2. Sebutkan indicator pemeriksaan hematologic yang dapat menentukan jenis anemia dan jelaskan. Jawab : 1. Jenis-Jenis Anemia Jenis- jenis anemia diantaranya sebagai berikut : a) Anemia Defisiensi Besi Anemia defisiensi besi merupakan suatu penyebab utama anemia di dunia dan terutama sering dijumpai pada perempuan usia subur,disebabkan oleh kehilangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi selama kehamilan. Menurut Almatsier anemia defisiensibesi atau anemia zat besi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan zat besi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin, baik karena kekurangan konsumsi atau karena gangguan absorpsi. b) Anemia Defisiensi Vitamin C Anemia yang disebabkan karena kekurangan vitamin C yang berat dalam jangka waktu lama. Penyebab kekurangan vitamin C adalah kurangnya asupan vitamin C dalam makanan sehari-hari. Vitamin C banyak ditemukan pada cabai hijau, jeruk, lemon, strawberry, tomat, brokoli, lobak hijau, dan sayuran hijau lainnya, serta semangka. Salah satu fungsi vitamin C adalah membantu penyerapan zat besi, sehingga jika terjadi kekurangan vitamin C, maka jumlah zat besi yang diserap akan berkurang dan bisa terjadi anemia. c) Anemia Makrositik Anemia ini disebabkan karena kekurangan vitamin B12 atau asam folat yang diperlukan dalam proses pembentukan dan pematangan sel darah merah, granulosit, dan platelet. Kekurangan vitamin B12 dapat terjadi karena berbagai hal, salah satunya adalah karena kegagalan usus untuk menyerap vitamin B12 dengan optimal. d) Anemia Hemolitik Anemia hemolitik terjadi apabila sel darah merah dihancurkan lebih cepat dari normal. Penyebabnya kemungkinan karena keturunan atau karena salah satu dari beberapa penyakit, termasuk leukemia dan kanker lainnya, fungsi limpa yang tidak normal, gangguan kekebalan, dan hipertensi berat. e) Anemia Aplastik Anemia aplastik merupakan suatu gangguan yang mengancam jiwa pada sel induk di sumsum tulang, yang sel-sel darahnya diproduksi dalam jumlah yang tidak mencukupi. Anemia aplastik dapat kongenital, idiopatik (penyebabnya tidak diketahui), atau sekunder akibat penyebab-penyebab industri atau virus.
1. Pemeriksaan Hematologi (Sumber : Pedoman Interpretasi Data Klinik, Kemenkes
RI,2011) Hematokrit (Hct) Hematokrit Penurunan nilai Hct merupakan menunjukan presentase sel darah merah indikator anemia (karena berbagai terhadap volume darah total. sebab), reaksi hemolitik, leukemia, sirosis, kehilangan banyak darah dan Nilai normal: hipertiroid. Penurunan Hct sebesar Pria : 40% - 50 % SI unit : 0,4 - 0,5 30% menunjukkan pasien mengalami Wanita : 35% - 45% SI unit : 0.35 - 0,45 anemia sedang hingga parah. Pada pasien anemia karena kekurangan besi (ukuran sel darah merah lebih kecil), nilai Hct akan terukur lebih rendah karena sel mikrositik terkumpul pada volume yang lebih kecil, walaupun jumlah sel darah merah terlihat normal. Hemoglobin (Hb) Penetapan anemia didasarkan pada Nilai normal : nilai hemoglobin yang berbeda secara Pria : 13 - 18 g/dL SI unit : 8,1 - 11,2 individual karena berbagai adaptasi mmol/L tubuh (misalnya ketinggian, penyakit Wanita: 12 - 16 g/dL SI unit : 7,4 – 9,9 paru-paru, olahraga). Secara umum, mmol/L jumlah hemoglobin kurang dari 12 gm/dL menunjukkan anemia. Pada Penurunan protein Hb normal tipe A1, penentuan status anemia, jumlah total A2, F (fetal) dan S berhubungan dengan hemoglobin lebih penting daripada anemia sel sabit. jumlah eritrosit. Penurunan nilai Hb dapat terjadi pada anemia (terutama anemia karena kekurangan zat besi), sirosis, hipertiroidisme, perdarahan, peningkatan asupan cairan dan kehamilan. Konsentrasi Hb dapat digunakan untuk menilai tingkat keparahan anemia,respons terhadap terapi anemia, atau perkembangan penyakit yang berhubungan dengan anemia. Eritrosit (sel darah merah) Secara umum nilai Hb dan Hct Nilai normal: digunakan untuk memantau derajat Pria: 4,4 - 5,6 x 106 sel/mm3 anemia, serta respon terhadap terapi SI unit: 4,4 - 5,6 x 1012 sel/L anemia Wanita: 3,8-5,0 x 106 sel/mm3 Jumlah sel darah merah menurun SI unit: 3,5 - 5,0 x 1012 sel/L pada pasien anemia leukemia Susunan Sel Darah Merah Mean Corpuscular Volume (MCV) Penurunan nilai MCV terlihat pada (Volume korpuskuler rata – rata) pasien anemia kekurangan besi, Perhitungan : MCV (femtoliter) = 10 x anemia pernisiosa dan talasemia, Hct (%) : Eritrosit (106 sel/μL) disebut juga anemia mikrositik. Peningkatan nilai MCV terlihat pada Nilai normal : 80 – 100 (fL) penyakit hati, alcoholism, terapi antimetabolik, kekurangan folat/vitamin B12, dan terapi valproat, disebut juga anemia makrositik. Pada anemia sel sabit, nilai MCV diragukan karena bentuk eritrosit yang abnormal. MCV adalah nilai yang terukur karenanya memungkinkan adanya variasi berupa mikrositik dan makrositik walaupun nilai MCV tetap normal. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) Indeks MCH adalah nilai yang (Hemoglobin Korpuskuler rata mengindikasikan berat Hb rata-rata di – rata) dalam sel darah merah, dan oleh Perhitungan : MCH (picogram/sel) = karenanya menentukan kuantitas hemoglobin/sel darah merah warna (normokromik, hipokromik, Nilai normal : 28– 34 pg/ sel hiperkromik) sel darah merah. MCH dapat digunakan untuk mendiagnosa anemia. Peningkatan MCH mengindikasikan anemia makrositik Penurunan MCH mengindikasikan anemia mikrositik. Mean Corpuscular Hemoglobin Indeks MCHC mengukur konsentrasi Concentration (MCHC) (Konsentrasi Hb rata-rata dalam sel darah merah; Hemoglobin Korpuskuler rata – rata) semakin kecil sel, semakin tinggi Perhitungan : MCHC = konsentrasinya. Perhitungan MCHC hemoglobin/hematokrit tergantung pada Hb dan Hct. Indeks Nilai normal : 32 – 36 g/dL ini adalah indeks Hb darah yang lebih baik, karena ukuran sel akan mempengaruhi nilai MCHC, hal ini tidak berlaku pada MCH. MCHC menurun pada pasien kekurangan besi, anemia mikrositik, anemia karena piridoksin, talasemia dan anemia hipokromik. MCHC meningkat pada sferositosis, bukan anemia pernisiosa. Retikulosit Jumlah retikulosit dapat membedakan Perhitungan : Retikulosit (%) = [Jumlah antara anemia karena kerusakan retikulosit / Jumlah eritrosit] X 100 sumsum tulang dengan anemia karena Nilai normal : 0,5-2% pendarahan atau hemolisis (kerusakan sel darah) karena pendarahan atau hemolisis akan menstimulasi pembentukan retikulosit pada pasien dengan sumsum tulang yang normal. Jumlah retikulosit akan meningkat pada pasien anemia hemolitik, penyakit sel sabit dan metastase karsinoma. Jika jumlah retikulosit tidak meningkat pada pasien anemia, hal ini menandakan sumsum tulang tidak memproduksi eritrosit yang cukup (misal anemia kekurangan besi, anemia aplastik, anemia pernisiosa, infeksi kronik dan terapi radiasi). Setelah pengobatan anemia, peningkatan retikulosit menandakan efektifi tas pengobatan. Setelah pemberian dosis besi yang cukup pada anemia kekurangan besi, jumlah retikulosit akan meningkat 20%; peningkatan secara proporsional terjadi ketika dilakukan transfusi pada anemia pernisiosa. Peningkatan maksimum diharapkan terjadi 7-14 hari setelah pengobatan (suplemen besi).