Anda di halaman 1dari 25

PAPER KELOMPOK

PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN

PRODUKSI DAN PEREDARAN


MAKANAN MINUMAN

Disusun Oleh:

Kelompok IX

1. Aprilia Nurjanah (184840108)


2. Maulidiya Yunita (184840119)
3. Pinsi Jayu Babeliana (184840123)

JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG
TAHUN 2021
PAPER KELOMPOK
PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN

PRODUKSI DAN PEREDARAN


MAKANAN MINUMAN

Disusun Oleh:

Kelompok IX

1. Aprilia Nurjanah (184840108)


2. Maulidiya Yunita (184840119)
3. Pinsi Jayu Babeliana (184840123)

Dosen Pengampu :
Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH

JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, yang mana atas
ridho dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Paeper Kelompok
mata kuliah Perundang-Undangan Kesehatan dengan tepat waktu. Paper
Kelompok ini berisi uraian tentang materi Produksi dan Peredaran Makanan dan
Minuman secara umum. Diharapkan tulisan ini dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman tentang Produksi dan Peredaran Makanan dan Minuman.
Penulis menyadari bahwa penulisan dalam paper kelompok ini masih
jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun guna kesempurnaan paper ini. Semoga paper ini berguna bagi
kita semua.
Demikianlah paper kelompok ini disusun, bila ada kata-kata yang
salah dalam penyusunan paper ini, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Pangkalpinang, 29 September 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i

HALAMAN JUDUL ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL vi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan 2

C. Manfaat 2

BAB II ISI 3

A. Definisi Pangan 3

B. Persyaratan Produksi 3

C. Persyaratan Wadah Pembungkus 3

D. Tanggal Kadaluarsa 6

E. Persyaratan Impor Makanan 7

F. Label dan Periklanan 8

G. Makanan Wajib Daftar 14

H. Makanan Bebas Wajib Daftar 15

I. Makanan Industri Rumah Tangga 16

J. Makanan Iridiasi 17

BAB III PENUTUP 18

A. Kesimpulan 18

iv
B. Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 19

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Daftar Polimer Kemasan yang Berbahaya 5

Tabel 2 Pengaruh Negatif Penggunaan Logam 6

Tabel 3 Persyaratan Impor Makanan 7

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemerintah Negara Indonesia dalam menyelenggarakan pemerintahan
nya mempunyai kewajiban untuk melindungi kepentingan rakyatnya, baik
dalam bidang kesejahteraan, keamanan, pertahanan, maupun kecerdasan
kehidupannya. Hal ini sesuai dengan tujuan negara sebagaimana yang
tercantum pada alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, “untuk melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial”.
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Menurut undang- undang kesehatan nomor 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan pengertian kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial ekonomis. Pembangunan kesehatan merupakan
salah satu upaya pembangunan nasional agar setiap penduduk mempunyai
kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati
produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan,
dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai
makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan
pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses
penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.

1
B. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi Pangan
2. Untuk Mengetahui Persyaratan Produksi
3. Untuk Mengetahui Persyaratan Wadah Pembungkus
4. Untuk Mengetahui Tanggal Kadaluarsa
5. Untuk Mengetahui Persyaratan Impor Makanan
6. Untuk Mengetahui Label dan Periklanan
7. Untuk Mengetahui Makanan Wajib Daftar
8. Untuk Mengetahui Makanan Bebas Wajib Daftar
9. Untuk Mengetahui Makanan Industri Rumah Tangga
10. Untuk Mengetahui Makanan Iridiasi
C. Manfaat
1. Mengetahui Definisi Pangan
2. Mengetahui Persyaratan Produksi
3. Mengetahui Persyaratan Wadah Pembungkus
4. Mengetahui Tanggal Kadaluarsa
5. Mengetahui Persyaratan Impor Makanan
6. Mengetahui Label dan Periklanan
7. Mengetahui Makanan Wajib Daftar
8. Mengetahui Makanan Bebas Wajib Daftar
9. Mengetahui Makanan Industri Rumah Tangga
10. Mengetahui Makanan Iridiasi

2
BAB II
ISI

A. Definisi Pangan
Menurut Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 31
Tahun 2018 Tentang Label Pangan Olahan. Pangan adalah segala sesuatu
yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan,
perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak
diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi
manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan
lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau
pembuatan makanan atau minuman.
Pangan Olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan
cara atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan.
B. Persyaratan Produksi
Menurut Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 31
Tahun 2018 Tentang Label Pangan Olahan. Produksi Pangan adalah kegiatan
atau proses menghasilkan, menyiapkan, mengolah, membuat, mengawetkan,
mengemas, mengemas kembali, dan/atau mengubah bentuk Pangan.
Menurut Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 27
Tahun 2017 Tentang Pendaftaran Pangan Olahan. Pihak yang memproduksi
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. memiliki izin usaha untuk jenis pangan yang didaftarkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
b. memenuhi persyaratan CPPOB untuk jenis Pangan yang didaftarkan.
C. Persyaratan Wadah Pembungkus
Menurut Undang-undang No.7 Th 1996 tentang Pangan (UU 7/1999),
Kemasan pangan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi atau
membungkus pangan, baik yang bersentuhan langsung dengan pangan
maupun tidak.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 329 / Menkes / Per / XII
/ 76 tentang Produksi dan Peredaran Pangan, Wadah adalah barang yang

3
dipakai untuk mewadahi atau membungkus makanan yang berhubungan
langsung dengan isi.
Kriteria dalam pemilihan kemasan, yaitu :
1. Sifat bahan kimia pangan beserta stabilitasnya dalam hal komposisi kimia,
biokimia, mikrobiologi kemungkinan reaksi dan kecepatan reaksi terhadap
bahan kemasan pengaruhnya dengan suhu dan waktu.
2. Sifat bahan kimia pengemas, kompatibilitasnya harus dinilai secara
seksama.Apakah bahan kimia tersebut mudah termigrasi, serta evalusi
terhadap pengaruh suhu dan waktu kontak terhadap komposisi yang
dikandung pengemas.
3. Evaluasi terhadap faktor lingkungan. Mengingat migrasi bahan toksik
sangat dipengaruhi suhu, lama kontak dan jenis senyawa toksik dalam
kemasan, maka faktor lingkungan harus diperhatikan.
Secara garis besar pangan dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Sesuai derajat asam basanya (pH) Pangan maupun minuman beragam
kadar asam basanya. Ada yang bersifat sangat asam, ada yang netral dan
ada pula yang basa. Pangan yang bersifat asam berbahaya jika kemasannya
terbuat dari logam. Pangan yang bersifat netral lebih banyak memiliki
kecocokan dengan banyak jenis bahan kemas.
2. Suhu saat pengemasan dan penyimpanan saat pengemasan ada yang
dilakukan saat pangan pada suhu tinggi (diatas 60oC), suhu kamar,
ataupun suhu rendah. Pengemasan pangan pada suhu tinggi, ataupun
penyimpanan pangan terkemas pada suhu tinggi akan meningkatkan
migrasi bahan kia toksik, Formaldehid dari kemasan melamin termigrasi
pada suhu tersebut.
3. Kandungan kimia dominan Bahan kimia dominan dalam pangan dapat
berupa protein, lemak/minyak, garam dsb. Pemilihan kemasan disesuaikan
dengan kandungan kimia; seyogyanya dipilih kemasan yang tidak bereaksi
antara kemasan dan kimia bahan pangan. Sebagai contoh : Pangan
berkadar garam tinggi, akan mendegradasi kemasan logam.
Syarat Keamanan Kemasan Pangan, yaitu :

4
1. Kemasan tidak bersifat toksikdan beresidu terhadap pangan-minuman.
2. Kemasan harus mampu menjaga bentuk, rasa, kehigienisan, dan gizi bahan
pangan.
3. Senyawa bahan toksik kemasan tidak boleh bermigrasi ke dalam bahan
pangan terkemas.
4. Bentuk, ukuran dan jenis kemasan memberikan efektifitas.
5. Bahan kemasan tidak mencemari lingkungan hidup. Secara ringkas syarat
kemasan harus mampu melindungi pangan secara fisik, kimia dan
biologis. Beberapa bahan kemasan karena pengaruh suhu, dan waktu
kontak terhadap jenis bahan pangan tertentu, menimbulkan efek toksik
bagi tubuh manusia.
Jenis Polimer
Polimer
No Jenis Bahan Toksik Pengaruh Terhadap Kesehatan
Plastik
Polivinil Klorida
Hidrogen Klorida Kanker, mutasi gen, gangguan
Polivnil (HCL), plastizicer pendengaran, gangguan
1.
Klorida (ester asamftalat: penglihatan, disfungsi hati,
dioktif ftalat, dibutil bronkitis dan tukak
ftalat)
Aldehid alifatik
(LDPE),
2. Polietilen Kanker
Hidrokarbon alifatik
tidak jenuh (HDPE)
Gangguan pertumbuhan dan
3. Ftalat Ester asam ftalat
persekutuan, asma
Menyebabkan iritasi mata, saluran
4. Poliester Ester
pernapasan dan kulit kemerahan
Iritasi bronkial, mencret, muntah,
depresi susunan syaraf, gangguan
Polioksime Fomaldehid peredaran darah, konvulsi
5.
tilen (Formalin) Pengaruh Negatif penggunaan
Logam Penggunaan Bahaya Bagi
Kesehatan
Tabel 1. Daftar Polimer Kemasan yang Berbahaya

5
Pengaruh Megatif penggunaan Logam
Nama
No Penggunaan Bahaya Bagi Kesehatan
Logam
Kerusakan sistem syaraf pusat,
Penstabil, menghambat pemesanan hemoglobin,
1. Timbal (Pb)
pewarna anemia, menimbulkan osteoporosis,
karsinogenik
Kromium Kromium heksavalen menyebabkan
2. Pewarna
(Cr) kanker dan alergi kulit
3. Nikel (Ni) Stabilisator Karsinogenik
Kadmium Osteoporosis, kerusakan ginjal, kerusakan
4. Stabilisator
(Cd) paru-paru.
Merkuri Kerusakan sistem syaraf pusat, kerusakan
5.
(Hg) ginjal, karsinogenik.
Tabel 2. Pengaruh Negatif Penggunaan Logam
D. Tanggal Kadaluarsa
Menurut Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 31
Tahun 2018 Tentang Label Pangan Olahan, Keterangan kedaluwarsa
merupakan batas akhir suatu Pangan dijamin mutunya, sepanjang
penyimpanannya mengikuti petunjuk yang diberikan produsen. Dalam hal
Pangan Olahan memiliki masa simpan kurang dari atau sama dengan 3 (tiga)
bulan, keterangan kedaluwarsa yang dicantumkan meliputi tanggal, bulan dan
tahun.
Dalam hal Pangan Olahan memiliki masa simpan lebih dari 3 (tiga)
bulan, keterangan kedaluwarsa yang dicantumkan meliputi:
a. tanggal, bulan dan tahun; atau
b. bulan dan tahun.
Keterangan kedaluwarsa didahului tulisan “Baik digunakan sebelum”.
Keterangan kedaluwarsa dapat dicantumkan terpisah dari tulisan “Baik
digunakan sebelum”, dan disertai dengan petunjuk tempat pencantuman
tanggal kedaluwarsa dapat berupa ”Baik digunakan sebelum, lihat bagian
bawah kaleng” atau”Baik digunakan sebelum, lihat pada tutup botol”.
Dikecualikan dari ketentuan pencantuman keterangan kedaluwarsa
untuk:

6
a. Minuman yang mengandung alkohol paling sedikit 7% (tujuh persen);
b. Roti dan kue yang mempunyai masa simpan kurang dari atau sama
dengan 24 (dua puluh empat) jam; dan
c. Cuka.
Pangan Olahan harus mencantumkan tanggal produksi dan/atau
tanggal pengemasan.
E. Persyaratan Impor Makanan
Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan (PEMENDAG) 83/M-
DAG/PER/12/2012 mengenai Ketentuan Impor Produk Tertentu, persyaratan
yang harus dilengkapi adalah :
N Dokumen Layanan Keterangan Syarat
o
1 Dokumen IT Produk Importir Terdaftar Wajib
Lama Tertentu - Produk Tertentu
Produk Produk Makanan dan
Makanan dan Minuman Lama (Asli)
Minuman
Lama (Asli)
2 NPWP NPWP Nomor Pokok Wajib Wajib
Pajak
3 API API-P API-P Pilihan
#1
4 API API-U Angka Pengenal Pilihan
Importir Umum #1
5 Rek. Dinas TDP Tanda Daftar Wajib
Perindustrian & Perusahaan
Perdagangan
6 Lain-lain Rencana Impor Rencana impor Wajib
Produk produk tertentu
Tertentu - 1 (jumlah, jenis barang,
tahun HS 10 digit dan
pelabuhan tujuan)
untuk 1 (satu) tahun
(Asli)
7 DJBC NIK Nomor Identitas Wajib
Kepabeanan
Tabel 1. Persyaratan Impor Makanan

7
F. Label dan Periklanan
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun
1999 Tentang Label dan Iklan Pangan. Label pangan adalah setiap keterangan
mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau
bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan
pada, atau merupakan bagian kemasan pangan, yang selanjutnya dalam
Peraturan Pemerintah ini disebut Label.
Iklan pangan adalah setiap keterangan atau pernyataan mengenai
pangan dalam bentuk gambar, tulisan, atau bentuk lain yang dilakukan
dengan berbagai cara untuk pemasaran dan atau perdagangan pangan, yang
selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah ini disebut Iklan. (PP RI No 69
tentang Label dan Iklan Pangan).
a) Label
Menurut Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 31
Tahun 2018 Tentang Label Pangan Olahan. Label adalah setiap keterangan
mengenai Pangan Olahan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi
keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada Pangan Olahan,
dimasukan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian Kemasan
Pangan. Setiap Orang yang memproduksi Pangan Olahan di dalam negeri
untuk diperdagangkan dalam kemasan eceran wajib mencantumkan Label.
Begitu juga dengan setiap Orang yang mengimpor Pangan Olahan untuk
diperdagangkan dalam kemasan eceran wajib mencantumkan Label pada
saat memasuki wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Label
haruslah mudah dilihat dan dibaca, tidak mudah lepas dari Kemasan
Pangan, tidak mudah luntur, dan/atau rusak.
Setiap Label yang diperdagangkan wajib memuat keterangan
mengenai Pangan Olahan dengan benar dan tidak menyesatkan.
Keterangan dimaksud meliputi keterangan yang berbentuk tulisan, gambar,
kombinasi keduanya, atau bentuk lain. Label ditulis dalam bahasa
indonesia
Label harus memuat keterangan paling sedikit mengenai:

8
1) Nama produk, terdiri atas
 Nama jenis Pangan Olahan
Nama jenis Pangan Olahan merupakan pernyataan atau keterangan
identitas mengenai Pangan Olahan. Dalam hal Pangan Olahan telah
diatur dalam SNI yang diberlakukan wajib, penggunaan nama jenis
Pangan Olahan harus sesuai dengan SNI. Dalam hal Pangan Olahan
berupa minuman beralkohol dan nama jenisnya tidak tercantum
dalam Kategori Pangan, pada label dicantumkan ”MINUMAN
BERALKOHOL GOLONGAN ....”. Golongan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam hal nama jenis
Pangan Olahan belum ditetapkan dalam Kategori Pangan,
penggunaan nama jenis Pangan Olahan harus mendapat persetujuan
terlebih dahulu dari Kepala Badan.
 Nama dagang.
a. Nama dagang tidak dapat digunakan apabila nama dagang
memuat unsur sebagai berikut:
b. bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
moralitas agama, budaya, kesusilaan, dan/atau ketertiban umum;
c. tidak memiliki daya pembeda;
d. telah menjadi milik umum;
e. menggunakan nama jenis atau nama umum/generik terkait
Pangan Olahan yang bersangkutan;
f. menggunakan kata sifat yang secara langsung atau tidak langsung
dapat memengaruhi penafsiran terhadap Pangan Olahan;
g. menggunakan kata yang terkait aspek keamanan pangan, gizi,
dan/atau kesehatan; dan/atau g. menggunakan nama dagang yang
telah mempunyai sertifikat merek untuk Pangan Olahan sejenis
atas nama orang dan/atau badan usaha lain.
h. Nama dagang dapat berupa gambar, kata, huruf, angka, susunan
warna, dan/atau bentuk lain tersebut yang memiliki daya
pembeda. Nama dagang yang telah memiliki sertifikat merek dari

9
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
hukum dapat digunakan sepanjang tidak bertentangan dengan
aspek keamanan pangan, gizi, dan kesehatan.
2) Daftar bahan yang digunakan, merupakan daftar bahan yang digunakan
dalam kegiatan atau proses Produksi Pangan. meliputi:
a. Bahan Baku;
b. BTP; dan
c. Bahan Penolong.
3) Berat bersih atau isi bersih merupakan informasi mengenai jumlah
Pangan Olahan yang terdapat di dalam kemasan atau wadah
dicantumkan dalam satuan metrik. Pencantuman satuan meliputi:
a. ukuran berat untuk Pangan Olahan padat yang dinyatakan dengan
berat bersih;
b. ukuran volume untuk Pangan Olahan cair yang dinyatakan dengan
isi bersih; atau
c. ukuran berat atau volume untuk Pangan Olahan semi padat atau
kental yang dinyatakan dengan berat bersih atau isi bersih.
Penulisan satuan berat bersih atau isi bersih meliputi:
a. padat ditulis menggunakan satuan miligram (mg), gram (g),
kilogram (kg);
b. cair ditulis menggunakan satuan mililiter (ml atau mL), liter (l atau
L); atau
c. semi padat ditulis menggunakan satuan miligram (mg), gram (g),
kilogram (kg), mililiter (ml atau mL), liter (l atau L).
Dalam hal produk berupa butiran atau bijian, selain berat
bersih dapat dicantumkan jumlah butir atau biji dan berat per butir atau
per biji. Keterangan tentang berat bersih atau isi bersih dan bobot tuntas
harus ditempatkan pada bagian yang paling mudah dilihat dan/atau
dibaca oleh konsumen.
4) Nama dan Alamat Pihak yang Memproduksi atau Mengimpor Pasal
Pihak yang memproduksi, pihak yang mengimpor, pihak pemberi

10
kontrak, pihak penerima kontrak dan/atau pihak pemberi lisensi Pangan
Olahan wajib mencantumkan nama dan alamat.
a. Pencantuman alamat untuk Pangan Olahan produk dalam negeri
paling sedikit meliputi nama kota, kode pos, dan Indonesia. Dalam
hal alamat tidak terdaftar pada direktori kota atau buku telepon,
pihak yang memproduksi harus mencantumkan alamat secara jelas
dan lengkap.
b. Pencantuman alamat untuk produksi Pangan Olahan Impor paling
sedikit meliputi nama kota dan negara. Dalam hal Pangan Olahan
impor selain mencantumkan nama dan alamat pihak yang
memproduksi, pihak yang mengimpor dan/atau distributor yang
mendapatkan penunjukan dari negara asal wajib juga mencantumkan
nama dan alamat pihak yang mengimpor. Pencantuman nama dan
alamat pihak yang mengimpor dan/atau distributor didahului dengan
keterangan berupa “Diimpor/ didistribusikan oleh ... “. Alamat pihak
yang mengimpor dan/atau distributor paling sedikit mencantumkan
nama kota, kode pos, dan Indonesia. Dalam hal alamat tidak terdaftar
pada direktori kota atau buku telepon, pihak yang mengimpor
dan/atau distributor harus mencantumkan alamat secara jelas dan
lengkap.
5) Keterangan Halal bagi yang Dipersyaratkan
Pelaku Usaha yang memproduksi atau mengimpor Pangan
Olahan yang dikemas eceran untuk diperdagangkan di wilayah
Indonesia wajib mencantumkan keterangan halal setelah mendapatkan
sertifikat halal. Sertifikat halal diterbitkan oleh lembaga yang ditunjuk
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam hal
sudah terdapat kesepakatan saling pengakuan antara Indonesia dengan
negara asal, keterangan halal negara asal dapat dicantumkan sepanjang
telah mendapatkan sertifikat halal dari negara asal.
6) Tanggal dan Kode Produksi

11
Tanggal dan kode produksi wajib dicantumkan pada Label dan
diletakkan pada bagian yang mudah dilihat dan dibaca. Tanggal dan
kode produksi paling sedikit memuat informasi mengenai riwayat
produksi Pangan pada kondisi dan waktu tertentu. Tanggal dan kode
produksi berupa nomor bets (batch) dan/atau waktu produksi. Tanggal
dan kode produksi dapat dicantumkan terpisah dari keterangan pada
Label dan harus disertai dengan petunjuk tempat pencantuman kode
produksi. Keterangan tempat pencantuman kode dapat berupa “Kode
Produksi, lihat bagian bawah kaleng”; atau “Kode produksi, lihat pada
tutup botol”.
7) Keterangan Kedaluwarsa
Keterangan kedaluwarsa merupakan batas akhir suatu Pangan
dijamin mutunya, sepanjang penyimpanannya mengikuti petunjuk yang
diberikan produsen. Keterangan kedaluwarsa dinyatakan dalam tanggal,
bulan, dan tahun. Dalam hal Pangan Olahan memiliki masa simpan
kurang dari atau sama dengan 3 (tiga) bulan, keterangan kedaluwarsa
yang dicantumkan meliputi tanggal, bulan dan tahun. Dalam hal Pangan
Olahan memiliki masa simpan lebih dari 3 (tiga) bulan, keterangan
kedaluwarsa yang dicantumkan meliputi:
a. tanggal, bulan dan tahun; atau
b. bulan dan tahun.
Keterangan kedaluwarsa didahului tulisan “Baik digunakan
sebelum”. Keterangan kedaluwarsa dapat dicantumkan terpisah dari
tulisan “Baik digunakan sebelum”, dan disertai dengan petunjuk tempat
pencantuman tanggal kedaluwarsa dapat berupa: ”Baik digunakan
sebelum, lihat bagian bawah kaleng” atau”Baik digunakan sebelum,
lihat pada tutup botol”.
Dikecualikan dari ketentuan pencantuman keterangan
kedaluwarsa untuk:
a. minuman yang mengandung alkohol paling sedikit 7% (tujuh
persen);

12
b. roti dan kue yang mempunyai masa simpan kurang dari atau sama
dengan 24 (dua puluh empat) jam; dan
c. cuka.
8) Nomor Izin Edar
Pencantuman Nomor Izin Edar Pangan Olahan produk dalam
negeri harus diawali dengan tulisan “BPOM RI MD” yang diikuti
dengan digit angka. Pencantuman Nomor Izin Edar Pangan Olahan
produk impor harus diawali dengan tulisan “BPOM RI ML” yang
diikuti dengan digit angka. Nomor Izin Edar yang dicantumkan pada
Label harus sesuai dengan nomor pendaftaran pangan yang tercantum
pada Izin Edar. Dalam hal Pangan Olahan merupakan Pangan Olahan
industri rumah tangga, pada Label harus dicantumkan tulisan “P-IRT”.
9) Asal Usul Bahan Pangan Tertentu
Keterangan tentang asal usul bahan Pangan tertentu meliputi:
a. asal bahan Pangan tertentu yang bersumber dari hewan atau
tanaman. harus dicantumkan pada daftar bahan berupa nama bahan
diikuti dengan asal bahan. Jika berasal dari hewan harus disertai
dengan pencantuman jenis hewan diikuti dengan asal bahan. Jika
berasal dari tanaman disertai dengan pencantuman jenis tanaman
diikuti dengan asal bahan. Asal usul bahan Pangan merupakan bahan
yang bersumber atau mengandung atau berasal dari hewan atau
tanaman, baik dalam bentuk tunggal atau campuran atau produk
olahan atau produk turunannya yang terkait dengan status kehalalan
produk.
b. Pangan yang diproduksi melalui proses khusus. ) Pangan yang
diproduksi melalui proses khusus meliputi Pangan Produk Rekayasa
Genetik atau Pangan Iradiasi. Setiap Orang yang memproduksi dan
menggunakan bahan baku, BTP dan/atau bahan lain yang berasal
dari produk rekayasa genetik untuk diedarkan wajib mencantumkan
keterangan berupa tulisan “PRODUK REKAYASA GENETIK”

13
pada Label. Setiap Orang yang memproduksi Pangan iradiasi wajib
mencantumkan keterangan berupa tulisan “IRADIASI” pada Label.
b) Iklan
Setiap Iklan tentang pangan yang diperdagangkan wajib memuat
keterangan mengenai pangan secara benar dan tidak menyesatkan, baik
dalam bentuk gambar dan atau suara, pernyataan, dan atau bentuk apapun
lainnya. Setiap Iklan tentang pangan tidak boleh bertentangan dengan
norma-norma kesusilaan dan ketertiban umum.
Setiap orang yang memproduksi dan atau memasukkan ke
dalam wilayah Indonesia pangan untuk diperdagangkan, dilarang memuat
pernyataan dan atau keterangan yang tidak benar dan atau yang dapat
menyesatkan dalam Iklan. Penerbit, pencetak, pemegang izin siaran radio
atau televisi, agen dan atau medium yang dipergunakan untuk
menyebarkan Iklan, turut bertanggung jawab terhadap isi Iklan yang tidak
benar, kecuali yang bersangkutan telah mengambil tindakan yang
diperlukan untuk meneliti kebenaran isi Iklan yang bersangkutan. Untuk
kepentingan pengawasan, penerbit, pencetak, pemegang izin siaran radio
atau televisi, agen dan atau medium yang dipergunakan untuk
menyebarkan Iklan dilarang merahasiakan identitas, nama dan alamat
pemasang Iklan.
Iklan dilarang memuat keterangan atau pernyataan bahwa
pangan tersebut adalah sumber energi yang unggul dan segera memberikan
kekuatan.
G. Makanan Wajib Daftar
Menurut Peraturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 27
Tahun 2017 Tentang Daftar Pangan Olahan. Makanan yang wajib daftar,
yaitu:
1. Setiap Pangan Olahan yang di produksi di dalam negeri atau yang diimpor
untuk diperdagangkan dalam kemasan eceran wajib memiliki Izin Edar.
2. Izin Edar wajib untuk:
3. Pangan fortifikasi;

14
4. Pangan SNI wajib;
5. Pangan program pemerintah;
6. Pangan yang ditujukan untuk uji pasar; dan/atau
7. BTP.
8. Izin Edar diterbitkan oleh Kepala Badan.
9. Pangan Olahan yang akan didaftarkan harus memenuhi kriteria keamanan,
mutu, dan gizi.
Kriteria keamanan, mutu, dan gizi meliputi:
1. parameter keamanan, yaitu cemaran fisik, batas maksimum cemaran
mikroba, dan cemaran kimia serta persyaratan BTP dan bahan penolong
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan;
2. parameter mutu, yaitu pemenuhan persyaratan mutu sesuai dengan standar
dan persyaratan yang berlaku; dan
3. parameter gizi sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
H. Makanan Bebas Wajib Daftar
Menurut Peraturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 27
Tahun 2017 Tentang Daftar Pangan Olahan. Makanan yang dibebaskan dari
wajib daftar apabila:
a. Pangan Olahan yang diproduksi oleh industri rumah tangga Pangan;
b. Pangan Olahan yang mempunyai masa simpan kurang dari 7 (tujuh) hari;
c. Pangan Olahan yang diimpor dalam jumlah kecil untuk keperluan:
1. sampel dalam rangka pendaftaran;
2. penelitian;
3. konsumsi sendiri;
d. Pangan Olahan yang digunakan lebih lanjut sebagai bahan baku dan tidak
dijual secara langsung kepada konsumen akhir;
e. Pangan Olahan yang dikemas dalam jumlah besar dan tidak dijual secara
langsung kepada konsumen akhir;
f. Pangan yang dijual dan dikemas langsung di hadapan pembeli dalam
jumlah kecil sesuai permintaan konsumen;
g. Pangan siap saji; dan/atau

15
h. Pangan yang hanya mengalami pengolahan minimal (pascapanen)
meliputi pencucian, pengupasan, pengeringan, penggilingan,pemotongan,
penggaraman, pembekuan, pencampuran, dan/atau blansir serta tanpa
penambahan BTP, kecuali BTP untuk pelilinan.
I. Makanan Industri Rumah Tangga
Industri Rumah Tangga Pangan yang selanjutnya disingkat IRTP
adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal
dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis. Pangan
Produksi IRTP adalah pangan olahan hasil produksi IRTP yang diedarkan
dalam kemasan eceran dan berlabel.
SPP-IRT (sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga)
memiliki fungsi sebagai izin edar suatu produk pangan yang di diterbitkan
oleh Bupati/Wali Kota. SPP-IRT diberikan kepada IRTP yang memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. memiliki sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan;
b. hasil pemeriksaan sarana produksi Pangan Produksi IRTP memenuhi
syarat; dan
c. Label Pangan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.
SPP-IRT berlaku paling lama 5 (lima) tahun terhitung sejak
diterbitkan dan dapat diperpanjang melalui permohonan SPP-IRT.
Permohonan perpanjangan SPP-IRT dapat diajukan dilakukan paling lambat
6 (enam) bulan sebelum masa berlaku SPP-IRT berakhir.
SPP-IRT dapat dicabut oleh Bupati/Wali Kota c.q. Unit Pelayanan
Terpadu Satu Pintu apabila memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. pemilik dan/atau penanggung jawab perusahaan melakukan pelanggaran
terhadap peraturan di bidang pangan;
b. Pangan Produksi IRTP terbukti sebagai penyebab Kejadian Luar Biasa
(KLB) keracunan pangan;
c. Pangan IRTP terbukti mengandung bahan berbahaya dan/atau bahan kimia
obat (BKO);

16
d. Pangan Produksi IRTP mencantumkan klaim selain peruntukannya sebagai
Pangan Produksi IRTP;
e. lokasi sarana produksi Pangan Produksi IRTP tidak sesuai dengan lokasi
yang tercantum dalam dokumen pendaftaran pada saat mendapatkan
SPPIRT dan/atau dokumen yang didaftarkan pada saat pemberian SPP-
IRT; dan/atau
f. sarana dan/atau produk Pangan Olahan yang dihasilkan terbukti tidak
sesuai dengan SPP-IRT yang telah diberikan.
J. Makanan Iridiasi
Menurut Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 31
Tahun 2018 Tentang Label Pangan Olahan Pangan. Iradiasi adalah setiap
Pangan yang dengan sengaja dikenai radiasi ionisasi tanpa memandang
sumber atau jangka waktu iradiasi ataupun sifat energi yang digunakan.
Menurut Peraturan badan pengawasan Obat Dan makanan Nomor 18
Tahun 2019 Tentang Cara Iradiasi Pangan Yang Baik. Iradiasi merupakan
teknologi pengolahan Pangan yang dapat digunakan dengan tujuan untuk
mempertahankan mutu Pangan dan penanganan keamanan Pangan. Tujuan
tersebut antara lain menghambat pertunasan, membasmi serangga, perlakuan
karantina (membebaskan dari Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina
(OPTK)), menunda pematangan, memperpanjang umur simpan, mengontrol
infeksi oleh parasit tertentu, mengurangi jumlah mikroba, dan sterilisasi
komersial. Pangan Iradiasi dapat berupa Pangan Segar, Pangan Olahan
Terkemas dan Pangan Siap Saji.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Makanan dan minuman yang sehat adalah adalah makanan yang
mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Makanan sehat itu
mengandung gizi yang seimbang, yaitu makanan yang sarat gizi dan baik
dikonsumsi oleh tubuh.
Kemasan makanan merupakan bagian dari makanan yang sehari-hari
kita konsumsi. Bagi sebagian besar orang, kemasan makanan hanya sekadar
bungkus makanan dan cenderung dianggap sebagai "pelindung " makanan.
Tidak semua bahan kemasan makanan itu baik untuk kesehatan, malah ada
bahaya yang mengancam kita dari kemasan makanan tersebut yang kadang
kurang kita sadari.
Dalam produksi makanan juga harus dilakukan dengan sesuai aturan
yang berlaku, memenuhi persyaratan dan melewati banyak tahapan untuk
mencapai sebuah produk.
B. Saran
Dapat mempertahankan dan berupaya meningkatkan lagi kemampuan
pengetahuan dengan menggali wawasan dan pengetahuan dengan
memanfaatkan sumber daya berupa makalah yang telah kelompok kami susun
melalui hasik diskusi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2003. Keputusan Kepala Badan

Pengawasan Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor :

HK.00.05.4.1745, Jakarta.

Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2018. Keputusan Kepala Badan

Pengawasan Obat Dan Makanan Nomor 22 Tahun 2018 Tentang

Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, Jakarta.

Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2018. Keputusan Kepala Badan

Pengawasan Obat Dan Makanan Nomor 31 Tahun 2018 Tentang Label

Pangan Olahan, Jakarta.

Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2019. Keputusan Kepala Badan

Pengawasan Obat Dan Makanan Nomor 18 Tahun 2019 Tentang Cara

Iradiasi Pangan Yang Baik, Jakarta.

Badan Pengawas Obat dan Makanan,2017. Keputusan Kepala Badan

Pengawasan Obat Dan Makanan Nomor 27 Tahun 2017 Tentang

Pendaftaran Pangan Olahan, Jakarta.

Peraturan Pemerintah RI,1999. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, Jakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai