Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN

OBAT NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA

Nama Kelompok :

1. Alsy Vionica Ali Putri (184840103)


2. Etrie Noladiana (184840114)
3. Shela Pratiwi (184840131)

PRODI FARMASI
POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puji dan syukur peneliti panjatkan


kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah perundang-undangan Kesehatan dengan judul “Obat
Narkotika dan Psikotropika”. Penulis tugas mata kuliah perundang-undangan
kesehatan ini di susun untuk memenuhi salah satu persyaratan akademis dalam
rangka menyelesaikan studi pada mata kuliah perundang-undangan kesehatan pada
Prodi Farmasi di Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan makalah perundang-undangan


kesehatan ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,
terutama kepada :

1. Bapak Drg. Harindra, MKM, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes


Pangkalpinang
2. Bapak Syamsul Rizal Sinulingga, MPH, selaku Ketua Jurusan Poltekkes
Kemenkes Pangkalpinang
3. Ibu Rachmawati Felani Djuria, S.Farm, Apt., MPH, selaku Dosen Mata Kuliah
Perundang-Undangan Kesehatan.
4. Orang tua, saudara dan teman-teman Ling-ling, dan Miki yang selalu membantu
ketika menghadapi kesulitan.
5. Serta kepada semua pihak yang terlibat dan tidak dapat disebutkan satu persatu
semoga Allah membalas kebaikannya.
Peneliti menyadari dalam penelitian ini masih terdapat kekurangan dan
kelemahan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang

ii
membangun dari para pembaca. Akhir kata peneliti mengharapkan makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak dan terutama bagi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang,
serta dapat menambah ilmu pengetahuan.

Pangkalpinang, September 2020

Penulis,

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL....................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..........................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Tujuan.................................................................................................2
C. Manfaat...............................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................3


A. UU Tentang Narkotika.......................................................................3
B. UU Tentang Psikotropika.................................................................13

BAB III PENUTUP......................................................................................20


A. Kesimpulan......................................................................................20
B. Saran................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Golongan dan Jenis Prekursor Tabel I............................................11


Tabel 2. Golongan Dan Jenis Prekursor Tabel II.........................................12
Tabel 3. Daftar Psikotropika golongan I.......................................................16
Tabel 4. Daftar Psikotropika golongan II.....................................................16
Tabel 5. Daftar psikotropika golongan III....................................................16
Tabel 6. Daftar psikotropika golongan IV....................................................17

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Narkotika merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang


pengobatan atau pelayanan kesehatan dan perkembangan ilmu pengetetahuan,
tetapi disisi lain sangat merugikan apabila di pergunakan tanpa pengedilan
dan pengawasan yang ketat dan seksama misalnya ketergantungan obat.
Dikatakan ada dampak yang buruk akan narkoba seperti yang kita tahu
sekarang narkoba sudah menjadi musuh bersama yang
telah menghancurkan generasi muda
indonesia, dikatakan positif narkoba juga banyak digunakan dalam dunia
farmasi dan kedokteran. Maka berdasarkan hal negatif tadi mengenai
penggunaan narkotika dibuatlah UU No. 35/ 2009 tentang narkotika untuk
mengatur dan mengawasi penggunannya agar tidak terjadi penyalahgunaan.
Tercantum dalam Undang - Undang
Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika dan UU No 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika, maka dibuat
lah Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2013 dan Permenkes No. 2 Tahun
2017, Permenkes No 3 Tahun 2017
tentang perubahan penggolongan narkotika dan psikotropika serta Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2010 Tentang Prekursor
Untuk terciptanya efisiensi dan menciptakan peraturan perundang-
undangan yang memberikan kemudahan bagi aparat penegak hukum dan
masyarakat, pemerintah menerbitkan aturan tentang transito narkotika,
pembinaan dan pengawasan, syarat dan 
tata cara pengambilan dan pengujian sampel di laboratorium, tata
cara perlindungan negara terhadap saksi pelapor, penyidik, penuntut umum

1
dan hakim yang memeriksa perkara tindak pidana narkotika
dan prekursor narkotika, dan tata cara penggunaan harta kekayaan atau asset
yang diperoleh dari hasil tindak pidana narkotika dan prekusor narkotika.
B. Tujuan
1. Mengetahui penggolongan narkotika.dan psikotropika
2. Mengetahui tujuan pengaturan prekursor
3. Mengetahui contoh sediaan obat jadi narkotika dan psikotropika.

C. Manfaat
1. Sebagai bahan materi untuk pembelajaran mata kuliah Perundang-
undangan kesehatan.
2. Menambah pengetahuan penulis terkait UU Obat Narkotika dan
Psikotropika

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Undang-Undang Tentang Narkotika (UU No 35 Tahun 2009)


1. Ketentuan Umum (UU No 35 Th 2009)
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang
dibedakan ke dalam golongan-golongan.
2. Penggolongan
Narkotika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 digolongkan ke dalam:
a. Narkotika Golongan I, dilarang digunakan untuk kepentingan
pelayanan kesehatan. Narkotika Golongan I dapat digunakan untuk
kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan
untuk reagensia diagnostik, serta reagensia laboratorium setelah
mendapatkan persetujuan Menteri atas rekomendasi Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan.
b. Narkotika Golongan II, dan
c. Narkotika Golongan III, narkotika Golongan II dan Golongan III yang
berupa bahan baku, baik alami maupun sintetis, yang digunakan untuk
produksi obat diatur dengan Peraturan Menteri.
3. Daftar Golongan ( PMK No 44 Tahun 2019)
a. Daftar Narkotika Golongan 1
1) Tanaman Papaver Somniferum L dan semua bagian-bagiannya
termasuk buah dan jeraminya, kecuali bijinya.

3
2) Opium mentah, yaitu getah yang membeku sendiri, diperoleh dari
buah tanaman Papaver Somniferum L dengan atau tanpa
mengalami pengolahan sekedarnya untuk pembungkus dan
pengangkutan tanpa memperhatikan kadar morfinnya.
3) Opium masak terdiri dari:
a. candu, hasil yang diperoleh dari opium mentah melalui suatu
rentetan pengolahan khususnya dengan pelarutan, pemanasan dan
peragian dengan atau tanpa penambahan bahan-bahan lain, dengan
maksud mengubahnya menjadi suatu ekstrak yang cocok untuk
pemadatan.
b. jicing, sisa-sisa dari candu setelah dihisap, tanpa memperhatikan
apakah candu itu dicampur dengan daun atau bahan lain.
c. jicingko, hasil yang diperoleh dari pengolahan jicing.
Tanaman koka, tanaman dari semua genus Erythroxylon dari
keluarga Erythroxylaceae termasuk buah dan bijinya.
4) Daun koka, daun yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam
bentuk serbuk dari semua tanaman genus Erythroxylon dari
keluarga Erythroxylaceae yang menghasilkan kokain secara
langsung atau melalui perubahan kimia.
5) Kokain mentah, semua hasil-hasil yang diperoleh dari daun koka
yang dapat diolah secara langsung untuk mendapatkan kokaina.
6) Kokaina, metil ester-1-bensoil ekgonina.
7) Tanaman ganja, semua tanaman genus genus cannabis dan semua
bagian dari tanaman termasuk biji, buah, jerami, hasil olahan
tanaman ganja atau bagian tanaman ganja termasuk damar ganja
dan hasis.
8) Tetrahydrocannabinol, dan semua isomer serta semua bentuk
stereo
kimianya.

4
9) Delta 9 tetrahydrocannabinol, dan semua bentuk stereo kimianya
10) ASETORFINA
11) ASETIL-ALFA-METILFENTANIL
12) ALFA-METILFENTANIL
13) ALFA-METILTIOFENTANIL
14) BETA-HIDROKSIFENTANIL
15) BETA-HIDROKSI-3-METIL-FENTANIL
16) DESOMORFINA
17) ETORFINA
18) HEROINA
19) DIASETILMORFINA
20) KETOBEMIDONA
21) 3-METILFENTANIL
22) 3-METILTIOFENTANIL
23) MPPP
24) PARA-FLUOROFENTANIL
25) PEPAP
26) TIOFENTANIL
27) BROLAMFETAMINA, NAMA LAIN DOB
28) DET
29) DMA
30) DMHP
31) DIMETILTRIPTAMINA
32) DMT
33) DOET
34) ETISIKLIDINA
35) ETRIPTAMINA
36) KATINONA
37) LISERGIDA

5
38) LSD-25
39) MDMA
40) MESKALINA
41) METKATINONA
42) METILAMINOREKS
43) MMDA
44) N-ETIL MDA
45) N-HIDROKSI MDA
46) Dan 129 zat lainnya serta garam-garam dari narkotika golongan
tersebut di atas.
b. Daftar Golongan Narkotika Golongan II
1) ALFASETILMETADOL
2) ALFAMEPRODINA
3) ALFAMETADOL
4) ALFAPRODINA
5) ALFENTANIL
6) ALLILPRODINA
7) ANILERIDINA
8) ASETILMETADOL
9) BENZETIDIN
10) BENZILMORFINA
11) BETAMEPRODINA
12) BETAMETADOL
13) BETAPRODINA
14) BETASETILMETADOL
15) BEZITRAMIDA
16) DEKSTROMORAMIDA
17) DIAMPROMIDA
18) DIETILTIAMBUTENA

6
19) DIFENOKSILAT
20) DIFENOKSIN
21) DIHIDROMORFINA
22) DIMEFHEPTANOL
23) 23 DIMENOKSADOL
24) DIMETILTIAMBUTENA
25) DIOKSAFETIL BUTIRAT
26) DIPIPANONA
27) DROTEBANOL
28) Ekgonina, termasuk ester dan derivatnya yang setara dengan
ekgonina dan kokaina.
29) ETILMETILTIAMBUTENA
30) ETOKSERIDINA
31) ETONITAZENA
32) FURETIDINA
33) HIDROKODONA
34) HIDROKSIPETIDINA
35) HIDROMORFINOL
36) HIDROMORFONA
37) ISOMETADONA
38) FENADOKSONA
39) FENAMPROMIDA
40) FENAZOSINA
41) FENOMORFAN
42) FENOPERIDINA
43) FENTANIL
44) KLONITAZENA
45) KODOKSIMA
46) LEVOFENASILMORFAN

7
47) LEVOMORAMIDA
48) LEVOMETORFAN
49) LEVORFANOL
50) METADONA
51) METADONA INTERMEDIATE
52) METAZOSINA
53) METILDESORFINA
54) METILDIHIDROMORFINA
55) METOPON
56) MIROFINA
57) MORAMIDA INTERMEDIATE
58) MORFERIDINA
59) MORFINA-N-OKSIDA
60) Morfin metobromida dan turunan morfina nitrogen pentafalent
lainnya termasuk bagian turunan morfina-N-oksida, salah satunya
kodeina-N-oksida Morfina
61) Dan 30 zat lainnya serta Garam-garam dari Narkotika dalam
golongan tersebut di atas.
c. Daftar Narkotika Golongan III
1) ASETILDIHIDROKODEINA
2) DEKSTROPROPOKSIFENA
3) DIHIDROKODEINA
4) ETILMORFINA
5) KODEINA
6) NIKODIKODINA
7) NIKOKODINA
8) NORKODEINA
9) POLKODINA
10) PROPIRAM

8
11) BUPRENORFINA
12) CB 13, nama lain CRA 13 atau SAB-378
13) Garam-garam dari Narkotika dalam golongan tersebut di atas.
14) Campuran atau sediaan difenoksin dengan bahan lain bukan
narkotika.
15) Campuran atau sediaan difenoksilat dengan bahan lain bukan
narkotika.
4. Penyaluran/Penyerahan Narkotika
Narkotika hanya dapat disalurkan oleh Industri Farmasi, pedagang
besar farmasi, dan sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah sesuai
dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini. Industri Farmasi, pedagang
besar farmasi, dan sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah wajib
memiliki izin khusus penyaluran Narkotika dari Menteri.
Industri Farmasi tertentu hanya dapat menyalurkan Narkotika kepada:
a. pedagang besar farmasi tertentu;
b. apotek;
c. sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu; dan
d. rumah sakit.
Pedagang besar farmasi tertentu hanya dapat menyalurkan Narkotika
kepada:
a. pedagang besar farmasi tertentu lainnya;
b. apotek;
c. sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu;
d. rumah sakit; dan
e. lembaga ilmu pengetahuan;
Sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu hanya dapat
menyalurkan Narkotika kepada:
a. rumah sakit pemerintah;
b. pusat kesehatan masyarakat; dan

9
c. balai pengobatan pemerintah tertentu.
Narkotika Golongan I hanya dapat disalurkan oleh pedagang besar
farmasi tertentu kepada lembaga ilmu pengetahuan tertentu untuk
kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penyerahan Narkotika hanya dapat dilakukan oleh:
a. apotek;
b. rumah sakit;
c. pusat kesehatan masyarakat;
d. balai pengobatan; dan
e. dokter.
Apotek hanya dapat menyerahkan Narkotika kepada:
a. rumah sakit;
b. pusat kesehatan masyarakat;
c. apotek lainnya;
d. balai pengobatan;
e. dokter; dan
f. pasien.
Rumah sakit, apotek, pusat kesehatan masyarakat, dan balai pengobatan
hanya dapat menyerahkan Narkotika kepada pasien berdasarkan resep
dokter. Penyerahan Narkotika oleh dokter hanya dapat dilaksanakan
untuk:
a. menjalankan praktik dokter dengan memberikan Narkotika melalui
suntikan;
b. menolong orang sakit dalam keadaan darurat dengan memberikan
Narkotika melalui suntikan; atau
c. menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek.
Narkotika dalam bentuk suntikan dalam jumlah tertentu hanya dapat
diperoleh di apotek.

10
5. Prekursor Narkotika dan Psikotropika
Prekursor Narkotika adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia
yang dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika yang dibedakan dalam
tabel
Pengaturan prekursor dalam Undang-Undang ini bertujuan:
a. melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan Prekursor
Narkotika;
b. mencegah dan memberantas peredaran gelap Prekursor Narkotika;
dan
c. mencegah terjadinya kebocoran dan penyimpangan Prekursor
Narkotika.
Beberapa golongan dan jenis prekursor dibagi pada dua kategori yaitu:
Tabel 1. Golongan dan Jenis Prekursor Tabel I

TABEL I
1. Acetic Anhydride.
2. N-Acetylanthranilic Acid.
3. Ephedrine.
4. Ergometrine.
5. Ergotamine.
6. Isosafrole.
7. Lysergic Acid.
8. 3,4-Methylenedioxyphenyl-2-propanone.
9. Norephedrine.
10. 1-Phenyl-2-Propanone.
11. Piperonal.
12. Potassium Permanganat.
13. Pseudoephedrine.
14. Safrole.

Tabel 2. Golongan Dan Jenis Prekursor Tabel II

11
TABEL II
1. Acetone.
2. Anthranilic Acid.
3. Ethyl Ether.
4. Hydrochloric Acid.
5. Methyl Ethyl Ketone.
6. Phenylacetic Acid.
7. Piperidine.
8. Sulphuric Acid.
9. Toluene.

Pengawasan terhadap penggunaan Prekursor dilakukan secara terpadu


dengan pembinaan dan pengendalian. Menteri, menteri terkait, dan
lembaga lain yang mempunyai tugas dan fungsi pengawasan terhadap
segala kegiatan yang berhubungan dengan Prekursor secara terkoordinasi
melakukan pengawasan sesuai dengan kewenangannya. Pengawasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan pada:
a. terpenuhinya Prekursor untuk kepentingan industri farmasi dan non
farmasi;
b. terpenuhinya Prekursor untuk kepentingan pendidikan,
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan pelayanan
kesehatan;
c. pencegahan terjadinya penyimpangan dan kebocoran Prekursor;
d. perlindungan kepada masyarakat dari bahaya penyalahgunaan
Prekursor;
e. pemberantasan peredaran gelap Prekursor.
Pelaksanaan pengawasan dilakukan olehpetugas pengawas sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melakukan pengawasan
petugas pengawas berwenang:
a. melakukan pemeriksaan setempat dan/atau mengambil contoh
Prekursor pada sarana produksi, penyaluran, penyimpanan dan
peredaran;

12
b. memeriksa surat/dokumen yang berkaitan dengan Prekursor;
c. melakukan pengamanan terhadap Prekursor yang tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No 44
Tahun 2010 Tentang Prekursor
6. Contoh Obat Jadi Narkotika
Contoh obat jadi Narkotika Golongan I yaitu Heroin, Kokain,
MDMDA/Ekstasi, dan lebih dari 65 macam jenis lainnya. Contoh obat
jadi Narkotika golongan II yaitu Morfin, Petidin, Fentanil, Metadon.
Contoh Narkotika Golongan III yaitu Kodein, Buprenorfin, Etilmorfina,
Nikokodina, Polkodina, Propiram, dan ada tiga belas macam termasuk
beberapa campuran lainnya.
B. UU Tentang Obat Psikotropika (UU No 5 Tahun 1997)
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
prilaku. Ruang lingkup pengaturan dibidang psikotropika dalam undang-
undang ini adalah kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika yang
memounyai potensi mengakibatkan sindroma ketergantungan.

Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindrom


ketergantungan sebagaimana dimaksud digolongkan menjadi:
a. Psikotropika golongan I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilm pengetahuan
dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Selain penggunaan psikotropika
golongan I maka dinyatakan sebagai barang terlarang.
b. Psikotropika golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
c. Psikotropika golongan III
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
sedang mengakibatkan sindroma ketergantunan.
d. Psikotropika golongan IV

13
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan.
Tujuan pengaturan di bidang psikotropika adalah:
a. Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan
kesehatan dan ilmu kesehatan
b. Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika
c. Memberantas peredaran gelap psikotropika

Psikotropika hanya dapat diproduksi oleh pabrik obat yang telah memiliki
izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Psikotropika golongan I dilarang diproduksi dan/atau digunakan dalam proses
produksi. Psikotropika yang diproduksi untuk diedarkan berupa obat yang
harus memenuhi standar dan/atau persyaratan farmakope Indonesia atau buku
standar lainnya.
Psikotropika yang berupa obat hanya dapat diedarkan setelah terdaftar
pada departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan. Menteri
menetapkan persyaratan dan tata cara pendaftaran psikotropika yang berupa
obat.
Penyaluran psikotropika dalam rangka peredaran hanya dapat dilakukan
oleh pabrik obat, pedagang besar farmasi, dan sarana penyimpanan sediaan
farmasi pemerintah.
Penyaluran psikotropika hanya dapat dilakukan oleh:
a. Pabrik obat kepada pedagang besar farmasi, apotek, sarana penyimpanan
sediaan farmasi pemerintah, rumah sakit, dan lembaga penelitian dan/atau
lembaga pendidikan.
b. Pedagang besar farmasi kepada pedagang besar farmasi lainnya, apotek,
sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, rumah sakit, dan
lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan.
c. Sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah (pemerintah pusat,
pemerintah daerah, ABRI, dan BUMN) kepada rumah sakit pemerintah,
puskesmas dan balai pengobatan pemerintah.

Psikotropika golongan 1 hanya dapat disalurkan oleh pabrik obat dan


pedagang besar farmasi kepada lembaga penelitian dan/atau lembaga
pendidikan guna kepentingan ilmu pengetahuan.

14
Penyerahan psikotropika dalam rangka peredaran hanya dapat dilakukan
oleh apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dan dokter.
a. Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada
apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan
kepada pengguna/pasien.
b. Penyerahan psikotropika oleh rumah sakit, balai pengobatan, puskesmas
hanya dapat dilakukan kepada pengguna/pasien.
c. Penyerahan psikotropika oleh apotek, rumah sakit, puskesmas dan balai
pengobatan dilaksanakan berdasarkan resep dokter

Penyerahan psikotropika oleh dokter dilaksanakan dalam hal:


a. Menjalankan praktik terapi dan diberikan melalui suntikan
b. Menolong orang sakit dalam keadaan darurat
c. Menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek.

Penyalahgunaan psikotropika dapat mengakibatkan sindroma


ketergantungan apabila penggunaannya tidak dibawah pengawasan dan
petunjuk tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk
itu. Hal ini tidak saja merugikan bagi penyalahguna, tetapi juga berdampak
sosial,ekonomi, dan keamanan nasional, sehingga hal ini merupakan ancaman
bagi kehidupan bangsa dan negara. Beberapa contoh sediaan obat jadi
psikotropika yaitu alprazolam (Xanax), clonazepam (Klonopin), diazepam
(Valium), dan lorazepam (Ativan)
Prekursor dan alat-alat yang potensial dapat disalahgunakan untuk
melakukan tindak pidana psikotropika ditetapkan sebagai barang dibawah
pemantauan pemerintah.

Tabel 3. Daftar Psikotropika golongan I


No. Nama Lazim Nama Kimia
1. Brolamfetamina (±)-4-bromo-2,5-dimetoksi-α-
metilfenetilamina
2. Etisiklidina N-etil-1-fenilsikloheksilamina
3. Etriptamina 3-(2-Aminobutil) indol
4. Katinona (-)-(S)-2-Aminopropiofenon
5. (+)-Lisergida 9,10-Didehidro-N,N-dietil-6-metilergolina-8 β-

15
karboksamida
6. Mekatinona 20(Metilamino)-1-fenilropan-1-on
7. Psilosibina 3-[2-(Dimetilamino)etil]indol-4-il dihidrogen
fosfat
8. Rolisiklidina 1-(1-fenilsikloheksi)pirolidina
9. Tenamfetamina α-metil-3,4-(metilendioksi)fenetilamina
10. Tenoksilidina 1-[1-(2-tienil)sikloheksil]piperidina

Tabel 4. Daftar Psikotropika golongan II


No. Nama Lazim Nama Kimia
1. Amfetamina (±)-α-metilfenetilamina
2. Deksamfetamina (±)-α-metilfenetilamina
3. Fenetilina 7-[2-[(α-metilfenetil)amino]etil]teofilina
4. Fenmetrazina 3-metil-2-fenilmorfolin
5. Fensiklidina 1-(1-fenilsikloheksil)piperidina
6. Levamfetamina (-)-®-α-metilfenetilamina
7. Meklokualon 3-(o-klorofenil)-2-metil-4-(3H)-kuinazolinon
8. Metamfetamina (+)-(S)-N, α-dimetilfenetilamina
10. Metakualon 2-metil-3-o-tolil-4-(3H)-kuinazolinon
11. Metilfendat Metil-alfa-fenil-2-piperidina asetat
12. Sekobarbital Asam 5-alil-5-(1-metilbutil) barbiturat
13. Zipepprol α-(α-metoksibenzil)-4-(β-metoksifenetil)-1-
piperazinetano

Tabel 5. Daftar psikotropika golongan III


No. Nama Lazim Nama Kimia
1. Amobarbital Asam 5-etil-5-isopentilbarbiturat
2. Buprenofrina 21-siklopropil-7-α-[(S)-1-hidroksi-1,2,2-
trimetil-propil]-6,14-endoetano-6,7,8,14-
tetrahidrooripavina
3. Butalbital Asam 5-alil-5-isobutilbarbiturat
4. Flunitrazepam 5-(2-fluorophenyl)-1-methyl-7-nitro-1 H
-benzo[ e ][1,4]diazepin-2(3 H )-one
5. Glutetimida 3-ethyl-3-phenyl-piperidine-2,6-dione
6. Katina (S)-2-amino-1-fenil-1-propanona
7. Pentazosnia (1R,9R,13S)-1,13-dimethyl-10-(3-methylbut-2-
enyl)-10-azatricyclo[7.3.1.02,7]trideca-2(7),3,5-
trien-4-ol
8. Pentobarbital 5-Ethyl-5- (1-methylbutyl) -2,4,6 (1 H , 3 H , 5

16
H ) -pyrimidinetrione
9. siklobarbital Asam 5-(1-sikloheksen-1-il)-5-
etilbarbiturat

Tabel 6. Daftar psikotropika golongan IV


No
Nama Lazim Nama Kimia
.
1. Allobarbital Asam 5,5-dialilbarbiturat
2. Alprazolam 8-Kloro-1-metil-6-fenil-4H-s-triazolo[4,3-a]
[1,4] benzodiazepina
3. Amfepramona 2-(Dietilamino)propiofenon
4. Aminorex 2-Amino-5-fenil-2-oksazolina
5. Barbital Asam 5,5-dietilbarbiturat
6. Benzfetamina N-Benzil-N-α-dimetilfenetilamina
7. Bromazepam 7-Bromo-1,3-dihidro-5-(2-piridil)-2H-1,4-
benzodiazepin-2-on
8. Brotizolam 2-Bromo-4-(o-klorofenil)-9-metil-6H-
tieno[3,2-f]-s-triazolo[4,3-a][1,4]diazepina
9. Delorazepam 7-Kloro-5-(o-klorofenil)-1,3-dihidro-2H-
1,4-benzodiazepin-2-on
10. Diazepam 7-Kloro-1,3-dihidro-1-metil-5-fenil-2H-1,4-
benzodiazepin-2-on
11. Estazolam 8-Kloro-6-fenil-4H-s-triazolo[4,3-a][1,4]
benzodiazepina
12. Etil amfetamina N-Etil-α- metilfenetilamina
13. Etil loflazepate Etil7-kloro-5-(o-fluorofenil)-2,3-dihidro-2-
okso-1H-1,4-benzodiazepina-3-karboksilat
14. Etinamat 1-Etinilsikloheksanolkarbamat
15. Etklorvinol 1-Kloro-3-etil-1-penten-4-in-3-ol
16. Fencamfamina N-Etil-3-fenil-2-norbornanamina
17. Fendimetrazina (+)-(2S,3S)-3,4-Dimetil-2-fenilmorfolina
18. Fenobarbital Asam 5-etil-5-fenilbarbiturat
19. Fenproporeks (±)-3-[(α-Metilfeniletil)amino] propionitril
20. Fentermina α,α-Dimetilfenetilamina
21. fludiazepam 7-Kloro-5-(o-fluorofenil)-1,3-dihidro-1-
metil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on
22. Flurazepam 7-Kloro-1-[2-(dietilamino)etil]-5-(o-
fluorofenil)-1,3-dihidro-2H-1,4
benzodiazepin-2-on
23. Halazepam 7-Kloro-1,3-dihidro-5-fenil-1-(2,2,2-
trifluoroetil)-2H-1,4 benzodiazepin-2-on

17
24. Haloksazolam 10-Bromo-11b-(o-fluorofenil)-2,3,7,11b-
tetrahidrooksazolo[3,2d]
[1,4]benzodiazepin-6(5H)-on
25. Kamazepam 7-Kloro-1,3-dihidro-3-hidroksi-1-metil-5-
fenil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on
dimetikarbamat (ester)
26. Ketozolam 11-Kloro-8,12b-dihidro-2,8-dimetil-12b-
fenil-4H-[1,3]oksazino[3,2-d][1,4]
benzodiazepin-4,7(6H)-dion
27. Klobazam 7-Kloro-1-metil-5-fenil-1H-1,5-
benzodiazepin-2,4(3H,5H)-dion
28. Kloksazolam 10-Kloro-11b-(o-klorofenil)-2,3,7,11b-
tetrahidro-oksazolo-[3,2d]
[1,4]benzodiazepin-6(5H)-on
29. Klonazepam 5-(o-Klorofenil)-1,3-dihidro-7-nitro-2H-1,4-
benzodiazepin-2-on
30. Klorazepat Asam 7-kloro-2,3-dihidro-2-okso-5-fenil-
1H-1,4-benzodiazepina-3-karboksilat
31. Klordiazepoksid 7-Kloro-2-(metilamino)-5-fenil-3H-1,4-
a benzodiazepina-4-oksida
32. Klotiazepam 5-(o-Klorofenil)-7-etil-1,3-dihidro-1-metil-
2H-tieno[2,3-e]-1,4-diazepin-2-on
33. Lefetamina (-)-N,N-Dimetil-1,2-difeniletilamina
34. Loprazolam 6-(o-Klorofenil)-2,4-dihidro-2-[(4-metil-1-
piperazinil)metilen]-8-nitro-1H-
imidazo[1,2-a][1,4]benzodiazepin-1-on
35. Lorazepam 7-Kloro-5-(o-klorofenil)-1,3-dihidro-3-
hidroksi-2H-1,4-bonzodiazepin-2-on
36. Lormetazepam 7-Kloro-5-(o-klorofenil)-1,3-dihidro-3-
hidroksi-1-metil-2H-1,4-benzodiazepin-2-
on

37. Mazindol 5-(p-Klorofenil)-2,5-dihidro-3H-


imidazo[2,1-a]isoindol-5-ol
38. Medazepam 7-Kloro-2,3-dihidro-1-metil-5-fenil-1H-1,4-
benzodiazepina
39. Mefenoreks N-(3-Kloropropil)-α-metilfenetilamina
40. Meprobamat 2-Metil-2-propil-1,3
propanadioldikarbamat
41. Mesokarb 3-(α-Metilfenetil)-N-(fenilkarbamoil)
sidnonimina
42. Metilfenobarbita Asam 5-etil-1-metil-5-fenilbarbiturat
l

18
43. Metilprilon 3,3-Dietil-5-metil-2,4-piperidina-dion
44. Midazolam 8-Kloro-6-(o-fluorofenil)-1-metil-4H-
imidazo[1,5-a][1,4] benzodiazepina
45. Nimetazepam 1,3-Dihidro-1-metil-7-nitro-5-fenil-2H-1,4-
benzodiazepin-2-on
46. Nitrazepam 1,3-Dihidro-7-nitro-5-fenil-2H-1,4-
benzodiazepin-2-on
47. Nordazepam 7-Kloro-1,3-dihidro-5-fenil-2H-1,4-
benzodiazepin-2-on
48. Oksazepam 7-Kloro-1,3-dihidro-3-hidroksi-5-fenil-2H-
1,4-benzodiazepin-2-on
49. Oksazolam 10-Kloro-2,3,7,11b-tetrahidro-2-metil-11b-
feniloksazolo[3,2-d][1,4]benzodiazepin-
6(5H)-on
50. Pemolina 2-Amino-5-fenil-2-oksazolin-4-on
51. Pinazepam 7-Kloro-1,3-dihidro-5-fenil-1-(2-propinil)-
2H-1,4-benzodiazepin-2-on
52. Pipradrol 1,1-Difenil-1-(2-piperidil) metanol
53. Pirovalerona 4’-Metil-2-(1-pirolidinil) valerofenon
54. Prazepam 7-Kloro-1-(siklopropilmetil)-1,3-dihidro-5-
fenil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on
55. Sekbutabarbital Asam 5-sek-butil-5-etilbarbiturat
56. Temazepam 7-Kloro-1,3-dihidro-3-hidroksi-1-metil-5-
fenil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on
57. Tetrazepam 7-Kloro-5-(1-sikloheksen-1-il)-1,3-dihidro-
1-metil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on
58. Triazolam 8-Kloro-6-(o-klorofenil)-1-metil-4H-s-
triazolo[4,3-a][1,4] benzodiazepina
59. Vinilbital Asam 5-(1-metilbutil)-5-vinilbarbiturat
60. Zolpidem N,N,6-Trimetil-2-p-tolilimidazo[1,2-
a]piridina-3-asetamida
61. fenazepam 7-Bromo-5-(2-klorofenil)-1,3-dihidro-2H-
1,4-benzodiazepin-2-on

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dapat disimpulkan bahwa:
1. Narkotika terdiri atas tiga golongan yaitu Narkotika Golongan I, Narkotika
Golongan II dan Narkotika Golongan III, sedangkan psikotropika terbagi atas
empat golongan yaitu Psikotropika Golongan I, Psikotropika Golongan II,
Psikotropika Golongan III, dan Psikotropika Golongan IV.
2. Pengaturan prekursor bertujuan melindungi masyarakat dari bahaya
penyalahgunaan Prekursor Narkotika, mencegah dan memberantas peredaran
gelap Prekursor Narkotika dan mencegah terjadinya kebocoran dan
penyimpangan Prekursor Narkotika.
3. Contoh obat jadi Narkotika yaitu Heroin, Kokain, Morfin, Fentanil, Metadon.
Kodein, dan lain-lain. Beberapa contoh sediaan obat jadi psikotropika yaitu
alprazolam (Xanax), clonazepam (Klonopin), diazepam (Valium), dan
lorazepam (Ativan)

B. Saran
Sebaiknya dilakukan studi lebih lanjut terkait pelaksanaan UU tentang Narkotika
dan Psikotropika di Indonesia apakah tata caranya sama atau ada perbnedaan lain.

20
21
DAFTAR PUSTAKA

Dirjen Binfar. 1997. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997
Tentang Psikotropika. Dirjen Binfar. Jakarta.

Kemenkes. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun


2017 tentang Perubahan Penggolongan Psikotropika. Menkes RI. Jakarta.

Kemenkes. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun


2019 Tentang Perubahan Penggolongan Narkotika. Menkes RI. Jakarta.

Pemerintah. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009


Tentang Narkotika. Pemerintah RI. Jakarta.

Pemerintah. 2010. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2010


Tentang Prekursor. Pemerintah RI. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai