70
Lebar Rahang atas 53,17 ± 1,78 52,97 ± 1,33 -0,20 ± 0,86
intermolar Rahang bawah 45,43 ± 2,43 45,11 ± 2,45 -0,32 ± 0,19
Panjang Rahang atas 28,08 ± 4,90 25,43 ± 2,59 -2,65 ± 3,24
lengkung Rahang bawah 23,83 ± 2,72 21,29 ± 2,73 -2,54 ± 1,02
Overjet 1,65 ± 0,55 2,01 ± 0,38 0,36 ± 0,36
Overbite 2,19 ± 0,74 2,64 ± 0,37 0,45 ± 0,65

Pada tabel 8, didapatkan rata-rata hasil pengukuran Irregularity index pada


rahang atas yaitu sebesar 0,31 ± 0,07 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan
1,22 ± 0,37 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat pertambahan Irregularity
index pada rahang atas sebesar 0,91 ± 0,37 mm. Sedangkan rata-rata hasil
pengukuran Irregularity index pada rahang bawah yaitu sebesar 0,17 ± 0,11 mm
setelah perawatan ortodonti selesai dan 1,02 ± 0,37 mm setelah pemasangan retainer.
Terdapat pertambahan Irregularity index pada rahang bawah sebesar 0,85 ± 0,41
milimeter. Rata-rata hasil pengukuran lebar interkaninus pada rahang atas yaitu
sebesar 35,57 ± 1,79 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan 35,02 ± 1,82
milimeter setelah pemasangan retainer. Terdapat pengurangan lebar interkaninus
pada rahang atas sebesar 0,55 ± 0,64 mm. Sedangkan rata-rata hasil pengukuran
lebar interkaninus pada rahang bawah yaitu sebesar 27,47 ± 2,41 mm setelah
perawatan ortodonti selesai dan 26,74 ± 2,38 mm setelah pemasangan retainer.

Universitas Sumatera Utara


41

Terdapat pengurangan lebar interkaninus pada rahang bawah sebesar 0,73 ± 0,70
milimeter. Rata-rata hasil pengukuran lebar intermolar pada rahang atas yaitu sebesar
53,17 ± 1,78 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan 52,97 ± 1,33 mm setelah
pemasangan retainer. Terdapat pengurangan lebar intermolar pada rahang atas
sebesar 0,20 ± 0,86 mm. Sedangkan rata-rata hasil pengukuran lebar intermolar pada
rahang bawah yaitu sebesar 45,43 ± 2,43 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan
45,11 ± 2,45 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat pengurangan lebar
intermolar pada rahang bawah sebesar 0,32 ± 0,19 mm. Rata-rata hasil pengukuran
panjang lengkung pada rahang atas yaitu sebesar 28,08 ± 4,90 mm setelah perawatan
ortodonti selesai dan 25,43 ± 2,59 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat
pengurangan panjang lengkung pada rahang atas sebesar 2,65 ± 3,24 mm. Sedangkan
rata-rata hasil pengukuran panjang lengkung pada rahang bawah yaitu sebesar 23,83
± 2,72 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan 21,29 ± 2,73 mm setelah
pemasangan retainer. Terdapat pengurangan panjang lengkung pada rahang bawah
sebesar 2,54 ± 1,02 mm. Rata-rata hasil pengukuran overjet yaitu sebesar 1,65 ± 0,55
milimeter setelah perawatan ortodonti selesai dan 2,01 ± 0,38 mm setelah
pemasangan retainer. Terdapat pertambahan overjet sebesar 0,36 ± 0,36 mm. Rata-
rata hasil pengukuran overbite yaitu sebesar 2,19 ± 0,74 mm setelah perawatan
ortodonti selesai dan 2,64 ± 0,37 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat
pertambahan overbite sebesar 0,45 ± 0,65.

Universitas Sumatera Utara


42

Tabel 9. Hasil pengukuran pada pemakaian retainer selama 4-6 bulan pada kasus
maloklusi Klas I tanpa pencabutan.

Model Studi Model Studi


Selisih
Hasil Pengukuran Kelompok 1 Kelompok 2
Mean ± SD Mean ± SD Mean ± SD
Irregularity Rahang atas 0,40 ± 0,11 1,17 ± 0,36 0,77 ± 0,36
index Rahang bawah 0,28 ± 0,11 1,35 ± 0,53 1,07 ± 0,62
Lebar Rahang atas 35,56 ± 1,87 35,52 ± 0,96 -0,04 ± 1,63
interkaninus Rahang bawah 27,03 ± 1,11 26,70 ± 1,11 -0,34 ± 0,92
Lebar Rahang atas 52,43 ± 3,56 52,84 ± 2,96 0,41 ± 1,60
intermolar Rahang bawah 45,16 ± 1,72 44,72 ± 1,85 -0,44 ± 0,70
Panjang Rahang atas 27,11 ± 0,68 25,63 ± 0,55 -1,49 ± 1,03
lengkung Rahang bawah 23,17 ± 0,73 21,81 ± 1,10 -1,37 ± 1,47
Overjet 2,15 ± 0,47 2,48 ± 0,36 0,33 ± 0,65
Overbite 2,31 ± 0,74 3,12 ± 0,84 0,81 ± 1,06

Pada tabel 9, diperoleh rata-rata hasil pengukuran Irregularity index pada


rahang atas yaitu sebesar 0,40 ± 0,11 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan
1,17 ± 0,36 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat pertambahan Irregularity
index pada rahang atas sebesar 0,77 ± 0,36 mm. Sedangkan rata-rata hasil
pengukuran Irregularity index pada rahang bawah yaitu sebesar 0,28 ± 0,11 mm
setelah perawatan ortodonti selesai dan 1,35 ± 0,53 mm setelah pemasangan retainer.
Terdapat pertambahan Irregularity index pada rahang bawah sebesar 1,07 ± 0,62
milimeter. Rata-rata hasil pengukuran lebar interkaninus pada rahang atas yaitu
sebesar 35,56 ± 1,87 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan 35,52 ± 0,96 mm
setelah pemasangan retainer. Terdapat pengurangan lebar interkaninus pada rahang
atas sebesar 0,04 ± 1,63 mm. Sedangkan rata-rata hasil pengukuran lebar
interkaninus pada rahang bawah yaitu sebesar 27,03 ± 1,11 mm setelah perawatan
ortodonti selesai dan 26,70 ± 1,11 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat

Universitas Sumatera Utara


43

pengurangan lebar interkaninus pada rahang bawah sebesar 0,34 ± 0,92 mm. Rata-
rata hasil pengukuran lebar intermolar pada rahang atas yaitu sebesar 52,43 ± 3,56
milimeter setelah perawatan ortodonti selesai dan 52,84 ± 2,96 mm setelah
pemasangan retainer. Terdapat pertambahan lebar intermolar pada rahang atas
sebesar 0,41 ± 1,60 mm. Sedangkan rata-rata hasil pengukuran lebar intermolar pada
rahang bawah yaitu sebesar 45,16 ± 1,72 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan
44,72 ± 1,85 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat pengurangan lebar
intermolar pada rahang bawah sebesar 0,44 ± 0,70 mm. Rata-rata hasil pengukuran
panjang lengkung pada rahang atas yaitu sebesar 27,11 ± 0,68 mm setelah perawatan
ortodonti selesai dan 25,63 ± 0,55 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat
pengurangan panjang lengkung pada rahang atas sebesar 1,49 ± 1,03 mm. Sedangkan
rata-rata hasil pengukuran panjang lengkung pada rahang bawah yaitu sebesar 23,17
± 0,73 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan 21,81 ± 1,10 mm setelah
pemasangan retainer. Terdapat pengurangan panjang lengkung pada rahang bawah
sebesar 1,37 ± 1,47 mm. Rata-rata hasil pengukuran overjet yaitu sebesar 2,15 ± 0,47
milimeter setelah perawatan ortodonti selesai dan 2,48 ± 0,36 mm setelah
pemasangan retainer. Terdapat pertambahan overjet sebesar 0,33 ± 0,65 mm. Rata-
rata hasil pengukuran overbite yaitu sebesar 2,31 ± 0,74 mm setelah perawatan
ortodonti selesai dan 3,12 ± 0,84 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat
pertambahan overbite sebesar 0,81 ± 1,06 mm.

Universitas Sumatera Utara


44

Tabel 10. Hasil pengukuran pada pemakaian retainer selama > 6 bulan pada kasus
maloklusi Klas I tanpa pencabutan.

Model Studi Model Studi


Selisih
Hasil Pengukuran Kelompok 1 Kelompok 2
Mean ± SD Mean ± SD Mean ± SD
Irregularity Rahang atas 0,37 ± 0,03 1,19 ± 1,15 0,82 ± 0,12
index Rahang bawah 0,25 ± 0,14 0,73 ± 0,17 0,48 ± 0,27
Lebar Rahang atas 34,82 ± 1,02 33,05 ± 1,88 -1,77 ± 1,95
interkaninus Rahang bawah 26,51 ± 1,81 25,87 ± 2,57 -0,64 ± 1,39
Lebar Rahang atas 50,96 ± 2,39 49,95 ± 3,82 -1,00 ± 1,46
intermolar Rahang bawah 44,54 ± 2,32 44,65 ± 2,27 0,10 ± 0,50
Panjang Rahang atas 26,45 ± 1,07 27,20 ± 1,44 0,74 ± 2,16
lengkung Rahang bawah 22,87 ± 0,46 20,80 ± 0,82 -2,07 ± 1,27
Overjet 2,32 ± 0,42 2,90 ± 0,98 0,58 ± 1,13
Overbite 2,13 ± 0,76 2,55 ± 0,96 0,43 ± 0,90

Tabel 10 menunjukkan rata-rata hasil pengukuran Irregularity index pada


rahang atas yaitu sebesar 0,37 ± 0,03 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan
1,19 ± 1,15 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat pertambahan Irregularity
index pada rahang atas sebesar 0,82 ± 0,12 mm. Sedangkan rata-rata hasil
pengukuran Irregularity index pada rahang bawah yaitu sebesar 0,25 ± 0,14 mm
setelah perawatan ortodonti selesai dan 0,73 ± 0,17 mm setelah pemasangan retainer.
Terdapat pertambahan Irregularity index pada rahang bawah sebesar 0,48 ± 0,27
milimeter. Rata-rata hasil pengukuran lebar interkaninus pada rahang atas yaitu
sebesar 34,82 ± 1,02 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan 33,05 ± 1,88 mm
setelah pemasangan retainer. Terdapat pengurangan lebar interkaninus pada rahang
atas sebesar 1,77 ± 1,95 mm. Sedangkan rata-rata hasil pengukuran lebar
interkaninus pada rahang bawah yaitu sebesar 26,51 ± 1,81 mm setelah perawatan
ortodonti selesai dan 25,87 ± 2,57 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat

Universitas Sumatera Utara


45

pengurangan lebar interkaninus pada rahang bawah sebesar 0,64 ± 1,39 mm. Rata-
rata hasil pengukuran lebar intermolar pada rahang atas yaitu sebesar 50,96 ± 2,39
milimeter setelah perawatan ortodonti selesai dan 49,95 ± 3,82 mm setelah
pemasangan retainer. Terdapat pengurangan lebar intermolar pada rahang atas
sebesar 1,00 ± 1,46 mm. Sedangkan rata-rata hasil pengukuran lebar intermolar pada
rahang bawah yaitu sebesar 44,54 ± 2,32 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan
44,65 ± 2,27 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat pertambahan lebar
intermolar pada rahang bawah sebesar 0,10 ± 0,50 mm. Rata-rata hasil pengukuran
panjang lengkung pada rahang atas yaitu sebesar 26,45 ± 1,07 mm setelah perawatan
ortodonti selesai dan 27,20 ± 1,44 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat
pertambahan panjang lengkung pada rahang atas sebesar 0,74 ± 2,16 mm. Sedangkan
rata-rata hasil pengukuran panjang lengkung pada rahang bawah yaitu sebesar 22,87
± 0,46 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan 20,80 ± 0,82 mm setelah
pemasangan retainer. Terdapat pengurangan panjang lengkung pada rahang bawah
sebesar 2,07 ± 1,27 mm. Rata-rata hasil pengukuran overjet yaitu sebesar 2,32 ± 0,42
milimeter setelah perawatan ortodonti selesai dan 2,90 ± 0,98 mm setelah
pemasangan retainer. Terdapat pertambahan overjet sebesar 0,58 ± 1,13 mm. Rata-
rata hasil pengukuran overbite yaitu sebesar 2,13 ± 0,76 mm setelah perawatan
ortodonti selesai dan 2,55 ± 0,96 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat
pertambahan overbite sebesar 0,43 ± 0,90 mm.

Universitas Sumatera Utara


46

BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada 19 orang pasien (17 perempuan dan 2 laki-laki)
maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU
setelah pemasangan retainer. Terdapat 2 kelompok yang diamati dan dilakukan
pengukuran yaitu model studi pasien maloklusi Klas I tanpa pencabutan setelah
perawatan ortodonti selesai dan model studi pasien yang sama setelah pemasangan
retainer.
Berdasarkan wawancara terstruktur dengan bantuan kuesioner, diperoleh lama
pemakaian retainer yang disajikan pada tabel 1. Hasil yang didapatkan yaitu
sebanyak 10 orang memakai retainer selama 1-3 bulan dengan persentase sebesar
52,6%, kemudian diikuti dengan pemakaian retainer selama 4-6 bulan sebanyak 6
orang dengan persentase 31,6% dan yang paling sedikit yaitu selama > 6 bulan
sebanyak 3 orang dengan persentase 15,8%. Hal ini membuktikan tingkat pemakaian
retainer oleh pasien masih sangat rendah di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG
USU. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Kouguchi dkk., (cit. Pratt, 2011)
yang menyimpulkan bahwa sekitar 60-70% pasien sudah lupa tentang pentingnya
penggunaan retainer setelah perawatan ortodonti selesai.16
Tabel 2 menunjukkan rata-rata hasil pengukuran Irregularity index pada
rahang atas yaitu sebesar 0,35 ± 0,09 mm setelah perawatan ortodonti selesai
(kelompok 1) dan 1,20 ± 0,33 mm setelah pemasangan retainer (kelompok 2).
Terdapat pertambahan Irregularity index pada rahang atas sebesar 0,85 ± 0,33 mm.
Sedangkan rata-rata hasil pengukuran Irregularity index pada rahang bawah yaitu
sebesar 0,22 ± 0,12 mm setelah perawatan ortodonti selesai (kelompok 1) dan 1,08 ±
0,44 mm setelah pemasangan retainer (kelompok 2). Terdapat pertambahan
Irregularity index pada rahang bawah sebesar 0,86 ± 0,49 mm. Berdasarkan skala
yang telah ditetapkan oleh Little, rata-rata hasil pengukuran Irregularity index pada
rahang atas dan rahang bawah masih dapat diterima secara klinis. Hasil penelitian ini

Universitas Sumatera Utara


47

mendekati hasil penelitian Demir dkk., pada 20 orang pasien (14 orang perempuan
dan 6 orang laki-laki) dengan perawatan maloklusi Klas I tanpa pencabutan. Hasil
yang didapatkan yaitu rata-rata hasil pengukuran Irregularity index pada rahang atas
setelah perawatan ortodonti selesai sebesar 0,41 ± 1,16 mm dan 0,28 ± 0,13 mm pada
rahang bawah. Sedangkan rata-rata hasil pengukuran Irregularity index setelah
pemakaian retainer pada rahang atas sebesar 0,56 ± 0,65 mm dan 0,76 ± 0,88 mm
pada rahang bawah.46
Hasil analisis dengan uji Wilcoxon dengan derajat kemaknaan 95%
menunjukkan nilai signifikansi p<0,05 yang dapat disimpulkan terdapat perbedaan
yang signifikan antara rerata hasil pengukuran Irregularity index pada rahang atas
dan rahang bawah setelah perawatan ortodonti selesai dengan hasil pengukuran
setelah pemasangan retainer pada pasien maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik
PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
Zafarmand dkk., pada 19 orang pasien (15 orang perempuan dan 4 orang laki-laki),
menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata hasil
pengukuran Irregularity index pada rahang bawah setelah perawatan ortodonti
selesai dengan hasil pengukuran setelah pemakaian retainer dengan waktu pelepasan
alat ortodonti cekat sekitar 4 tahun (p<0,05).8 Namun, berbeda dengan hasil
penelitian Canuto dkk., pada 23 orang pasien (13 orang perempuan dan 10 orang
laki-laki), mereka menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara
rerata hasil pengukuran Irregularity index pada rahang atas setelah perawatan
ortodonti selesai dengan hasil pengukuran setelah pemakaian retainer (p>0,05).10 Hal
ini disebabkan oleh seluruh sampel pada penelitian Canuto dkk., menggunakan
retainernya selama 12 bulan penuh.10 Sedangkan pada penelitian ini, lama pemakaian
retainer sangat bervariasi, yaitu sebanyak 10 orang memakai retainer selama 1-3
bulan, 4-6 bulan sebanyak 6 orang dan > 6 bulan sebanyak 3 orang.
Pada tabel 3, didapatkan rata-rata hasil pengukuran lebar interkaninus pada
rahang atas yaitu sebesar 35,45 ± 1,66 mm setelah perawatan ortodonti selesai
(kelompok 1) dan 34,87 ± 1,73 mm setelah pemasangan retainer (kelompok 2).
Terdapat pengurangan lebar interkaninus pada rahang atas sebesar 0,58 ± 1,30 mm.

Universitas Sumatera Utara


48

Sedangkan rata-rata hasil pengukuran lebar interkaninus pada rahang bawah yaitu
sebesar 27,18 ± 1,93 mm setelah perawatan ortodonti selesai (kelompok 1) dan 26,59
± 2,00 mm setelah pemasangan retainer (kelompok 2). Terdapat pengurangan lebar
interkaninus pada rahang bawah sebesar 0,59 ± 0,85 mm. Hasil penelitian ini hampir
sama dengan hasil penelitian Tynelius dkk., pada 25 orang pasien (14 orang
perempuan dan 11 orang laki-laki), yaitu rata-rata hasil pengukuran lebar
interkaninus setelah perawatan ortodonti selesai sebesar 36,6 ± 2,77 mm dan 27,7 ±
1,9 mm pada rahang bawah. Sedangkan rata-rata hasil pengukuran lebar interkaninus
setelah retainer dipasang dengan waktu pelepasan alat ortodonti cekat pada rahang
atas sebesar 35,9 ± 2,4 mm dan 26,8 ± 2,2 mm pada rahang bawah.41 Menurut Taner
dkk., pengurangan lebar interkaninus berkaitan dengan bertambahnya Irregularity
index.47 Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dimana
terdapat pengurangan lebar interkaninus pada kedua rahang akibat Irregularity index
yang semakin bertambah setelah pemasangan retainer.
Hasil analisis dengan uji t berpasangan dengan derajat kemaknaan 95%
menunjukkan nilai signifikansi p>0,05 pada rahang atas yang berarti tidak ada
perbedaan yang signifikan antara rerata hasil pengukuran lebar interkaninus pada
rahang atas setelah perawatan ortodonti selesai dengan hasil pengukuran setelah
pemasangan retainer. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Canuto dkk., pada
23 orang pasien (13 orang perempuan dan 10 orang laki-laki), mereka menyimpulkan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata hasil pengukuran lebar
interkaninus pada rahang atas setelah perawatan ortodonti selesai dengan hasil
pengukuran setelah pemakaian retainer (p>0,05).10 Heiser dkk., melakukan penelitian
pada 30 orang pasien (23 orang perempuan dan 7 orang laki-laki), menyatakan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata hasil pengukuran lebar
interkaninus setelah perawatan ortodonti selesai dan alat ortodonti cekat dilepas
dengan hasil pengukuran setelah pemakaian retainer dengan nilai p<0,05.48 Hal
tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh peneliti dimana terdapat
perbedaan yang signifikan antara rerata hasil pengukuran lebar interkaninus pada
rahang bawah setelah perawatan ortodonti selesai dengan hasil pengukuran setelah

Universitas Sumatera Utara


49

pemasangan retainer (p<0,05) pada pasien maloklusi Klas I tanpa pencabutan di


Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU. Weinberg dan Sadowsky yang
melakukan penelitian pada 30 orang pasien maloklusi Klas I tanpa pencabutan
mendapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil pengukuran
lebar interkaninus pada rahang bawah jika dibandingkan dengan rahang atas. Hal ini
dapat disebabkan oleh gaya yang diberikan saat perawatan ortodonti cekat dilakukan,
karena lebar interkaninus cenderung kembali ke posisi sebelum dilakukan perawatan,
sehingga akan menimbulkan kesulitan untuk mempertahankan gigi pada posisi yang
baru.9,49 Pada penelitian ini, teknik perawatan ortodonti yang digunakan tidak
dikendalikan. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan adanya
perbedaan yang signifikan pada hasil pengukuran lebar interkaninus pada rahang
bawah jika dibandingkan dengan rahang atas.
Dari tabel 4 diperoleh rata-rata hasil pengukuran lebar intermolar pada rahang
atas yaitu sebesar 52,59 ± 2,52 mm setelah perawatan ortodonti selesai (kelompok 1)
dan 52,45 ± 2,49 mm setelah pemasangan retainer (kelompok 2). Terdapat
pengurangan lebar intermolar pada rahang atas sebesar 0,14 ± 1,24 mm. Sedangkan
rata-rata hasil pengukuran lebar intermolar pada rahang bawah yaitu sebesar 45,20 ±
2,12 mm setelah perawatan ortodonti selesai (kelompok 1) dan 44,91 ± 2,14 mm
setelah pemasangan retainer (kelompok 2). Terdapat pengurangan lebar intermolar
pada rahang bawah sebesar 0,29 ± 0,46 mm. Hasil penelitian ini mendekati penelitian
Canuto dkk., yaitu rata-rata hasil pengukuran lebar intermolar pada rahang atas
setelah perawatan ortodonti selesai sebesar 51,52 ± 2,50 mm dan rata-rata hasil
pengukuran lebar intermolar setelah pemakaian retainer sebesar 51,94 ± 2,51 mm.10
Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa perawatan ortodonti dapat
mengakibatkan terjadinya perubahan lebar interkaninus dan intermolar yang dapat
mempengaruhi stabilitas perawatan ortodonti dalam jangka panjang.7,8 Hal ini
disebabkan oleh perubahan yang terjadi pada lebar lengkung akan menyebabkan
ketidakseimbangan struktural dan ketidakstabilan gigi pada posisi yang baru setelah
dilakukan perawatan ortodonti. Selain itu, lebar interkaninus dan intermolar
cenderung kembali ke posisi semula, sehingga akan menimbulkan kesulitan untuk

Universitas Sumatera Utara


50

mempertahankan gigi pada posisi yang baru.9 Pernyataan ini sesuai dengan hasil
yang didapatkan oleh peneliti, dimana terdapat pengurangan lebar interkaninus dan
lebar intermolar pada kedua rahang.
Hasil analisis dengan uji t berpasangan dengan derajat kemaknaan 95%
menunjukkan nilai signifikansi p>0,05 pada rahang atas yang berarti tidak ada
perbedaan yang signifikan antara rerata hasil pengukuran lebar intermolar pada
rahang atas setelah perawatan ortodonti selesai dengan hasil pengukuran setelah
pemasangan retainer. Hal ini didukung oleh penelitian Canuto dkk., pada 23 orang
pasien (13 orang perempuan dan 10 orang laki-laki), mereka menyimpulkan bahwa
tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata hasil pengukuran lebar intermolar
pada rahang atas setelah perawatan ortodonti selesai dengan hasil pengukuran setelah
pemakaian retainer (p>0,05).10 Gorucu-Coskuner dkk., yang melakukan penelitian
pada 16 orang pasien (13 orang perempuan dan 3 orang laki-laki) dengan perawatan
maloklusi Klas I tanpa pencabutan, menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara rerata hasil pengukuran lebar intermolar pada rahang bawah setelah
perawatan ortodonti selesai dengan hasil pengukuran setelah pemakaian retainer
(p<0,05).50 Hasil penelitian tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh
peneliti, yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata hasil pengukuran
lebar intermolar pada rahang bawah setelah perawatan ortodonti selesai dengan hasil
pengukuran setelah pemasangan retainer dengan nilai p<0,05 pada pasien maloklusi
Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU. Strang dan
Shapiro yang menyimpulkan bahwa lebar interkaninus dan lebar intermolar pada
rahang bawah memiliki kemungkinan yang besar untuk relapse.49 Faktor yang
mempengaruhi terjadinya relapse yaitu keparahan crowding sebelum perawatan
ortodonti, perubahan jaringan ligamen periodontal dan gingiva, tekanan dari jaringan
lunak, dan kebiasaan buruk oleh pasien.10,22,51 Pada penelitian ini, tidak dilakukan
pemeriksaan pada model studi sebelum perawatan ortodonti, ada atau tidaknya
kebiasaan buruk pasien, dan tekanan dari jaringan lunak tidak dikendalikan. Hal ini
merupakan beberapa faktor yang menyebabkan adanya perbedaan yang signifikan

Universitas Sumatera Utara


51

pada hasil pengukuran lebar intermolar pada rahang bawah jika dibandingkan dengan
rahang atas.
Tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata hasil pengukuran panjang lengkung pada
rahang atas yaitu sebesar 27,52 ± 3,56 mm setelah perawatan ortodonti selesai
(kelompok 1) dan 25,77 ± 2,02 mm setelah pemasangan retainer (kelompok 2).
Terdapat pengurangan panjang lengkung pada rahang atas sebesar 1,75 ± 2,75 mm.
Sedangkan rata-rata hasil pengukuran panjang lengkung pada rahang bawah yaitu
sebesar 23,47 ± 2,01 mm setelah perawatan ortodonti selesai (kelompok 1) dan 21,37
± 2,06 mm setelah pemasangan retainer (kelompok 2). Terdapat pengurangan
panjang lengkung pada rahang bawah sebesar 2,10 ± 1,26 mm. Beberapa penelitian
mendapatkan hasil yang sama yaitu terdapat pengurangan panjang lengkung setelah
pemasangan retainer. Hal ini dimungkinkan karena pergeseran gigi anterior ke arah
mesial saat menerima tekanan pengunyahan.47 Hasil analisis dengan uji Wilcoxon
dengan derajat kemaknaan 95% menunjukkan nilai signifikansi p<0,05 yang dapat
disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata hasil pengukuran
panjang lengkung pada rahang atas dan rahang bawah setelah perawatan ortodonti
selesai dengan hasil pengukuran setelah pemasangan retainer pada pasien maloklusi
Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU. Hasil ini
didukung oleh penelitian Taner dkk., pada 30 orang pasien dengan perawatan tanpa
pencabutan, yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata hasil pengukuran
panjang lengkung pada rahang atas dan rahang bawah setelah perawatan ortodonti
selesai dengan hasil pengukuran setelah pemakaian retainer dengan nilai p<0,05.47
Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata hasil pengukuran overjet setelah
perawatan ortodonti selesai sebesar 1,91 ± 0,56 mm dan setelah pemasangan retainer
sebesar 2,30 ± 0,58 mm. Terdapat pertambahan overjet sebesar 0,38 ± 0,58 mm.
Pada penelitian Tynelius dkk., didapatkan rata-rata hasil pengukuran overjet setelah
perawatan ortodonti selesai dan alat ortodonti cekat dilepas sebesar 1,8 ± 0,7 mm dan
setelah retainer dipasang sebesar 2,5 ± 1,0 mm.41 Hasil analisis dengan uji t
berpasangan dengan derajat kemaknaan 95% menunjukkan nilai signifikansi p<0,05
yang dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata hasil

Universitas Sumatera Utara


52

pengukuran overjet setelah perawatan ortodonti selesai dengan hasil pengukuran


setelah pemasangan retainer pada pasien maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik
PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU. Berbeda dengan hasil penelitian Erdinc dkk.,
pada 49 orang pasien (30 orang perempuan dan 19 orang laki-laki) dengan perawatan
tanpa pencabutan dan menggunakan retainer lepasan pada rahang atas dan rahang
bawah, yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata hasil pengukuran
overjet setelah perawatan ortodonti selesai dengan hasil pengukuran setelah
pemakaian retainer minimal 2 tahun (p>0,05).51 Hal ini disebabkan oleh perbedaan
lama pemakaian retainer oleh sampel penelitian. Pada penelitian Erdinc dkk., seluruh
sampel menggunakan retainer lepasannya selama ± 2 tahun.51 Sedangkan pada
penelitian ini sebanyak 10 orang memakai retainer selama 1-3 bulan, 4-6 bulan
sebanyak 6 orang dan > 6 bulan sebanyak 3 orang.
Tabel 7 menunjukkan bahwa rata-rata hasil pengukuran overbite setelah
perawatan ortodonti selesai sebesar 2,22 ± 0,70 mm dan setelah pemasangan retainer
sebesar 2,78 ± 0,66 mm. Terdapat pertambahan overbite sebesar 0,56 ± 0,80 mm.
Hasil analisis dengan uji t berpasangan dengan derajat kemaknaan 95%
menunjukkan nilai signifikansi p<0,05 yang dapat disimpulkan terdapat perbedaan
yang signifikan antara rerata hasil pengukuran overbite setelah perawatan ortodonti
selesai dengan hasil pengukuran setelah pemasangan retainer pada pasien maloklusi
Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU. Berbeda
dengan hasil penelitian Erdinc dkk., pada 49 orang pasien (30 orang perempuan dan
19 orang laki-laki) dengan perawatan tanpa pencabutan dan menggunakan retainer
lepasan pada rahang atas dan rahang bawah, yaitu tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara rerata hasil pengukuran overbite setelah perawatan ortodonti selesai
dengan hasil pengukuran setelah pemakaian retainer minimal 2 tahun (p>0,05).51 Hal
ini disebabkan oleh perbedaan lama pemakaian retainer oleh sampel penelitian. Pada
penelitian Erdinc dkk., seluruh sampel menggunakan retainer lepasannya selama ± 2
tahun.51 Sedangkan pada penelitian ini sebanyak 10 orang memakai retainer selama
1-3 bulan, 4-6 bulan sebanyak 6 orang dan > 6 bulan sebanyak 3 orang.

Universitas Sumatera Utara


53

Perbedaan lama pemakaian retainer pada penelitian ini menunjukkan hasil


yang berbeda pada setiap pengukuran yang dilakukan. Berdasarkan pemakaian
retainer selama 1-3 bulan yang terdiri dari 10 orang sampel, didapatkan rata-rata
hasil pengukuran Irregularity index pada rahang atas yaitu sebesar 0,31 ± 0,07 mm
setelah perawatan ortodonti selesai dan 1,22 ± 0,37 mm setelah pemasangan retainer.
Terdapat pertambahan Irregularity index pada rahang atas sebesar 0,91 ± 0,37 mm.
Sedangkan rata-rata hasil pengukuran Irregularity index pada rahang bawah yaitu
sebesar 0,17 ± 0,11 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan 1,02 ± 0,37 mm
setelah pemasangan retainer. Terdapat pertambahan Irregularity index pada rahang
bawah sebesar 0,85 ± 0,41 mm. Rata-rata hasil pengukuran lebar interkaninus pada
rahang atas yaitu sebesar 35,57 ± 1,79 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan
35,02 ± 1,82 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat pengurangan lebar
interkaninus pada rahang atas sebesar 0,55 ± 0,64 mm. Sedangkan rata-rata hasil
pengukuran lebar interkaninus pada rahang bawah yaitu sebesar 27,47 ± 2,41 mm
setelah perawatan ortodonti selesai dan 26,74 ± 2,38 mm setelah pemasangan
retainer. Terdapat pengurangan lebar interkaninus pada rahang bawah sebesar 0,73 ±
0,70 mm. Rata-rata hasil pengukuran lebar intermolar pada rahang atas yaitu sebesar
53,17 ± 1,78 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan 52,97 ± 1,33 mm setelah
pemasangan retainer. Terdapat pengurangan lebar intermolar pada rahang atas
sebesar 0,20 ± 0,86 mm. Sedangkan rata-rata hasil pengukuran lebar intermolar pada
rahang bawah yaitu sebesar 45,43 ± 2,43 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan
45,11 ± 2,45 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat pengurangan lebar
intermolar pada rahang bawah sebesar 0,32 ± 0,19 mm. Rata-rata hasil pengukuran
panjang lengkung pada rahang atas yaitu sebesar 28,08 ± 4,90 mm setelah perawatan
ortodonti selesai dan 25,43 ± 2,59 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat
pengurangan panjang lengkung pada rahang atas sebesar 2,65 ± 3,24 mm. Sedangkan
rata-rata hasil pengukuran panjang lengkung pada rahang bawah yaitu sebesar 23,83
± 2,72 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan 21,29 ± 2,73 mm setelah
pemasangan retainer. Terdapat pengurangan panjang lengkung pada rahang bawah
sebesar 2,54 ± 1,02 mm. Rata-rata hasil pengukuran overjet yaitu sebesar 1,65 ± 0,55

Universitas Sumatera Utara


54

milimeter setelah perawatan ortodonti selesai dan 2,01 ± 0,38 mm setelah


pemasangan retainer. Terdapat pertambahan overjet sebesar 0,36 ± 0,36 mm. Rata-
rata hasil pengukuran overbite yaitu sebesar 2,19 ± 0,74 mm setelah perawatan
ortodonti selesai dan 2,64 ± 0,37 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat
pertambahan overbite sebesar 0,45 ± 0,65.
Berdasarkan pemakaian retainer selama 4-6 bulan yang terdiri dari 6 orang
sampel, diperoleh rata-rata hasil pengukuran Irregularity index pada rahang atas
yaitu sebesar 0,40 ± 0,11 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan 1,17 ± 0,36
milimeter setelah pemasangan retainer. Terdapat pertambahan Irregularity index
pada rahang atas sebesar 0,77 ± 0,36 mm. Sedangkan rata-rata hasil pengukuran
Irregularity index pada rahang bawah yaitu sebesar 0,28 ± 0,11 mm setelah
perawatan ortodonti selesai dan 1,35 ± 0,53 mm setelah pemasangan retainer.
Terdapat pertambahan Irregularity index pada rahang bawah sebesar 1,07 ± 0,62
milimeter. Rata-rata hasil pengukuran lebar interkaninus pada rahang atas yaitu
sebesar 35,56 ± 1,87 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan 35,52 ± 0,96 mm
setelah pemasangan retainer. Terdapat pengurangan lebar interkaninus pada rahang
atas sebesar 0,04 ± 1,63 mm. Sedangkan rata-rata hasil pengukuran lebar
interkaninus pada rahang bawah yaitu sebesar 27,03 ± 1,11 mm setelah perawatan
ortodonti selesai dan 26,70 ± 1,11 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat
pengurangan lebar interkaninus pada rahang bawah sebesar 0,34 ± 0,92 mm. Rata-
rata hasil pengukuran lebar intermolar pada rahang atas yaitu sebesar 52,43 ± 3,56
milimeter setelah perawatan ortodonti selesai dan 52,84 ± 2,96 mm setelah
pemasangan retainer. Terdapat pertambahan lebar intermolar pada rahang atas
sebesar 0,41 ± 1,60 mm. Sedangkan rata-rata hasil pengukuran lebar intermolar pada
rahang bawah yaitu sebesar 45,16 ± 1,72 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan
44,72 ± 1,85 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat pengurangan lebar
intermolar pada rahang bawah sebesar 0,44 ± 0,70 mm. Rata-rata hasil pengukuran
panjang lengkung pada rahang atas yaitu sebesar 27,11 ± 0,68 mm setelah perawatan
ortodonti selesai dan 25,63 ± 0,55 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat
pengurangan panjang lengkung pada rahang atas sebesar 1,49 ± 1,03 mm. Sedangkan

Universitas Sumatera Utara


55

rata-rata hasil pengukuran panjang lengkung pada rahang bawah yaitu sebesar 23,17
± 0,73 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan 21,81 ± 1,10 mm setelah
pemasangan retainer. Terdapat pengurangan panjang lengkung pada rahang bawah
sebesar 1,37 ± 1,47 mm. Rata-rata hasil pengukuran overjet yaitu sebesar 2,15 ± 0,47
milimeter setelah perawatan ortodonti selesai dan 2,48 ± 0,36 mm setelah
pemasangan retainer. Terdapat pertambahan overjet sebesar 0,33 ± 0,65 mm. Rata-
rata hasil pengukuran overbite yaitu sebesar 2,31 ± 0,74 mm setelah perawatan
ortodonti selesai dan 3,12 ± 0,84 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat
pertambahan overbite sebesar 0,81 ± 1,06 mm.
Berdasarkan lama pemakaian retainer selama >6 bulan yang terdiri dari 3 orang
sampel, didapatkan rata-rata hasil pengukuran Irregularity index pada rahang atas
yaitu sebesar 0,37 ± 0,03 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan 1,19 ± 1,15
milimeter setelah pemasangan retainer. Terdapat pertambahan Irregularity index
pada rahang atas sebesar 0,82 ± 0,12 mm. Sedangkan rata-rata hasil pengukuran
Irregularity index pada rahang bawah yaitu sebesar 0,25 ± 0,14 mm setelah
perawatan ortodonti selesai dan 0,73 ± 0,17 mm setelah pemasangan retainer.
Terdapat pertambahan Irregularity index pada rahang bawah sebesar 0,48 ± 0,27
milimeter. Rata-rata hasil pengukuran lebar interkaninus pada rahang atas yaitu
sebesar 34,82 ± 1,02 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan 33,05 ± 1,88 mm
setelah pemasangan retainer. Terdapat pengurangan lebar interkaninus pada rahang
atas sebesar 1,77 ± 1,95 mm. Sedangkan rata-rata hasil pengukuran lebar
interkaninus pada rahang bawah yaitu sebesar 26,51 ± 1,81 mm setelah perawatan
ortodonti selesai dan 25,87 ± 2,57 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat
pengurangan lebar interkaninus pada rahang bawah sebesar 0,64 ± 1,39 mm. Rata-
rata hasil pengukuran lebar intermolar pada rahang atas yaitu sebesar 50,96 ± 2,39
milimeter setelah perawatan ortodonti selesai dan 49,95 ± 3,82 mm setelah
pemasangan retainer. Terdapat pengurangan lebar intermolar pada rahang atas
sebesar 1,00 ± 1,46 mm. Sedangkan rata-rata hasil pengukuran lebar intermolar pada
rahang bawah yaitu sebesar 44,54 ± 2,32 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan
44,65 ± 2,27 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat pertambahan lebar

Universitas Sumatera Utara


56

intermolar pada rahang bawah sebesar 0,10 ± 0,50 mm. Rata-rata hasil pengukuran
panjang lengkung pada rahang atas yaitu sebesar 26,45 ± 1,07 mm setelah perawatan
ortodonti selesai dan 27,20 ± 1,44 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat
pertambahan panjang lengkung pada rahang atas sebesar 0,74 ± 2,16 mm. Sedangkan
rata-rata hasil pengukuran panjang lengkung pada rahang bawah yaitu sebesar 22,87
± 0,46 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan 20,80 ± 0,82 mm setelah
pemasangan retainer. Terdapat pengurangan panjang lengkung pada rahang bawah
sebesar 2,07 ± 1,27 mm. Rata-rata hasil pengukuran overjet yaitu sebesar 2,32 ± 0,42
milimeter setelah perawatan ortodonti selesai dan 2,90 ± 0,98 mm setelah
pemasangan retainer. Terdapat pertambahan overjet sebesar 0,58 ± 1,13 mm. Rata-
rata hasil pengukuran overbite yaitu sebesar 2,13 ± 0,76 mm setelah perawatan
ortodonti selesai dan 2,55 ± 0,96 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat
pertambahan overbite sebesar 0,43 ± 0,90 mm.
Berdasarkan wawancara terstruktur dengan bantuan kuesioner dapat diketahui
bagaimana pemakaian retainer oleh pasien yang berisi 3 pertanyaan, yaitu pada
pertanyaan pertama tentang seberapa sering retainer digunakan sebanyak 15 orang
menjawab setiap hari, 1 orang menjawab sebulan sekali, dan 3 orang tidak
mendapatkan informasi dari dokternya. Pertanyaan kedua tentang seberapa sering
pemakaian retainer pada malam hari, didapatkan hasil yaitu sebanyak 10 orang
menjawab beberapa hari sekali, 8 orang setiap hari, 1 orang seminggu sekali.
Pertanyaan ketiga tentang alasan mengapa pasien tidak menggunakan retainer sesuai
yang telah diinstruksikan, didapatkan hasil yaitu 6 orang merasa tidak nyaman, 5
orang lupa untuk menggunakannya, 5 orang retainernya sudah tidak pas, 2 orang
menghilangkan retainernya, dan 1 orang tidak suka penampilannya untuk sehari-hari.
Dalam pemakaian retainer, terdapat beberapa anjuran yang harus diinstruksikan oleh
dokter kepada pasien yaitu menggunakan retainer lepasan pada bulan pertama secara
rutin, melepaskan retainer ketika makan dan saat membersihkan gigi dan mulut, serta
melakukan pembersihan yang baik dan tepat pada retainer. Setelah bulan pertama,
retainer hanya digunakan di rumah dan pada malam hari untuk menghindari
kehilangan retainer.35,38 Selain itu, terdapat beberapa kunjungan untuk memeriksa

Universitas Sumatera Utara


57

apakah ada masalah selama pemakaian retainer dan memastikan retainer beradaptasi
dengan baik di rongga mulut.33 Pemeriksaan retainer dijadwalkan pada 6 minggu, 3
bulan, 6 bulan, 1 tahun, dan kemudian setiap tahun setelah pemakaian.35,38
Relapse dapat terjadi karena 3 alasan utama.22,52 Pertama yaitu karena
perubahan jaringan ligamen periodontal dan gingiva untuk menyesuaikan diri dengan
posisi gigi yang baru setelah dilakukan perawatan ortodonti. Serabut periodontium
utama membutuhkan waktu 3-4 bulan, serabut gingiva membutuhkan waktu 4-6
bulan, dan serabut transeptal membutuhkan waktu 1 tahun untuk mengatur ulang
susunannya (reorganisasi) di bawah beban pengunyahan normal. Selama jaringan
tersebut mengalami perubahan, gigi memiliki kecenderungan untuk kembali ke
posisi semula (relapse).10,22,32,53 Kedua yaitu gigi berada pada posisi yang tidak stabil
setelah perawatan, sehingga tekanan jaringan lunak secara terus menerus dapat
mengakibatkan terjadinya relapse dan yang ketiga yaitu perubahan akibat masa
pertumbuhan.22,51 Oleh karena itu, salah satu cara untuk mencegah terjadinya relapse
yaitu dengan penggunaan retainer dan diperlukan kooperatif pasien untuk mencapai
hasil yang diharapkan.1-4,11-13,15 Namun, pada penelitian ini hanya 3 dari 19 orang
yang memakai retainernya selama > 6 bulan, 4-6 bulan sebanyak 6 orang, dan 1-3
bulan sebanyak 10 orang. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya perubahan hasil perawatan ortodonti setelah pemasangan retainer pada
pasien maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG
USU.

Universitas Sumatera Utara


58

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang hasil perawatan ortodonti setelah
pemasangan retainer pada kasus maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS
Ortodonti RSGM FKG USU, dapat disimpulkan bahwa:
1. Tingkat pemakaian retainer oleh pasien masih rendah, dimana sebanyak
10 orang memakai retainer selama 1-3 bulan (52,6%), 6 orang dengan pemakaian
selama 4-6 bulan (31,6%) dan 3 orang dengan pemakaian selama >6 bulan (15,8%).
2. Terdapat perubahan hasil perawatan ortodonti setelah pemasangan
retainer pada kasus maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti
RSGM FKG USU, yaitu:
a. Pertambahan Irregularity index pada rahang atas sebesar 0,85 ± 0,33 mm
dan 0,86 ± 0,49 mm pada rahang bawah
b. Pengurangan lebar interkaninus pada rahang atas sebesar 0,58 ± 1,30 mm
dan 0,59 ±0,85 mm pada rahang bawah
c. Pengurangan lebar intermolar pada rahang atas sebesar 0,14 ± 1,24 mm
dan 0,29 ± 0,46 mm pada rahang bawah
d. Pengurangan panjang lengkung pada rahang atas sebesar 1,75 ± 2,75 mm
dan 2,10 ± 1,26 mm pada rahang bawah
e. Pertambahan overjet sebesar 0,38 ± 0,58 mm
f. Pertambahan overbite sebesar 0,56 ± 0,80 mm
3. Terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil pengukuran Irregularity
index pada rahang atas dan rahang bawah, lebar interkaninus pada rahang bawah,
lebar intermolar pada rahang bawah, panjang lengkung rahang atas dan rahang
bawah, overjet, dan overbite.

Universitas Sumatera Utara


59

6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut dengan lama pemakaian
retainer yang sama agar didapat validitas hasil penelitian yang lebih tinggi.
2. Dokter gigi harus menginstruksikan kepada pasien mengenai pentingnya
penggunaan retainer setelah perawatan ortodonti cekat dilepas untuk menghindari
terjadinya relapse.

Universitas Sumatera Utara


60

DAFTAR PUSTAKA

1. Elih. Relapse and retention after orthodontic treatment. Padjajaran Journal of


Dentistry 2015; 27(3): 139-48.
2. Johnston CD, Littlewood SJ. Retention in orthodontics. British Dental Journal
2015; 218(3): 119-22.
3. Reddy MSR, Suma S, Chandrasekhar BR, Chaukse A. Retention appliances - A
review. International Journal of Dental Clinics 2010; 2(3): 31-6.
4. Chougule KA. An overview of retention & stability in Orthodontics. Heal Talk
2012; 5(2): 43-4.
5. Iswari SH. Relaps dan pencegahannya dalam ortodonti. Majalah ilmiah Widya
2012; 29(319): 53-8.
6. Pratt MC, Kluemper GT, Hartsfield JK, Fardo D, Nash DA. Evaluation of
retention protocols among members of the American Association od
Orthodontist in the United States. AJO-DO 2011; 140(4): 520-6.
7. Oz AA, Oz AZ, Yazicioglu S, Arici N, Ozer M, Arici S. Comparison of arch
width changes following orthodontic treatment with and without extraction using
three-dimensional models. Nigerian Journal of Clinical Practice 2017; 20(5):
581-6.
8. Zafarmand AH, Qamari A. Zafarmand MM. Mandibular incisor re-crowding: Is
it different in extraction and nonextraction cases? OHDM 2014; 13(3): 669-74.
9. Ranjan PP, Shu XC, Pratap SV. Assessment of pretreatment and post treatment
arch-width changes in extraction and non extraction cases in a chinese patient
population. Unique Journal of Medical and Dental Sciences 2014; 02(2): 103-7.
10. Canuto LFG, Freitas MR, Freitas KMS, Cancado RH, Neves LS. Long-term
stability of maxillary anterior alignment in non-extraction cases. Dental Press J
Orthod 2013; 18(3): 46-53.

Universitas Sumatera Utara


61

11. Pravindevaprasad A, Therese BA. Tooth positioners and their effects on


treatment outcome. Journal of Natural Science, Biology and Medicine 2013;
4(2): 298-301.
12. Al-Moghrabi D , Pandis N, Fleming PS. The effects of fixed and removable
orthodontic retainers: a systematic review. Progress in Orthodontics 2016;
17(24): 1-22.
13. Ozel N. Retention procedures after treatment with orthodontic Braces. EC
Dental Science 2016; 5(6): 1208-13
14. Dyer KC. Long-term changes in the dental occlusion of the subjects treated
orthodontically. Thesis. Tennessee: University of Tennessee, 2010: 19-21.
15. Hyun P, Preston CB, Al-Jewair TS, Park-Hyun E, Tabbaa S. Patient compliance
with Hawley retainers fitted with the SMART® sensor: A prospective clinical
pilot study. Angle Orthodontist 2015; 85(2): 263-9.
16. Pratt MC, Kluemper GT, Lindstrom AF. Patient compliance with orthodontic
retainers in the postretention phase. AJO-DO 2011; 140(2): 196-201.
17. Vignesh PK, Felicita AS. Long term effectiveness of various orthodontic
retention – A review. IOSR-JDMS 2015; 14(2): 56-9.
18. Lyotard N, Hans M, Nelson S, Valiathan M. Short-term postorthodontic changes
in the absence of retention. Angle Orthodontist 2010; 80(6):1045-50.
19. Bourzgui F. Orthodontics – Basical aspects and clinical considerations. Croatia:
InTech, 2012: 3.
20. Singh G. Textbook of Orthodontics. Ed 2nd. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publishers (P) Ltd, 2007: 3-5, 170-2.
21. Premkumar S. Orthodontics: Prep manual for undergraduates. New Delhi:
Elsevier, 2008: 212-3.
22. Gill DS. Ortodonsia at a glance. Alih bahasa. Suta T Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2014: 2, 123-5.
23. Bondemark L, Holm AK, Hansen K, et al. Long-term stability of orthodontic
treatment and patient. Angle Orthodontist 2007; 77(1): 181-91.

Universitas Sumatera Utara


62

24. Faisal SS, Sakrani MH, Rizvi BE, Siddique H. Change in arch width after
extraction and non extraction treatment. Annals Abbasi Shaheed Hospital &
Karachi Medical & Dental College 2014; 19(1): 32-6.
25. Ganguly R, Suri L, Patel F. A literature review of the extraction decision and
uutcomes in orthodontic treatment. Journal of the Massachusetts Dental Society
2016; 65(2): 28-31
26. Malik V, Yadav P, Grover S, Chaudary G. Non-extraction orthodontic treatment
with molar distalization. JOFR 2012; 2(2): 99-103.
27. Livas C, Jongsma AC, Ren Y. Enamel reduction techniques in orthodontics: A
literature review. The Open Sentistry Journal 2013; 7: 146-51.
28. Hoybjerg AJ, Currier GF, Kadioglu O. Evaluation of 3 retention protocols using
the American Board of Orthodontics cast and radiograph evaluation. AJO-DO
2013; 144(1): 16-22.
29. Gill DS, Naini FB. Orthodontics principles and practice. Singapore: Willey-
Blackwell, 2011: 348, 350-1.
30. Littlewood SJ, Kandasamy S, Huang G. Retention and relapse in clinical
practice. Australian Dental Journal 2017; 62(1 suppl): 51-7.
31. Alam MK. A to Z Orthodontics: Retention and relapse. Malaysia: PPSP
Publication, 2012: 7-10, 12, 15.
32. Westerlund A, Daxberg EL, Liljegren A, Oikonomou C, Ransjo M, Samuelsson
O, et al. Stability and side effects of orthodontic retainers – A systematic review.
Dentistry 2014; 4(9): 1-17.
33. Luther F, Nelson Z. Orthodontic retainer and removable appliances: Principles
of design and use. UK: Wiley-Blackwell, 2013: 122-5, 131, 138-41.
34. Rowland H, Hichens L, Williams A, et al. The effectiveness of Hawley and
Vacuum-formed retainers: A single-center randomized controlled trial. AJO-DO
2007; 132(6): 730-7.
35. Karad A. Clinical Orthodontics: Current concepts, goals and mechanics. 2nd
edition. India: Reed Elsevier India Private Limited, 2015: 428-30.

Universitas Sumatera Utara


63

36. Proffit WR, Fields HW, Sarver DM. Contemporary orthodontics. Ed 5th.
St.Louis: Mosby Inc, 2013: 613-4.
37. Isaacson KG, Muir JD, Reed RT. Removable orthodontic appliance. India:
Elsevier, 2006: 104-5.
38. Raynham MA. The importance of retainers.
www.southeastortho.com/Portals/0/Importance_of-Retainers.pdf. (02 Februari
2018).
39. Tynelius GE, Bondemark L, Karlander EL. Evaluation of orthodontic treatment
after 1 year of retention – A randomized controlled trial. European Journal of
Orthodontics 2010; 32: 542-7.
40. Quaglio CL, Freitas KMS, Freitas MR, Janson G, Henriques JFC. Stability of
maxillary anterior crowding treatment. Dental Press J Orthod 2012; 17(4): 57-
64.
41. Tynelius GE, Petren S, Bondemark L, Karlander EL. Five-year postretention
outcomes of three retention methods – a randomized controlled trial. European
Journal of Orthodontics 2015; 37(4): 345-53.
42. Awad SM, El-Desoky T, Shalan HM, Qasem FA. Evaluation effect of asthma on
dentoalveolar morphology among children group. Stomatological Dis Sci 2017;
1: 22-8.
43. Foster TD. Buku ajar Ortodonsi. Alih Bahasa. Yuwono L Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2014: 31.
44. The American Board of Orthodontics. Grading system for dental casts and
panoramic radiographs.
https://www.americanboardortho.com/media/1191/grading-system-casts-
radiographs.pdf. (02 Februari 2018).
45. Phulari BS. Orthodontics: Principles and practice. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publishers, 2011: 150.
46. Demir A, Babacan H, Nalcaci R, Topcuoglu T. Comparison of retention
characteristics of Essix and Hawley retainers. Korean J Orthod 2012; 42(5): 255-
62.

Universitas Sumatera Utara


64

47. Taner T, Ciger S, Germec D. An evaluation of incisor relapse in premolar


extraction and nonextraction patients. Hacettepe University Faculty of Dentistry
2005; 29(1): 12-23.
48. Heiser W, Richter M, Niederwanger A, Neunteufel N, Kulmer S. Association of
the canine guidance angle with maxillary and mandibular intercanine widths and
anterior alignment relapse : Extraction vs nonextraction treatment. AJODO
2008; 133(5): 669-80.
49. Aksu M, Kocadereli I. Arch width changes in extraction and nonextraction
treatment in class I patients. Angle Orthodontist 2005; 75(6): 948-52.
50. Coskuner HG, Atik E, Kocadereli I. Effects of three different orthodontic
treatment methods on the stability of mandibular incisor alignment. The Journal
of Clinical Pediatric Dentistry 2017; 41(6): 486-92.
51. Erdinc AE, Nanda RS, Isiksal E. Relapse of anterior crowding in patients treated
with extraction and nonextraction of premolars. AJODO 2006; 129(6): 775-84.
52. Tamilkkumaran N, Felicita S. Fixed retainers vs removable retainers – Which is
better? IOSR-JDMS 2013; 11(6): 33-5.
53. Kumari M, Fida M. Vertical facial and dental arch dimensional changes in
extraction vs. non-extraction orthodontic treatment. Journal of the College of
Physicians and Surgeons Pakistan 2010; 20(1): 17-21.

Universitas Sumatera Utara


27

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI

Nama Lengkap : Istaria Iskandar

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat / Tanggal Lahir : Pangkalan Berandan / 12 September 1996

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat : Jl. Karya Wisata Komplek Griya Wisata Indah Blok E

231 Johor, Medan

Telepon/HP : 081260831209

Email : istariaiskandar12@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

2002 - 2008 : SD DP YKPP Pangkalan Berandan

2008 - 2011 : SMPN 2 Babalan kota Pangkalan Berandan

2011 - 2014 : SMAN 1 Babalan kota Pangkalan Berandan

2014 – Sekarang : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


27

LAMPIRAN 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Kepada Yth.
Saudara/i
Di Tempat

Selamat pagi Saudara/i,


Perkenalkan, nama saya Istaria Iskandar. Saya adalah mahasiswa Fakultas
Kedokteran Gigi USU. Saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk
menyelesaikan pendidikan akademik kedokteran gigi. Adapun penelitian saya
berjudul “Evaluasi Hasil Perawatan Ortodonti Setelah Pemasangan Retainer
pada Pasien Maloklusi Klas I Tanpa Pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti
RSGM FKG USU”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya perubahan susunan gigi
setelah penggunaan retainer. Manfaat dari penelitian ini adalah agar pasien dapat
mengetahui kemungkinan perubahan susunan gigi pasca perawatan ortodonti cekat
dilepas jika tidak menggunakan retainer lepasannya sesuai dengan yang diinstrusikan
oleh dokter gigi yang merawatnya.
Dalam penelitian tersebut, saya akan melakukan pencetakan gigi rahang atas
dan rahang bawah dengan menggunakan alat berupa sendok cetak yang sesuai
dengan ukuran rahang Saudara/i dan bahan cetak. Pertama, saya akan melakukan
pencetakan pada rahang bawah Saudar/i, yang kemudian dilanjutkan dengan
pencetakan rahang atas. Setelah melakukan persiapan untuk mencetak gigi Saudara/i,
bahan cetak akan dimasukkan ke dalam mulut Saudara/i selama 1 menit dan
dikeluarkan kembali. Selanjutnya saya akan mengambil catatan dari gigitan
Saudara/i pada wax, yaitu dengan menggigitkan wax yang sudah dilunakkan
sebelumnya sesuai dengan pola gigitan Saudara/i.

Universitas Sumatera Utara


27

Pada penelitian ini, Saudara/i tidak dikenakan biaya atau gratis dan tidak
terdapat risiko pada subjek yang akan diteliti. Sebagai ucapan terima kasih kepada
Saudara/i yang berpartisipasi, saya akan memberikan sebuah kotak pensil.
Sebagai informasi, di dalam prosedur pencetakan rahang atas mungkin
Saudara/i akan merasakan tidak nyaman, tetapi saya akan berupaya agar hal tersebut
tidak terjadi, yaitu dengan cara menggunakan bahan cetak yang beraroma
menyenangkan dan melakukan teknik pencetakan yang benar dan nyaman.
Untuk melakukan penelitian ini saya membutuhkan partisipasi Saudara/i
untuk bersedia ikut dalam penelitian yang dilakukan secara sukarela. Apabila selama
penelitian ini berlangsung terjadi keluhan, maka Saudara/i dapat menghubungi saya.
Demikian penjelasan dari saya. Jika Saudara/i bersedia jadi subjek penelitian,
lembar persetujuan terlampir harap ditandatangani dan dikembalikan kepada saya.
Apabila ada suatu hal yang tidak sesuai, kepada Saudara/i dipersilahkan untuk
mengundurkan diri selama penelitian ini berjalan. Atas bantuan, partisipasi, dan
kesediaan waktu Saudara/i saya ucapkan terima kasih.
Peneliti : Istaria Iskandar
Alamat : Jl. Karya Wisata Komplek Griya Wisata Indah Blok E 231 Medan
Telpon : 081260831209

Medan, 2018
Peneliti

(Istaria Iskandar)

Universitas Sumatera Utara


27

LAMPIRAN 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
Umur :
Alamat :
Telp/Hp :
Setelah mendapat penjelasan, dengan kesadaran dan tanpa paksaan mengenai
penelitian dan faham akan apa yang akan dilakukan, diperiksa, didapatkan pada
penelitian yang berjudul :

“EVALUASI HASIL PERAWATAN ORTODONTI SETELAH PEMASANGAN


RETAINER PADA PASIEN MALOKLUSI KLAS I TANPA PENCABUTAN
DI KLINIK PPDGS ORTODONTI RSGM FKG USU”

Maka dengan surat ini menyatakan setuju memberi izin bahwa Bapak/Ibu
menjadi subjek penelitian secara sadar dan tanpa paksaan.

Medan,..................2018
Yang Menyetujui,
Saksi Penelitian Subjek Penelitian

( .......................... ) (.......................................)

Universitas Sumatera Utara


27

LAMPIRAN 4

KUESIONER PENELITIAN

Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Sudah berapa lama pesawat ortodonti dilepas
(perkirakan jika Anda tidak mengingatnya) :
Sudah berapa lama menggunakan retainer
(perkirakan jika Anda tidak mengingatnya) :
Tipe retainer yang digunakan :

Seberapa sering Anda diinstruksikan untuk menggunakan retainer di malam hari


(pilih yang sesuai)
a. Saya tidak ingat
b. Dokter saya tidak pernah memberitahu seberapa sering untuk digunakan
c. Sebulan sekali
d. Seminggu sekali
e. Beberapa hari sekali
f. Setiap hari
g. Dokter saya memberitahu untuk tidak menggunakannya lagi
h. Lainnya,

Seberapa sering Anda menggunakan retainer di malam hari


a. Tidak pernah
Jika demikian, seberapa lama Anda tidak menggunakannya lagi
b. Sebulan sekali
c. Seminggu sekali
d. Beberapa hari sekali
e. Setiap hari

Universitas Sumatera Utara


27

f. Lainnya,

Jika Anda tidak menggunakan retainer sesuai yang diinstruksikan, apa alasan yang
mendasari Anda melakukan hal tersebut(pilih yang sesuai)
a. Saya tidak suka penampilannya
b. Saya merasa tidak nyaman
c. Saya lupa menggunakannya
d. Saya sulit untuk menggunakannya
e. Saya menghilangkan retainer saya
f. Retainer saya sudah tidak pas lagi
g. Membuat saya susah untuk berbicara
h. Lainnya,

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 5

JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

Waktu Penelitian
N Agustus 2017 September Oktober 2017 November Desember
Kegiatan
o. 2017 2017 2017
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan Laporan
2. Seminar Proposal
3. Revisi Proposal
4. Pengurusan Surat Izin
5. Pengumpulan Data
6. Pengolahan dan Analisis Data
7. Penyusunan Laporan

Waktu Penelitian
N
Kegiatan Januari 2018 Februari 2018 Maret 2018 April 2018 Mei 2018
o.
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan Laporan
2. Seminar Proposal
3. Revisi Proposal
4. Pengurusan Surat Izin
5. Pengumpulan Data
6. Pengolahan dan Analisis Data
7. Penyusunan Laporan

Universitas Sumatera Utara


27

Waktu Penelitian
N Juni 2018 Juli 2018 Agustus 2018 September Oktober 2018
Kegiatan
o. 2018
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan Laporan
2. Seminar Proposal
3. Revisi Proposal
4. Pengurusan Surat Izin
5. Pengumpulan Data
6. Pengolahan dan Analisis Data
7. Penyusunan Laporan

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 6

RINCIAN BIAYA PENELITIAN

Besar biaya yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:


1. Alginate Rp 98.000 @5 bungkus :Rp 490.000
2. Dental Stone Rp 37.500 @6 bungkus :Rp 225.000
3. Wax Rp 70.000 @3 kotak :Rp 210.000
4. Masker Rp 30.000 @1 kotak :Rp 30.000
5. Sarung Tangan Rp 35.000 @1 kotak :Rp 35.000
6. Souvenir Rp 35.000 @19 orang :Rp 665.000
7. Biaya penelitian di Klinik PPDGS Ortodonti
RSGM FKG USU Rp 250.000 /penelitian :Rp 250.000
8. Kertas A4 Rp 45.000 @1 rim :Rp 45.000
9. Kertas kuarto Rp 45.000 @6 rim :Rp 270.000
10. Tinta Printer :Rp 250.000
11. Jasa fotokopi dan jilid :Rp 300.000
12. Biaya Statistik :Rp 450.000
Total Rp 3. 220.000

Medan, 25 Juli 2018


Peneliti

(Istaria Iskandar)
NIM: 140600190

Keterangan: Seluruh biaya penelitian ditanggung oleh peneliti sendiri.

Universitas Sumatera Utara


27

LAMPIRAN 7

Lama Pemakaian Retainer pada Pasien Maloklusi Klas I Tanpa Pencabutan di Klinik
PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU

No. Lama Pemakaian


Nama Pasien Jenis Kelamin
Responden Retainer
1 Sri Ivan Madriansyah L 6 bulan
2 Yulenda Muliana P 3 bulan
3 Aini Ramadhani P 3 bulan
4 Jeanie Teresa Tansil P 1 bulan
5 Desi Siahaan P 6 bulan
6 Maria Ulfah P 1 bulan
7 Azizatul Mardhiyyah P 3 bulan
8 Aryani Agiza P 12 bulan
9 Siti Muthiatun Naila P 2 bulan
10 Novita Eka Butar-butar P 4 bulan
11 Nur Diana bin Sulaiman P 1 bulan
12 Geetha Priyadarshini P 6 bulan
13 Yuki Indah Swana P 1 bulan
14 Durgha Gumasesoran P 6 bulan
15 Hartati Fia P 3 bulan
16 Mitra Riswanda L 5 bulan
17 Navanitha Naidu P 12 bulan
18 Ketty Tanslie P 12 bulan
19 Karisha Hanna P 3 bulan

Universitas Sumatera Utara


27

LAMPIRAN 8

Hasil Pengukuran Irregularity Index Setelah Pemasangan Retainer pada Kasus


Maloklusi Klas I Tanpa Pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU

Irregularity Index
Setelah perawatan Setelah pemasangan
No. Jenis
ortodonti selesai retainer
Responden Kelamin
Rahang Rahang Rahang Rahang
Atas Bawah Atas Bawah
1 L 0,34 0,34 1,34 0,96
2 P 0,37 0,16 1,19 1,57
3 P 0,18 0,18 1,30 0,80
4 P 0,35 0,34 0,96 0,79
5 P 0,35 0,33 1,20 1,36
6 P 0,33 0,15 1,11 0,96
7 P 0,35 0,06 1,52 0,91
8 P 0,41 0,29 1,32 0,86
9 P 0,17 0,06 1,07 1,26
10 P 0,35 0,13 0,71 1,84
11 P 0,34 0,09 1,03 0,47
12 P 0,30 0,31 1,05 1,49
13 P 0,34 0,10 2,14 1,64
14 P 0,47 0,39 1,75 0,54
15 P 0,35 0,25 1,08 0,83
16 L 0,59 0,16 0,96 1,91
17 P 0,35 0,09 1,22 0,79
18 P 0,35 0,36 1,03 0,54
19 P 0,32 0,35 0,83 0,96

Universitas Sumatera Utara


27

Hasil Pengukuran Lebar Interkaninus Setelah Pemasangan Retainer pada Kasus


Maloklusi Klas I Tanpa Pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU

Lebar Interkaninus
Setelah perawatan Setelah pemasangan
No. Jenis
ortodonti selesai retainer
Responden Kelamin
Rahang Rahang Rahang Rahang
Atas Bawah Atas Bawah
1 L 36,27 27,33 35,50 26,84
2 P 38,14 28,74 36,33 27,73
3 P 38,00 30,13 37,46 29,41
4 P 36,34 28,15 35,81 27,96
5 P 36,98 26,92 36,63 26,26
6 P 33,90 24,04 32,81 23,61
7 P 35,24 25,82 34,62 25,79
8 P 35,74 27,76 32,07 26,15
9 P 35,45 25,88 34,83 23,52
10 P 35,36 26,11 34,78 25,40
11 P 36,30 28,31 36,94 27,24
12 P 32,24 26,04 35,50 27,56
13 P 34,93 26,66 34,78 26,47
14 P 35,07 26,72 34,19 25,77
15 P 35,22 25,10 35,15 24,85
16 L 37,46 29,07 36,53 28,34
17 P 33,73 24,44 31,87 23,17
18 P 35,00 27,34 35,22 28,29
19 P 32,14 31,83 31,48 30,77

Universitas Sumatera Utara


27

Hasil Pengukuran Lebar Intermolar Setelah Pemasangan Retainer pada Kasus


Maloklusi Klas I Tanpa Pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU

Lebar Intermolar
Setelah perawatan Setelah pemasangan
No. Jenis
ortodonti selesai retainer
Responden Kelamin
Rahang Rahang Rahang Rahang
Atas Bawah Atas Bawah
1 L 56,04 47,39 54,14 46,25
2 P 50,15 44,30 51,49 43,63
3 P 53,46 45,36 52,98 44,89
4 P 53,42 43,99 53,16 43,77
5 P 52,47 45,75 54,51 46,24
6 P 50,51 42,24 50,45 42,08
7 P 52,17 44,48 52,74 44,03
8 P 50,63 44,17 49,06 44,85
9 P 53,93 44,50 53,75 44,40
10 P 50,78 43,87 50,73 42,55
11 P 54,74 45,39 52,69 44,96
12 P 48,71 44,59 51,15 44,04
13 P 53,02 45,05 52,98 44,77
14 P 49,28 42,80 49,26 42,70
15 P 55,48 47,87 55,23 47,80
16 L 57,30 46,57 57,22 46,53
17 P 48,75 42,43 46,66 42,28
18 P 53,49 47,03 54,14 46,81
19 P 54,79 51,07 54,21 50,74

Universitas Sumatera Utara


27

Hasil Pengukuran Panjang Lengkung Setelah Pemasangan Retainer pada Kasus


Maloklusi Klas I Tanpa Pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU

Panjang Lengkung
Setelah perawatan Setelah pemasangan
No. Jenis
ortodonti selesai retainer
Responden Kelamin
Rahang Rahang Rahang Rahang
Atas Bawah Atas Bawah
1 L 27,22 23,98 26,53 23,05
2 P 29,98 25,95 28,62 23,16
3 P 31,77 26,87 29,01 23,18
4 P 27,91 24,21 25,16 21,86
5 P 27,22 23,27 25,17 20,21
6 P 21,20 19,90 20,93 16,61
7 P 23,88 20,50 23,45 16,78
8 P 27,61 22,91 26,96 20,52
9 P 26,04 22,74 25,80 21,33
10 P 28,36 23,86 25,06 20,92
11 P 39,13 26,11 27,83 23,15
12 P 26,66 23,32 25,31 21,62
13 P 28,62 26,12 25,99 23,13
14 P 26,65 22,17 25,87 22,71
15 P 26,20 20,39 22,98 19,63
16 L 26,55 22,44 25,81 22,32
17 P 25,51 23,30 28,74 20,16
18 P 26,24 22,39 25,89 21,72
19 P 26,09 25,51 24,56 24,06

Universitas Sumatera Utara


27

Hasil Pengukuran Overjet Setelah Pemasangan Retainer pada Kasus Maloklusi Klas
I Tanpa Pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU

Overjet
No. Jenis
Setelah perawatan Setelah pemasangan
Responden Kelamin
ortodonti selesai retainer
1 L 2,18 2,22
2 P 2,08 2,30
3 P 2,22 2,25
4 P 1,75 1,93
5 P 1,67 2,12
6 P 1,46 1,54
7 P 1,18 1,89
8 P 2,77 3,14
9 P 1,66 1,73
10 P 2,69 2,13
11 P ,61 1,55
12 P 1,53 2,93
13 P 1,54 2,46
14 P 2,56 2,67
15 P 2,56 2,65
16 L 2,28 2,79
17 P 1,93 3,73
18 P 2,25 1,83
19 P 1,45 1,79

Universitas Sumatera Utara


27

Hasil Pengukuran Overbite Setelah Pemasangan Retainer pada Kasus Maloklusi Klas
I Tanpa Pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU

Overbite
No. Jenis
Setelah perawatan Setelah pemasangan
Responden Kelamin
ortodonti selesai retainer
1 L 1,82 1,88
2 P 2,14 2,40
3 P 2,90 2,99
4 P 2,16 2,51
5 P 2,98 3,38
6 P 3,50 3,28
7 P 2,82 2,28
8 P 2,87 2,47
9 P 2,49 2,52
10 P 1,80 2,88
11 P 1,19 2,36
12 P 1,54 4,39
13 P 1,75 3,19
14 P 3,39 3,48
15 P 1,60 2,59
16 L 2,35 2,73
17 P 2,16 3,55
18 P 1,35 1,63
19 P 1,35 2,28

Universitas Sumatera Utara


27

LAMPIRAN 9

Uji Normalitas Irregularity Index Setelah Pemasangan Retainer pada Kasus


Maloklusi Klas I Tanpa Pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Irregularity Index
rahang atas setelah ,280 19 ,000 ,819 19 ,002
ortho selesai
Irregularity Index
rahang atas setelah ,178 19 ,116 ,890 19 ,032
pemasangan retainer
Irregularity Index
rahang bawah setelah ,165 19 ,185 ,893 19 ,036
ortho selesai
Irregularity Index
rahang bawah setelah ,237 19 ,006 ,918 19 ,104
pemasangan retainer
Selisih Irregularity
Index pada Rahang ,169 19 ,158 ,924 19 ,135
Atas
Selisih Irregularity
Index pada Rahang ,163 19 ,200* ,936 19 ,226
Bawah
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Universitas Sumatera Utara


27

Uji Normalitas Lebar Interkaninus Setelah Pemasangan Retainer pada Kasus


Maloklusi Klas I Tanpa Pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Lebar Interkaninus
rahang atas setelah ,167 19 ,170 ,952 19 ,435
ortho selesai
Lebar Interkaninus
rahang atas setelah ,180 19 ,107 ,927 19 ,150
pemasangan retainer
Lebar Interkaninus
rahang bawah setelah ,098 19 ,200* ,973 19 ,833
ortho selesai
Lebar Interkaninus
rahang bawah setelah ,089 19 ,200* ,978 19 ,919
pemasangan retainer
Selisih Lebar
Interkaninus pada ,190 19 ,069 ,849 19 ,006
Rahang Atas
Selisih Lebar
Interkaninus pada ,160 19 ,200* ,936 19 ,226
Rahang Bawah
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Universitas Sumatera Utara


27

Uji Normalitas Lebar Intermolar Setelah Pemasangan Retainer pada Kasus Maloklusi
Klas I Tanpa Pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Lebar Intermolar
rahang atas setelah ,131 19 ,200* ,964 19 ,644
ortho selesai
Lebar Intermolar
rahang atas setelah ,170 19 ,150 ,968 19 ,739
pemasangan retainer
Lebar Intermolar
rahang bawah setelah ,149 19 ,200* ,922 19 ,124
ortho selesai
Lebar Intermolar
rahang bawah setelah ,175 19 ,127 ,925 19 ,139
pemasangan retainer
Selisih Lebar
Intermolar pada ,200 19 ,044 ,928 19 ,158
Rahang Atas
Selisih Lebar
Intermolar pada ,188 19 ,074 ,930 19 ,170
Rahang Bawah
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Universitas Sumatera Utara


27

Uji Normalitas Panjang Lengkung Setelah Pemasangan Retainer pada Kasus


Maloklusi Klas I Tanpa Pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Panjang Lengkung
rahang atas setelah ,221 19 ,016 ,812 19 ,002
ortho selesai
Panjang Lengkung
rahang atas setelah ,152 19 ,200* ,950 19 ,396
pemasangan retainer
Panjang Lengkung
rahang bawah setelah ,109 19 ,200* ,954 19 ,457
ortho selesai
Panjang Lengkung
rahang bawah setelah ,138 19 ,200* ,881 19 ,023
pemasangan retainer
Selisih Panjang
,239 19 ,005 ,741 19 ,000
Lengkung Rahang Atas
Selisih Panjang
Lengkung Rahang ,183 19 ,095 ,925 19 ,142
Bawah
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Universitas Sumatera Utara


27

Uji Normalitas Overjet Setelah Pemasangan Retainer pada Kasus Maloklusi Klas I
Tanpa Pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Overjet setelah ortho
,104 19 ,200* ,963 19 ,628
selesai
Overjet setelah
,128 19 ,200* ,944 19 ,305
pemasangan retainer
Selisih Overjet ,162 19 ,200* ,928 19 ,162
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Uji Normalitas Overbite Setelah Pemasangan Retainer pada Kasus Maloklusi Klas I Tanpa
Pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Overbite setelah ortho
,137 19 ,200* ,950 19 ,389
selesai
Overbite setelah
,141 19 ,200* ,962 19 ,621
pemasangan retainer
Selisih Overbite ,118 19 ,200* ,959 19 ,552
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Universitas Sumatera Utara


27

LAMPIRAN 10

Hasil Perhitungan Statistik Irregularity index pada Kasus Maloklusi Klas I Tanpa
Pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU

Ranks
N Mean Sum of
Rank Ranks
Irregularity Index Negative
0a ,00 ,00
rahang atas setelah Ranks
pemasangan retainer - Positive Ranks 19b 10,00 190,00
Irregularity Index Ties 0c
rahang atas setelah
ortho selesai Total 19
Irregularity Index Negative
0d ,00 ,00
rahang bawah setelah Ranks
pemasangan retainer - Positive Ranks 19e 10,00 190,00
Irregularity Index Ties 0f

rahang bawah setelah


ortho selesai Total 19

Test Statisticsa
Irregularity Index rahang atas Irregularity Index rahang
setelah pemasangan retainer - bawah setelah pemasangan
Irregularity Index rahang atas retainer - Irregularity Index
setelah ortho selesai rahang bawah setelah ortho
selesai
b
Z -3,823 -3,823b
Asymp. Sig.
,000 ,000
(2-tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.

Universitas Sumatera Utara


Hasil Perhitungan Statistik Lebar Interkaninus pada Kasus Maloklusi Klas I Tanpa Pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti
RSGM FKG USU

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Std. Error Mean
Deviation

Lebar Interkaninus rahang atas setelah ortho selesai 35,4479 19 1,66223 ,38134
Pair 1
Lebar Interkaninus rahang atas setelah pemasangan retainer 34,8684 19 1,73164 ,39727
Lebar Interkaninus rahang bawah setelah ortho selesai 27,1784 19 1,93161 ,44314
Pair 2
Lebar Interkaninus rahang bawah setelah pemasangan retainer 26,5858 19 2,00075 ,45900

Paired Samples Test


Paired Differences t df Sig. (2-

Mean Std. Std. Error 95% Confidence Interval of the tailed)

Deviation Mean Difference

Lower Upper
Lebar Interkaninus rahang atas
setelah ortho selesai - Lebar
Pair 1 ,57947 1,30371 ,29909 -,04889 1,20784 1,937 18 ,069
Interkaninus rahang atas setelah
pemasangan retainer
Lebar Interkaninus rahang bawah
setelah ortho selesai - Lebar
Pair 2 ,59263 ,85170 ,19539 ,18212 1,00314 3,033 18 ,007
Interkaninus rahang bawah setelah
pemasangan retainer

Universitas Sumatera Utara


27

Hasil Perhitungan Statistik Lebar Intermolar pada Kasus Maloklusi Klas I Tanpa Pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM
FKG USU

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Std. Error Mean
Deviation

Lebar Intermolar rahang atas setelah ortho selesai 52,5853 19 2,52192 ,57857
Pair 1
Lebar Intermolar rahang atas setelah pemasangan retainer 52,4500 19 2,48545 ,57020
Lebar Intermolar rahang bawah setelah ortho selesai 45,2026 19 2,11704 ,48568
Pair 2
Lebar Intermolar rahang bawah setelah pemasangan retainer 44,9116 19 2,13795 ,49048

Paired Samples Test


Paired Differences t df Sig. (2-

Mean Std. Std. Error 95% Confidence Interval of the tailed)

Deviation Mean Difference

Lower Upper

Lebar Intermolar rahang atas


setelah ortho selesai - Lebar
Pair 1 ,13526 1,24052 ,28459 -,46265 ,73317 ,475 18 ,640
Intermolar rahang atas setelah
pemasangan retainer
Lebar Intermolar rahang bawah
setelah ortho selesai - Lebar
Pair 2 ,29105 ,46268 ,10615 ,06805 ,51406 2,742 18 ,013
Intermolar rahang bawah setelah
pemasangan retainer

Universitas Sumatera Utara


Hasil Perhitungan Statistik Panjang Lengkung pada Kasus Maloklusi Klas I Tanpa
Pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU

Ranks
N Mean Sum of
Rank Ranks
Panjang Lengkung Negative
18a 9,61 173,00
rahang atas setelah Ranks
pemasangan retainer - Positive Ranks 1b 17,00 17,00
Panjang Lengkung Ties 0c
rahang atas setelah
ortho selesai Total 19
Panjang Lengkung Negative
18d 10,44 188,00
rahang bawah setelah Ranks
pemasangan retainer - Positive Ranks 1e 2,00 2,00
Panjang Lengkung Ties 0f
rahang bawah setelah
ortho selesai Total 19

Test Statisticsa
Panjang Lengkung rahang Panjang Lengkung rahang
atas setelah pemasangan bawah setelah pemasangan
retainer - Panjang Lengkung retainer - Panjang Lengkung
rahang atas setelah ortho rahang bawah setelah ortho
selesai selesai
Z -3,139b -3,743b
Asymp. Sig.
,002 ,000
(2-tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.

Universitas Sumatera Utara


Hasil Perhitungan Statistik Overjet pada Kasus Maloklusi Klas I Tanpa Pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG
USU

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Std. Error Mean
Deviation

Overjet setelah ortho selesai 1,9121 19 ,56295 ,12915


Pair 1
Overjet setelah pemasangan retainer 2,2955 19 ,57764 ,13252

Paired Samples Test


Paired Differences t df Sig. (2-

Mean Std. Std. Error 95% Confidence Interval of the tailed)

Deviation Mean Difference

Lower Upper

Overjet setelah ortho selesai -


Pair 1 Overjet setelah pemasangan -,38342 ,57629 ,13221 -,66118 -,10566 -2,900 18 ,010
retainer

Universitas Sumatera Utara


27

Hasil Perhitungan Statistik Overbite pada Kasus Maloklusi Klas I Tanpa Pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG
USU

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Std. Error Mean
Deviation

Overbite setelah ortho selesai 2,2168 19 ,70331 ,16135


Pair 1
Overbite setelah pemasangan retainer 2,7755 19 ,65536 ,15035

Paired Samples Test


Paired Differences t df Sig. (2-

Mean Std. Std. Error 95% Confidence Interval of the tailed)

Deviation Mean Difference

Lower Upper

Overbite Total setelah ortho


Pair 1 selesai - Overbite Total setelah -,55868 ,80457 ,18458 -,94647 -,17090 -3,027 18 ,007
pemasangan retainer

Universitas Sumatera Utara


Hasil Perhitungan Statistik Berdasarkan Lama Pemakaian Retainer pada Kasus Maloklusi Klas I Tanpa Pencabutan di Klinik
PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU

Lama Pemakaian Retainer


1-3 bulan 4-6 bulan > 6 bulan
Hasil Pengukuran Model Studi Model Studi Model Studi Model Studi Model Studi Model Studi
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 1 Kelompok 2
Mean ± SD Mean ± SD Mean ± SD Mean ± SD Mean ± SD Mean ± SD
Irregularity Rahang atas 0,31 ± 0,07 1,22 ± 0,37 0,40 ± 0,11 1,17 ± 0,36 0,37 ± 0,03 1,19 ± 1,15
index Rahang bawah 0,17 ± 0,11 1,02 ± 0,37 0,28 ± 0,11 1,35 ± 0,53 0,25 ± 0,14 0,73 ± 0,17
Lebar Rahang atas 35,57 ± 1,79 35,02 ± 1,82 35,56 ± 1,87 35,52 ± 0,96 34,82 ± 1,02 33,05 ± 1,88
interkaninus Rahang bawah 27,47 ± 2,41 26,74 ± 2,38 27,03 ± 1,11 26,70 ± 1,11 26,51 ± 1,81 25,87 ± 2,57
Lebar Rahang atas 53,17 ± 1,78 52,97 ± 1,33 52,43 ± 3,56 52,84 ± 2,96 50,96 ± 2,39 49,95 ± 3,82
intermolar Rahang bawah 45,43 ± 2,43 45,11 ± 2,45 45,16 ± 1,72 44,72 ± 1,85 44,54 ± 2,32 44,65 ± 2,27
Panjang Rahang atas 28,08 ± 4,90 25,43 ± 2,59 27,11 ± 0,68 25,63 ± 0,55 26,45 ± 1,07 27,20 ± 1,44
lengkung Rahang bawah 23,83 ± 2,72 21,29 ± 2,73 23,17 ± 0,73 21,81 ± 1,10 22,87 ± 0,46 20,80 ± 0,82
Overjet 1,65 ± 0,55 2,01 ± 0,38 2,15 ± 0,47 2,48 ± 0,36 2,32 ± 0,42 2,90 ± 0,98
Overbite 2,19 ± 0,74 2,64 ± 0,37 2,31 ± 0,74 3,12 ± 0,84 2,13 ± 0,76 2,55 ± 0,96

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai