Nama Kelompok :
PRODI FARMASI
POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
ii
membangun dari para pembaca. Akhir kata peneliti mengharapkan makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak dan terutama bagi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang,
serta dapat menambah ilmu pengetahuan.
Penulis,
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL....................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..........................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Tujuan.................................................................................................2
C. Manfaat...............................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
dan hakim yang memeriksa perkara tindak pidana narkotika
dan prekursor narkotika, dan tata cara penggunaan harta kekayaan atau asset
yang diperoleh dari hasil tindak pidana narkotika dan prekusor narkotika.
B. Tujuan
1. Mengetahui penggolongan narkotika.dan psikotropika
2. Mengetahui tujuan pengaturan prekursor
3. Mengetahui contoh sediaan obat jadi narkotika dan psikotropika.
C. Manfaat
1. Sebagai bahan materi untuk pembelajaran mata kuliah Perundang-
undangan kesehatan.
2. Menambah pengetahuan penulis terkait UU Obat Narkotika dan
Psikotropika
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2) Opium mentah, yaitu getah yang membeku sendiri, diperoleh dari
buah tanaman Papaver Somniferum L dengan atau tanpa
mengalami pengolahan sekedarnya untuk pembungkus dan
pengangkutan tanpa memperhatikan kadar morfinnya.
3) Opium masak terdiri dari:
a. candu, hasil yang diperoleh dari opium mentah melalui suatu
rentetan pengolahan khususnya dengan pelarutan, pemanasan dan
peragian dengan atau tanpa penambahan bahan-bahan lain, dengan
maksud mengubahnya menjadi suatu ekstrak yang cocok untuk
pemadatan.
b. jicing, sisa-sisa dari candu setelah dihisap, tanpa memperhatikan
apakah candu itu dicampur dengan daun atau bahan lain.
c. jicingko, hasil yang diperoleh dari pengolahan jicing.
Tanaman koka, tanaman dari semua genus Erythroxylon dari
keluarga Erythroxylaceae termasuk buah dan bijinya.
4) Daun koka, daun yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam
bentuk serbuk dari semua tanaman genus Erythroxylon dari
keluarga Erythroxylaceae yang menghasilkan kokain secara
langsung atau melalui perubahan kimia.
5) Kokain mentah, semua hasil-hasil yang diperoleh dari daun koka
yang dapat diolah secara langsung untuk mendapatkan kokaina.
6) Kokaina, metil ester-1-bensoil ekgonina.
7) Tanaman ganja, semua tanaman genus genus cannabis dan semua
bagian dari tanaman termasuk biji, buah, jerami, hasil olahan
tanaman ganja atau bagian tanaman ganja termasuk damar ganja
dan hasis.
8) Tetrahydrocannabinol, dan semua isomer serta semua bentuk
stereo
kimianya.
4
9) Delta 9 tetrahydrocannabinol, dan semua bentuk stereo kimianya
10) ASETORFINA
11) ASETIL-ALFA-METILFENTANIL
12) ALFA-METILFENTANIL
13) ALFA-METILTIOFENTANIL
14) BETA-HIDROKSIFENTANIL
15) BETA-HIDROKSI-3-METIL-FENTANIL
16) DESOMORFINA
17) ETORFINA
18) HEROINA
19) DIASETILMORFINA
20) KETOBEMIDONA
21) 3-METILFENTANIL
22) 3-METILTIOFENTANIL
23) MPPP
24) PARA-FLUOROFENTANIL
25) PEPAP
26) TIOFENTANIL
27) BROLAMFETAMINA, NAMA LAIN DOB
28) DET
29) DMA
30) DMHP
31) DIMETILTRIPTAMINA
32) DMT
33) DOET
34) ETISIKLIDINA
35) ETRIPTAMINA
36) KATINONA
37) LISERGIDA
5
38) LSD-25
39) MDMA
40) MESKALINA
41) METKATINONA
42) METILAMINOREKS
43) MMDA
44) N-ETIL MDA
45) N-HIDROKSI MDA
46) Dan 129 zat lainnya serta garam-garam dari narkotika golongan
tersebut di atas.
b. Daftar Golongan Narkotika Golongan II
1) ALFASETILMETADOL
2) ALFAMEPRODINA
3) ALFAMETADOL
4) ALFAPRODINA
5) ALFENTANIL
6) ALLILPRODINA
7) ANILERIDINA
8) ASETILMETADOL
9) BENZETIDIN
10) BENZILMORFINA
11) BETAMEPRODINA
12) BETAMETADOL
13) BETAPRODINA
14) BETASETILMETADOL
15) BEZITRAMIDA
16) DEKSTROMORAMIDA
17) DIAMPROMIDA
18) DIETILTIAMBUTENA
6
19) DIFENOKSILAT
20) DIFENOKSIN
21) DIHIDROMORFINA
22) DIMEFHEPTANOL
23) 23 DIMENOKSADOL
24) DIMETILTIAMBUTENA
25) DIOKSAFETIL BUTIRAT
26) DIPIPANONA
27) DROTEBANOL
28) Ekgonina, termasuk ester dan derivatnya yang setara dengan
ekgonina dan kokaina.
29) ETILMETILTIAMBUTENA
30) ETOKSERIDINA
31) ETONITAZENA
32) FURETIDINA
33) HIDROKODONA
34) HIDROKSIPETIDINA
35) HIDROMORFINOL
36) HIDROMORFONA
37) ISOMETADONA
38) FENADOKSONA
39) FENAMPROMIDA
40) FENAZOSINA
41) FENOMORFAN
42) FENOPERIDINA
43) FENTANIL
44) KLONITAZENA
45) KODOKSIMA
46) LEVOFENASILMORFAN
7
47) LEVOMORAMIDA
48) LEVOMETORFAN
49) LEVORFANOL
50) METADONA
51) METADONA INTERMEDIATE
52) METAZOSINA
53) METILDESORFINA
54) METILDIHIDROMORFINA
55) METOPON
56) MIROFINA
57) MORAMIDA INTERMEDIATE
58) MORFERIDINA
59) MORFINA-N-OKSIDA
60) Morfin metobromida dan turunan morfina nitrogen pentafalent
lainnya termasuk bagian turunan morfina-N-oksida, salah satunya
kodeina-N-oksida Morfina
61) Dan 30 zat lainnya serta Garam-garam dari Narkotika dalam
golongan tersebut di atas.
c. Daftar Narkotika Golongan III
1) ASETILDIHIDROKODEINA
2) DEKSTROPROPOKSIFENA
3) DIHIDROKODEINA
4) ETILMORFINA
5) KODEINA
6) NIKODIKODINA
7) NIKOKODINA
8) NORKODEINA
9) POLKODINA
10) PROPIRAM
8
11) BUPRENORFINA
12) CB 13, nama lain CRA 13 atau SAB-378
13) Garam-garam dari Narkotika dalam golongan tersebut di atas.
14) Campuran atau sediaan difenoksin dengan bahan lain bukan
narkotika.
15) Campuran atau sediaan difenoksilat dengan bahan lain bukan
narkotika.
4. Penyaluran/Penyerahan Narkotika
Narkotika hanya dapat disalurkan oleh Industri Farmasi, pedagang
besar farmasi, dan sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah sesuai
dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini. Industri Farmasi, pedagang
besar farmasi, dan sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah wajib
memiliki izin khusus penyaluran Narkotika dari Menteri.
Industri Farmasi tertentu hanya dapat menyalurkan Narkotika kepada:
a. pedagang besar farmasi tertentu;
b. apotek;
c. sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu; dan
d. rumah sakit.
Pedagang besar farmasi tertentu hanya dapat menyalurkan Narkotika
kepada:
a. pedagang besar farmasi tertentu lainnya;
b. apotek;
c. sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu;
d. rumah sakit; dan
e. lembaga ilmu pengetahuan;
Sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu hanya dapat
menyalurkan Narkotika kepada:
a. rumah sakit pemerintah;
b. pusat kesehatan masyarakat; dan
9
c. balai pengobatan pemerintah tertentu.
Narkotika Golongan I hanya dapat disalurkan oleh pedagang besar
farmasi tertentu kepada lembaga ilmu pengetahuan tertentu untuk
kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penyerahan Narkotika hanya dapat dilakukan oleh:
a. apotek;
b. rumah sakit;
c. pusat kesehatan masyarakat;
d. balai pengobatan; dan
e. dokter.
Apotek hanya dapat menyerahkan Narkotika kepada:
a. rumah sakit;
b. pusat kesehatan masyarakat;
c. apotek lainnya;
d. balai pengobatan;
e. dokter; dan
f. pasien.
Rumah sakit, apotek, pusat kesehatan masyarakat, dan balai pengobatan
hanya dapat menyerahkan Narkotika kepada pasien berdasarkan resep
dokter. Penyerahan Narkotika oleh dokter hanya dapat dilaksanakan
untuk:
a. menjalankan praktik dokter dengan memberikan Narkotika melalui
suntikan;
b. menolong orang sakit dalam keadaan darurat dengan memberikan
Narkotika melalui suntikan; atau
c. menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek.
Narkotika dalam bentuk suntikan dalam jumlah tertentu hanya dapat
diperoleh di apotek.
10
5. Prekursor Narkotika dan Psikotropika
Prekursor Narkotika adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia
yang dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika yang dibedakan dalam
tabel
Pengaturan prekursor dalam Undang-Undang ini bertujuan:
a. melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan Prekursor
Narkotika;
b. mencegah dan memberantas peredaran gelap Prekursor Narkotika;
dan
c. mencegah terjadinya kebocoran dan penyimpangan Prekursor
Narkotika.
Beberapa golongan dan jenis prekursor dibagi pada dua kategori yaitu:
Tabel 1. Golongan dan Jenis Prekursor Tabel I
TABEL I
1. Acetic Anhydride.
2. N-Acetylanthranilic Acid.
3. Ephedrine.
4. Ergometrine.
5. Ergotamine.
6. Isosafrole.
7. Lysergic Acid.
8. 3,4-Methylenedioxyphenyl-2-propanone.
9. Norephedrine.
10. 1-Phenyl-2-Propanone.
11. Piperonal.
12. Potassium Permanganat.
13. Pseudoephedrine.
14. Safrole.
11
TABEL II
1. Acetone.
2. Anthranilic Acid.
3. Ethyl Ether.
4. Hydrochloric Acid.
5. Methyl Ethyl Ketone.
6. Phenylacetic Acid.
7. Piperidine.
8. Sulphuric Acid.
9. Toluene.
12
b. memeriksa surat/dokumen yang berkaitan dengan Prekursor;
c. melakukan pengamanan terhadap Prekursor yang tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No 44
Tahun 2010 Tentang Prekursor
6. Contoh Obat Jadi Narkotika
Contoh obat jadi Narkotika Golongan I yaitu Heroin, Kokain,
MDMDA/Ekstasi, dan lebih dari 65 macam jenis lainnya. Contoh obat
jadi Narkotika golongan II yaitu Morfin, Petidin, Fentanil, Metadon.
Contoh Narkotika Golongan III yaitu Kodein, Buprenorfin, Etilmorfina,
Nikokodina, Polkodina, Propiram, dan ada tiga belas macam termasuk
beberapa campuran lainnya.
B. UU Tentang Obat Psikotropika (UU No 5 Tahun 1997)
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
prilaku. Ruang lingkup pengaturan dibidang psikotropika dalam undang-
undang ini adalah kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika yang
memounyai potensi mengakibatkan sindroma ketergantungan.
13
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan.
Tujuan pengaturan di bidang psikotropika adalah:
a. Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan
kesehatan dan ilmu kesehatan
b. Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika
c. Memberantas peredaran gelap psikotropika
Psikotropika hanya dapat diproduksi oleh pabrik obat yang telah memiliki
izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Psikotropika golongan I dilarang diproduksi dan/atau digunakan dalam proses
produksi. Psikotropika yang diproduksi untuk diedarkan berupa obat yang
harus memenuhi standar dan/atau persyaratan farmakope Indonesia atau buku
standar lainnya.
Psikotropika yang berupa obat hanya dapat diedarkan setelah terdaftar
pada departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan. Menteri
menetapkan persyaratan dan tata cara pendaftaran psikotropika yang berupa
obat.
Penyaluran psikotropika dalam rangka peredaran hanya dapat dilakukan
oleh pabrik obat, pedagang besar farmasi, dan sarana penyimpanan sediaan
farmasi pemerintah.
Penyaluran psikotropika hanya dapat dilakukan oleh:
a. Pabrik obat kepada pedagang besar farmasi, apotek, sarana penyimpanan
sediaan farmasi pemerintah, rumah sakit, dan lembaga penelitian dan/atau
lembaga pendidikan.
b. Pedagang besar farmasi kepada pedagang besar farmasi lainnya, apotek,
sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, rumah sakit, dan
lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan.
c. Sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah (pemerintah pusat,
pemerintah daerah, ABRI, dan BUMN) kepada rumah sakit pemerintah,
puskesmas dan balai pengobatan pemerintah.
14
Penyerahan psikotropika dalam rangka peredaran hanya dapat dilakukan
oleh apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dan dokter.
a. Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada
apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan
kepada pengguna/pasien.
b. Penyerahan psikotropika oleh rumah sakit, balai pengobatan, puskesmas
hanya dapat dilakukan kepada pengguna/pasien.
c. Penyerahan psikotropika oleh apotek, rumah sakit, puskesmas dan balai
pengobatan dilaksanakan berdasarkan resep dokter
15
karboksamida
6. Mekatinona 20(Metilamino)-1-fenilropan-1-on
7. Psilosibina 3-[2-(Dimetilamino)etil]indol-4-il dihidrogen
fosfat
8. Rolisiklidina 1-(1-fenilsikloheksi)pirolidina
9. Tenamfetamina α-metil-3,4-(metilendioksi)fenetilamina
10. Tenoksilidina 1-[1-(2-tienil)sikloheksil]piperidina
16
H ) -pyrimidinetrione
9. siklobarbital Asam 5-(1-sikloheksen-1-il)-5-
etilbarbiturat
17
24. Haloksazolam 10-Bromo-11b-(o-fluorofenil)-2,3,7,11b-
tetrahidrooksazolo[3,2d]
[1,4]benzodiazepin-6(5H)-on
25. Kamazepam 7-Kloro-1,3-dihidro-3-hidroksi-1-metil-5-
fenil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on
dimetikarbamat (ester)
26. Ketozolam 11-Kloro-8,12b-dihidro-2,8-dimetil-12b-
fenil-4H-[1,3]oksazino[3,2-d][1,4]
benzodiazepin-4,7(6H)-dion
27. Klobazam 7-Kloro-1-metil-5-fenil-1H-1,5-
benzodiazepin-2,4(3H,5H)-dion
28. Kloksazolam 10-Kloro-11b-(o-klorofenil)-2,3,7,11b-
tetrahidro-oksazolo-[3,2d]
[1,4]benzodiazepin-6(5H)-on
29. Klonazepam 5-(o-Klorofenil)-1,3-dihidro-7-nitro-2H-1,4-
benzodiazepin-2-on
30. Klorazepat Asam 7-kloro-2,3-dihidro-2-okso-5-fenil-
1H-1,4-benzodiazepina-3-karboksilat
31. Klordiazepoksid 7-Kloro-2-(metilamino)-5-fenil-3H-1,4-
a benzodiazepina-4-oksida
32. Klotiazepam 5-(o-Klorofenil)-7-etil-1,3-dihidro-1-metil-
2H-tieno[2,3-e]-1,4-diazepin-2-on
33. Lefetamina (-)-N,N-Dimetil-1,2-difeniletilamina
34. Loprazolam 6-(o-Klorofenil)-2,4-dihidro-2-[(4-metil-1-
piperazinil)metilen]-8-nitro-1H-
imidazo[1,2-a][1,4]benzodiazepin-1-on
35. Lorazepam 7-Kloro-5-(o-klorofenil)-1,3-dihidro-3-
hidroksi-2H-1,4-bonzodiazepin-2-on
36. Lormetazepam 7-Kloro-5-(o-klorofenil)-1,3-dihidro-3-
hidroksi-1-metil-2H-1,4-benzodiazepin-2-
on
18
43. Metilprilon 3,3-Dietil-5-metil-2,4-piperidina-dion
44. Midazolam 8-Kloro-6-(o-fluorofenil)-1-metil-4H-
imidazo[1,5-a][1,4] benzodiazepina
45. Nimetazepam 1,3-Dihidro-1-metil-7-nitro-5-fenil-2H-1,4-
benzodiazepin-2-on
46. Nitrazepam 1,3-Dihidro-7-nitro-5-fenil-2H-1,4-
benzodiazepin-2-on
47. Nordazepam 7-Kloro-1,3-dihidro-5-fenil-2H-1,4-
benzodiazepin-2-on
48. Oksazepam 7-Kloro-1,3-dihidro-3-hidroksi-5-fenil-2H-
1,4-benzodiazepin-2-on
49. Oksazolam 10-Kloro-2,3,7,11b-tetrahidro-2-metil-11b-
feniloksazolo[3,2-d][1,4]benzodiazepin-
6(5H)-on
50. Pemolina 2-Amino-5-fenil-2-oksazolin-4-on
51. Pinazepam 7-Kloro-1,3-dihidro-5-fenil-1-(2-propinil)-
2H-1,4-benzodiazepin-2-on
52. Pipradrol 1,1-Difenil-1-(2-piperidil) metanol
53. Pirovalerona 4’-Metil-2-(1-pirolidinil) valerofenon
54. Prazepam 7-Kloro-1-(siklopropilmetil)-1,3-dihidro-5-
fenil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on
55. Sekbutabarbital Asam 5-sek-butil-5-etilbarbiturat
56. Temazepam 7-Kloro-1,3-dihidro-3-hidroksi-1-metil-5-
fenil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on
57. Tetrazepam 7-Kloro-5-(1-sikloheksen-1-il)-1,3-dihidro-
1-metil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on
58. Triazolam 8-Kloro-6-(o-klorofenil)-1-metil-4H-s-
triazolo[4,3-a][1,4] benzodiazepina
59. Vinilbital Asam 5-(1-metilbutil)-5-vinilbarbiturat
60. Zolpidem N,N,6-Trimetil-2-p-tolilimidazo[1,2-
a]piridina-3-asetamida
61. fenazepam 7-Bromo-5-(2-klorofenil)-1,3-dihidro-2H-
1,4-benzodiazepin-2-on
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dapat disimpulkan bahwa:
1. Narkotika terdiri atas tiga golongan yaitu Narkotika Golongan I, Narkotika
Golongan II dan Narkotika Golongan III, sedangkan psikotropika terbagi atas
empat golongan yaitu Psikotropika Golongan I, Psikotropika Golongan II,
Psikotropika Golongan III, dan Psikotropika Golongan IV.
2. Pengaturan prekursor bertujuan melindungi masyarakat dari bahaya
penyalahgunaan Prekursor Narkotika, mencegah dan memberantas peredaran
gelap Prekursor Narkotika dan mencegah terjadinya kebocoran dan
penyimpangan Prekursor Narkotika.
3. Contoh obat jadi Narkotika yaitu Heroin, Kokain, Morfin, Fentanil, Metadon.
Kodein, dan lain-lain. Beberapa contoh sediaan obat jadi psikotropika yaitu
alprazolam (Xanax), clonazepam (Klonopin), diazepam (Valium), dan
lorazepam (Ativan)
B. Saran
Sebaiknya dilakukan studi lebih lanjut terkait pelaksanaan UU tentang Narkotika
dan Psikotropika di Indonesia apakah tata caranya sama atau ada perbnedaan lain.
20
21
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen Binfar. 1997. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997
Tentang Psikotropika. Dirjen Binfar. Jakarta.