SKRIPSI
ISTARIA ISKANDAR
NIM : 140600190
Istaria Iskandar
Evaluasi Hasil Perawatan Ortodonti Setelah Pemasangan Retainer pada Pasien
Maloklusi Klas I Tanpa Pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU
x + 64 halaman
Hasil perawatan ortodonti cenderung kembali ke posisi semula (relapse) dan
dapat dicegah dengan penggunaan retainer. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui (1) lama pemakaian retainer, (2) perubahan hasil perawatan ortodonti
setelah pemasangan retainer pada kasus maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik
PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU. Penelitian ini dilakukan pada 19 orang pasien
(17 perempuan dan 2 laki-laki) maloklusi Klas I tanpa pencabutan. Sampel yang
memenuhi kriteria inklusi akan di recall, dilakukan wawancara terstruktur, dan
pencetakan pada kedua rahang. Pengukuran dilakukan pada model studi pasien
maloklusi Klas I tanpa pencabutan setelah perawatan ortodonti selesai dan model
studi pasien yang sama setelah pemasangan retainer. Hasilnya yaitu sebanyak 10
orang memakai retainer selama 1-3 bulan, 4-6 bulan sebanyak 6 orang, dan > 6 bulan
sebanyak 3 orang, terdapat pertambahan Irregularity index pada rahang atas sebesar
0,85 ± 0,33 mm dan 0,86 ± 0,49 mm pada rahang bawah, pengurangan lebar
interkaninus pada rahang atas sebesar 0,58 ± 1,30 dan 0,59 ±0,85 mm pada rahang
bawah, pengurangan lebar intermolar pada rahang atas sebesar 0,14 ± 1,24 mm dan
0,29 ± 0,46 mm pada rahang bawah, pengurangan panjang lengkung pada rahang
atas sebesar 1,75 ± 2,75 mm dan 2,10 ± 1,26 mm pada rahang bawah, pertambahan
overjet sebesar 0,38 ± 0,58 mm, dan pertambahan overbite sebesar 0,56 ± 0,80 mm.
Kesimpulannya adalah terdapat perubahan yang signifikan dari hasil perawatan
ortodonti ditinjau dari pengukuran Irregularity index pada rahang atas dan rahang
bawah, lebar interkaninus pada rahang bawah, lebar intermolar pada rahang bawah,
panjang lengkung rahang atas dan rahang bawah, overjet, dan overbite setelah
TIM PENGUJI
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Evaluasi Hasil Perawatan Ortodonti Setelah Pemasangan Retainer pada Pasien
Maloklusi Klas I Tanpa Pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU”
untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kedokteran Gigi dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Ichsan Iskandar,
Ibunda Irawati Nasution, dan Kakanda dr. Ika Rafika Iskandar atas segala kasih
sayang, doa, dan dukungan serta segala bantuan baik berupa moril maupun materil
yang tidak akan terbalas oleh penulis. Selain itu, Dalam penulisan skripsi ini, penulis
mendapat banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan
segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa
terima kasih kepada :
1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG.(K). selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort.(K). selaku Kepala Departemen Ortodonti
Fakultas Kedokteran Gigi Sumatera Utara.
3. Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort.(K). selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan kesabaran untuk membimbing,
mengarahkan, dan memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan semaksimal mungkin.
4. Siti Bahirrah, drg., Sp.Ort.(K). dan Erliera, drg., Sp.Ort.(K). selaku dosen
penguji skripsi yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran serta masukan
sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
iv
Universitas Sumatera Utara
5. Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM. selaku penasehat akademik yang telah
memberikan nasihat, motivasi dan dukungan selama penulis menjalankan pendidikan
di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
6. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara yang telah membimbing dan memberikan ilmunya kepada penulis selama masa
pendidikan.
7. Pegawai Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara atas motivasi dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini hingga
selesai.
8. Ibu Maya selaku dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat bidang
Statistik yang telah banyak membantu dalam penyempurnaan hasil penelitian ini.
9. Sahabat-sahabat tersayang Erlinda, Nabila, Dina, Tiara, Miftah, Karisha,
Intan, Cut, Lady atas segala bantuan, perhatian, dukungan, dan dorongan semangat
yang diberikan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.
10. Teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Ortodonsia FKG
USU, yaitu Bintang Serdalina, Amelia Sihotang, dkk.
11. Semua teman-teman Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara terutama angkatan 2014.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam pengantar
ini.
Akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan semoga skripsi
ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan
ilmu dan masyarakat.
(Istaria Iskandar)
NIM: 140600190
v
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................. 3
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................ 3
1.4 Hipotesis Penelitian .................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
1.5.1 Manfaat Teoritis .......................................................................... 4
1.5.2 Manfaat Praktis ........................................................................... 4
vi
Universitas Sumatera Utara
2.4.1.2. Fixed Retainer............................................................................. 12
2.4.2. Jangka Waktu Penggunaan Retainer........................................... 12
2.4.3. Cara Pemakaian Retainer ............................................................ 13
2.4.4. Evaluasi Pemakaian Retainer...................................................... 13
2.5. Evaluasi Hasil Perawatan Ortodonti ........................................... 14
2.6. Kerangka Teori ........................................................................... 18
2.7. Kerangka Konsep ........................................................................ 19
LAMPIRAN
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
x
Universitas Sumatera Utara
1
BAB 1
PENDAHULUAN
cekat ataupun retainer lepasan. Pada jangka waktu 10 sampai 20 tahun setelah
perawatan selesai dilakukan, peningkatan kemungkinan untuk terjadinya gigi berjejal
berkurang.14 Kooperatif pasien dalam menggunakan retainer sangat diperlukan,
karena jaringan lunak mulut membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan
posisi gigi yang baru setelah perawatan ortodonti selesai.15 Kouguchi dkk.,
membuktikan bahwa, sekitar 60-70% pasien sudah lupa tentang pentingnya
menggunakan alat pada masa retensi setelah perawatan ortodonti selesai.16
Terdapat beberapa penelitian yang telah mengevaluasi hasil perawatan
ortodonti setelah penggunaan retainer. Salah satunya yaitu Kujipers dkk., yang
melakukan penelitian pada 222 subjek dalam jangka waktu 5 tahun setelah
penggunaan retainer, mereka mendapatkan hasil yaitu irregularity index berkurang
secara signifikan dari sebelum dilakukan perawatan sampai akhir dari perawatan.17
Sedangkan Lyotard, Hans, Nelson dan Valiathan, yang meneliti dengan
menggunakan sampel 14 laki-laki dan 16 perempuan, dengan rata-rata umur 15,2 dan
16,4 tahun, mendapatkan hasil yaitu terdapat perubahan yang signifikan secara
statistik setelah 4 minggu pelepasan piranti ortodonti pada lebar interkaninus rahang
bawah, lebar intermolar rahang bawah, gigi berjejal pada rahang atas, dan overbite.18
Banyak penelitian yang telah menunjukkan bahwa susunan gigi dapat kembali
ke posisi awal dari maloklusi ataupun mengalami perubahan setelah perawatan
ortodonti dilepas jika tidak menggunakan retainer. Maka berdasarkan uraian di atas,
peneliti tertarik untuk meneliti tentang hasil perawatan ortodonti setelah pemasangan
retainer pada kasus maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti
RSGM FKG USU.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
a b c
Gambar 1. (a) Klas I skeletal, (b) Klas II skeletal, (c) Klas III skeletal20
gigi, memprotusifkan gigi insisivus yang masih dapat diterima secara klinis, dan
melebarkan lengkung rahang (dalam arah transversal).24,26,27
2.3. Relapse
2.3.1. Definisi Relapse
Terdapat dua perubahan yang terjadi setelah perawatan ortodonti dilepas, yaitu
settling dan relapse. Settling (penyesuaian) yaitu proses saat gigi berusaha untuk
tetap pada posisinya atau bergeser sedikit untuk mencapai kontak interoklusal yang
stabil secara fungsional setelah perawatan ortodonti.11,28 Sedangkan relapse yaitu
proses dimana gigi dan rahang kembali ke posisi maloklusi semula.1-4,13,28
Menurut British Standard Institute, relapse adalah kembali ke posisi semula,
kembali ke bentuk maloklusi semula, setelah dilakukan perawatan.1,5,29 Menurut
Joondeph dan Riedel, relapse adalah kecenderungan gigi untuk kembali ke posisi
sebelum dilakukan perawatan.14 Menurut Moyers, relapse adalah suatu keadaan
hilangnya koreksi yang telah dicapai dalam perawatan ortodonti.5
menunjukkan bahwa pola pertumbuhan asli akan muncul kembali atau mendominasi
jika perawatan ortodontik telah selesai sebelum masa pertumbuhan berakhir.5
c. Adaptasi tulang
Gigi yang baru saja digerakkan akan dikelilingi oleh tulang osteoid yang
terkalsifikasi ringan, sehingga gigi tidak cukup stabil dan memiliki kecenderungan
untuk kembali ke posisi semula. Tulang trabekula biasanya tersusun tegak lurus
sepanjang aksis gigi. Namun selama perawatan ortodonti, posisinya akan sejajar
dengan arah gaya yang diberikan. Pada fase retensi, tulang trabekula akan kembali ke
posisi semula.5
d. Kegagalan dalam menghilangkan faktor penyebab
Penyebab maloklusi harus diketahui pada saat mendiagnosa dan perawatan
yang tepat harus direncanakan untuk mengeliminasi atau mengurangi tingkat
keparahan yang ada. Jika gagal menghilangkan faktor penyebab dapat
8
mengakibatkan relapse. Selain itu, terdapat faktor lain yang dapat menyebabkan
terjadinya relapse yaitu adanya kebiasan buruk yang menetap seperti clenching,
grinding, menggigit kuku, menggigit bibir, dan sebagainya.5,31
e. Peranan molar tiga
Molar tiga merupakan gigi yang erupsi paling terakhir pada masa pertumbuhan
gigi geligi. Pada beberapa kasus, gigi molar tiga erupsi antara usia 18-21 tahun. Pada
usia ini, kebanyakan pasien akan menyelesaikan perawatan ortodonti mereka.
Tekanan yang dihasilkan karena erupsi gigi molar tiga dianggap sebagai penyebab
susunan gigi anterior menjadi berjejal dalam jangka waktu yang lama.5
f. Peranan oklusi
Hubungan cusp antara gigi geligi rahang atas dan rahang bawah yang baik
merupakan faktor penting dalam menjaga kestabilan gigi yang sedang dalam
perawatan ortodonti. Terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi gigi untuk
bergerak dan dapat menyebabkan terjadinya relapse, seperti hambatan pada oklusal,
penggantian kontak gigi, dan beban oklusal yang diterima.5,30
2.4. Retainer
Salah satu cara untuk mencegah terjadinya relapse yaitu dengan penggunaan
retainer.1-4,11-13 Retainer adalah piranti ortodonti pasif yang digunakan untuk
mempertahankan dan menstabilkan gigi selama struktur pendukung mengatur ulang
susunannya (reorganisasi) setelah fase aktif dalam perawatan ortodonti.3
digunakan baik pada rahang atas maupun rahang bawah, serta mempunyai
keuntungan yaitu tahan lama dan tidak menutupi permukaan oklusal gigi.22
a b
Gambar 2. Hawley retainer33
a. Hawley retainer pada rahang atas
b. Hawley retainer pada rahang
bawah
labial rahang bawah. Selain itu, retainer jangka panjang juga dibutuhkan pada
kombinasi perawatan yang kompleks seperti pada alat fungsional dan alat ortodonti
cekat. Jika retainer jangka panjang digunakan pada pasien remaja, maka penggunaan
alat harus digunakan sampai masa pertumbuhan selesai.37
2. Lebar interkaninus pada rahang atas dan rahang bawah yaitu jarak antara
tip cusp gigi kaninus dengan hasil pengukuran dalam milimeter. Pada kasus cusp
yang mengalami keausan akibat pemakaian, tip dari cusp tersebut diperkirakan.39-41
3. Lebar intermolar pada rahang atas dan rahang bawah yaitu jarak antara
tip cusp mesiobukal pada molar satu.39,41
4. Panjang lengkung pada rahang atas dan rahang bawah yaitu jarak yang
tegak lurus terhadap titik tengah tepi insisal gigi insisivus sentral ke garis yang
menghubungkan titik kontak anatomis gigi molar satu kanan dan kiri, dengan hasil
pengukuran dalam milimeter. 39-41
5. Overjet adalah jarak paling labial dari tepi insisal gigi insisivus rahang
atas terhadap insisivus pada rahang bawah dalam arah horizontal.41
6. Overbite yaitu jarak dari tepi insisal gigi insisivus rahang atas terhadap
permukaan paling labial dari gigi insisivus rahang bawah dalam arah vertikal.39,41
a b
c. PAR Index
Peer Assessment Rating (PAR) index membandingkan cetakan gigi sebelum
dan sesudah perawatan, dengan menganalisa 5 kriteria yaitu:45
1. Susunan gigi anterior pada rahang atas dan rahang bawah, dilakukan
evaluasi perpindahan titik kontak, jarak, dan jika ada impaksi gigi.
2. Oklusi pada bagian lateral dalam 3 dimensi (sagital, vertikal, dan
transversal), daerah yang diperhatikan dimulai dari gigi kaninus sampai gigi molar
terakhir.
3. Hubungan sagital pada bagian anterior dengan pengukuran overjet yang
positif atau negatif.
4. Hubungan vertikal pada bagian anterior (adanya open bite atau deep bite
pada bagian insisal gigi).
5. Hubungan antara midline gigi pada rahang atas dan rahang bawah.
Maloklusi
Perawatan Ortodonti
pada maloklusi Klas I
Relapse
Etiologi Pencegahan
Retainer
Evaluasi Hasil
Perawatan
Variabel Bebas:
Irregularity index, jarak Variabel Tergantung:
interkaninus, jarak intermolar, Irregularity index, jarak
panjang lengkung, overjet, dan interkaninus, jarak intermolar,
overbite pada model studi pasien panjang lengkung, overjet, dan
maloklusi Klas I tanpa pencabutan overbite pada model studi pasien
di Klinik PPDGS Ortodonti yang sama setelah pemasangan
RSGM FKG USU setelah retainer.
perawatan ortodonti selesai.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Keterangan:
N : Besar sampel minimum
Zα : Deviat baku alfa 5% = 1.96
Zβ : Deviat baku beta 10% = 1.282
σ : Simpangan baku gabungan (Demir dkk., 2012)
μ0-μa : Selisih rerata minimal yang dianggap bermakna yang didapat dari penelitian
sebelumnya atau jika tidak ada dapat ditentukan peneliti (20%).
Sehingga,
setelah
perawatan
ortodonti selesai
5. Model studi Model studi
kelompok 2 pasien yang
sama setelah
pemasangan
retainer
6. Irregularity Penjumlahan Mengguna- Satuan Numerik
index pada dari pergeseran kan kaliper pengukuran
rahang atas titik kontak digital (mm)
dan rahang anatomis gigi
bawah insisivus dan
kaninus pada
rahang atas dan
rahang bawah
7. Perubahan Selisih antara Satuan Numerik
Irregularity hasil pengukuran
Index setelah pengukuran (mm)
pemasangan Irregularity
retainer pada index pada
kasus model studi
maloklusi kelompok 1 dan
Klas I tanpa kelompok 2
pencabutan
8. Lebar Jarak antara tip Mengguna- Satuan Numerik
interkaninus cusp gigi kan kaliper pengukuran
pada rahang kaninus kanan digital (mm)
atas dan dan kiri
rahang bawah
9. Perubahan Selisih antara Satuan Numerik
lebar hasil pengukuran
interkaninus pengukuran (mm)
setelah lebar
pemasangan interkaninus
retainer pada pada model
kasus studi kelompok
maloklusi 1 dan kelompok
Klas I tanpa 2
pencabutan
10 Lebar Jarak antara tip Mengguna- Satuan Numerik
intermolar cusp mesiobukal kan kaliper pengukuran
pada rahang pada molar satu digital (mm)
atas dan
rahang bawah
11 Perubahan Selisih antara Satuan Numerik
lebar hasil pengukuran
intermolar pengukuran (mm)
setelah lebar intermolar
pemasangan pada model
retainer pada studi kelompok
kasus 1 dan kelompok
maloklusi 2
Klas I tanpa
pencabutan
12 Panjang Jarak yang tegak Mengguna- Satuan Numerik
lengkung lurus terhadap kan kaliper pengukuran
pada rahang titik tengah tepi digital (mm)
c. Alat tulis.
d. Kaca mulut, pinset, dan sonde.
e. Rubber bowl dan spatula.
f. Sendok cetak rahang atas dan rahang bawah.
g. Satu buah laptop.
4) Panjang lengkung pada rahang atas dan rahang bawah yaitu jarak yang
tegak lurus terhadap titik tengah tepi insisal gigi insisivus sentral ke garis yang
menghubungkan titik kontak anatomis gigi molar satu.
5) Overjet adalah jarak yang sejajar dengan bidang oklusal dari tepi insisal
gigi insisivus rahang atas paling labial terhadap insisivus sentral pada mandibula.
6) Overbite yaitu jarak antara gigi insisivus sentral rahang atas dan rahang
bawah yang berhimpitan secara vertikal.
Setelah seluruh data diperoleh, dilakukan perbandingan antara hasil
pengukuran model studi pasien maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS
Ortodonti RSGM FKG USU setelah perawatan ortodonti selesai dengan model studi
pasien yang sama setelah pemasangan retainer.
Pengumpulan data
Seleksi sampel
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada 19 orang pasien (17 perempuan dan 2 laki-laki)
maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU
setelah pemasangan retainer. Terdapat 2 kelompok yang diamati dan dilakukan
pengukuran yaitu model studi pasien maloklusi Klas I tanpa pencabutan setelah
perawatan ortodonti selesai dan model studi pasien yang sama setelah pemasangan
retainer.
Berdasarkan wawancara terstruktur dengan bantuan kuesioner, didapatkan
distribusi lama pemakaian retainer yang disajikan dalam tabel 1.
Diperoleh dari tabel 1 sebanyak 10 orang memakai retainer selama 1-3 bulan
dengan persentase sebesar 52,6%, kemudian diikuti dengan pemakaian retainer
selama 4-6 bulan sebanyak 6 orang dengan persentase 31,6% dan yang paling sedikit
yaitu selama > 6 bulan sebanyak 3 orang dengan persentase 15,8%.
Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan pada sampel, diperoleh hasil
pengukuran Irregularity index seperti yang terlihat pada tabel 2. Setelah dilakukan
uji normalitas, diperoleh nilai p<0,05, maka disimpulkan data tidak berdistribusi
normal dan uji yang digunakan yaitu uji Wilcoxon.
Tabel 2. Hasil pengukuran Irregularity index setelah pemasangan retainer pada kasus
maloklusi Klas I tanpa pencabutan.
Perubahan
Model Studi Model Studi
Irregularity Nilai
Pengukuran Kelompok 1 Kelompok 2
Index p
Irregularity
Rata- Standar Rata- Standar Rata- Standar
Index
rata Deviasi rata Deviasi rata Deviasi
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
Rahang Atas 0,35 0,09 1,20 0,33 0,85 0,33 0,001
Rahang
0,22 0,12 1,08 0,44 0,86 0,49 0,001
Bawah
Kelompok 1: setelah perawatan ortodonti selesai
Kelompok 2: setelah pemasangan retainer
Tabel 3. Hasil pengukuran lebar interkaninus setelah pemasangan retainer pada kasus
maloklusi Klas I tanpa pencabutan.
Perubahan
Model Studi Model Studi
Lebar Nilai
Pengukuran Kelompok 1 Kelompok 2
Interkaninus p
Lebar
Rata- Standar Rata- Standar Rata- Standar
Interkaninus
rata Deviasi rata Deviasi rata Deviasi
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
Rahang Atas 35,45 1,66 34,87 1,73 -0,58 1,30 0,069
Rahang
27,18 1,93 26,59 2,00 -0,59 0,85 0,007
Bawah
Kelompok 1: setelah perawatan ortodonti selesai
Kelompok 2: setelah pemasangan retainer
Tabel 4. Hasil pengukuran lebar intermolar setelah pemasangan retainer pada kasus
maloklusi Klas I tanpa pencabutan.
Perubahan
Model Studi Model Studi
Lebar Nilai
Pengukuran Kelompok 1 Kelompok 2
Intermolar p
Lebar
Rata- Standar Rata- Standar Rata- Standar
Intermolar
rata Deviasi rata Deviasi rata Deviasi
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
Rahang Atas 52,59 2,52 52,45 2,49 -0,14 1,24 0,640
Rahang
45,20 2,12 44,91 2,14 -0,29 0,46 0,013
Bawah
Kelompok 1: setelah perawatan ortodonti selesai
Kelompok 2: setelah pemasangan retainer
Dari tabel 4 diperoleh rata-rata hasil pengukuran lebar intermolar pada rahang
atas yaitu sebesar 52,59 ± 2,52 mm setelah perawatan ortodonti selesai (kelompok 1)
dan 52,45 ± 2,49 mm setelah pemasangan retainer (kelompok 2). Terdapat
pengurangan lebar intermolar pada rahang atas sebesar 0,14 ± 1,24 mm. Sedangkan
rata-rata hasil pengukuran lebar intermolar pada rahang bawah yaitu sebesar 45,20 ±
2,12 mm setelah perawatan ortodonti selesai (kelompok 1) dan 44,91 ± 2,14 mm
setelah pemasangan retainer (kelompok 2). Terdapat pengurangan lebar intermolar
pada rahang bawah sebesar 0,29 ± 0,46 mm. Hasil analisis dengan uji t berpasangan
dengan derajat kemaknaan 95% menunjukkan nilai signifikansi p>0,05 pada rahang
atas yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata hasil pengukuran
lebar intermolar pada rahang atas setelah perawatan ortodonti selesai dengan hasil
pengukuran setelah pemasangan retainer. Namun, terdapat perbedaan yang signifikan
antara rerata hasil pengukuran lebar intermolar pada rahang bawah setelah perawatan
ortodonti selesai dengan hasil pengukuran setelah pemasangan retainer (p<0,05) pada
pasien maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG
USU.
Selanjutnya, hasil pengukuran panjang lengkung disajikan dalam tabel 5.
Setelah dilakukan uji normalitas, diperoleh nilai p<0,05, maka disimpulkan data
tidak berdistribusi normal dan uji yang digunakan yaitu uji Wilcoxon.
Tabel 5. Hasil pengukuran panjang lengkung setelah pemasangan retainer pada kasus
maloklusi Klas I tanpa pencabutan.
Perubahan
Model Studi Model Studi
Panjang Nilai
Pengukuran Kelompok 1 Kelompok 2
Lengkung p
Panjang
Rata- Standar Rata- Standar Rata- Standar
Lengkung
rata Deviasi rata Deviasi rata Deviasi
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
Rahang Atas 27,52 3,56 25,77 2,02 -1,75 2,75 0,002
Rahang
23,47 2,01 21,37 2,06 -2,10 1,26 0,001
Bawah
Kelompok 1: setelah perawatan ortodonti selesai
Kelompok 2: setelah pemasangan retainer
ortodonti selesai dengan hasil pengukuran setelah pemasangan retainer pada pasien
maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU.
Hasil pengukuran overjet dan overbite dapat dilihat pada tabel 6 dan tabel 7
serta dilakukan uji t berpasangan karena setelah dilakukan uji normalitas data
terdistribusi normal (p>0,05).
Tabel 6. Hasil pengukuran overjet setelah pemasangan retainer pada kasus maloklusi
Klas I tanpa pencabutan.
Rata- Standar
Pengukuran Overjet rata Deviasi Nilai p
(mm) (mm)
Setelah perawatan ortodonti selesai 1,91 0,56
Rata- Standar
Pengukuran Overbite rata Deviasi Nilai p
(mm) (mm)
Setelah perawatan ortodonti selesai 2,22 0,70
Tabel 8. Hasil pengukuran pada pemakaian retainer selama 1-3 bulan pada kasus
maloklusi Klas I tanpa pencabutan.
Terdapat pengurangan lebar interkaninus pada rahang bawah sebesar 0,73 ± 0,70
milimeter. Rata-rata hasil pengukuran lebar intermolar pada rahang atas yaitu sebesar
53,17 ± 1,78 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan 52,97 ± 1,33 mm setelah
pemasangan retainer. Terdapat pengurangan lebar intermolar pada rahang atas
sebesar 0,20 ± 0,86 mm. Sedangkan rata-rata hasil pengukuran lebar intermolar pada
rahang bawah yaitu sebesar 45,43 ± 2,43 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan
45,11 ± 2,45 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat pengurangan lebar
intermolar pada rahang bawah sebesar 0,32 ± 0,19 mm. Rata-rata hasil pengukuran
panjang lengkung pada rahang atas yaitu sebesar 28,08 ± 4,90 mm setelah perawatan
ortodonti selesai dan 25,43 ± 2,59 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat
pengurangan panjang lengkung pada rahang atas sebesar 2,65 ± 3,24 mm. Sedangkan
rata-rata hasil pengukuran panjang lengkung pada rahang bawah yaitu sebesar 23,83
± 2,72 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan 21,29 ± 2,73 mm setelah
pemasangan retainer. Terdapat pengurangan panjang lengkung pada rahang bawah
sebesar 2,54 ± 1,02 mm. Rata-rata hasil pengukuran overjet yaitu sebesar 1,65 ± 0,55
milimeter setelah perawatan ortodonti selesai dan 2,01 ± 0,38 mm setelah
pemasangan retainer. Terdapat pertambahan overjet sebesar 0,36 ± 0,36 mm. Rata-
rata hasil pengukuran overbite yaitu sebesar 2,19 ± 0,74 mm setelah perawatan
ortodonti selesai dan 2,64 ± 0,37 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat
pertambahan overbite sebesar 0,45 ± 0,65.
Tabel 9. Hasil pengukuran pada pemakaian retainer selama 4-6 bulan pada kasus
maloklusi Klas I tanpa pencabutan.
pengurangan lebar interkaninus pada rahang bawah sebesar 0,34 ± 0,92 mm. Rata-
rata hasil pengukuran lebar intermolar pada rahang atas yaitu sebesar 52,43 ± 3,56
milimeter setelah perawatan ortodonti selesai dan 52,84 ± 2,96 mm setelah
pemasangan retainer. Terdapat pertambahan lebar intermolar pada rahang atas
sebesar 0,41 ± 1,60 mm. Sedangkan rata-rata hasil pengukuran lebar intermolar pada
rahang bawah yaitu sebesar 45,16 ± 1,72 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan
44,72 ± 1,85 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat pengurangan lebar
intermolar pada rahang bawah sebesar 0,44 ± 0,70 mm. Rata-rata hasil pengukuran
panjang lengkung pada rahang atas yaitu sebesar 27,11 ± 0,68 mm setelah perawatan
ortodonti selesai dan 25,63 ± 0,55 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat
pengurangan panjang lengkung pada rahang atas sebesar 1,49 ± 1,03 mm. Sedangkan
rata-rata hasil pengukuran panjang lengkung pada rahang bawah yaitu sebesar 23,17
± 0,73 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan 21,81 ± 1,10 mm setelah
pemasangan retainer. Terdapat pengurangan panjang lengkung pada rahang bawah
sebesar 1,37 ± 1,47 mm. Rata-rata hasil pengukuran overjet yaitu sebesar 2,15 ± 0,47
milimeter setelah perawatan ortodonti selesai dan 2,48 ± 0,36 mm setelah
pemasangan retainer. Terdapat pertambahan overjet sebesar 0,33 ± 0,65 mm. Rata-
rata hasil pengukuran overbite yaitu sebesar 2,31 ± 0,74 mm setelah perawatan
ortodonti selesai dan 3,12 ± 0,84 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat
pertambahan overbite sebesar 0,81 ± 1,06 mm.
Tabel 10. Hasil pengukuran pada pemakaian retainer selama > 6 bulan pada kasus
maloklusi Klas I tanpa pencabutan.
pengurangan lebar interkaninus pada rahang bawah sebesar 0,64 ± 1,39 mm. Rata-
rata hasil pengukuran lebar intermolar pada rahang atas yaitu sebesar 50,96 ± 2,39
milimeter setelah perawatan ortodonti selesai dan 49,95 ± 3,82 mm setelah
pemasangan retainer. Terdapat pengurangan lebar intermolar pada rahang atas
sebesar 1,00 ± 1,46 mm. Sedangkan rata-rata hasil pengukuran lebar intermolar pada
rahang bawah yaitu sebesar 44,54 ± 2,32 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan
44,65 ± 2,27 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat pertambahan lebar
intermolar pada rahang bawah sebesar 0,10 ± 0,50 mm. Rata-rata hasil pengukuran
panjang lengkung pada rahang atas yaitu sebesar 26,45 ± 1,07 mm setelah perawatan
ortodonti selesai dan 27,20 ± 1,44 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat
pertambahan panjang lengkung pada rahang atas sebesar 0,74 ± 2,16 mm. Sedangkan
rata-rata hasil pengukuran panjang lengkung pada rahang bawah yaitu sebesar 22,87
± 0,46 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan 20,80 ± 0,82 mm setelah
pemasangan retainer. Terdapat pengurangan panjang lengkung pada rahang bawah
sebesar 2,07 ± 1,27 mm. Rata-rata hasil pengukuran overjet yaitu sebesar 2,32 ± 0,42
milimeter setelah perawatan ortodonti selesai dan 2,90 ± 0,98 mm setelah
pemasangan retainer. Terdapat pertambahan overjet sebesar 0,58 ± 1,13 mm. Rata-
rata hasil pengukuran overbite yaitu sebesar 2,13 ± 0,76 mm setelah perawatan
ortodonti selesai dan 2,55 ± 0,96 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat
pertambahan overbite sebesar 0,43 ± 0,90 mm.
BAB 5
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan pada 19 orang pasien (17 perempuan dan 2 laki-laki)
maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU
setelah pemasangan retainer. Terdapat 2 kelompok yang diamati dan dilakukan
pengukuran yaitu model studi pasien maloklusi Klas I tanpa pencabutan setelah
perawatan ortodonti selesai dan model studi pasien yang sama setelah pemasangan
retainer.
Berdasarkan wawancara terstruktur dengan bantuan kuesioner, diperoleh lama
pemakaian retainer yang disajikan pada tabel 1. Hasil yang didapatkan yaitu
sebanyak 10 orang memakai retainer selama 1-3 bulan dengan persentase sebesar
52,6%, kemudian diikuti dengan pemakaian retainer selama 4-6 bulan sebanyak 6
orang dengan persentase 31,6% dan yang paling sedikit yaitu selama > 6 bulan
sebanyak 3 orang dengan persentase 15,8%. Hal ini membuktikan tingkat pemakaian
retainer oleh pasien masih sangat rendah di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG
USU. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Kouguchi dkk., (cit. Pratt, 2011)
yang menyimpulkan bahwa sekitar 60-70% pasien sudah lupa tentang pentingnya
penggunaan retainer setelah perawatan ortodonti selesai.16
Tabel 2 menunjukkan rata-rata hasil pengukuran Irregularity index pada
rahang atas yaitu sebesar 0,35 ± 0,09 mm setelah perawatan ortodonti selesai
(kelompok 1) dan 1,20 ± 0,33 mm setelah pemasangan retainer (kelompok 2).
Terdapat pertambahan Irregularity index pada rahang atas sebesar 0,85 ± 0,33 mm.
Sedangkan rata-rata hasil pengukuran Irregularity index pada rahang bawah yaitu
sebesar 0,22 ± 0,12 mm setelah perawatan ortodonti selesai (kelompok 1) dan 1,08 ±
0,44 mm setelah pemasangan retainer (kelompok 2). Terdapat pertambahan
Irregularity index pada rahang bawah sebesar 0,86 ± 0,49 mm. Berdasarkan skala
yang telah ditetapkan oleh Little, rata-rata hasil pengukuran Irregularity index pada
rahang atas dan rahang bawah masih dapat diterima secara klinis. Hasil penelitian ini
mendekati hasil penelitian Demir dkk., pada 20 orang pasien (14 orang perempuan
dan 6 orang laki-laki) dengan perawatan maloklusi Klas I tanpa pencabutan. Hasil
yang didapatkan yaitu rata-rata hasil pengukuran Irregularity index pada rahang atas
setelah perawatan ortodonti selesai sebesar 0,41 ± 1,16 mm dan 0,28 ± 0,13 mm pada
rahang bawah. Sedangkan rata-rata hasil pengukuran Irregularity index setelah
pemakaian retainer pada rahang atas sebesar 0,56 ± 0,65 mm dan 0,76 ± 0,88 mm
pada rahang bawah.46
Hasil analisis dengan uji Wilcoxon dengan derajat kemaknaan 95%
menunjukkan nilai signifikansi p<0,05 yang dapat disimpulkan terdapat perbedaan
yang signifikan antara rerata hasil pengukuran Irregularity index pada rahang atas
dan rahang bawah setelah perawatan ortodonti selesai dengan hasil pengukuran
setelah pemasangan retainer pada pasien maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik
PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
Zafarmand dkk., pada 19 orang pasien (15 orang perempuan dan 4 orang laki-laki),
menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata hasil
pengukuran Irregularity index pada rahang bawah setelah perawatan ortodonti
selesai dengan hasil pengukuran setelah pemakaian retainer dengan waktu pelepasan
alat ortodonti cekat sekitar 4 tahun (p<0,05).8 Namun, berbeda dengan hasil
penelitian Canuto dkk., pada 23 orang pasien (13 orang perempuan dan 10 orang
laki-laki), mereka menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara
rerata hasil pengukuran Irregularity index pada rahang atas setelah perawatan
ortodonti selesai dengan hasil pengukuran setelah pemakaian retainer (p>0,05).10 Hal
ini disebabkan oleh seluruh sampel pada penelitian Canuto dkk., menggunakan
retainernya selama 12 bulan penuh.10 Sedangkan pada penelitian ini, lama pemakaian
retainer sangat bervariasi, yaitu sebanyak 10 orang memakai retainer selama 1-3
bulan, 4-6 bulan sebanyak 6 orang dan > 6 bulan sebanyak 3 orang.
Pada tabel 3, didapatkan rata-rata hasil pengukuran lebar interkaninus pada
rahang atas yaitu sebesar 35,45 ± 1,66 mm setelah perawatan ortodonti selesai
(kelompok 1) dan 34,87 ± 1,73 mm setelah pemasangan retainer (kelompok 2).
Terdapat pengurangan lebar interkaninus pada rahang atas sebesar 0,58 ± 1,30 mm.
Sedangkan rata-rata hasil pengukuran lebar interkaninus pada rahang bawah yaitu
sebesar 27,18 ± 1,93 mm setelah perawatan ortodonti selesai (kelompok 1) dan 26,59
± 2,00 mm setelah pemasangan retainer (kelompok 2). Terdapat pengurangan lebar
interkaninus pada rahang bawah sebesar 0,59 ± 0,85 mm. Hasil penelitian ini hampir
sama dengan hasil penelitian Tynelius dkk., pada 25 orang pasien (14 orang
perempuan dan 11 orang laki-laki), yaitu rata-rata hasil pengukuran lebar
interkaninus setelah perawatan ortodonti selesai sebesar 36,6 ± 2,77 mm dan 27,7 ±
1,9 mm pada rahang bawah. Sedangkan rata-rata hasil pengukuran lebar interkaninus
setelah retainer dipasang dengan waktu pelepasan alat ortodonti cekat pada rahang
atas sebesar 35,9 ± 2,4 mm dan 26,8 ± 2,2 mm pada rahang bawah.41 Menurut Taner
dkk., pengurangan lebar interkaninus berkaitan dengan bertambahnya Irregularity
index.47 Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dimana
terdapat pengurangan lebar interkaninus pada kedua rahang akibat Irregularity index
yang semakin bertambah setelah pemasangan retainer.
Hasil analisis dengan uji t berpasangan dengan derajat kemaknaan 95%
menunjukkan nilai signifikansi p>0,05 pada rahang atas yang berarti tidak ada
perbedaan yang signifikan antara rerata hasil pengukuran lebar interkaninus pada
rahang atas setelah perawatan ortodonti selesai dengan hasil pengukuran setelah
pemasangan retainer. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Canuto dkk., pada
23 orang pasien (13 orang perempuan dan 10 orang laki-laki), mereka menyimpulkan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata hasil pengukuran lebar
interkaninus pada rahang atas setelah perawatan ortodonti selesai dengan hasil
pengukuran setelah pemakaian retainer (p>0,05).10 Heiser dkk., melakukan penelitian
pada 30 orang pasien (23 orang perempuan dan 7 orang laki-laki), menyatakan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata hasil pengukuran lebar
interkaninus setelah perawatan ortodonti selesai dan alat ortodonti cekat dilepas
dengan hasil pengukuran setelah pemakaian retainer dengan nilai p<0,05.48 Hal
tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh peneliti dimana terdapat
perbedaan yang signifikan antara rerata hasil pengukuran lebar interkaninus pada
rahang bawah setelah perawatan ortodonti selesai dengan hasil pengukuran setelah
mempertahankan gigi pada posisi yang baru.9 Pernyataan ini sesuai dengan hasil
yang didapatkan oleh peneliti, dimana terdapat pengurangan lebar interkaninus dan
lebar intermolar pada kedua rahang.
Hasil analisis dengan uji t berpasangan dengan derajat kemaknaan 95%
menunjukkan nilai signifikansi p>0,05 pada rahang atas yang berarti tidak ada
perbedaan yang signifikan antara rerata hasil pengukuran lebar intermolar pada
rahang atas setelah perawatan ortodonti selesai dengan hasil pengukuran setelah
pemasangan retainer. Hal ini didukung oleh penelitian Canuto dkk., pada 23 orang
pasien (13 orang perempuan dan 10 orang laki-laki), mereka menyimpulkan bahwa
tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata hasil pengukuran lebar intermolar
pada rahang atas setelah perawatan ortodonti selesai dengan hasil pengukuran setelah
pemakaian retainer (p>0,05).10 Gorucu-Coskuner dkk., yang melakukan penelitian
pada 16 orang pasien (13 orang perempuan dan 3 orang laki-laki) dengan perawatan
maloklusi Klas I tanpa pencabutan, menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara rerata hasil pengukuran lebar intermolar pada rahang bawah setelah
perawatan ortodonti selesai dengan hasil pengukuran setelah pemakaian retainer
(p<0,05).50 Hasil penelitian tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh
peneliti, yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata hasil pengukuran
lebar intermolar pada rahang bawah setelah perawatan ortodonti selesai dengan hasil
pengukuran setelah pemasangan retainer dengan nilai p<0,05 pada pasien maloklusi
Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU. Strang dan
Shapiro yang menyimpulkan bahwa lebar interkaninus dan lebar intermolar pada
rahang bawah memiliki kemungkinan yang besar untuk relapse.49 Faktor yang
mempengaruhi terjadinya relapse yaitu keparahan crowding sebelum perawatan
ortodonti, perubahan jaringan ligamen periodontal dan gingiva, tekanan dari jaringan
lunak, dan kebiasaan buruk oleh pasien.10,22,51 Pada penelitian ini, tidak dilakukan
pemeriksaan pada model studi sebelum perawatan ortodonti, ada atau tidaknya
kebiasaan buruk pasien, dan tekanan dari jaringan lunak tidak dikendalikan. Hal ini
merupakan beberapa faktor yang menyebabkan adanya perbedaan yang signifikan
pada hasil pengukuran lebar intermolar pada rahang bawah jika dibandingkan dengan
rahang atas.
Tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata hasil pengukuran panjang lengkung pada
rahang atas yaitu sebesar 27,52 ± 3,56 mm setelah perawatan ortodonti selesai
(kelompok 1) dan 25,77 ± 2,02 mm setelah pemasangan retainer (kelompok 2).
Terdapat pengurangan panjang lengkung pada rahang atas sebesar 1,75 ± 2,75 mm.
Sedangkan rata-rata hasil pengukuran panjang lengkung pada rahang bawah yaitu
sebesar 23,47 ± 2,01 mm setelah perawatan ortodonti selesai (kelompok 1) dan 21,37
± 2,06 mm setelah pemasangan retainer (kelompok 2). Terdapat pengurangan
panjang lengkung pada rahang bawah sebesar 2,10 ± 1,26 mm. Beberapa penelitian
mendapatkan hasil yang sama yaitu terdapat pengurangan panjang lengkung setelah
pemasangan retainer. Hal ini dimungkinkan karena pergeseran gigi anterior ke arah
mesial saat menerima tekanan pengunyahan.47 Hasil analisis dengan uji Wilcoxon
dengan derajat kemaknaan 95% menunjukkan nilai signifikansi p<0,05 yang dapat
disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata hasil pengukuran
panjang lengkung pada rahang atas dan rahang bawah setelah perawatan ortodonti
selesai dengan hasil pengukuran setelah pemasangan retainer pada pasien maloklusi
Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU. Hasil ini
didukung oleh penelitian Taner dkk., pada 30 orang pasien dengan perawatan tanpa
pencabutan, yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata hasil pengukuran
panjang lengkung pada rahang atas dan rahang bawah setelah perawatan ortodonti
selesai dengan hasil pengukuran setelah pemakaian retainer dengan nilai p<0,05.47
Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata hasil pengukuran overjet setelah
perawatan ortodonti selesai sebesar 1,91 ± 0,56 mm dan setelah pemasangan retainer
sebesar 2,30 ± 0,58 mm. Terdapat pertambahan overjet sebesar 0,38 ± 0,58 mm.
Pada penelitian Tynelius dkk., didapatkan rata-rata hasil pengukuran overjet setelah
perawatan ortodonti selesai dan alat ortodonti cekat dilepas sebesar 1,8 ± 0,7 mm dan
setelah retainer dipasang sebesar 2,5 ± 1,0 mm.41 Hasil analisis dengan uji t
berpasangan dengan derajat kemaknaan 95% menunjukkan nilai signifikansi p<0,05
yang dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata hasil
rata-rata hasil pengukuran panjang lengkung pada rahang bawah yaitu sebesar 23,17
± 0,73 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan 21,81 ± 1,10 mm setelah
pemasangan retainer. Terdapat pengurangan panjang lengkung pada rahang bawah
sebesar 1,37 ± 1,47 mm. Rata-rata hasil pengukuran overjet yaitu sebesar 2,15 ± 0,47
milimeter setelah perawatan ortodonti selesai dan 2,48 ± 0,36 mm setelah
pemasangan retainer. Terdapat pertambahan overjet sebesar 0,33 ± 0,65 mm. Rata-
rata hasil pengukuran overbite yaitu sebesar 2,31 ± 0,74 mm setelah perawatan
ortodonti selesai dan 3,12 ± 0,84 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat
pertambahan overbite sebesar 0,81 ± 1,06 mm.
Berdasarkan lama pemakaian retainer selama >6 bulan yang terdiri dari 3 orang
sampel, didapatkan rata-rata hasil pengukuran Irregularity index pada rahang atas
yaitu sebesar 0,37 ± 0,03 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan 1,19 ± 1,15
milimeter setelah pemasangan retainer. Terdapat pertambahan Irregularity index
pada rahang atas sebesar 0,82 ± 0,12 mm. Sedangkan rata-rata hasil pengukuran
Irregularity index pada rahang bawah yaitu sebesar 0,25 ± 0,14 mm setelah
perawatan ortodonti selesai dan 0,73 ± 0,17 mm setelah pemasangan retainer.
Terdapat pertambahan Irregularity index pada rahang bawah sebesar 0,48 ± 0,27
milimeter. Rata-rata hasil pengukuran lebar interkaninus pada rahang atas yaitu
sebesar 34,82 ± 1,02 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan 33,05 ± 1,88 mm
setelah pemasangan retainer. Terdapat pengurangan lebar interkaninus pada rahang
atas sebesar 1,77 ± 1,95 mm. Sedangkan rata-rata hasil pengukuran lebar
interkaninus pada rahang bawah yaitu sebesar 26,51 ± 1,81 mm setelah perawatan
ortodonti selesai dan 25,87 ± 2,57 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat
pengurangan lebar interkaninus pada rahang bawah sebesar 0,64 ± 1,39 mm. Rata-
rata hasil pengukuran lebar intermolar pada rahang atas yaitu sebesar 50,96 ± 2,39
milimeter setelah perawatan ortodonti selesai dan 49,95 ± 3,82 mm setelah
pemasangan retainer. Terdapat pengurangan lebar intermolar pada rahang atas
sebesar 1,00 ± 1,46 mm. Sedangkan rata-rata hasil pengukuran lebar intermolar pada
rahang bawah yaitu sebesar 44,54 ± 2,32 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan
44,65 ± 2,27 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat pertambahan lebar
intermolar pada rahang bawah sebesar 0,10 ± 0,50 mm. Rata-rata hasil pengukuran
panjang lengkung pada rahang atas yaitu sebesar 26,45 ± 1,07 mm setelah perawatan
ortodonti selesai dan 27,20 ± 1,44 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat
pertambahan panjang lengkung pada rahang atas sebesar 0,74 ± 2,16 mm. Sedangkan
rata-rata hasil pengukuran panjang lengkung pada rahang bawah yaitu sebesar 22,87
± 0,46 mm setelah perawatan ortodonti selesai dan 20,80 ± 0,82 mm setelah
pemasangan retainer. Terdapat pengurangan panjang lengkung pada rahang bawah
sebesar 2,07 ± 1,27 mm. Rata-rata hasil pengukuran overjet yaitu sebesar 2,32 ± 0,42
milimeter setelah perawatan ortodonti selesai dan 2,90 ± 0,98 mm setelah
pemasangan retainer. Terdapat pertambahan overjet sebesar 0,58 ± 1,13 mm. Rata-
rata hasil pengukuran overbite yaitu sebesar 2,13 ± 0,76 mm setelah perawatan
ortodonti selesai dan 2,55 ± 0,96 mm setelah pemasangan retainer. Terdapat
pertambahan overbite sebesar 0,43 ± 0,90 mm.
Berdasarkan wawancara terstruktur dengan bantuan kuesioner dapat diketahui
bagaimana pemakaian retainer oleh pasien yang berisi 3 pertanyaan, yaitu pada
pertanyaan pertama tentang seberapa sering retainer digunakan sebanyak 15 orang
menjawab setiap hari, 1 orang menjawab sebulan sekali, dan 3 orang tidak
mendapatkan informasi dari dokternya. Pertanyaan kedua tentang seberapa sering
pemakaian retainer pada malam hari, didapatkan hasil yaitu sebanyak 10 orang
menjawab beberapa hari sekali, 8 orang setiap hari, 1 orang seminggu sekali.
Pertanyaan ketiga tentang alasan mengapa pasien tidak menggunakan retainer sesuai
yang telah diinstruksikan, didapatkan hasil yaitu 6 orang merasa tidak nyaman, 5
orang lupa untuk menggunakannya, 5 orang retainernya sudah tidak pas, 2 orang
menghilangkan retainernya, dan 1 orang tidak suka penampilannya untuk sehari-hari.
Dalam pemakaian retainer, terdapat beberapa anjuran yang harus diinstruksikan oleh
dokter kepada pasien yaitu menggunakan retainer lepasan pada bulan pertama secara
rutin, melepaskan retainer ketika makan dan saat membersihkan gigi dan mulut, serta
melakukan pembersihan yang baik dan tepat pada retainer. Setelah bulan pertama,
retainer hanya digunakan di rumah dan pada malam hari untuk menghindari
kehilangan retainer.35,38 Selain itu, terdapat beberapa kunjungan untuk memeriksa
apakah ada masalah selama pemakaian retainer dan memastikan retainer beradaptasi
dengan baik di rongga mulut.33 Pemeriksaan retainer dijadwalkan pada 6 minggu, 3
bulan, 6 bulan, 1 tahun, dan kemudian setiap tahun setelah pemakaian.35,38
Relapse dapat terjadi karena 3 alasan utama.22,52 Pertama yaitu karena
perubahan jaringan ligamen periodontal dan gingiva untuk menyesuaikan diri dengan
posisi gigi yang baru setelah dilakukan perawatan ortodonti. Serabut periodontium
utama membutuhkan waktu 3-4 bulan, serabut gingiva membutuhkan waktu 4-6
bulan, dan serabut transeptal membutuhkan waktu 1 tahun untuk mengatur ulang
susunannya (reorganisasi) di bawah beban pengunyahan normal. Selama jaringan
tersebut mengalami perubahan, gigi memiliki kecenderungan untuk kembali ke
posisi semula (relapse).10,22,32,53 Kedua yaitu gigi berada pada posisi yang tidak stabil
setelah perawatan, sehingga tekanan jaringan lunak secara terus menerus dapat
mengakibatkan terjadinya relapse dan yang ketiga yaitu perubahan akibat masa
pertumbuhan.22,51 Oleh karena itu, salah satu cara untuk mencegah terjadinya relapse
yaitu dengan penggunaan retainer dan diperlukan kooperatif pasien untuk mencapai
hasil yang diharapkan.1-4,11-13,15 Namun, pada penelitian ini hanya 3 dari 19 orang
yang memakai retainernya selama > 6 bulan, 4-6 bulan sebanyak 6 orang, dan 1-3
bulan sebanyak 10 orang. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya perubahan hasil perawatan ortodonti setelah pemasangan retainer pada
pasien maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG
USU.
BAB 6
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang hasil perawatan ortodonti setelah
pemasangan retainer pada kasus maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS
Ortodonti RSGM FKG USU, dapat disimpulkan bahwa:
1. Tingkat pemakaian retainer oleh pasien masih rendah, dimana sebanyak
10 orang memakai retainer selama 1-3 bulan (52,6%), 6 orang dengan pemakaian
selama 4-6 bulan (31,6%) dan 3 orang dengan pemakaian selama >6 bulan (15,8%).
2. Terdapat perubahan hasil perawatan ortodonti setelah pemasangan
retainer pada kasus maloklusi Klas I tanpa pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti
RSGM FKG USU, yaitu:
a. Pertambahan Irregularity index pada rahang atas sebesar 0,85 ± 0,33 mm
dan 0,86 ± 0,49 mm pada rahang bawah
b. Pengurangan lebar interkaninus pada rahang atas sebesar 0,58 ± 1,30 mm
dan 0,59 ±0,85 mm pada rahang bawah
c. Pengurangan lebar intermolar pada rahang atas sebesar 0,14 ± 1,24 mm
dan 0,29 ± 0,46 mm pada rahang bawah
d. Pengurangan panjang lengkung pada rahang atas sebesar 1,75 ± 2,75 mm
dan 2,10 ± 1,26 mm pada rahang bawah
e. Pertambahan overjet sebesar 0,38 ± 0,58 mm
f. Pertambahan overbite sebesar 0,56 ± 0,80 mm
3. Terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil pengukuran Irregularity
index pada rahang atas dan rahang bawah, lebar interkaninus pada rahang bawah,
lebar intermolar pada rahang bawah, panjang lengkung rahang atas dan rahang
bawah, overjet, dan overbite.
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut dengan lama pemakaian
retainer yang sama agar didapat validitas hasil penelitian yang lebih tinggi.
2. Dokter gigi harus menginstruksikan kepada pasien mengenai pentingnya
penggunaan retainer setelah perawatan ortodonti cekat dilepas untuk menghindari
terjadinya relapse.
DAFTAR PUSTAKA
24. Faisal SS, Sakrani MH, Rizvi BE, Siddique H. Change in arch width after
extraction and non extraction treatment. Annals Abbasi Shaheed Hospital &
Karachi Medical & Dental College 2014; 19(1): 32-6.
25. Ganguly R, Suri L, Patel F. A literature review of the extraction decision and
uutcomes in orthodontic treatment. Journal of the Massachusetts Dental Society
2016; 65(2): 28-31
26. Malik V, Yadav P, Grover S, Chaudary G. Non-extraction orthodontic treatment
with molar distalization. JOFR 2012; 2(2): 99-103.
27. Livas C, Jongsma AC, Ren Y. Enamel reduction techniques in orthodontics: A
literature review. The Open Sentistry Journal 2013; 7: 146-51.
28. Hoybjerg AJ, Currier GF, Kadioglu O. Evaluation of 3 retention protocols using
the American Board of Orthodontics cast and radiograph evaluation. AJO-DO
2013; 144(1): 16-22.
29. Gill DS, Naini FB. Orthodontics principles and practice. Singapore: Willey-
Blackwell, 2011: 348, 350-1.
30. Littlewood SJ, Kandasamy S, Huang G. Retention and relapse in clinical
practice. Australian Dental Journal 2017; 62(1 suppl): 51-7.
31. Alam MK. A to Z Orthodontics: Retention and relapse. Malaysia: PPSP
Publication, 2012: 7-10, 12, 15.
32. Westerlund A, Daxberg EL, Liljegren A, Oikonomou C, Ransjo M, Samuelsson
O, et al. Stability and side effects of orthodontic retainers – A systematic review.
Dentistry 2014; 4(9): 1-17.
33. Luther F, Nelson Z. Orthodontic retainer and removable appliances: Principles
of design and use. UK: Wiley-Blackwell, 2013: 122-5, 131, 138-41.
34. Rowland H, Hichens L, Williams A, et al. The effectiveness of Hawley and
Vacuum-formed retainers: A single-center randomized controlled trial. AJO-DO
2007; 132(6): 730-7.
35. Karad A. Clinical Orthodontics: Current concepts, goals and mechanics. 2nd
edition. India: Reed Elsevier India Private Limited, 2015: 428-30.
36. Proffit WR, Fields HW, Sarver DM. Contemporary orthodontics. Ed 5th.
St.Louis: Mosby Inc, 2013: 613-4.
37. Isaacson KG, Muir JD, Reed RT. Removable orthodontic appliance. India:
Elsevier, 2006: 104-5.
38. Raynham MA. The importance of retainers.
www.southeastortho.com/Portals/0/Importance_of-Retainers.pdf. (02 Februari
2018).
39. Tynelius GE, Bondemark L, Karlander EL. Evaluation of orthodontic treatment
after 1 year of retention – A randomized controlled trial. European Journal of
Orthodontics 2010; 32: 542-7.
40. Quaglio CL, Freitas KMS, Freitas MR, Janson G, Henriques JFC. Stability of
maxillary anterior crowding treatment. Dental Press J Orthod 2012; 17(4): 57-
64.
41. Tynelius GE, Petren S, Bondemark L, Karlander EL. Five-year postretention
outcomes of three retention methods – a randomized controlled trial. European
Journal of Orthodontics 2015; 37(4): 345-53.
42. Awad SM, El-Desoky T, Shalan HM, Qasem FA. Evaluation effect of asthma on
dentoalveolar morphology among children group. Stomatological Dis Sci 2017;
1: 22-8.
43. Foster TD. Buku ajar Ortodonsi. Alih Bahasa. Yuwono L Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2014: 31.
44. The American Board of Orthodontics. Grading system for dental casts and
panoramic radiographs.
https://www.americanboardortho.com/media/1191/grading-system-casts-
radiographs.pdf. (02 Februari 2018).
45. Phulari BS. Orthodontics: Principles and practice. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publishers, 2011: 150.
46. Demir A, Babacan H, Nalcaci R, Topcuoglu T. Comparison of retention
characteristics of Essix and Hawley retainers. Korean J Orthod 2012; 42(5): 255-
62.
LAMPIRAN 1
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Telepon/HP : 081260831209
Email : istariaiskandar12@gmail.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
LAMPIRAN 2
Kepada Yth.
Saudara/i
Di Tempat
Pada penelitian ini, Saudara/i tidak dikenakan biaya atau gratis dan tidak
terdapat risiko pada subjek yang akan diteliti. Sebagai ucapan terima kasih kepada
Saudara/i yang berpartisipasi, saya akan memberikan sebuah kotak pensil.
Sebagai informasi, di dalam prosedur pencetakan rahang atas mungkin
Saudara/i akan merasakan tidak nyaman, tetapi saya akan berupaya agar hal tersebut
tidak terjadi, yaitu dengan cara menggunakan bahan cetak yang beraroma
menyenangkan dan melakukan teknik pencetakan yang benar dan nyaman.
Untuk melakukan penelitian ini saya membutuhkan partisipasi Saudara/i
untuk bersedia ikut dalam penelitian yang dilakukan secara sukarela. Apabila selama
penelitian ini berlangsung terjadi keluhan, maka Saudara/i dapat menghubungi saya.
Demikian penjelasan dari saya. Jika Saudara/i bersedia jadi subjek penelitian,
lembar persetujuan terlampir harap ditandatangani dan dikembalikan kepada saya.
Apabila ada suatu hal yang tidak sesuai, kepada Saudara/i dipersilahkan untuk
mengundurkan diri selama penelitian ini berjalan. Atas bantuan, partisipasi, dan
kesediaan waktu Saudara/i saya ucapkan terima kasih.
Peneliti : Istaria Iskandar
Alamat : Jl. Karya Wisata Komplek Griya Wisata Indah Blok E 231 Medan
Telpon : 081260831209
Medan, 2018
Peneliti
(Istaria Iskandar)
LAMPIRAN 3
(INFORMED CONSENT)
Maka dengan surat ini menyatakan setuju memberi izin bahwa Bapak/Ibu
menjadi subjek penelitian secara sadar dan tanpa paksaan.
Medan,..................2018
Yang Menyetujui,
Saksi Penelitian Subjek Penelitian
( .......................... ) (.......................................)
LAMPIRAN 4
KUESIONER PENELITIAN
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Sudah berapa lama pesawat ortodonti dilepas
(perkirakan jika Anda tidak mengingatnya) :
Sudah berapa lama menggunakan retainer
(perkirakan jika Anda tidak mengingatnya) :
Tipe retainer yang digunakan :
f. Lainnya,
Jika Anda tidak menggunakan retainer sesuai yang diinstruksikan, apa alasan yang
mendasari Anda melakukan hal tersebut(pilih yang sesuai)
a. Saya tidak suka penampilannya
b. Saya merasa tidak nyaman
c. Saya lupa menggunakannya
d. Saya sulit untuk menggunakannya
e. Saya menghilangkan retainer saya
f. Retainer saya sudah tidak pas lagi
g. Membuat saya susah untuk berbicara
h. Lainnya,
Waktu Penelitian
N Agustus 2017 September Oktober 2017 November Desember
Kegiatan
o. 2017 2017 2017
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan Laporan
2. Seminar Proposal
3. Revisi Proposal
4. Pengurusan Surat Izin
5. Pengumpulan Data
6. Pengolahan dan Analisis Data
7. Penyusunan Laporan
Waktu Penelitian
N
Kegiatan Januari 2018 Februari 2018 Maret 2018 April 2018 Mei 2018
o.
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan Laporan
2. Seminar Proposal
3. Revisi Proposal
4. Pengurusan Surat Izin
5. Pengumpulan Data
6. Pengolahan dan Analisis Data
7. Penyusunan Laporan
Waktu Penelitian
N Juni 2018 Juli 2018 Agustus 2018 September Oktober 2018
Kegiatan
o. 2018
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan Laporan
2. Seminar Proposal
3. Revisi Proposal
4. Pengurusan Surat Izin
5. Pengumpulan Data
6. Pengolahan dan Analisis Data
7. Penyusunan Laporan
(Istaria Iskandar)
NIM: 140600190
LAMPIRAN 7
Lama Pemakaian Retainer pada Pasien Maloklusi Klas I Tanpa Pencabutan di Klinik
PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU
LAMPIRAN 8
Irregularity Index
Setelah perawatan Setelah pemasangan
No. Jenis
ortodonti selesai retainer
Responden Kelamin
Rahang Rahang Rahang Rahang
Atas Bawah Atas Bawah
1 L 0,34 0,34 1,34 0,96
2 P 0,37 0,16 1,19 1,57
3 P 0,18 0,18 1,30 0,80
4 P 0,35 0,34 0,96 0,79
5 P 0,35 0,33 1,20 1,36
6 P 0,33 0,15 1,11 0,96
7 P 0,35 0,06 1,52 0,91
8 P 0,41 0,29 1,32 0,86
9 P 0,17 0,06 1,07 1,26
10 P 0,35 0,13 0,71 1,84
11 P 0,34 0,09 1,03 0,47
12 P 0,30 0,31 1,05 1,49
13 P 0,34 0,10 2,14 1,64
14 P 0,47 0,39 1,75 0,54
15 P 0,35 0,25 1,08 0,83
16 L 0,59 0,16 0,96 1,91
17 P 0,35 0,09 1,22 0,79
18 P 0,35 0,36 1,03 0,54
19 P 0,32 0,35 0,83 0,96
Lebar Interkaninus
Setelah perawatan Setelah pemasangan
No. Jenis
ortodonti selesai retainer
Responden Kelamin
Rahang Rahang Rahang Rahang
Atas Bawah Atas Bawah
1 L 36,27 27,33 35,50 26,84
2 P 38,14 28,74 36,33 27,73
3 P 38,00 30,13 37,46 29,41
4 P 36,34 28,15 35,81 27,96
5 P 36,98 26,92 36,63 26,26
6 P 33,90 24,04 32,81 23,61
7 P 35,24 25,82 34,62 25,79
8 P 35,74 27,76 32,07 26,15
9 P 35,45 25,88 34,83 23,52
10 P 35,36 26,11 34,78 25,40
11 P 36,30 28,31 36,94 27,24
12 P 32,24 26,04 35,50 27,56
13 P 34,93 26,66 34,78 26,47
14 P 35,07 26,72 34,19 25,77
15 P 35,22 25,10 35,15 24,85
16 L 37,46 29,07 36,53 28,34
17 P 33,73 24,44 31,87 23,17
18 P 35,00 27,34 35,22 28,29
19 P 32,14 31,83 31,48 30,77
Lebar Intermolar
Setelah perawatan Setelah pemasangan
No. Jenis
ortodonti selesai retainer
Responden Kelamin
Rahang Rahang Rahang Rahang
Atas Bawah Atas Bawah
1 L 56,04 47,39 54,14 46,25
2 P 50,15 44,30 51,49 43,63
3 P 53,46 45,36 52,98 44,89
4 P 53,42 43,99 53,16 43,77
5 P 52,47 45,75 54,51 46,24
6 P 50,51 42,24 50,45 42,08
7 P 52,17 44,48 52,74 44,03
8 P 50,63 44,17 49,06 44,85
9 P 53,93 44,50 53,75 44,40
10 P 50,78 43,87 50,73 42,55
11 P 54,74 45,39 52,69 44,96
12 P 48,71 44,59 51,15 44,04
13 P 53,02 45,05 52,98 44,77
14 P 49,28 42,80 49,26 42,70
15 P 55,48 47,87 55,23 47,80
16 L 57,30 46,57 57,22 46,53
17 P 48,75 42,43 46,66 42,28
18 P 53,49 47,03 54,14 46,81
19 P 54,79 51,07 54,21 50,74
Panjang Lengkung
Setelah perawatan Setelah pemasangan
No. Jenis
ortodonti selesai retainer
Responden Kelamin
Rahang Rahang Rahang Rahang
Atas Bawah Atas Bawah
1 L 27,22 23,98 26,53 23,05
2 P 29,98 25,95 28,62 23,16
3 P 31,77 26,87 29,01 23,18
4 P 27,91 24,21 25,16 21,86
5 P 27,22 23,27 25,17 20,21
6 P 21,20 19,90 20,93 16,61
7 P 23,88 20,50 23,45 16,78
8 P 27,61 22,91 26,96 20,52
9 P 26,04 22,74 25,80 21,33
10 P 28,36 23,86 25,06 20,92
11 P 39,13 26,11 27,83 23,15
12 P 26,66 23,32 25,31 21,62
13 P 28,62 26,12 25,99 23,13
14 P 26,65 22,17 25,87 22,71
15 P 26,20 20,39 22,98 19,63
16 L 26,55 22,44 25,81 22,32
17 P 25,51 23,30 28,74 20,16
18 P 26,24 22,39 25,89 21,72
19 P 26,09 25,51 24,56 24,06
Hasil Pengukuran Overjet Setelah Pemasangan Retainer pada Kasus Maloklusi Klas
I Tanpa Pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU
Overjet
No. Jenis
Setelah perawatan Setelah pemasangan
Responden Kelamin
ortodonti selesai retainer
1 L 2,18 2,22
2 P 2,08 2,30
3 P 2,22 2,25
4 P 1,75 1,93
5 P 1,67 2,12
6 P 1,46 1,54
7 P 1,18 1,89
8 P 2,77 3,14
9 P 1,66 1,73
10 P 2,69 2,13
11 P ,61 1,55
12 P 1,53 2,93
13 P 1,54 2,46
14 P 2,56 2,67
15 P 2,56 2,65
16 L 2,28 2,79
17 P 1,93 3,73
18 P 2,25 1,83
19 P 1,45 1,79
Hasil Pengukuran Overbite Setelah Pemasangan Retainer pada Kasus Maloklusi Klas
I Tanpa Pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU
Overbite
No. Jenis
Setelah perawatan Setelah pemasangan
Responden Kelamin
ortodonti selesai retainer
1 L 1,82 1,88
2 P 2,14 2,40
3 P 2,90 2,99
4 P 2,16 2,51
5 P 2,98 3,38
6 P 3,50 3,28
7 P 2,82 2,28
8 P 2,87 2,47
9 P 2,49 2,52
10 P 1,80 2,88
11 P 1,19 2,36
12 P 1,54 4,39
13 P 1,75 3,19
14 P 3,39 3,48
15 P 1,60 2,59
16 L 2,35 2,73
17 P 2,16 3,55
18 P 1,35 1,63
19 P 1,35 2,28
LAMPIRAN 9
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Irregularity Index
rahang atas setelah ,280 19 ,000 ,819 19 ,002
ortho selesai
Irregularity Index
rahang atas setelah ,178 19 ,116 ,890 19 ,032
pemasangan retainer
Irregularity Index
rahang bawah setelah ,165 19 ,185 ,893 19 ,036
ortho selesai
Irregularity Index
rahang bawah setelah ,237 19 ,006 ,918 19 ,104
pemasangan retainer
Selisih Irregularity
Index pada Rahang ,169 19 ,158 ,924 19 ,135
Atas
Selisih Irregularity
Index pada Rahang ,163 19 ,200* ,936 19 ,226
Bawah
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Lebar Interkaninus
rahang atas setelah ,167 19 ,170 ,952 19 ,435
ortho selesai
Lebar Interkaninus
rahang atas setelah ,180 19 ,107 ,927 19 ,150
pemasangan retainer
Lebar Interkaninus
rahang bawah setelah ,098 19 ,200* ,973 19 ,833
ortho selesai
Lebar Interkaninus
rahang bawah setelah ,089 19 ,200* ,978 19 ,919
pemasangan retainer
Selisih Lebar
Interkaninus pada ,190 19 ,069 ,849 19 ,006
Rahang Atas
Selisih Lebar
Interkaninus pada ,160 19 ,200* ,936 19 ,226
Rahang Bawah
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Uji Normalitas Lebar Intermolar Setelah Pemasangan Retainer pada Kasus Maloklusi
Klas I Tanpa Pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Lebar Intermolar
rahang atas setelah ,131 19 ,200* ,964 19 ,644
ortho selesai
Lebar Intermolar
rahang atas setelah ,170 19 ,150 ,968 19 ,739
pemasangan retainer
Lebar Intermolar
rahang bawah setelah ,149 19 ,200* ,922 19 ,124
ortho selesai
Lebar Intermolar
rahang bawah setelah ,175 19 ,127 ,925 19 ,139
pemasangan retainer
Selisih Lebar
Intermolar pada ,200 19 ,044 ,928 19 ,158
Rahang Atas
Selisih Lebar
Intermolar pada ,188 19 ,074 ,930 19 ,170
Rahang Bawah
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Panjang Lengkung
rahang atas setelah ,221 19 ,016 ,812 19 ,002
ortho selesai
Panjang Lengkung
rahang atas setelah ,152 19 ,200* ,950 19 ,396
pemasangan retainer
Panjang Lengkung
rahang bawah setelah ,109 19 ,200* ,954 19 ,457
ortho selesai
Panjang Lengkung
rahang bawah setelah ,138 19 ,200* ,881 19 ,023
pemasangan retainer
Selisih Panjang
,239 19 ,005 ,741 19 ,000
Lengkung Rahang Atas
Selisih Panjang
Lengkung Rahang ,183 19 ,095 ,925 19 ,142
Bawah
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Uji Normalitas Overjet Setelah Pemasangan Retainer pada Kasus Maloklusi Klas I
Tanpa Pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Overjet setelah ortho
,104 19 ,200* ,963 19 ,628
selesai
Overjet setelah
,128 19 ,200* ,944 19 ,305
pemasangan retainer
Selisih Overjet ,162 19 ,200* ,928 19 ,162
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Uji Normalitas Overbite Setelah Pemasangan Retainer pada Kasus Maloklusi Klas I Tanpa
Pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Overbite setelah ortho
,137 19 ,200* ,950 19 ,389
selesai
Overbite setelah
,141 19 ,200* ,962 19 ,621
pemasangan retainer
Selisih Overbite ,118 19 ,200* ,959 19 ,552
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
LAMPIRAN 10
Hasil Perhitungan Statistik Irregularity index pada Kasus Maloklusi Klas I Tanpa
Pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG USU
Ranks
N Mean Sum of
Rank Ranks
Irregularity Index Negative
0a ,00 ,00
rahang atas setelah Ranks
pemasangan retainer - Positive Ranks 19b 10,00 190,00
Irregularity Index Ties 0c
rahang atas setelah
ortho selesai Total 19
Irregularity Index Negative
0d ,00 ,00
rahang bawah setelah Ranks
pemasangan retainer - Positive Ranks 19e 10,00 190,00
Irregularity Index Ties 0f
Test Statisticsa
Irregularity Index rahang atas Irregularity Index rahang
setelah pemasangan retainer - bawah setelah pemasangan
Irregularity Index rahang atas retainer - Irregularity Index
setelah ortho selesai rahang bawah setelah ortho
selesai
b
Z -3,823 -3,823b
Asymp. Sig.
,000 ,000
(2-tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
Lebar Interkaninus rahang atas setelah ortho selesai 35,4479 19 1,66223 ,38134
Pair 1
Lebar Interkaninus rahang atas setelah pemasangan retainer 34,8684 19 1,73164 ,39727
Lebar Interkaninus rahang bawah setelah ortho selesai 27,1784 19 1,93161 ,44314
Pair 2
Lebar Interkaninus rahang bawah setelah pemasangan retainer 26,5858 19 2,00075 ,45900
Lower Upper
Lebar Interkaninus rahang atas
setelah ortho selesai - Lebar
Pair 1 ,57947 1,30371 ,29909 -,04889 1,20784 1,937 18 ,069
Interkaninus rahang atas setelah
pemasangan retainer
Lebar Interkaninus rahang bawah
setelah ortho selesai - Lebar
Pair 2 ,59263 ,85170 ,19539 ,18212 1,00314 3,033 18 ,007
Interkaninus rahang bawah setelah
pemasangan retainer
Hasil Perhitungan Statistik Lebar Intermolar pada Kasus Maloklusi Klas I Tanpa Pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM
FKG USU
Lebar Intermolar rahang atas setelah ortho selesai 52,5853 19 2,52192 ,57857
Pair 1
Lebar Intermolar rahang atas setelah pemasangan retainer 52,4500 19 2,48545 ,57020
Lebar Intermolar rahang bawah setelah ortho selesai 45,2026 19 2,11704 ,48568
Pair 2
Lebar Intermolar rahang bawah setelah pemasangan retainer 44,9116 19 2,13795 ,49048
Lower Upper
Ranks
N Mean Sum of
Rank Ranks
Panjang Lengkung Negative
18a 9,61 173,00
rahang atas setelah Ranks
pemasangan retainer - Positive Ranks 1b 17,00 17,00
Panjang Lengkung Ties 0c
rahang atas setelah
ortho selesai Total 19
Panjang Lengkung Negative
18d 10,44 188,00
rahang bawah setelah Ranks
pemasangan retainer - Positive Ranks 1e 2,00 2,00
Panjang Lengkung Ties 0f
rahang bawah setelah
ortho selesai Total 19
Test Statisticsa
Panjang Lengkung rahang Panjang Lengkung rahang
atas setelah pemasangan bawah setelah pemasangan
retainer - Panjang Lengkung retainer - Panjang Lengkung
rahang atas setelah ortho rahang bawah setelah ortho
selesai selesai
Z -3,139b -3,743b
Asymp. Sig.
,002 ,000
(2-tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
Lower Upper
Hasil Perhitungan Statistik Overbite pada Kasus Maloklusi Klas I Tanpa Pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM FKG
USU
Lower Upper