Anda di halaman 1dari 4

STRES

Slide 2
Definisi stress secara umum :
Respon adaptif terhadap tuntutan dari suatu kondisi atau situasi yang dianggap individu sebagai peluang
atau ancaman, bersifat khusus (spesial), penting, mengandung ketidakpastian dan individu tidak dapat
mengatasinya dalam jangka waktu tertentu.

Dari definisi yang penjang tersebut, dapat dicirikan menjadi :


1. Respon adaptif : stress adalah suatu keadaan berlangsung secara adaptif atau menyesuaikan diri
dengan waktu. Artinya stress yang dialami oleh individu berangsur-angsur akan hilang dengan
berjalannya waktu. Contoh : seseorang yang sedang mengalami kedukaan karena meninggalnya
pasangan misalnya, akan mengalami stress pada saat kedukaan itu datang. Tetapi dengan
berjalannya waktu rasa duka itu akan berangsur-angsur menurun dan hilang.
2. Peluang atau ancaman : stress biasa dianggap sebagai sesuatu yang bersifat positif (disebut dengan
eustress) dalam bentuk peluang. Akibat dari stress berupa hal-hal yang sifatnya
menyenangkan/menggembirakan. Contoh : stress ketika menghadapi ujian, akan membuat kita
bersemangat dalam belajar karena adanya kecemasan akan nilai yang didapat. Tetapi dengan stress
itu kita akan mendapatkan hasil yang menggembirakan ketika nilai ujian yang didapat memuaskan.
Bayangkan kalau seorang mahasiswa tidak punya kecemasan akan hasil ujian/tidak punya beban
sama sekali dengan tuntutan hasil ujian yang baik, maka ia tidak akan merasa stress, akibatnya
belajarnya menjadi tidak maksimal. Sehingga hasilnyapun dapat dipastikan tidak memuaskan.
Sebaliknya, stress adalah sebuah ancaman/bersifat negative (disebut dengan distress). Seseorang
akan menjadi stress ketika peristiwa yang dialaminya dianggap mengancam kesejahteraan hidupnya.
Contohnya, seseorang yang ditinggal meninggal oleh pasangannya (seperti contoh pada no. 1)
merasa bahwa peristiwa itu akan mengancam kehidupan selanjutnya.
3. Spesial : seseorang baru dapat dikatakan stress hanya ketika menghadapi peristiwa yang dianggap
khusus/special, bukan pada peristiwa yang umum dialami. Orang awam sering menganggap semua
peristiwa yang mengganggunya sebagai stress. Contoh :
Si A : gw lagi stress nih
Si B : kenapa?
Si A : ujan melulu nih
Si B : emang kenapa?
Si A : iya, cucian gw gak kering2
4. Penting : seseorang mengalami stress bila peristiwa yang dialami secara subjektif dianggap sebagai
sesuatu yang penting. Seorang mahasiswi yang baru saja diputus hubungannya dengan pacarnya,
akan mengalami stress, karena diputus pacar dianggap sebagai sesuatu yang sangat penting. Tetapi
sebaliknya, mahasiswi lain menganggap bahwa diputus pacar adalah sesuatu yang biasa saja, maka
ia tidak akan mengalami stress (mungkin hanya sedih saja sebentar). Contoh lain, seorang karyawan
yang di-PHK dari perusahaan akan mengalami stress karena di-PHK merupakan peristiwa yang
sangat penting bagi dirinya.
5. Ketidakpastian : seseorang mengalami stress bila peristiwa yang dialaminya menimbulkan
ketidakpastian ke depannya. Contoh : seorang ibu yang ditinggal meninggal suaminya akan
mengalami stress, karena menganggap peristiwa itu menimbulkan ketidakpastian dalam kehidupan
diri dan keluarganya. Apalagi, apabila suaminya adalah satu-satunya pencari nafkah bagi
keluarganya.
6. Individu tidak dapat mengatasi : semakin tidak dapat mengatasi masalah yang dihadapinya, maka
individu akan semakin stress.
7. Durasi : semakin lama durasi individu tidak dapat mengatasi masalahnya, maka individu akan
semakin stress. Kita sering mendengar seseorang stress (bahkan sampai bunuh diri), karena penyakit
yang didapnya tidak sembuh dalam waktu lama.

Slide 3
Pada slide 2 dijelaskan tentang stress pada umumnya. Pada slide 3 ini akan dijelaskan tentang stress
yang terjadi pada pekerjaan/di tempat kerja (work stress/stress in the work place). Pada slide ini
ditampilkan suatu model stress yang terjadi di tempat kerja (organisasi) dalam bentuk bagan.

Pada sebelah kiri terdapat kotak-kotak yang berisi faktor-faktor yang menyebabkan stress (disebut
dengan stressor).
Kotak pertama adalah faktor lingkungan di luar organisasi seperti factor ekonomi, politik, pesatnya
teknologi (karena individu tidak mampu mengimbangi pesatnya kemajuan teknologi), atau factor lain
seperti sekarang sedang terjadi, mewabahnya virus corona.
Kotak kedua adalah faktor-faktor yang ada dalam organisasi seperti ketidakjelasan pekerjaan, pekerjaan
yang tumpang tindih, beban pekerjaan yang berlebih (overload), hubungan interpersonal dengan
lingkungan kerja, gaya memimpin dari pemimpin yang dirasakan individu tidak baik dll.
Kotak ketiga adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu seperti masalah dalam keluarga
(keuangan, perselisihan suami istri, perceraian, kesehatan, pengasuhan anak, pembagian pekerjaan
antara suami & istri).
Ketiga faktor ini, bila muncul akan berpengaruh terhadap terjadinya stress (lihat panah yang
menghubungkan antara kotak penyebab stress dengan stresnya sendiri (kotak tengah).

Tetapi di antara kedua kotak tersebut terdapat satu kotak lain yang panahnya menempel di tengah
panah tadi (lihat panah yang menghubungkan antara kotak penyebab stress dengan stresnya sendiri
(kotak tengah). Itulah faktor perbedaan individual. Ternyata tidak semua orang yang berhadapan
dengan sumber stress (penyebab stress) akan menjadi stress, tergantung kepada persespsinya.
Bagaimana ia mempersepsikan sumber stress tersebut. Contoh, ada mahasiswa yang sangat stress
ketika diputus pacarnya, tetapi ada mahasiswa yang tidak. Kepribadian juga mempengaruhi mudah
tidaknya orang mengalami stress. Kepribadian yg tangguh akan membuat orang tidak mudah ,
mengalami stress. Faktor lainnya adalah dukungan social, orang yang mendapatkan dukungan dari pihak
lain (keluarga, teman, tetangga) akan tidak mudah mengalami stress apabila menghadapi
kejadian/peristiwa yang menyebabkan stress. Faktor lainnya adalah faktor demografi : usia dan jenis
kelamin. Semakin berumur seharusnya semakin tidak mudah mengalami stress. Untuk jenis kelamin,
biasanya perempuan lebih mudah terkena stress disbanding laki-laki.
Apabila kita mengalami stress, apa saja akibatnya. Pada kotak paling terdapat gejala-gejala yang
disebabkan oleh stress.
Pertama, gejala yang sifatnya fisiologis (badani) seperti sakit kepala, naiknya tekanan darah (tensi), sakit
pada pencernaan (seperti maag), gangguan kekebalan tubuh, terganggunya sirkulasi menstruasi pada
wanita. Gejala-gejala ini biasa disebut dengan psikosomatis (penyakit fisik yang disebabkan oleh
penyebab psikologis (stress)).
Kedua, gejala yang bersifat pikiran/kemampuan pikir (kognitif), seperti mudah lupa, kurang konsentrasi,
lambat dalam mengambil keputusan.
Ketiga, gejala yang muncul dalam bentuk perilaku/tindakan, seperti kinerja/produktifitas menurun,
kurangnta semangat/motivasi kerja, membolos kerja, pindah kerja ke perusahaan lain, kecelakaan kerja,
minum minuman keras atau menggunakan narkoba.

Slide 4
Usaha yang dilakukan untuk mengatasi stress disebut coping stress. Setidaknya ada 2 cara untuk coping
terhadap stress.
1. Problem-focused coping : cara mengatasi stres dengan berfokus pada masalah yang dihadapi,
artinya stress dapat diatasi dengan cara menemukan masalah yang dihadapi dan kemudian
memecahkannya. Seorang karyawan yang mengalami stress karena masalah keuangan misalnya,
maka supaya ia bisa mengatasi stresnya, ia harus berusaha mencari solusi untuk memecahkan
masalah keuangannya.
2. Emotional-focused coping : cara mengatasi stress dengan berfokus pada menenangkan keadaan
emosionalnya. Misalnya dengan relaksasi, berzikir, meditasi, atau melakukan kegiatan lain yang
dapat menenangkan. Dengan relaksasi misalnya, setelah melakukan relaksasi maka emosi
menjadi lebih terkendali, sehingga kemudian mendapatkan jalan untuk mengatasi stress.

Slide 5
Program mencegah dan mengelola stress yang dilakukan oleh organisasi.
1. Inti program EAP adalah untuk membantu karyawan untuk dapat berkinerja dengan baik,
dengan merancang program untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi karyawan baik
masalah pekerjaan maupun non pekerjaan.
2. Program ini dibuat untuk menjaga kebugaran dan kesehatan karyawan. Karyawan yang bugar
dan sehat diharapkan tidak mudah stress dan dapat selalu berkinerja dengan baik.
3. Mendesain lingkungan kerja yang tidak membuat karyawan menjadi stress. Contoh : desain
kantor Google, Amazon, Tokopedia (coba lihat di youtube)
4. Melatih karyawan untuk melakukan relaksasi setelah beberapa jam bekerja.
5. Memberikan latihan, waktu dan tempat bagi karyawan untuk melakukan meditasi atau yoga di
kantor.

Stres dan kinerja


Hubungan antara stress dan kinerja dijelaskan dengan gambar di bawah ini.
Kinerja yang paling tinggi (lihat pada panah performance dan puncak kurva (best result/hasil terbaik))
didapatkan apabila seseorang mendapatkan tingkat stress yang sedang (apabila pada puncak kurva
ditarik gatis ke bawah, maka akan sampai pada titik tengah/sedang pada panah/garis mendatar stress.
KInerja akan berada pada tingkat paling rendah (lihat ujung kiri dan kanan kurva), ketika stres berada
pada tingkat paling rendah atau paling tinggi. Semakin rendah atau semakin tinggi tingkat stress akan
membuat kinerja menjadi rendah.

Catatan :
 semakin naik panah performance/kinerja, semakin tinggi atau baik tingkat
performance/kinerjanya
 semakin ke kanan arah panah stress, semakin tinggi tingkat stresnya

Anda mungkin juga menyukai