Anda di halaman 1dari 3

Farmakoterapi

I (Asma)
4 proses dalam respirasi yaitu:
 Ventilasi paru: pergerakan udara masuk dan keluar paru-paru sehingga gas-gas yang
ada di sana terus berubah dan disegarkan (biasa disebut pernapasan).
 Respirasi eksternal: pergerakan oksigen dari paru-paru ke darah dan karbon dioksida
dari darah ke paru-paru.
 Pengangkutan gas pernapasan: pengangkutan oksigen dari paru-paru ke sel-sel
jaringan tubuh, dan karbon dioksida dari sel-sel jaringan ke paru-paru. Transportasi
ini dicapai dengan sistem kardiovaskular menggunakan darah sebagai cairan
pengangkut.
 Respirasi internal: pergerakan oksigen dari darah ke sel jaringan dan karbondioksida
dari sel jaringan untuk darah.
Inspirasi:
Menghirup udara ke paru-paru. Ini disebabkan oleh kontraksi otot diafragma dan otot
interkostalis eksternal. Dengan kontraksi otot diafragma, Diafragma berbentuk kubah
menjadi rata, sehingga volume meningkat secara anteroposterior. Oleh Kontraksi otot
interkostal eksternal, tulang rusuk bergerak maju dan turun begitu volume rongga dada
meningkat. Akhirnya, dengan kontraksi ini Volume otot meningkat dan kemudian 75%
udara masuk ke paru-paru.
Ekspirasi:
Menghembuskan udara ke luar paru-paru. Ini dilakukan dengan relaksasi otot diafragma
dan otot interkostal eksternal. Dengan relaksasi otot diafragma menjadi berbentuk kubah,
jadi, volume rongga dada menurun. Dengan relaksasi otot interkostal eksternal, tulang
rusuk bergerak ke posisi semula, sehingga volume rongga dada berkurang dan udara akan
keluar di luar.
Macam-macam Volume Paru:
Volume dan kapasitas paru dalam keadaan statis terdiri dari:
 Volume tidal (TV) ,Volume tidal adalah volume udara yang masuk dan keluar
paru-paru pada keadaan istirahat atau pernapasan biasa (0,5 L)
 Volume cadangan inspirasi/Inspiratory Reserve Volume (IRV),Volume cadangan
inspirasi adalah jumlah udara yang masih dapat dihirup ke dalam paru secara
maksimal setelah inspirasi biasa (3,3 L)
 Volume cadangan ekspirasi/Expiratory Reserve Volume (ERV),Volume cadangan
ekspirasi adalah jumlah udara yang masih dapat dihembuskan keluar dari paru
setelah ekspirasi biasa (1L)
 Volume residu/Residual Volume (RV),Volume residu adalah jumlah udara yang
masih tertinggal di dalam paru setelah ekspirasi maksimal. Volume residu ini
mengakibatkan paru akan mengapung bila dimasukkan ke dalam air. Udara sisa
ini berperan sebagai udara cadangan serta mencegah terjadinya perubahan kondisi
udara alveoli secara ekstrem. Apabila telah diketahui niai FRC maka RV
diperoleh dengan persamaan: RV = FRC - ERV (1,2 L)
Pengertian Asma:
 Asma merupakan penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran nafas yang ditandai
adanya mengi episodik, batuk dan rasa sesak di dada akibat penyumbatan saluran
nafas, termasuk dalam kelompok penyakit pernafasan kronik (Depkes RI, 2008)
 Menurut National Asthma Education and Prevention Program (NAEPP) (2007),
asma didefinisikan sebagai penyakit inflamasi kronik pada paru yang dicirikan oleh
obstruksi saluran napas yang bersifat reversibel, inflamasi jalan napas, peningkatan
respon jalan napas terhadap berbagai rangsangan
 Asma adalah penyakit heterogenik dengan karakteristik terjadi inflamasi kronik pada
sistem pernapasan (GINA, 2018)
Patofisiologi Asma:
 Jalur Imunologi
Masuknya alergen ke dalam tubuh akan diolah oleh APC (Antigen Presenting Cells),
kemudian hasil olahan alergen akan dikomunikasikan kepada sel T (Th2). Sel Th2
yang akan memberikan intruksi melalui interleukin atau sitokin agar sel-sel plasma
membentuk IgE, sel-sel radang lain seperti mastosit, makrofag, sel epitel, eosinofil,
neutrofil, trombosit serta limfosit untuk mengeluarkan mediator inflamasi seperti
histamin, prostaglandin (PG), leukotrien (LT), platelet activating factor (PAF),
bradikinin, tromboksin (TX), dan lain-lain. Sel-sel ini bekerja dengan
mempengaruhi organ sasaran yang dapat menginduksi kontraksi otot polos saluran
pernapasan sehingga menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding vaskular,
edema saluran napas, infiltrasi sel-sel radang, hipersekresi mukus, keluarnya plasma
protein melalui mikrovaskuler bronkus dan fibrosis sub epitel sehingga
menimbulkan hipereaktivitas saluran napas (Yudhawati dkk, 2017)
 Jalur Saraf Otonom
- Terdapat keterlibatan sistem saraf otonom pada jalur non-alergik dengan hasil
akhir berupa inflamasi dan hipereaktivitas saluran napas.
- Inhalasi alergen akan mengaktifkan sel mast intra lumen, makrofag alveolar,
nervus vagus dan juga epitel saluran napas. Reflek bronkus terjadi karena adanya
peregangan nervus vagus, sedangkan pelepasan mediator inflamasi oleh sel mast
dan makrofag akan membuat epitel jalan napas lebih permeabel dan
memudahkan alergen masuk ke dalam submukosa, sehingga meningkatkan reaksi
yang terjadi.
- Reflek saraf memegang peranan pada reaksi asma yang tidak melibatkan sel
mast. Ujung saraf eferen vagal mukosa yang terangsang menyebabkan dilepasnya
neuropeptid sensorik senyawa P, neurokinin A dan calcitonin Gene-Related
Peptide (CGRP). Neuropeptida itulah yang menyebabkan terjadinya
bronkokontriksi, edema bronkus, eksudasi plasma, hipersekresi lendir, dan
aktivasi sel-sel inflamasi
Tanda dan Gejala:
Penanda utama untuk mendiagnosis adanya asma antara lain :
1. Mengi pada saat menghirup nafas.
2. Riwayat batuk yang memburuk pada malam hari, dada sesak yang terjadi berulang
dan nafas tersenggal-senggal.
3. Hambatan pernafasan yang reversible secara bervariasi selama siang hari.
4. Adanya peningkatan gejala pada saat olahraga, infeksi virus, eksposur terhadap
allergen dan perubahan musim.
5. Terbangun malam-malam dengan gejala seperti di atas
Diagnosa Asma:
 Diagnosis asma adalah berdasarkan gejala yang bersifat episodik, pemeriksaan
fisiknya dijumpai napas menjadi cepat dan dangkal dan terdengar bunyi mengi pada
pemeriksaan dada (pada serangan sangat berat biasanya tidak lagi terdengar mengi,
karena pasien sudah lelah untuk bernapas). Dan yang cukup penting adalah
pemeriksaan fungsi paru, yang dapat diperiksa dengan spirometri.
 Spirometri adalah mesin yang dapat mengukur kapasitas vital paksa (KVP) dan
volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1). Pemeriksaan ini sangat tergantung
kepada kemampuan pasien sehingga diperlukan instruksi operator yang jelas dan
kooperasi pasien. Untuk mendapatkan nilai yang akurat, diambil nilai tertinggi dari
2-3 nilai yang diperiksa. Sumbatan jalan napas diketahui dari nilai VEP1 < 80% nilai
prediksi atau rasio VEP1/KVP < 75% (Depkes, 2007).
 Peak expiratory flow/volume ekspirasi paksa dapat diukur menggunakan alat Peak
flow meter/PFM yang merupakan alat penunjang diagnosis dan monitoring asma.
 Peak flow meter merupakan perangkat portabel untuk mengukur banyaknya udara
yang keluar dari paru-paru atau peak expiratory flow  rate (PEFR). PEFR sendiri
merupakan jumlah udara yang dikeluarkan dengan cepat dari paru-paru dalam satu
tarikan napas

Anda mungkin juga menyukai