Anda di halaman 1dari 24

KASUS

Tn. K berumur 70 tahun dating ke IGD RSUD Seragen. Keadaan saat di IGD RSUD Seragen,
mengeluh nyeri dada sebelah kiri, seperti di tusuk-tusuk dan diperas, dirasakan hilang pinggul
dengan skala 6, sesak nafas dirasakan sejak 3 hari yang lalu dan kambuh-kambuhan, dada
ampeg, nafas berat, pusing, badan lemas, mudah lelah saat beraktivitas dan nyeri ulu hati, BAK
keluar hanya sedikit klien khawatir penyakit hipertensinya bertambah parah.

STEP 1 (Mencari kata asing)


1. Dada ampeg
2. Nafas berat
3. Nyeri ulu hati
STEP 2 (Menjawab kata asing)
1. Dada ampeg adalah dada terasa sesak.
2. Nafas berat adalah kesulitan bernafas.
3. Nyeri ulu hati adalah gejala utama dari tukak lambung (luka pada lambung) dan tukak
dua denum (usus dua belas jari).
STEP 3 (Membuat pertanyaan)
1. Kenapa pada penyakit gagal jantung sering mengalami sesak nafas?
2. Apa penyebab gagal jantung?
STEP 4 (Menjawab pertanyaan)
1. Karena otot jantung tidak mampu memompa darah sebagaimana mestinya.
2. Kesulitan bernafas, kelelahan berlebihan terutama setelah beraktivitas, pembengkakakn
di beberapa bagian tubuh, terlalu sering buang air kecil di malam hari, pusing, palpitasi,
batuk kering, perut kembung dan mual.
STEP 5 (Learning Object)
Decompensasi cordis (DC) / Gagal Jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung pompa
tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan (Price, 1994: 583). 

Pengertian lain menyebutkan bahwa dekompensasi cordis (DC) / Gagal jantung adalah
ketidakmampuan jantung memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme dan
kebutuhan oksigen jaringan (Doenges, 2000: 48). 

Decompensasi cordis (DC) / Gagal jantung gagal jantung adalah suatu keadaan ketika jantung
tidak mampu mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun tekanan
vena normal (Muttaqin, 2012).
Decompensasi cordis (DC) / gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala)
yang ditandai dengan sesak nafas dan fatik saat istirahat atau saat aktivitas yang disebabkan oleh
kelainan struktur atau fungsi pada jantung (Nurarif dan Kusuma, 2013).

Gagal jantung adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami kegagalan dalam memompa
darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien dan okseigen secara adekuat
(Udjiati, 2013).

Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dekompensasi cordis / yang sering
disingkat dengan DC merupakan keadaan jantung yang sudah tidak mampu lagi memompa darah
sesuai dengan kebutuhan tubuh.   

1. Klasifikasi :

Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan pemompaan, gagal jantung terbagi :

1. Gagal Jantung Kiri

Pada gagal jantung kiri terjadi dyspneu d’effort, fatigue, orthopnea dispnea nocturnal
paroksismal, batuk, pembesaran jantung, irama derap, ventricular heaving, bunyi derap S3 dan
S4, pernafasan cheyne stokes, takikardi, pulsusu alternans, ronkhi dan kongesti vena pulmonalis.

2. Gagal Jantung Kanan

Pada gagal jantung kanan timbul edema, liver engorgement, anoreksia, dan kembung. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan hipertrofi jantung kanan, heaving ventrikel kanan, irama derap
antrium kanan, murmur, tanda-tanda penyakit paru kronik, tekanan vena jugularis meningkat,
bunyi P2 mengeras, asites, hidrothoraks, peningkatan tekanan vena, hepatomegali dan pitting
edema.

3. Gagal Jantung Kongestif

Pada gagal jantung kongestif terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri dan kanan. 

New York Heart Association (NYHA) membuat klafisikasi fungsional dalam 4 kelas :

 Kelas 1 : Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tanpa keluhan


 Kelas 2 : Bila paien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari aktifitas sehari tanpa
keluhan.
 Kelas 3 : Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan
 Kelas 4 : Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun dan harus tirah
baring. (Nanda, 2012 : 108)
2. Etiologi

Menurut Price (1994:584) decompensasi cordis adalah sebagai berikut:

1. Kelainan mekanis.

a. Peningkatan beban tekanan

 Sentral (stenosis aorta dan sebagainya) 


 Perifer (hipertensi sistemik dan sebagainya)   

b. Peningkatan beban volume (regurgitasi katub, pirau, peningkatan beban awal dan sebagainya)

c. Obstruksi terhadap pengisian ventrikel (stenosis mitralis atau trikus pidalis).

d. Tamponade perikardium.

e. Restriksi endokardium atau miokardium.

f. Aneurisme ventrikel.

g. Dis sinergi ventrikel.  

2. Kelainan miokardium

a. Primer

 Kardiomiopati.
 Miokarditis.
 Kelainan metabolik.
 Toksisitas, (alkohol, obat dan sebagainya).
 Presbikardia. 

b. Kelainan dis-dinamik sekunder (sekunder terhadap kelainan mekanis) .

 Kekurangan oksigen (penyakit jantung koroner).


 Kelainan metabolik.
 Inflamasi.
 Penyakit sistemik.
 Penyakit paru obstruktif menahun.

3. Berubahnya irama jantung atau urutan konduksi.

a. Henti jantung.
b. Fibrilasi.

c. Takikardi atau bradikardi yang berat.

d. Asinkronisasi listrik, gangguan konduksi.

3. Patofisiologi

Patofisiologi decompensasi cordis/ gagal jantung menurut Price (1994: 583) adalah sebagai
berikut:

1. Gagal jantung kiri

Kegagalan dari pemompaan oleh ventrikel kiri mengakibatkan curah jantung menurun. Akibat ke
depan menimbulkan gejala kelemahan atau kelelahan. Sedangkan akibat ke belakang
mengakibatkan toleran dan volume akhir diastole meningkat sehingga terjadi bendungan vena
pulmonalis, kemudian terjadi di paru-paru. Akibat adanya sisa tekan di ventrikel kiri
mengakibatkan rangsang hipertrofi sel yang menyebabkan kardiomegali. Beban atrium kiri
meningkat dan akhirnya terjadi peningkatan beban vena pulmonalis, kemudian mendesak paru-
paru dan akhirnya terjadi oedema. Hemoptisis dapat terjadi pada dekompensasi kordis karena
dinding kapiler jantung sangat tipis dan rentan sehingga dapat mengakibatkan perdarahan. 

2. Gagal jantung kanan

Gangguan pompa ventrikel kanan mengakibatkan aliran darah ke paru-paru menurun ada
akhirnya curah jantung menurun. Tekanan dan volume akhir diastole ventrikel meningkat
sehingga terjadi bendungan di atrium kanan yang mengakibatkan bendungan vena kava. Akibat
bendungan di vena kava maka aliran vena hepatikum, vena dari lien terbendung akhirnya timbul
hepatosplenomegali, asites, edema perifer terutama kaki.   
Gagal jantung kanan
Pathway
4. Manifestasi klinis

Klasifikasi fungsional dari the new york heart association umum dipakai untuk menyatakan
hubungan antara awal gejala dan derajat latihan fisik yaitu:

 Kelas I  : Bila klien dapat melakukan aktivitas berat tanpa keluhan.


 Kelas II : Bila klien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas sehari-hari
tanpa keluhan.
 Kelas III: Bila klien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan.
 Kelas IV: Bila klien sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas apapun, klien harus tirah
baring.

Adapun tanda dan gejalanya menurut Chung (1995: 234-236) adalah sebagai berikut:

1. Kelelahan/ kelemahan.
2. Dispnea. 
3. Ortopne.
4. Dispnue nokturia paroksimal.
5. Batuk.
6. Nokturia.
7. Anoreksia.
8. Nyeri kuadran kanan atas.
9. Takikardia.
10. Pernapasan cheyne-stokes.
11. Sianosis.
12. Ronkhi basah
13. Peninggian tingkat pulsasi vena jugularis.
14. Hepatosplenomegali.
15. Asites.
16. Edema perifer 

5. Pemeriksaan Penunjang

Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa adalah
sebagai berikut :

1. Ekikardiografi       : untuk mmperkirakan ukuran dan fungsi ventrikel kiri


2. Rontgen dad          : untuk menunjukkan adanya hipertensi vena, edema paru atau
kardiomegali
3. Elektrokardiografi : untuk melihat adanya perubahan kalium setelah pemakaian duretik.
(Muttaqin, 2009 : 216)
6. Penatalaksanaan

1. Pemberian oksigen

Pemberian oksigen terutama pada klien gagal jantung disertai dengan edema paru. Pemenuhan
oksigen akan mengurangi kebutuhan miokardium dan membantu memenuhi kebutuhan oksigen
tubuh.

2. Terapi nitrat dan vasodilatasi

Penggunaan nitrat baik secara akut maupun kronis tengah didukung dalam pelaksanaan gagal
jantung. Dengan menyebabkan vasodilatasi perifer, jantung diunloaded (penurunan afterload),
pada peningkatan curah jantung lanjut penurunan pulmonary arteri wedge pressure (pengukuran
yang menunjukkan derajat kongesti vaskuler pulmonal dan beratnya gagal ventrikel kiri), serta
penurunn pada O2 miokard.

3. Diuretik

Akan menurunkan preload dan kerja jantung, diuretik memiliki efek antihipertensi dengan
meningkatkan pelepasan air dan garam natrium. Hal ini menyebabkan penurunan volume cairan
dan merendahkan tekanan darah.

4. Diuretik kuat

Bekerja dengan ansa nenle dengan menghambat transportasi klorida terhadap natrium terhadap
sirkulasi (menghambat reabsorbsi natrium pasif).

7. Komplikasi

Adapun Komplikasi yang bisa ditimbulkan dari decompensasi cordis ialah sebagai berikut :

1. Syok kardiogenik
2. Aritmia
3. Ruptur miokard
4. Kematian

ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. K
Usia : 70 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Pernikahan : Sudah menikah
Alamat : Sragen
Suku : Jawa
Agama : Islam
Diagnosa Medis : Dekompensasi Kordis
No.RM : 666
Ruangan : Kartika
Tanggal Masuk :
Tanggal Pengkajian :
B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. K
Usia : 60
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : PNS
Hubungan dengan pasien : Istri pasien
C. RIWAYAT KESEHATAN
 KeluhanUtama
Dengan mengeluh sesak nafas dirasakan sejak 3 hari yang lalu dan kambuh-kambuhan.
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Dengan keluhan sesak nafas dirasakan sejak 3 hari yang lalu dan kambuh-kambuhan,
dada ampeg, nafas berat, pusing, badan lemas, BAK keluar hanya sedikit klien khawatir
penyakit hipertensinya bertambah parah.
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat penyakit dahulu yaitu riwayat hipertensi sejak 5 tahun terakhir dan pernah
dirawat di rumah sakit dengan keluhan yang sama.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Didalam keluarga mempunyai riwayat penyakit hipertensi
D. PEMERIKSAAN FISIK
 Kesadaran Pasien
Compos Mentis
 Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 200/150mmHg
Nadi : 115x/menit
Suhu : 36,1̊C
Respirasi : 32x/menit
 Keadaan Umum
Pasien tampak sakit sedang
 KeadaanSpesifik

Kepala

Kepala bentuk normocephal, rambut warna hitam keputihan, distribusi merata dan tidak mudah
rontok, deformitas (-), krepitasi (-), danbekasluka (-)
Mata
Alis hitam, distribusi merata, kelopak mata tidak edema, bulu mata kedepan normal,
eksopthalmus (-), endothalmus (-), konjungtivapucat -/-, skleraikterik -/-
Hidung
Tidak ada kelainan, tulang dalam perabaan normal krepitasi (-), deformitas (-), sekret(-)
Telinga
Simetris kiri dan kanan, meatus acusticuseksternus normal, sekretdaritelinga (-), pendengaran
normal, tinitus (-)
Mulut
Mukosa kering (-), karies (-), lidahkotor (-) perdarahangusi (-), dan tonsil tidak membesar
Leher
Pembesaran KGB (-) JVP meningkat (5 ± 3 mmHg)
Abdomen :
– Inspeksi
Bentuk datar soefl, bekasluka (-) benjolan (-) pelebaran pembuluhdarah (-)
–Auskultasi
Bisingusus (+) normal
– Perkusi
Timpani di seluruh lapang abdomen, ukuran hepar normal
–Palpasi Nyeri tekan
Superfisial dan profunda
(-), palpasihepar, lien, dan ginjal tidak ada pembesaran, asites (-)
Ekstremitas
: Akral hangat, CRT < 2”, edema tungkai+/+
DATA FOKUS
Tn. K
DX Medis DECOMPENSASI CORDIS
DS DO
 Pasien mengeluh sesak nafas  Tanda-Tanda Vital
dirasakan sejak 3 hari yang lalu dan
 Tekanan Darah : 200/150mmHg
kambuh-kambuhan, dada ampeg,
nafas berat. warna kulit pasien  Nadi : 115x/menit
terlihat pucat.  Suhu : 36,1̊C
 Pasien mengeluh nyeri dada sebelah
kiri, seperti ditusuk tusuk dan  Respirasi : 32x/menit
diperas.  Pasien tampak mringis
 Pasien mengatakan pusing, badan
 P : Saat beraktivitas.
lemas dan mudah lelah saat
beraktivitas.  Q : Seperti ditusuk tusuk dan diperas.
 R : Didada sebelah kiri.
 S : Skala 6.
 T : 10 detik.

 Perubahan afterload
 Warna kulit pucat

A. ANALISIS DATA

DATA PROBLEM ETIOLOGI


DS Pola nafas tidak Hambatan upaya
 Pasien mengeluh sesak nafas dirasakan sejak 3 efektif nafas. ( ditandai
hari yang lalu dan kambuh-kambuhan, dada dengan
ampeg, nafas berat. warna kulit pasien terlihat
pucat. penggunaan otot
bantu pernafasan)
DO
 Pasien terlihat menggunakan tambahan otot
pernafasan
 Pola nafas abnormal.
 RR 32x/menit
DS Nyeri akut Agen pencendera
 Pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri, seperti fisiologis
ditusuk tusuk dan diperas. ( iskemia)

DO

 Pasien tampak mringis


 P : Saat beraktivitas.
 Q : Seperti ditusuk tusuk dan diperas.
 R : Didada sebelah kiri.
 S : Skala 6.
 T : 10 detik.
DS Penurunan curah Perubahan
 Pasien mengatakan pusing, badan lemas dan jantung afterload
mudah lelah saat beraktivitas.
DO
 Perubahan afterload
 Tekanan Darah : 200/150mmHg
 Warna kulit pucat

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b.d Hambatan upaya nafas. ( ditandai dengan penggunaan
otot bantu pernafasan).
2. Nyeri akut b.d Agen pencendera fisiologis ( iskemia).
3. Penurunan curah jantung b.d Perubahan afterload.

INTERVENSI
Nama Tn. K
DX Medis : Deskompensasi Kardis

N DX KEPERAWATAN TUJUAN dan KH INTERVENSI


O
1. Pola nafas tidak efektif b.d Setelah dilakukan tindakan  Monitor
Hambatan upaya nafas
keperawatan selama 3x24 jam TTV.
( ditandai dengan penggunaan
otot bantu pernafasan). diharapkan pasien dapat  Anjurkan
menunjukkan keefektifan pola pasien untuk
nafas. istirahat dan
KH nafas dalam.
 Pasien dapat bernafas  Posisikan
dengan baik tanpa pasien untuk
menggunakan otot memaksimal
bantu bantu kan ventilasi.
pernafasan.  Auskultasi
 Pasien tidak mengeluh suara nafas,
sesak nafas dan tidak cacat adanya
ada suara nafas suara nafas
tambahan. tambahan.
 TTV dalam rentang  Kolaborasi
normal dengan
Tekanan Darah : 120/80 dokter
mmHg pemberian
Nadi : 115x/menit O2 nasa
Suhu : 36,1̊C kanul 6
Respirasi : 18-20x/menit liter/menit.
2. Nyeri akut b.d Agen Setelah dilakukan tindakan  Lalukan
pencendera fisiologis
keperawatan selama 3x24 jam pengkajian
( iskemia).
diharapkan pasien nyeri nyeri secara
dapat teratasi dengan KH komprehensif
 Mampu mengontrol termasuk
nyeri. lokasi,
 Mampu mengenal karakteristik,
nyeri ( skala nyeri, durasi,
intensitas, frekuensi, frekuensi,
dan tanda nyeri) kualitas, dan
 Menyatakan rasa faktor
nyaman setelah nyeri presipitasi.
berkurang.  Monitor
 TTV dalam rentang TTV.
normal.  Kontrol
lingkungan
yang dapat
mempengaru
hi nyeri
seperti suhu
ruangan,
pencahayaan,
dan
kebisingan.
 Ajarkan
tentang
teknik
nonfarmakol
ogi : nafas
dalam,
relaksasi,
distraksi,
kompres
hangat/dingin
.
 Kolaborasika
n dengan
dokter dalam
pemberian
analgesic
untuk
mengurangi
nyeri.
3. Penurunan curah jantung b.d Setelah dilakukan tindakan  Evaluasi
Perubahan afterload.
keperawatan selama 3x24 jam adanya nyeri
diharapkan penurunan dada
kardiakoutput klaen teratasi  Catat adanya
dengan KH disritmia
 Tanda tanda vital jantung
normal  Monitor
 Dapat mentoleransi status
aktivitas, dan tidak pernafasan
ada kelelahan yang
 Tidak ada penurunan menandakan
kesadaran gagal jantung
 Warna kulit normal  Atur periode
latihan dan
istirahat
untuk
menghindari
kelelahan
 Monitor
toleransi
aktivitas
pasien
 Monitor
frekuensi dan
irama
pernafasan
 Monitor suhu
, warna, dan
kelembapan
kulit
 Jelaskan pada
pasien tujuan
dari
pemberian
oksigen
 Kolaborasika
n dengan
dokter
pemberian
obat anti
aritmia,
inotropik
untuk
mempertahan
kan
kontraktilitas
jantung
 Minimalkan
stress
lingkungan
IMPLEMENTASI
Nama : Tn. K
DX Medis : Deskompensasi Kardis

TGL& NO DX IMPLEMENTASI RESPON PASIEN TTD


JAM
1. Pola nafas tidak  Memonitor TTV. S : Pasien
efektif b.d
 Menganjurkan pasien mengatakan lebih
Hambatan upaya
nafas ( ditandai untuk istirahat dan baik setelah
dengan penggunaan
nafas dalam. dilakukan
otot bantu
pernafasan).  Memposisikan pasien pemeriksaan TTV.
untuk memaksimalkan O: TTV:
ventilasi.  TD:
 Mengauskultasi suara 200/150mmH
nafas, catat adanya g
suara nafas tambahan.  Nadi :
 Kolaborasi dengan 115x/menit
dokter pemberian O2  Suhu : 36,1̊C
nasa kanul 6  Respirasi:
liter/menit. 32x/menit
S : Setelah istirhat
pasien mengatakan
lebih membaik.
O : Pasien tampak
lebih membaik.
S : Pasien
mengatakan lebih
nyaman dengan
lingkungannya.

O : Pasien tampak
lebih nyaman
S:-
O : pasien tampak
lebih nyaman dan
tidak terdengar
adanya bunyi nafas
tambahan
S : setelah di berikan
O2 pasien
mengatakan lebih
nyaman
O : pasien Nampak
lebih nyaman setelah
diberikan thrapy O2
2. Pola nafas tidak  Melalukan pengkajian S: -
efektif b.d
nyeri secara O:
Hambatan upaya
nafas ( ditandai komprehensif termasuk S : setelah di lakukan
dengan penggunaan
lokasi, karakteristik, pemeriksaan pasien
otot bantu
pernafasan). durasi, frekuensi, mengatakan lebih
kualitas, dan faktor baik
presipitasi. O : TTV :
 Memonitor TTV.  TD:
 Mengontrol lingkungan 200/150mmH
yang dapat g
mempengaruhi nyeri  Nadi :
seperti suhu ruangan, 115x/menit
pencahayaan, dan  Suhu : 36,1̊C
kebisingan.  Respirasi:
 Mengajarkan tentang 32x/menit
teknik
nonfarmakologi : nafas S : Pasien
dalam, relaksasi, mengatakan lebih
distraksi, kompres nyaman dengan
hangat/dingin. lingkungan nya
 Kolaborasikan dengan sekarang
dokter dalam O : pasien Nampak
pemberian analgesic lebih nyaman dengan
untuk mengurangi lingkungannya
nyeri. S : pasien
mengatakan lebih
nyaman setelah di
ajarkan teknik nafas
dalam
O : pasien mau
melaukan teknik
nafas dalam dengan
baik dan pasien
Nampak lebih
nyaman
S : pasien
mengatakan nyeri
berkurang setelah
meminum obat
analgesic
O : pasien tampak
lebih baik setelah di
berikan therapy
analgesic
3. Penurunan curah  Mengevaluasi adanya S:-
jantung b.d
nyeri dada O : setelah di
Perubahan afterload.
 Mencatat adanya lakukan pemeriksaan
disritmia jantung nyeri dada berkurang
 Memonitor status S:-
pernafasan yang O : ada nya disritmia
menandakan gagal jantung
jantung S: -
 Mengatur periode O : setelah di
latihan dan istirahat lakukan pemeriksaan
untuk menghindari pasien terlihat
kelelahan bernafas dengan
 Memonitor toleransi sesak
aktivitas pasien
 Memonitor frekuensi S:-

dan irama pernafasan O : pasien melakukan

 Memonitor suhu , latihan dan istirahat

warna, dan kelembapan dengan baik sesuai

kulit dengan yang diberi

 Menjelaskan pada tahu perawat

pasien tujuan dari S : pasien

pemberian oksigen mengatakan tidak


terlalu banyak
 Kolaborasikan dengan
melakukan aktivitas
dokter pemberian obat
O : aktivitas pasien
anti aritmia, inotropik
tampak teratur dan
untuk mempertahankan
tidak membuat
kontraktilitas jantung
kondisi pasien
 Meminimalkan stress
memburuk
lingkungan
S : pasien
mengatakan
pernafasan nya terasa
sedikit sesak
O :pasien Nampak
bernafas sesak
S : setelah di lakukan
pemeriksaan pasien
mngatakan lebih baik
O : Suhu : 36,1c
Warna kulit : elastis
Kelembapan kulit :
normal

S : pasien
mengatakan sudah
lebih baik setelah
adanya pemberian O2
O : pasien dan
keluarga pasien sudah
mengerti setelah
dijelaskan tujuan
pemberian O2 untuk
membantu kelancaran
pernafasan pasien
S : pasien
mengatakan lebih
baik
O : setelah di
lakukan pemberian
therapy pasien
Nampak lebih baik
S : pasien Nampak
lbih nyaman
O : lingkungan
pasien nampak
mendukung dan tidak
menimbulkan adanya
stress yang akan
membuat pasien tidak
nyaman

EVALUASI
Nama : Tn. K
DX Medis : Dekompensasi Kardis

Hari/Ta DX KEP EVALUASI TTD


nggal
1. Pola nafas tidak SSS :
efektif b.d
 Pasien mengatakan lebih baik setelah dilakukan
Hambatan upaya
nafas ( ditandai pemeriksaan TTV
dengan
penggunaan otot  Setelah istirhat pasien mengatakan lebih
bantu membaik.
pernafasan).
 Pasien mengatakan lebih nyaman dengan
lingkungannya
 setelah di berikan O2 pasien mengatakan lebih
nyaman
O:
 TTV:
- TD: 200/150mmHg
- Nadi : 115x/menit
- Suhu : 36,1̊C
- Respirasi: 32x/menit

 Pasien tampak lebih membaik


 Pasien tampak lebih nyaman
 Pasien tampak lebih nyaman dan tidak
terdengar adanya bunyi nafas tambahan
 Pasien Nampak lebih nyaman setelah diberikan
thrapy O2
A : Masalah Teratasi
P : Intervensi dihentikan

-
O:
A:
P:
2. Pola nafas tidak S:
efektif b.d
 Setelah di lakukan pemeriksaan pasien
Hambatan upaya
nafas ( ditandai mengatakan lebih baik
dengan
penggunaan otot  Pasien mengatakan lebih nyaman dengan
bantu lingkungan nya sekarang
pernafasan).
 Pasien mengatakan lebih nyaman setelah di
ajarkan teknik nafas dalam
 Pasien mengatakan nyeri berkurang setelah
meminum obat analgesic
O:
 TTV :
- TD: 200/150mmHg
- Nadi : 115x/menit
- Suhu : 36,1̊C
- Respirasi: 32x/menit
 Pasien tampak lebih nyaman dengan
lingkungannya
 Pasien mau melakukan teknik nafas dalam
dengan baik dan pasien tampak lebih nyaman
 Pasien tampak lebih baik setelah di berikan
therapy analgesic dan nyeri tampak berkurang
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi

3.Penurunan S: S :
curah jantung b.d
 Pasien mengatakan tidak terlalu banyak
Perubahan
afterload. melakukan aktivitas
 Pasien mengatakan pernafasan nya terasa
sedikit sesak
 Setelah di lakukan pemeriksaan pasien
mngatakan lebih baik
 Pasien mengatakan sudah lebih baik setelah
adanya pemberian O2
 Pasien mengatakan lebih baik
 Pasien tampak lebih nyaman
O:
 Setelah di lakukan pemeriksaan nyeri dada
berkurang
 Adanya distritmia jantung
 Setelah di lakukan pemeriksaan pasien terlihat
bernafas dengan sesak
 Pasien melakukan latihan dan istirahat dengan
baik sesuai dengan yang diberi tahu perawat
 Aktivitas pasien tampak teratur dan tidak
membuat kondisi pasien memburuk
 Pasien tampak bernafas sedikit sesak
 Suhu : 36,1c
Warna kulit : elastis
Kelembapan kulit : normal
 Pasien dan keluarga pasien sudah mengerti
setelah dijelaskan tujuan pemberian O2 untuk
membantu kelancaran pernafasan pasien
 Setelah di lakukan pemberian therapy pasien
tampak lebih baik
 Lingkungan pasien nampak mendukung dan
tidak menimbulkan adanya stress yang akan
membuat pasien tidak nyaman
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
O:
A:
P:

Anda mungkin juga menyukai