Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial
Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai
apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri. Karena manusia menjalankan peranannya dengan
menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan perasaanya. Manusia tidak dapat
menyadari individualitas, kecuali melalui medium kehidupan sosial.
Esensi manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya adalah kesadaran manusia tentang status dan
posisi dirinya adalah kehidupan bersama, serta bagaimana tanggungjawab dan kewajibannya di
dalam kebersamaan
a. Manusia Sebagai Makhluk Individu
Individu berasal dari kata in dan devided . Dalam Bahasa Inggris in salah satunya mengandung
pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau satu
kesatuan. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium yang berarti yang tak terbagi, jadi
merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil
dan tak terbatas.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur
raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut
menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut
sebagai individu. Dalam diri individi ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan
psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang sama persis. Dari
sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Seorang individu
adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa
individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir. Kalau seseorang
individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan
karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan
(fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah
lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi alam
sekitarnya. Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di mana eorang individu melakukan interaksi
sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial
yang lebih besar.
Karakteristik yang khas dari seeorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang memiliki
kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan genotip)dan faktor lingkungan
(fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus.
Menurut Nursid Sumaatmadja (2000), kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang
merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fiskal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak
lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi
mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan. Dia menyimpulkan bahwa faktor
lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seeorang.
b. Manusia sebagai Makhluk Sosial
Menurut kodratnya manusia selain sebagai makhluk individu, mereka juga merupakan makhluk
sosial. Adapun yang dimaksud dengan Istilah sosial adalah ”Sosial” berasal dari akar kata bahasa
Latin Socius, yang artinya berkawan atau masyarakat. Sosial memiliki arti umum yaitu
kemasyarakatan dan dalam arti sempit mendahulukan kepentingan bersama atau masyarakat.
Adapun dalam hal ini yang dimaksud manusia sebagai makhluk sosial adalah makhluk yang hidup
bermasyarakat, dan pada dasarnya setiap hidup individu tidak dapat lepas dari manusia lain. Dalam
hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan
manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya
dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam
kehidupannya.Seperti kita ketahui bahwa sejak bayi lahir sampa iusia tertentu manusia adalah
mahkluk yang tidak berdaya, tanpa bantuan orang orang disekitar iatidak dapat berbuat apa-apa dan
untuk segala kebutuhan hidup bayi sangat tergantung pada luar dirinya sepert iorang tuanya
khususnya ibunya. Bagisi bayi keluarga merupakan segitiga abadi yang menjadi kelompok sosial
pertama dikenalnya. Pada perjalanan hidup yang selanjutnya keluarga akan tetap menjadi kelompok
pertama tempat meletakan dasakepribadian dan proses pendewasaan yang didalamnya selalu
terjadi “sosialisi” untuk menjadi manusia yang mengetahui pengetahuan dasar, nilai-nilai,
normasosial dan etika-etika pergaulan.
Manusia dapat di katakan makluk sosial karena pada dirinya terdapat dorongan untuk berhubungan
atau berinteraksi dengan orang lain, dimana terdapat kebutuhan untuk mencari berteman dengan
orang lain yang sering di dasari atas kesamaan ciri atau kepentingan masing-masing. Manusia juga
tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Tanpa bantuan
manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain,
manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan
seluruh potensi kemanusiaannya. Makhluk sosial adalah makluk yang terdapat dalam beragam
aktivitas dan lingkungan sosial.
2.2. Interaksi Sosial dan Sosialisasi dalam Kehidupan Manusia sebagai Makhluk individu dan Makhluk
Sosial
Manusia sebagai mahkluk sosial dalam kehidupan sehari-harinya pasti membutuhkan orang lain.
Proses interaksi dan sosialisasi selalu terjadi kapan dan dimanapun manusia itu berada. Dalam hal ini
bentuk interaksi sosial sangat bermacam-macam.Pola sosialisasi pun ada bermacam-macam.Untuk
lebih jelasnya uraian mengenai interaksi sosial dan sosialisasi adalah sebagai berikut.
. a. Interaksi Sosial.
Manusia dikenal sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.Dikatakan makhluk sosial karena
manusia sebagai individu saling membutuhkan dan saling berinteraksi dengan manusia atau individu
lainnya. Oleh sebab itu manusia sebagai makhluk sosial sangat membutuhkan orang lain pada
hidupnya untuk saling memberi, menolong, dan melengkapi satu sama lain.
Adapun pengertian interaksi sosial menurut Effendi (2010:46) adalah kata interaksi berasal dari kata
inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik saling mempengaruhi antar individu,
kelompok social, dan masyarakat. Dalam hal ini berarti bahwa manusia dalam kehidupan sehari-
harinya tidak lepas dari hubungan dengan manusia lainnya.Interaksi juga berarti bahwa setiap
manusia saling berkomunikasi dan mempengaruhi bisa dalam pikiran maupun tindakan.
Menurut Gillin dan Gillin (Effendi, 2010:46) menyatakan bahwa interaksi sosia adalah hubungan-
hubungan antara orang-orang secara individu, antar kelompok, orang, dan orang perorangan dengan
kelompok.Dalam hal ini interaksisosial bisa dilakukan oleh orang perorangan, bisa oleh kelompok,
juga bisa perorangan dengan kelompok.
Interaksi sosial dimulai dari hal yang terkecil yaitu saling menegur, menyapa, berjabat tangan, saling
berbicara dan lain-lain. Bahkan dalam pertengkaran atau perkelahianpun termasuk interaksi sosial.
Faktor yang pertama adalah imitasi, imitasi merupakan proses peniruan. Kita sebagai makhluk sosial
selalu membutuhkan orang lain termasuk dalam hal meniru perilaku orang lain yang positif bagi kita.
Peniruan sudah dilakukan pada rentan anak usia dini. Anak usia dini merupakan peniru yang ulung,
maka dari itu sikap dan perilaku setiap orang dewasa perlu dijaga dan diperhatikan agar peniruan
yang dilakukan anak usia dini bersifat positif. Pada proses peniruan ini mudah berubah-ubah karena
perkembangan teknologi didunia ini berlangsung secara global dan sangat cepat.
Yang kedua yaitu Sugesti, sugesti adalah suatu proses dimana seorang individu menerima pendapat
atau pandangan dari orang lain tanpa adanya kritik terlebih dahulu. Sugesti merupakan pengaruh
psikis yang datang dari dirinya sendiri maupun orang lain. Orang akan mudah menerima sugesti dari
orang lain ketika seseorang sedang ada pada kondisi yang dilematis. Dalam hubungan interaksi
sosial, arti Imitasi dan sugesti hampir sama perbedaannya adalah dalm imitasi seseorang mengikuti
atau meniru orang lain, sedangkan pada sugesti seseorang memberikan pandangan atau pendapat
menurut dirinya dan diterima oleh orang lain.
Yang ketiga yaitu Identifikasi, dalam psikologis identifikasi berarti dorongan untuk menjadi identik
atau dorongan untuk menjadi sama dengan orang lain, baik secara lahir maupun batin.
Faktor yang keempat yaitu simpati, simpati yaitu perasaaan yang timbul pada orang lain atas dasar
penilaian menurut perasaan didalam dirinya.
b. Bentuk Interaksi Sosial
Ada beberapa bentuk interaksi sosial yaitu:
§ Kerjasama (cooperation),
§ Persaingan (competition), dan
§ Pertentangan (conflict).
Menurut Gillin dan Gillin bentuk kerjasama dibagi dalam dua proses yang didalamnya terdapat
bentuk bentuk khusus. Yang pertama yaitu proses Asosiatif terdiri dari 2 bentuk khusus yaitu
akomodasi dan asimilasi. Yang kedua yaitu proses Disosiatif, disosiatif terdiri dari tiga bentuk khusus
yaitu Persaingan (competition), Kontravnersi (contravention), dan Pertentangan (conflict).
1.      Bentuk Interaksi Asosiatif
a.         Kerjasama (cooperation)
Kerjasama merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang sering terjadi dimasyarakat pada
umumnya. Kerjasama menggambarkan sebagian besar bentuk interaksi sosial. Dan setiap bentuk
interaksi sosial dapat ditemukan pada setiap kelompok manusia. Kerjasama timbul karena orientasi
orang perorangan terhadap kelompoknya atau kelompok yang lainnya.
Ada tiga bentuk kerjasama yang biasa dilaksanakan yaitu:
Ø Bargaining, yaitu pelaksanaan kerjasama atau perjanjian antara dua organisasi atau lebih
mengenai pertukaran barang dan jasa.
Ø Cooperation, yaitu penerimaan unsur baru dalam kepemimpinan atau dalam pelaksanaan politik
dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara untuk menghindari kegoncangan dalam stabilitas
organisasi tersebut.
Ø Coalition, yaitu kombinasi antar dua organisasi atau lebih yang mempunyai pandangan dan tujuan
yang sama.
b.        Akomodasi (accomodation)
Dalam interaksi sosial, istilah akomodasi berarti suatu kenyataan adanya keseimbangan dalam
interaksi orang perorangan dan kelompok manusia sehubungan dengan nilai dan norma yang
berlaku dimasyarakat.
Ada beberapa bentuk akomodasi, diantaranya:
Ø Coertion adalah bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya suatu paksaan.
Ø Compromise adalah salah satu bentukakomodasi dimana pihak yang terlibat perselisihan
mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan tersebut.
Ø Arbitration adalah suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak yang berselisih tidak
sanggup untuk mencapainya sendiri.
Ø Mediation cara untuk mencapai penyelesaina dalam perselisihan dengan cara menghadirkan
orang ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang ada.
Ø Concilitation adalah usaha untuk mengabulkan atau mempertemukan keinginan pihak yang
berselisih agar tercapainya suatu persetujuan bersama.
Ø Tolerantion adalah bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal. Contohnya toleransi dalam
beribadah.
Ø Stelemate adalah suatu akomodasi dimana pihak pihak yang berkepentingan mempunyai yang
seimbang, berhenti pada titik tertentu dalam melakukan pertentangannya.
Ø Adjudication adalah perselisihan perkara atau sengketa dipengadilan.
2. Bentuk Interaksi Disosiatif
1. Persaingan (competition)
Persaingan merupakan bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk
memperoleh keuntungan tertentu baik bagi dirinya maupun kelompoknya dengan cara menarik
perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa menggunakan kekersan.
2.    Kontravensi (contravention)
Kontraversi adalah rperasaaan yang menggejolak yang ada pada diri seseorang yag ditandai oleh
adanya ketidakpastian dalam diri seseorang, perasaan tidak suka yang disembunyikan dan kebencian
terhadap orang lain. Tapi gejala-gejala tersebut tidak sampai menimbulkan pertentangan atau
pertikaian.
3.    Pertentangan (conflict)
Pertentangan merupakan suatu bentuk interaksi individu atau kelompok sosial yang berusaha utuk
mencapai tujuannya dengan cara menentang pihak yang lain atau pihak yang menghalangi dengan
ancaman atau tindak kekerasan.
c. Sosialisasi
Sosialisasi sangat erat kaitannya terhadap manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial
kita harus senantiasa hidup bersosial dengan orang lain agar dapat saling membantu, melengkapi,
dan mencapai tujuan hidup kita. Menurut Berger (Effendi, 2010:49) mendefinisika sosialisasi sebagai
“a process by which a child learns to be a participant member of society” yaitu suatu proses dimana
seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Dalam hal ini
jelas dikatakan bahwa proses sosialisasi dimulai dari sejak anak usia dini hingga usia seseorang
berakhir. Proses sosialisasi terus dilakukan selama kita masih hidup dan masih membutuhkan orang
lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sosialisasi adalah proses dimana seseorang dapat berinteraksi dan
berpartisipasi dengan masyarakat yang ada disekitarnya.
Setiap makhluk hidup pasti sangat membutuhkan proses sosialisasi, baik itu dimulai dari anak usia
dini sampai dewasa bahkan sosialisasi berjalan seumur hidup.apa yang terjadi jika sejak usia dini
anak tidak mengalami sosialisasi ? pasti anak tidak akan menjadi manusia seutuhnya, karenan
kemampuan seseorang untuk berperan sebagai anggota masyarakat sangat tergantung pada proses
sosialisasi. Ketika seseorang tidak mengalami sosialisasi maka yang terjadi adalah orang itu tidak
dapat berinteraksi dengan orang lain. Contohnya banyak ditemuakan anak anak yang terlantar
dihutan dan dibesarkan oleh hewan atau yang disekap oleh orang tuanya sejak kecil. Mereka tidak
bisa bersosialisasi dengan baik. Mereka cenderung bagaimana berprilaku seperti hewan, mereka
tidak dapat berbicara, tidak dapat berpakaian bahkan tidak dapat tertawa atau menangis. Ketika
anak-anak itu diselamatkan dan diberi terapi seperti manusia umumnya, mereka mungkin bisa
menerima sedikit demi sedikit perubahan pada diri mereka untuk menjadi manusia seutuhnya
namun kemampuan mereka tidak akan mampu menyamai kemampuan anak lain yang sebaya
dengannya, karena kemampuan kemampuan tertentu hanya dapat diajarkan pada periode tertentu
dikehidupan anak. Bila proses sosialisasinya terlambat, maka proses tersebut tidak akan berhasil
atau hanya berhasil untuk sebagian kecil saja. Mereka juga tidak akan menjadi manusia seutuhnya
karena mereka tidak pernah tersosialisasi secara wajar dan mereka cenderung meninggal dengan
usia muda.
Sosialisasi dilakukan oleh semua individu yang bersosial. Ada beberapa pihak yang membantu
melaksanakan sosialisasi yaitu keluarga, kelompok bermain media massa dan sistem pendidikan.
Peran agen utama yaitu orangtua merupakan peran penting bagi anak untuk bersosialisasi. Orang
tua merupaka awal dimana kita melakukan interaksi dengan dunia pertama kita. Keluarga
merupakan pendidik yang pertama dan yang paling utama dalam hal pertumbuhan dan
perkembangan anak begitupun dengan perkembangan sosialisasi mereka. Maka orang tua
hendaknya mengoptimalkan proses sosialisasi pertama untuk anak. Kelompok bermain juga tidak
kalah pentingnya dengan orang tua. Melalui kelompok bermain anak mulai bisa belajar bersosialisasi
secara umum. Bagaimana ia berinteraksi dengan teman sebayanya, bagaimana ia menyelesaikan
suatu permasalahan dalam berinteraksi dengan temannya dan juga bagaimana ia bisa memilih
teman yang sejalan dengannya. Agen yang ketiga yaitu media massa. Media masa sangat erat
kaitannya dengan teknologi yang makin maju dan berkembang. Media masa pun sangat penting
untuk sosialisasi dengan hal-hal yang terjadi disekitar kita.
d. Bentuk dan Pola Sosialisasi
§ Bentuk-bentuk sosialisasi
sosialisasi merupakan salah satu bentuk manusia dalam mempertahankan interaksi dengan
lingkungannya. Proses ini berlangsung sepanjang hidup manusia.
Bentuk sosialisasi dibedakan menjadi dua yaitu sosialisasi primer dan sekunder. Sosialisasi primer
adalah sosialisasi pertama yang dilakukan oleh seluruh individu sejak ia kecil. Sosialisasi primer tidak
ada proses identifikasi dan pada masa inilah dumia pertama anak terbentuk. Sosialisasi primer
berakhir ketika konsep tentang orang lain pada umumnya telah terbentuk dan tertanam dalam
kesadaran individu. Pada titik ini ia merupakan anggaota efektif masyarakat.
§ Pola sosialisasi
Pada dasarnya ada dua pola sosialisasi, yaitu pola represi (kekerasan/hukuman) dan pola partisipasi.
Sosialisasi menggunakan pola represi menekankan pada penggunaan hukuman atau kekerasan
apabila terdapat dan melakukan kesalahan. Adapun ciri-ciri lain dalam penggunaan proses represi
yaitu penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan, penekanan terhadap orang tua, penekanan
terhadap komunikasi satu arah non verbal dan berisi perintah, sosialisasi terhadap orang tua dan
keinginan orangtua dan lain-lain.
Sosialisasi secara partisipasi merupakan pola yang didalamnya anak diberi imbalan ketika ia berlaku
baik , hukuman dan imbalan berupa simbol, anak diberi kebebasan, komunikasi bersifat lisan, anak
menjadi pusat sosialisasi, kebutuhan dianggap sangat penting dan lain sebagainya.
2.3. Masyarakat dan Komunitas
Dalam kehidupan sebagai makluk individu dan sosial, manusia selalu berhubungan dan tidak dapat
lepas dengan masyarakat dan komunitas. Sering kali penggunaan kedua istilah tersebut tertukar
dalam penggunaannya, padahal pada hakikatnya kedua istilah tersebut tidaklah sama. Terdapat
perbedaan mendasar antara kedua konsep tersebut, dan untuk mengetahui lebih lanjut, berikut
akan penulis sajikan beberapa devinisi masyarakat dan komunitas menurut para ahli sebagai berikut.
Masyarakat
Krech, Crutchfield, dan Ballachey (Effendi,2010:59) mengemukakan devinisi masyarakat sebagai ”a
society is that it is an organized collectivity of interacting people whose actives become centered
around a set of common goals, and who tend to share common beliefs, attitudes, and of action.”
Dari devinisi tersebut dapat ditarik kesimpulan unsur-unsur yanga ada dalam masyarakat adalah
kolektivitas interaksi manusia yang terorganisasi, kegiatannya yang terarah pada sejumlah tujuan
yang sama, memilikin kecenderungan untuk memiliki keyakinan, sikap, dan bentuk tindakan yang
sama. Dalam hal ini, interkasi dan tindakan itu tentu saja interaksi serta tindakan sosial.
Menurut konsep di atas, karakteristik dari masyarakat itu adalah adanya sekelompok manusia yang
menunjukan perhatian bersama secara mendasar, pemeliharaan kekekalan bersama, perwakilan
menusia menurut sejenisnya yang berhubungan satu sama lain secara berkesinambungan. Dengan
demikian, relasi manusia sebagai suatu bentuk masyarakat itu tidak terjadi dalam waktu yang
singkat, melainkan secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif cukup lama.
Dari beberapa devinisi di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat merupakan kelompok atau
kolektivitas manusia yang melakukan hubungan, bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan tujuan
bersama, serta melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam wkatu yang relatif lama yang
menempati kawasan tertentu.
Komunitas
Komunitas merupakan bagian kelompok dari masyarakat dalam lingkup yang lebih kecil, serta ikatan
kebersamaannya yang kuat dan lebih terikat oleh tempat.
Adapun menurut Prof. Dr. Soerjono Soekanto (Effendi, 2010: 62) istilah community dapat
diterjemahkan sebgai masyarakat setempat, istilah ini menunjuk pada warga-warga sebuah desa,
sebuah kota, suku atau suatu bangsa. Apabila anggota-anggota suatu kelompok hidup bersama
sedemikian rupa sehingga mereka merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi
kepentingan-kepentingan hidup yang utama, maka kelompok tadi dapat disebut masyarakat
setempat. Intinya mereka menjalin hubungan sosial.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat setempat adalah suatu wilayah kehidupan
sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan social yang tertentu. Jadi dasar-dasr dari
masyarakat setempat adalah lokalitas atau wilayah, perasaan sepenanggungan dan hubungan sosial
tertentu yang merupakan perasaan saling ketergantungan .
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa devinisi masyarakat dengan masyarakat
setempat/komunitas. Definisi masyarakat sifatnya lebih umum dan lebih luas, sedangkan definisi
masyarakat setempat lebih terbatas dan juga dibatasi oleh area kawasan serta sejumlah warganya.
Ditinjau dari aktivitas hubungannya dan persatuan lebih erat masyarakat setempat dibandingkan
dengan masyarakat.
Lebih lanjut dalam kehidupan masyarakat, Ferdinand Tonnies (Effendi, 2010: 65) mengemukakan
pemnbagian masyarakat dengan sebutan masyarakat gemainchaft dan geselshaft. Masyarakat
gemainchaft atau disebut juga paguyuban adalah kelompok masyarakat dimana anggotanya sangat
terikat secara emosional dengan yang lainnya dan biasanya cenderung sebagai refleksi masyarakat
pedesaan. Sedangkan masyarakat geselshaft atau patembeyan ikatan-ikatan diantara anggota
anggotanya kurang kuat dan bersifat rasional, biasanya cenderung sebagai refleksi masyarakat
perkotaan.
2.4 Dilema antara Kepentingan Individu dan Kepentingan Sosial
Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial selalu terdiri dari dua kepentingan, yaitu ke
pentingan individu yang termasuk kepentingan keluarga, kelompok atau golongan dan kepentingan
masyarakat yang termasukke pentingan rakyat . Dalam diri manusia, kedua kepentingan itu satu
sama lain tidak dapat dipisahkan. Apabila salah satu kepentingan tersebut hilang dari diri manusia,
akan terdapat satu manusia yang tidak bisa membedakan suatu kepentingan, jika kepentingan
individu yang hilang dia menjadi lupa pada keluarganya, jika kepentingan masyarakat yang
dihilangkan dari diri manusia banyak timbul masalah kemasyarakatan contohnya korupsi. Inilah yang
menyebabkan kebingungan atau dilema manusia jika mereka tidak bisa membagi kepentingan
individu dan kepentingan masyarakat.Persoalan pengutamaan kepentingan individu atau
masyarakat ini memunculkan dua pandangan yang berkembang menjadi paham/aliran bahkan
ideologi yang dipegang oleh suatu kelompok masyarakat. Adapun Ariska mengemukakan dua
pandangan yaitu pandangan individualisme dan pandangan sosialisme. Untuk mengetahui lebih
lanjut, berikut kami sajikan uraian berikut.
Pandangan Individualisme
Individualisme berpangkal dari konsep bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk individu
yang bebas. Paham ini memandang manusia sebagai makhluk pribadi yang utuh dan lengkap
terlepas dari manusia yang lain. Pandangan individualisme berpendapat bahwa kepentingan
individulah yang harus diutamakan. Yang menjadi sentral individualisme adalah kebebasan seorang
individu untuk merealisasikan dirinya. Paham individualisme menghasilkan ideologi liberalisme.
Paham ini bisa disebut juga ideologi individualisme liberal.
Paham individualisme liberal muncul di Eropa Barat (bersama paham sosialisme) pada abad ke 18-
19. Yang dipelopori oleh Jeremy Betham, John Stuart Mill, Thomas Hobben, John Locke, Rousseau,
dan Montesquieu. Beberapa prinsip yang dikembangkan ideologi liberalisme adalah sebagai berikut:
a.       Penjaminan hak milik perorangan. Menurut paham ini, pemilikan sepenuhnya berada pada
pribadi dan tidak berlaku hak milik berfungsi sosial, Mementingkan diri sendiri atau kepentingan
individu yang bersangkutan.
b.      Pemberian kebebasan penuh pada individu. Persaingan bebas untuk mencapai kepentingannya
masing-masing.Kebebasan dalam rangka pemenuhan kebutuhan diri bisa menimbulkan persaingan
dan dinamika kebebasan antar individu. Menurut paham liberalisme, kebebasan antar individu
tersebut bisa diatur melalui penerapan hukum. Jadi, negara yang menjamin keadilan dan kepastian
hukum mutlak diperlukan dalam rangka mengelola kebebasan agar tetap menciptakan tertibnya
penyelenggaraan hidup bersama.
Pandangan Sosialisme
Paham sosialisme ditokohi oleh Robert Owen dari Inggris (1771-1858), Lousi Blanc, dan Proudhon.
Pandangan ini menyatakan bahwa kepentingan masyarakatlah yang diutamakan. Kedudukan
individu hanyalah objek dari masyarakat. Menurut pandangan sosialis, hak-hak individu sebagai hak
dasar hilang. Hak-hak individu timbul karena keanggotaannya dalam suatu komunitas atau
kelompok.
Sosialisme adalah paham yang mengharapkan terbentuknya masyarakat yang adil, selaras, bebas,
dan sejahtera bebas dari penguasaan individu atas hak milik dan alat-alat produksi. Sosialisme
muncul dengan maksud kepentingan masyarakat secara keseluruhan terutama yang tersisih oleh
system liberalisme, mendapat keadilan, kebebasan, dan kesejahteraan. Untuk meraih hal tersebut,
sosialisme berpandangan bahwa hak-hak individu harus diletakkan dalam kerangka kepentingan
masyarakat yang lebih luas. Dalam sosialisme yang radikal/ekstem (marxisme/komunisme) cara
untuk meraih hal itu adalah dengan menghilangkan hak pemilikan dan penguasaan alat-alat produksi
oleh perorangan. Paham marxisme/komunisme dipelopori oleh Karl Marx (1818-1883).
Paham individualisme liberal dan sosialisme saling bertolak belakang dalam memandang hakikat
manusia. Dalam Declaration of Independent Amerika Serikat 1776, orientasinya lebih ditekankan
pada hakikat manusia sebagai makhluk individu yang bebas merdeka, manusia adalah pribadi yang
memiliki harkat dan martabat yang luhur. Sedangkan dalam Manifesto Komunisme Karl Marx dan
Engels, orientasinya sangat menekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk sosial semata.
Menurut paham ini manusia sebagai makhluk pribadi yang tidak dihargai. Pribadi dikorbankan untuk
kepentingan negara.
Dari kedua paham tersebut terdapat kelemahannya masing-masing. Individualisme liberal dapat
menimbulkan ketidakadilan, berbagai bentuk tindakan tidak manusiawi, imperialisme, dan
kolonialisme, liberalisme mungkin membawa manfaat bagi kehidupan politik, tetapi tidak dalam
lapangan ekonomi dan sosial. Sosialisme dalam bentuk yang ekstrem, tidak menghargai manusia
sebagai pribadi sehingga bisa merendahkan sisi kemanusiaan. Dalam negara komunis mungkin
terjadi kemakmuran, tetapi kepuasan rohani manusia belum tentu terjamin.
Negara indonesia yang berfilsafahkan pancasila, hakikat manusia dipandang memiliki sifat pribadi
sekaligus sosial secara seimbang. Menurut filsafat pancasila, manusia adalah makhluk individu
sekaligus makhluk sosial, yang secara hakikat bahwa kedudukan manusia sebagai makhluk individu
sekaligus makhluk sosial. Bangsa indonesia memiliki prinsip penempatan kepentingan bersama
diatas kepentingan pribadi dan golongan. Demi kepentingan bersama tidak dengan mengorbankan
hak-hak dasar setiap warga negara.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia sebagai mahluk individu artinya manusia merupakan satu kesatuan antara jasmani dan
rohani. Seseorang dikatakan sebagai individu apabila kedua unsur tersebut menyatu dalam dirinya.
Selain sebagai makhluk individu juga, manusia adalah makhluk sosial. Salah satunya dikarenakan
pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain yang satu
sama lain saling membutuhkan. Untuk menjadi pribadi yang bermakhluk sosial setiap individu
dihadapkan dengan sosialisasi, yaitu suatu proses dimana seseorang belajar menjadi seorang
anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
Adapun yang dimaksud masyarakat setempat atau komunitas berbeda dengan masyarakat.
Masyarakat sifatnya lebih umum dan lebih luas, sedang masyarakat setempat lebih terbatas dan
juga dibatasi oleh kawasan tertentu. Namun ditinjau dari aktivitas hubungannya dan persatuannya
lebih erat pada masyarakat setempat dibandingkan dengan masyrakat.
Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial selalu dihadapkan oleh dua kepentingan yaitu
kepentingan individu dan sosial. Persoalan pengutamaan kepentingan individu atau masyarakat ini
memunculkan dua pandangan yang berkembang yaitu pandangan individualisme dan pandangan
sosialisme. Sebetulnya kedua kepentingan tersebut tidak dapat dipisahkan dan bukanlah pilihan.
3.2 Saran
Sejalan dengan kesimpulan diatas, penulis merumuskan saran sebagai berikut.
Setiap individu hendaknya sadar bahwa mereka adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial,
sehingga mereka mampu menghargai satu sama lain dalam arti tidak mengambil hak orang lain
ketika bertindak sebagai makhluk sosial dan sebaliknya.
Dalam upaya pendidikan hendaknya para pendidik harus menghormati keindividualitasan,
karakteristik, keunikan dan kepribadian anak. pendidikan tidak boleh memaksa anak untuk
mengikuti dan menuruti segala kehendaknya, karena dalam diri anak ada suatu prinsip
pembentukan dan pengembangan yang ditentukan oleh dirinya sendiri.
Pembentukan proses sosialisasi pada anak dalam interaksi sosial hendaknya harus didukung oleh
semua pihak. Keluarga, lingkungan masyarakat juga tenaga pendidik harus membantu
menstimulasinya.
Kesempatan berinteraksi akan sangat dibutuhkan oleh anak dalam bersosialisasi dengan orang lain.
Hendaknya kita sebagai calon guru dan calon ibu harus sadar bahwa pemberitahuan, pemberian
contoh dan pembiasaan sangat penting dan dibutuhkan dalam bersosialisasi dengan orang lain
dimasyarakat.

Anda mungkin juga menyukai