Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

JANTUNG KORONER

Nama :Rexy Septadiansyah


NIM : 21220056

PROGRAM PROFESI NERS


STIKes MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2020
A. DEFINISI

Penyakit jantung koroner terutama disebabkan oleh proses Arterosklerosis yang merupakan suatu
kelainan degeneratif. Penyakit jantung koroner adalah terjadinya ketidakseimbangan antara
suplai kebutuhan O2 miokard.

Penyakit jantung koroner terjadi akibat:

- Penyempitan arteri koroner

- Penurunan aliran darah / curah jantung (Cardiac Output)

- Peningkatan kebutuhan O2 di miokardia

- Spasme arteri koroner

Penyebab utama yaitu arterosklerosis. Meskipun dipengaruhi oleh banyak faktor, karena
kelainan degeneratif, maka sering menyebabkan kematian mendadak dan menyerang usia sangat
produktif.

B. ETIOLOGI

Ø 98 % karena proses arterio skelosis pada arteri koronaria.

Ø 2 % karena kelainan arteri koronaria yang lain.

C. PATOFISIOLOGI DAN GAMBARAN KLINIS

Ateroma pada arteri koronaria menyebabkan stenosis, yang dapat mengganggu aliran koroner
dan menyebabkan iskemia miokard.

Penelitian menunjukkan bahwa stenosis sebesar 60% atau lebih menyebabkan iskemia miokard ,
tyang oleh penderita dirasakan sebagai nyeri khas yang disebut angina pektoris.

Nyeri angina pektoris yang khas adalah nyeri retrosternal seperti ditekan, yang sering menjalar
kearah lengan kiri dan leher kiri ke rahang dan telinga kiri.

Secara klinis iskemia miokard dapat menifes dalam bentuk :

1. Asimtomatik
2. Angina pektoris, yang dapat di berntuk :

a. Angina stabil

b. Angina tak stabil


c. Angina varian ( angina prinmental)

d. Iskemia miokard tenang.

3. Aritmia yang dapat berbentuk macam –macam termasuk kematian mendadak .


4. Gagal jantung , yang bisa gagal jantung sistolik.
Gagal jantung terutama timbul pada penderita yang telah mengalami infark miokard.
5. Infark miokard akut.

D. DIAGNOSTIK

1. Faktor – faktor resiko untk penyakit jantung koroner yang cukup


2. Keluhan penderita berupa angina pektoris
3. Pemeriksaan fisik EKG istirahat yang menunjujkkan depresi ST atau inversi T.
penelitian menunujukkan bahwa banyak terdapat hasil yang popsitif palsu maupun
negatif palsu
4. Uji latih beban
5. Dalam hal – hal tertentu dapat dilakukan pemeriksaan dengan bahan – bahan radio aktif
6. Echocardiografi dapat membantu evaluasi miokard yang iskemik atau nekrotik pada
penyakit jantung kotoner
7. Pemeriksaan rekaman EKG selama 24 jam atau lebih, yaitu holter monitorig, sangat
berguna untuk menemukan angina variant atau iskemik miokard tenang
8. Angigrafi koroner dianggap sebagai acuan dasar untuk diagnmostik PJK.

E. PENGOBATAN PENYAKIT JANTUNG KORONER

Pada dasarnya pengobnatan penyakit jantung koroner adalah sbb:

1. Menghentikan , atau mengurangi atau regresi dari proses aterosklerosis dengan cara
menegndalikan faktor – faktor resiko

Ø Tidak merokok

Ø Latihan fisik sesuai demngan kemampuan jantung penderita

Ø Diet untuk mencapai profil lemak yang baik dan berat badan yang ideal.

Ø Mengendalikan rtekanan darah tinggi, DM, dan sterss mental

1. Pemakaian obat – oabatan untk mengatasi iskemia miokard


2. Pengobatan terhadap akibat –akibat dari iskemia miokard, misalnya :
Ø Aritmia

Ø Gagal jantung

1. pengobatan revaskularisasi

bila dengan pengobatan dengan obat – obatan keluhan penderita tak dapat diiatasi sehingga
mengganggu kualitas hidupnya, maka harus dipertimbangkan pengobatan revaskularisasi, yang
bisa terdiri dari

Ø Angioplasti koroner

Ø Bedah pintas koroner

1. Penanggualangan infark miokard akut, yang memerlukan penatalaksanaan khusus.

F. PENGOBATAN FARMAKOLOGI UNTUK BERBAGI BENTUK


ISKEMIA MIOKARD

1. Angina stabil

a. Nitrat :

Ø Nitroglisering : dosis 0,3 – 0,8 mg sublingual

Ø Preparat nitrat jangka panjang: ISDN

Pemberian : - Sublinguial 2,5 – 10 mg

Oral 5 – 30 mg

b. Penyekat beta : cara kerja penyekat beta untuk mengurangi iskemia miokard ialah

: Ø Menurunkan tekanan darah, sehingga beban dapat berkurang

Ø Menurunkan kontraktilitas miokard, sehingga kebutuhasn O2 miojkard berkurang

Ø Menurunkan frekuensi jantung, sehingga kebutuhan O2 mikokard berkurang, juga aliran


koroner meningkat karena massa diastole yang memanjang

Preparat penyekat beta : propranolol, dosis 3 X 10 – 40 mg

c. Antagonis Calcium : cara kerja natagonis calcium umtuk mengurangi iskemnia


miokard ialah :
Ø Dilatasi perifer, sehingga menurunkan tekana darah dan beban muka

Ø Dilatasi koroner

Ø Mengurangi kontraktiulitas miokars

Ø Mengurangi frekuansi jantung

Preparat antagonis calcium yang dapat dipoakai ialah antara lain :

Ø Nifedipin. 3 X 5 – 10 mg

Ø Diltiazen, 3 X 30 – 60 mg

Ø Ferapamil, 3 X 40 – 80 mg

1. Angina Tak stabil

Pada umumnya angina tak stabil disebabkan :

Ø Adanya stenosis yang tetap disertai :

Ø Spasme ateria koronaria, atau

Ø Agregasi trombosit yang non oklusif

Pada umumnya angina tak stabil dianggap sangat potensial untuk menjadi infark miokard akut,
sehingga diperlukan preparat intensif.

Obat – obatan yang dipakai.

Ø Preparat nitrat

Ø Penyekat beta

Ø Antagonis kalcium

Ø Anti trombosit, pada umumnya aspirin dengan dosis 100 – 200 mg/hari.

1. Angina Yariant

Pada umumnya dianggap bahwa angina variant disebabkan karena spasme arteria koronaria ,
sehingga pengobatannya teruma mengutamakan dilator koroner yang kuat, yaitu :

Ø Pereparat nitart
Ø Antagonis calcium

Ø Penyekat beta

Ø Prazosin mungkin bisa membantu menghilangkan spasme arteria koronaria dengan dosis
secara titrasi 3 X 0,5 sampai 1 m, dengan observasi tekanan darah

1. Infark Miokard Akut

Karena Infark miokard akut ialah suatu kejadioan yang sangay gawat dan memerlukan
peraweatan yang sangat khusus, maka diagnosis harus ditetapkamn dengan cepat dan cermat
yaitu :

Ø Nyeri dada yang khas lebih dari ½ jam, tetapi kadang – kadang bisa tanpa nyeri

Ø Faktor – faktor resiko yang cukup

Ø EKG, bila perlu serial, yang menunjukkan elevasi ST yang diikuti Q patologis, terutama yang
menunjukkan evolusi

Ø Kelainan enzim : SGOT, SGPT, CPK, LDH yang meningkat.

Perawatan Infark Miokard akut :

Ø Perawatan Intensif

Ø Pemantauan penyulit – penyulit yang mungkin timbul

Ø Meringankan beban jantung dengan :

¨ Menenangkan penderita, bila perlu dengan sedatif

¨ Menghilangkan nyeri iskemia dengan :

v Morfin intra vena secara titrasi

v Preparat nitrat sublingual atau oral

v Penyekat beta bila tak ada kontra indikasi]

¨ Mengatur tekanan darah dan frekuensi jantung

Ø Memberikan O2 untuk sedikit menambah oksigenasi miokard

Ø Yang sangat penting, revaskularisasi dengan pengobatan trombolitik.


Obat yang dipakai ialah streptokinase, dengan cara pemberian sbb :1,5 juta unit streptokinase
dilarutkan dalam 100 ml dektrose 5 %, diberika intra vena selama 1 jam.

Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Penyakit Jantung Koroner

1. Pengkajian

a. Aktivitas dan istirahat

Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di dapatkan Tachycardia dan


dispnea pada saat beristirahat atau pada saat beraktivitas).

b. Sirkulasi

Mempunyai riwayat IMA, Penyakit jantung koroner, CHF, Tekanan darah tinggi, diabetes
melitus.

Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau terlambatnya
capilary refill time, disritmia.

Suara jantung , suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan terjadinya


kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan kontraktilitasnya.

Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau muskulus papilaris yang tidak
berfungsi.

Heart rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy atau bradi cardia).

Irama jnatung mungkin ireguler atau juga normal.

Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles mungkin juga timbul dengan gagal
jantung.

Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.

c. Eliminasi

Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.

d. Nutrisi

Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat banyak, muntah dan
perubahan berat badan.

e. Hygiene perseorangan
Dispnea atau nyeri dada atau dada berdebar-debar pada saat melakukan aktivitas.

f. Neoru sensori

Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.

g. Kenyamanan

Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat atau dengan
nitrogliserin.

Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin menyebar sampai ke lengan, rahang
dan wajah.

Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang sangat yang pernah di alami.
Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang menyeringai, perubahan pustur
tubuh, menangis, penurunan kontak mata, perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah,
respirasi dan warna kulit serta tingkat kesadaran.

h. Respirasi

Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan penyakit
pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau
cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler. Sputum jernih atau juga merah
muda/ pink tinged.

i. Interaksi sosial

Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.

j. Pengetahuan

Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke, hipertensi,
perokok.

k. Studi diagnostik

ECG menunjukan: adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dri iskemi, gelombang T inversi
atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang mencerminkan adanya
nekrosis.

Enzym dan isoenzym pada jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan mencapai puncak
pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam.

Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi jantung dan


kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.
Whole blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah serangan.

Analisa gas darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru yang kronis ata
akut.

Kolesterol atau trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan terjadinya


arteriosklerosis.

Chest X ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma ventrikiler.

Echocardiogram: Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau kapasitas


masing-masing ruang pada jantung.

Exercise stress test: Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap suatu stress/
aktivitas.

2. Diagnosa keperawatan dan rencana tindakan

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantung atau
sumbatan pada arteri koronaria.

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien di harapkan mampu menunjukan adanya


penurunan rasa nyeri dada, menunjukan adanya penuruna tekanan dan cara berelaksasi.

Rencana:

1. Monitor dan kaji karakteristik dan lokasi nyeri.

2. Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, kesadaran).

3. Anjurkan pada pasien agar segera melaporkan bila terjadi nyeri dada.

4. Ciptakn suasana lingkungan yangtenang dan nyaman.

5. Ajarkan dan anjurkan pada pasien untuk melakukan tehnik relaksasi.

6. Kolaborasi dalam:

- Pemberian oksigen.

- Obat-obatan (beta blocker, anti angina, analgesic)

7. Ukur tanda vital sebelum dan sesudah dilakukan pengobatan dengan narkosa.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada miokard.

Tujuan: setelah di lakukan tindakan perawatan klien menunnjukan peningkatan kemampuan


dalam melakukan aktivitas (tekanan darah, nadi, irama dalam batas normal) tidak adanya angina.

Rencana:

1. Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah melakukan
aktivitas.

2. Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu.

3. Anjurkan pada pasien agar tidak “ngeden” pada saat buang air besar.

4. Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh pasien.

5. Tunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisiki bahwa aktivitas melebihi batas.

c. Resiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan dalam


rate, irama, konduksi jantung, menurunya preload atau peningkatan SVR, miocardial infark.

Tujuan: tidak terjadi penurunan cardiac output selama di lakukan tindakan keperawatan.

Rencana:

1. Lakukan pengukuran tekanan darah (bandingkan kedua lengan pada posisi berdiri,
duduk dan tiduran jika memungkinkan).

2. Kaji kualitas nadi.

3. Catat perkembangan dari adanya S3 dan S4.

4. Auskultasi suara nafas.

5. Dampingi pasien pada saat melakukan aktivitas.

6. Sajikan makanan yang mudah di cerna dan kurangi konsumsi kafeine.

7. Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian obat-obatan anti
disritmia.

d. Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan tekanan


darah, hipovolemia.
Tujuan: selama dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi penurunan perfusi jaringan.

Rencana:

1. Kaji adanya perubahan kesadaran.

2. Inspeksi adanya pucat, cyanosis, kulit yang dingin dan penurunan kualitas nadi perifer.

3. Kaji adanya tanda Homans (pain in calf on dorsoflextion), erythema, edema.

4. Kaji respirasi (irama, kedalam dan usaha pernafasan).

5. Kaji fungsi gastrointestinal (bising usus, abdominal distensi, constipasi).

6. Monitor intake dan out put.

7. Kolaborasi dalam: Pemeriksaan ABG, BUN, Serum ceratinin dan elektrolit.

e. Resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan excess berhubungan dengan penurunan


perfusi organ (renal), peningkatan retensi natrium, penurunan plasma protein.

Tujuan: tidak terjadi kelebihan cairan di dalam tubuh klien selama dalam perawatan.

Rencana:

1. Auskultasi suar nafas (kaji adanya crackless).

2. Kaji adanya jugular vein distension, peningkatan terjadinya edema.

3. Ukur intake dan output (balance cairan).

4. Kaji berat badan setiap hari.

5. Najurkan pada pasien untuk mengkonsumsi total cairan maksimal 2000 cc/24 jam.

6. Sajikan makan dengan diet rendah garam.

7. Kolaborasi dalam pemberian deuritika.


N Diagnosa Tujuan dan Intervensi
o Keperawatan Kriteria Hasil
1 Penurunan curah NOC : NIC :
jantung b/d · Cardiac Pump Cardiac Care
respon fisiologis effectiveness
otot jantung, · Circulation Status v Evaluasi adanya nyeri
peningkatan · Vital Sign Status dada ( intensitas,lokasi,
frekuensi, Kriteria Hasil: durasi)
dilatasi,
hipertrofi atau v Tanda Vital v Catat adanya disritmia
peningkatan isi dalam rentang jantung
sekuncup normal (Tekanan
darah, Nadi, v Catat adanya tanda dan
respirasi) gejala penurunan cardiac
putput
v Dapat
mentoleransi v Monitor status
aktivitas, tidak ada kardiovaskuler
kelelahan
v Monitor status
v Tidak ada edema pernafasan yang
paru, perifer, dan menandakan gagal jantung
tidak ada asites
v Monitor abdomen
v Tidak ada sebagai indicator
penurunan penurunan perfusi
kesadaran
v Monitor balance cairan

v Monitor adanya
perubahan tekanan darah

v Monitor respon pasien


terhadap efek pengobatan
antiaritmia

v Atur periode latihan dan


istirahat untuk
menghindari kelelahan

v Monitor toleransi
aktivitas pasien

2 Perfusi jaringan NOC : NIC : Peripheral


tidak efektif b/d § Circulation status Sensation Management
menurunnya (Manajemen sensasi
curah jantung, § Tissue Prefusion : perifer)
hipoksemia cerebral v Monitor adanya daerah
jaringan, asidosis tertentu yang hanya peka
dan Kriteria Hasil : v terhadap
kemungkinan mendemonstrasikan panas/dingin/tajam/tumpul
thrombus atau status sirkulasi
emboli Definisi : yang ditandai v Monitor adanya paretese
Penurunan dengan :
pemberian v Instruksikan keluarga
oksigen dalam § Tekanan systole untuk mengobservasi kulit
kegagalan dandiastole dalam jika ada lsi atau laserasi
memberi makan rentang yang
jaringan pada diharapkan v Gunakan sarun tangan
tingkat kapiler untuk proteksi
§ Tidak ada
ortostatikhipertensi v Batasi gerakan pada
kepala, leher dan
§ Tidak ada tanda punggung
tanda peningkatan
tekanan intrakranial v Monitor kemampuan
(tidak lebih dari 15 BAB
mmHg)
v Kolaborasi pemberian
v analgetik
mendemonstrasikan
kemampuan v Monitor adanya
kognitif yang tromboplebitis
ditandai dengan:
v Diskusikan menganai
§ berkomunikasi penyebab perubahan
dengan jelas dan sensasi
sesuai dengan
kemampuan

§ menunjukkan
perhatian,
konsentrasi dan
orientasi

§ memproses
informasi

§ membuat
keputusan dengan
benar

v menunjukkan
fungsi sensori
motori cranial yang
utuh : tingkat
kesadaran
mambaik, tidak ada
gerakan gerakan
involunter

3. Cemas b/d NOC : NIC : Anxiety Reduction


penyakit kritis, § Anxiety control (penurunan kecemasan)
takut kematian § Coping v Gunakan pendekatan
atau kecacatan, § Impulse control yang menenangkan
perubahan peran v Nyatakan dengan jelas
dalam Kriteria Hasil : harapan terhadap pelaku
lingkungan pasien
social atau v Klien mampu v Jelaskan semua prosedur
ketidakmampuan mengidentifikasi dan apa yang dirasakan
yang permanen. dan selama prosedur
mengungkapkan
gejala cemas v Pahami prespektif
Definisi : pasien terhdap situasi stres
Perasaan gelisah
yang tak jelas v Mengidentifikasi, v Temani pasien untuk
dari mengungkapkan memberikan keamanan
ketidaknyamana dan menunjukkan dan mengurangi takut
n atau ketakutan tehnik untuk
yang disertai mengontrol cemas v Berikan informasi
respon autonom v Vital sign dalam faktual mengenai
(sumner tidak batas normal diagnosis, tindakan
spesifik atau prognosis
tidak diketahui v Postur tubuh,
oleh individu); ekspresi wajah, v Dorong keluarga untuk
perasaan bahasa tubuh dan menemani anak
keprihatinan tingkat aktivitas
disebabkan dari menunjukkan v Lakukan back / neck rub
antisipasi berkurangnya
terhadap bahaya. kecemasan v Dengarkan dengan
Sinyal ini penuh perhatian
merupakan v
peringatan Identifikasi tingkat
adanya ancaman kecemasan
yang akan datang
dan v Bantu pasien mengenal
memungkinkan situasi yang menimbulkan
individu untuk kecemasan
mengambil
langkah untuk v Dorong pasien untuk
menyetujui mengungkapkan perasaan,
terhadap ketakutan, persepsi
tindakan
v Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
v Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan

4 Intoleransi NOC : NIC : Energy


aktivitas b/d § Energy Management
curah jantung conservation
yang rendah, § Self Care : ADLs v Observasi adanya
ketidakmampuan pembatasan klien dalam
memenuhi Kriteria Hasil : v melakukan aktivitas
metabolisme otot Berpartisipasi
rangka, kongesti dalam aktivitas v Dorong anal untuk
pulmonal yang fisik tanpa disertai mengungkapkan perasaan
menimbulkan peningkatan terhadap keterbatasan
hipoksinia, tekanan darah, nadi
dyspneu dan dan RR v Kaji adanya factor yang
status nutrisi menyebabkan kelelahan
yang buruk v Mampu
selama sakit melakukan
Definisi : aktivitas sehari hari v Monitor nutrisi dan
Ketidakcukupan (ADLs) secara sumber energi
energu secara mandiri tangadekuat
fisiologis
maupun v Monitor pasien akan
psikologis untuk adanya kelelahan fisik dan
meneruskan atau emosi secara berlebihan
menyelesaikan
aktifitas yang v Monitor respon
diminta atau kardivaskuler terhadap
aktifitas sehari aktivitas
hari.
v Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
pasien Activity Therapy

v Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi
Medik
dalammerencanakan
progran terapi yang tepat.

v Bantu klien untuk


mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan

v Bantu untuk memilih


aktivitas konsisten
yangsesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan social
v Bantu untu
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai

v Bantu klien untuk


membuat jadwal latihan
diwaktu luang

v Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas

PATHWAY

(PENYAKIT JANTUNG KORONER)

Definisi
Kelainan Klasifikasi PJK
Pembuluh Gejala PJK
yang Etiologi 1.Angina
Darah 5.Nyeri dada
disebabkan Faktor Utama: Pektoris stabil
Koronaria 6.Sesak nafas
oleh 1.Hipertensi: 2.Angina
1.Tunika Intima 7.Pusing
penyempitan/ -Meningkatkan TD. pekotris tdk
2.Tunika Media 8.Lelah
penghambata -Memepercepat terjadinya stabil
3.Tunika Berkepanjangan
n pembuluh arterosklerosis. 3.Angina variant
advenitia
darah arteri 2.Hiperkolestrolnemia 4.Infark miokard
koronaria -Kolestrol Total (200 mg/dl akut
yang resiko pjk meningkat)
-LDL kolestrol
(normal <130 mg/dL)
-HDL Kolestrol
(normal<45mg/dL)
-Trigliserida(normal
<150mg/dL)
3.merokok
Faktor Lain:umur,jenis
kelamin,diet,obesitas,DM,S
tress,keturunan,kurang
aktivitas fisik,penumpukan
lemak,trombosit,neutrofil,m
onosit ditunika intima

Disfungsi endotel
Menjadi plak fibroateromatus

Penebalan tunika intima


DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marylin E., 2015, Nursing Care Plans, USA Philadelphia: F.A Davis Company.

Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 2013, Proses Keperawatan Pada Pasien


Dengan Gangguan Sistem Krdiovaskuler, Jakarta: departemen Kesehatan.

Kaplan, Norman M., 2016, Pencegahan Penyakit Jantung Koroner, Jakarta: Balai penerbit
buku kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai