Anda di halaman 1dari 7

1.1.

1 Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali,mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas dibagi dalam 3 periode :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan saat ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan.Dalam agama islam,dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari
2. Puerperium intermediet yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8
minggu
3. Puerperium lanjut yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan kembali sehat
sempurna,terutama jika selama hamil atau sewaktu persalinan timbul komplikasi.Waktu
untuk mencapai kondisi sehat sempurna dapat berminggu-minggu,bulanan atau tahunan
(Mochtar,2011:87).

1.1.2 Fisiologi Nifas


1. Perubahan Sistem Reproduksi
a. Laktasi
Pada ibu postpartum normalnya bentuk, puting susu menonjol, kolostrum sudah keluar,

pembesaran mammae simetris. Pada hari pertama sampai ke-4 pengeluaran kolostrum,

kemudian hari ke-4 – 10 ASI transisi dan hari ke-10 ASI matur (Bahiyatun, 2013).

b. Involusi
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil.
(Purwanti, 2012 : 45).
Menurut Manuaba (2010 : 200) involusi uterus sebagai berikut:
Involusio TFU Beratuterus
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram
7 hari (1 minggu) Pertengahan pusat-sympisis 500 gram
14 hari (2 minggu) Tidak teraba 350 gram
42 hari (6 minggu) Sebesar hamil 2 minggu 50 gram
56 hari (8 minggu) Normal 30 gram
Menurut Purwanti (2012: 45-46), involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang
bersamaan, antara lain:
1) Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uteri.
Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur
hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebarnya dari sebelum hamil.
Sitoplasma sel yang berlebihan tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro
elastic dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.
2) Atrofi jaringan
Jaringan yang berploriferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar,
kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi
estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot-
otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan
meninggalkan lapisan yang akan berdegenerasi menjadi endometrium yang baru.
3) Efek oksitosin (kontraksi)
Intensitas kontaksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir.
Hal tersebut diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume
intrauterine yang sangat besar. Hormone oksitosin yang dilepas dari kelenjar
hypofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh
darah, dan membantu proses homeostatis. Kontraksi dan retraksi otot uteri akan
mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas
luka tempat implantasi plasenta dan mmengurangi perdarahan. Luka bekas
perekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total.
c. Lokhea
Menurut Purwanti (2012: 47), lokhea dibedakan beberapa jenis berdasarkan warna
dan waktu keluarnya, yaitu:
1) Lokhea rubra/merah
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa post partum. Cairan
yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta,
dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.
2) Lokhea sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir serta berlangsung pada hari
ke-4 sampai hari ke-7 post partum.
3) Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit, dan
robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14.
4) Lokhea alba/putih
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lender servik, dan
serabut jaringan yang mati, lokhea alba ini berlangsung selama 2-6 minggu post
partum.
1. Pengertian persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, olasenta, dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu.
persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (lebih
dari 37 minggu) tanpa disertai penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus
berkontraksi dan meyebabkan perubahan pada serviks dan berakhir dengan keluarnya
plasenta secara lengkap.
2. Fisiologi persalinan
a. Tanda persalinan
Tanda-tanda persalinan menurut Manuaba (2012: 173) adalah:

1) Terjadinya his persalinan. His persalinan mempunyai ciri khas pinggang terasa
nyeri yang menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval makin pendek, dan
kekuatannya makin besar, makin beraktivitas (jalan) makin bertambah.
2) Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda). Pembukaan menyebabkan lendir
darah yang terdapat pada kanalis servikalis lepas. Terjadi perdarahan karena kapiler
pembuluh darah pecah.
3) Pengeluaran cairan. Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan
pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan
lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu
24 jam.
b. Tahap persalinan
1) Kala I
Menurut Wiknjosastro (2010: 38), kala I persalinan dimulai sejak terjadinya
kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga
serviks membuka lengkap (10 cm). Kala I persalinan terdiri atas 2 fase, yaitu:
a) Fase laten
Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap, berlangsung hingga serviks membuka
kurang dari 4 cm, berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
b) Fase aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap
(kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu
10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih), dari pembukaan 4 cm
hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm akan terjadi dengan kecepatan
rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2
cm (multipara) dan terjadi penurunan bagian terbawah janin.
2) Kala II

Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm)
dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut kala pengeluaran bayi
(Wiknjosastro, 2010:77). Kala II pada primi berlangsung 1½–2 jam, sedangkan
pada multi ½–1 jam (Sofian, 2013: 73).
Kekuatan his pada akhir kala I atau permulaan kala II mempunyai amplitudo
60 mmHg, interval 3–4 menit, dan durasi berkisar 60–90 detik (Manuaba, 2012:
171).
3) Kala III
Kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta
dan selaput ketuban (Wiknjosastro, 2010: 95). Setelah bayi lahir, kontraksi rahim
beristirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan
berisi plasenta yang menjadi 2 kali lebih tebal dari sebelumnya. Beberapa saat
kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5–10 menit,
seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina, dan akan lahir spontan atau
dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses
biasanya berlangsung 5–30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai
dengan pengeluaran darah kira-kira 100–200 cc (Sofian, 2013: 73).
Setelah istirahat sekitar 8–10 menit, rahim berkontraksi untuk melepaskan
plasenta dari insersinya, di lapisan Nitabusch. Pelepasan plasenta dapat mulai dari
pinggir atau dari sentral dan terdorong ke bagian bawah rahim (Manuaba, 2012:
171).

4) Kala IV
Kala IV persalinan dimulai sejak plasenta lahir sampai ±2 jam setelah plasenta
lahir (Hidayat, 2010: 92). Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena
perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang
dilakukan meliputi tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan TTV, kontraksi uterus
dan terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak
melebihi 400 sampai 500 cc (Manuaba, 2012: 174).
c. Mekanisme persalinan

Menurut Cunningham (2013: 396) gerakan-gerakan pokok persalinan adalah


engagement, desensus, fleksi, rotasi interna (putaran paksi dalam), ekstensi, rotasi
eksterna (putaran paksi luar) dan ekspulsi.

1) Engagement
Menurut Cunningham (2013: 396-397) mekanisme yang digunakan oleh
diameter biparietal, diameter transversal terbesar kepala janin pada presentasi
oksiput, untuk melewati pintu atas panggul disebut engagement. Fenomena ini dapat
terjadi sampai setelah dimulainya persalinan. Asinklitismus anterior

3. Jenis Persalinan
Menurut Yanti (2009: 3) jenis prsalinan berdasarkan caranya yaitu:
a. Persalinan spontan bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri melalui
jalan lahir ibu.
b. Persalinan buatan bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstrasi
forcep atau dilakukan operasi seksio secaria.
c. Persalinan anjuran yang dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah
pemecehan ketuban, pemberian pitocin atau prostadglandin.

Bahiyatun. 2013. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.

Cunningham, F. Gary et al. 2014. Obstetrin Williams. Jakarta: EGC.

Manuaba, Ida Ayu Chandranita, Ida Bagus Gde Fajar Manuaba, and Ida Bagus Gde Manuaba. 2012. Ilmu
Kebidanan,Penyakit Kandungan,Dan KB. Jakarta: EGC.

Sofian, Amru. 2013. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.

Wiknjosastro. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba. 2010. Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan KB. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai