Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KOLIK ABDOMEN

DISUSUN OLEH :

MARTINA DWI KURNIASARI

(P27220018024)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA

2019/2020
KONSEP TEORI

A. Pengertian
Kolik abdomen merupakan salah satu keadaan darurat non trauma, dimana
seorang penderita oleh karena keadaan kesehatannya memerlukan pertolongan
secepatnya untuk dapat mencegah memburuknya keadaan penderita (Nettina, 2012).
kolik abdomen adalah suatu keadaan yang sangat membutuhkan pertolongan seseorang
tetapi tidak begitu berbahaya, karena kondisi penderita yang sangat lemah jadi penderita
sangat memerlukan pertolongan dengan segera (Bare, 2011).
Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
intestinal. Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya
aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal. (Reeves 2011)

B. Etiologi
Adapun yang menjadi penyebab dari kolik abdomen yaitu :
a. Secara mekanis :
1. Adhesi (pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang berdekatan
karena radang)
2. Karsinoma
3. Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus di
dalam usus)
4. Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati)
5. Polip (perubahan pada mukosa hidung)
6. Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau saluran)
b. Fungsional (non mekanik)
1. Ileus paralitik (Keadaan abdomen akut berupa kembung distensi
usus tidak dapat bergerak)
2. Lesi medula spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis yang
disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas)
3. Enteritis regional
4. Ketidak seimbangan elektrolit
5. Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah
karena ginjal tidak bekerja secara efektif) (Reeves, 2011).

C. Klasifikasi
a. Kolik abdomen visceral
Berasal dari organ dalam, visceral di mana intervasi berasal dari saraf
memiliki respon terutama terhadap distensi dan kontraksi otot, bukan karena
iritasi lokal, robekan atau luka karakteristik nyeri visceral diantaranya sulit
terlokalisir, tumpul, samar, dan cenderung beralih ke area dengan struktur
embrional yang sama.
b. Kolik abdomen alih
Nyeri yang dirasakan jauh dari sumber nyeri akibat penjalaran serabut
saraf (Reeves, 2011).

D. Tanda dan Gejala


1. Mekanika sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi,
muntah empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada
tinggi terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus minimal.
2. Mekanika sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit
atau tidak ada – kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush”
meningkat, nyeri tekan difus minimal.
3. Mekanika sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir,
kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan
difus minimal.
4. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn.
Gejalanya kram, nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.
5. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan
terlokalisir; distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus
menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi
berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar (Reeves,
2011). 

E. Patofisiologi
Obstruksi usus Akumulasi gas cairan didalam lumen sebelah proksimal dari
letak absorpsi Distensi Profilerasi bakteri yang berlangsung cepat Kehilangan H2O dan
elektrolit Tekanan infralumen Volume ECK Kehilangan cairan menuju ruang
peritoneum Syok hipovolemik Pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang nekotrik ke
dalam peritoneum dan sirkulasi sistemik Rasa nyeri pada abdomen Peritonitis sep
tikemia Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa
memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau
fungsional. Perbedaan utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik dihambat dari
permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat
kemudian intermiten akhirnya hilang. Limen usus yang tersumbat profesif akan
terenggang oleh cairan dan gas. Akumulasi gas dan cairan didalam lumen usus sebelah
proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan distensi dan kehilangan H2O dan
elektrolit dengan peningkatan distensi maka tekanan intralumen meningkat,
menyebabkan penurunan tekanan vena dan kapiler arteri sehingga terjadi iskemia
dinding usus dan kehilangan cairan menuju ruang peritonium akibatnya terjadi
pelepasan bakteri dan toksin dari usus, bakteri yang berlangsung cepat menimbulkan
peritonitis septik ketika terjadi kehilangan cairan yang akut maka kemungkinan terjadi
syok hipovolemik. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi
stranggulasi akan menyebabkan kematian. (Pice and Wilson, hal 404). Ileus obstruktif
merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya mekanik
yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan
penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus
terganggu. Akan terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan, pada
bagian proximal tempat penyumbatan, yang menyebabkan pelebaran dinding usus
(distensi). Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya
hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan gas makin
bertambah yang menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi
juga dapat mengenai seluruh panjang usus sebelah proximal sumbatan. Sumbatan ini
menyebabkan gerakan usus yang meningkat (hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah.
Sebaliknya juga terjadi gerakan anti peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadi serangan
kolik abdomen
F. Pathway
Obstruksi usus

akumulasi gas cairan didalam lumen

sebelah proksimal dari letak absorpsi

Distensi Profilerasi bakteri yang Kehilangan H2O


berlangsung cepat dan
elektrolit

Tekanan infralumen

Volume ECK

Kehilangan cairan menuju

ruang peritoneum Rasa nyeri

pada

abdomen

Pelepasan bakteri dan toksin

dari usus yang nekotrik ke dalam

peritoneum dan sirkulasi sistemik

Peritonitis sep tikemia

G. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik :  Tanda - tanda vital
b. Pemeriksaan abdomen : lokasi nyeri
c. Pemeriksaan rectal
d. Laboratorium : leokosit, HB
e. Sinar X abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus.
f. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau
lipatan sigmoid yang tertutup.
g. Penurunan kadar serium natrium, kalium dan klorida akibat muntah,
peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan
peningkatan kadar serum amilase karena iritasi pannkreas oleh lipatan
khusus.
h. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik

H. Penatalaksanaan Medis
a. Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
b. Terapi Na+, K+, komponen darah.
c. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial.
d. Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler.
e. Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus ke area
penyumbatan; selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan pasien
berbaring miring ke kanan.
f. Implementasikan pengobatan untuk syok dan peritonitis.
g. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi
kronik, ileus paralitik atau infeksi.
h. Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
i. Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu berisiko.
j. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi
usus dengan reseksi usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua.

https://doktersehat.com/diagnosis-dan-penatalaksanaan-kolik-abdomen/

I. Komplikasi
a. Kolik ureter ( tersumbatnya aliran-aliran dari ginjal ke usus )
b. Kolik biliaris
c. Kolik intestinal ( obstruksi usus, lewatnya isi usus yang terhalang )
d. Gangren
Gangren adalah borok yang disebabkan karena kematian sel/jaringan.
Gangren kandung empedu, saluran empedu dan pankreas diawali oleh
infeksi pada organ-organ tersebut.
e. Sepsis
Sepsis adalah menyebarnya agen infeksi (misalnya bakteri) ke seluruh tubuh
melalui peredaran darah. Sepsis berat dapat menimbulkan syok, dimana
tekanan darah turun.
f. Fistula
Fistula adalah saluran abnormal yang terbentuk antara dua organ. Batu
empedu mengerosi dinding kandung empedu atau salurang empedu,
menimbulkan saluran baru ke lambung, usus dan rongga perut.
g. Peritonitis
Peritonitis adalah radang rongga perut, disebabkan karena rongga perut yang
steril terkontaminasi oleh cairan empedu melalui suatu fistula ke rongga
perut.
h. Ileus
Ilues dapat terjadi karena batu menyumbat isi usus. Dapat terjadi bila batu
berukuran cukup besar.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Status :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Tanggal Masuk :
Tanggal Pengkajian :
No. RM :
Dx. Medis :

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Status :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Hubungan dengan pasien :
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan yang menyebabkan pasien datang ke rumah sakit
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit yang pernah di derita pasien
d. Riwayat pengobatan alergi
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Genogram
3. Pemeriksaan Fisik
a. Umum
Keadaan umum :
Kesadaran umum :
GCS : 14 meliputi E = , V = , M =
Tanda-tanda vital
TD : mmHg
Nadi : x/menit
RR : x/menit
Suhu : °C
SPO2 : %

b. Status Gizi
Antropometri TB : cm, BB : kg
Indeks Masa Tubuh (IMT) = BB/TB2(m)
=
Status Gizi =
Diit =

c. Pemeriksaan head to toe


1) Kepala dan Rambut
2) Mata
3) Hidung
4) Telinga
5) Gigi dan mulut
6) Jantung
7) Abdomen
8) Integumen
9) Genetalia
10) Ekstremitas
4. Pola Fungsional Gordon
a. Pola manajemen kesehatan – Persepsi kesehatan
1) Tingkat pengetahuan kesehatan / penyakit
2) Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
b. Pola nutrisi metabolik
1) Makanan
2) Cairan (minum)
c. Pola istirahat dan tidur
d. Pola eliminasi
e. Pola aktivitas dan latihan
f. Pola kognitif perseptual
g. Pola konsep diri
h. Pola toleransi stress koping
i. Pola reproduksi dan seksualitas
j. Pola hubungan peran
k. Pola hubungan peran
5. Pemeriksaan Penunjang
6. Program Terapi

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. gangguan pola tidur berhubungan dengan proses penyakit

C. Intervensi

No.
No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx
1 I Setelah dilakukan 1. Monitor Untuk mengetahui
tindakan keperawatan tingkat nyeri sejauh mana
selama 3 x 24 jam (lokasi, tingkat nyeri
diharapkan pasien dapat karakteristik, pasien dan
mengontrol nyeri durasi, perkembangan
dengan kriteria hasil : frekuensi, pasien.
- Mampu mengontrol dan faktor
nyeri pencetus) Untuk mengurangi
- Melaporkan nyeri serta monitor nyeri dan
berkurang dari 6 tanda-tanda meningkatkan rasa
menjadi 4 vital. nyaman
- Mampu mengenali
nyeri 2. Lakukan
- Menyatakan rasa tekhnik non Untuk
nyaman setelah nyeri farmakologi menginformasikan
berkurang dan TTV seperti nafas rasa nyeri pasien
normal dalam

3. Jelaskan pada
pasien dan
keluarga Untuk membantu
tentang sifat, mempercepat
penyebab, penyembuhan
karakteristik
nyeri, dan
kapan nyeri
berkurang.

4. Kolaborasi
dengan
dokter
tentang
pemberian
obat
analgetik.
2 Setelah dilakukan 1. Monitor tanda- 1. Mengetahui
asuhan keperawatan tanda vital perkembangan
selama... x 24 jam 2. Monitor waktu pasien
diharapkan px tidak makan dan minum 2. Mengetahui
terganggu saat tidur dengan waktu pengaruh waktu
dengan kriteria hasil : tidur. makan dan
1. Jumlah jam tidur 3. Fasilitas untuk minum terhadap
dalam batas normal mempertahankan pola tidur pasien
6-8 jam/hari. aktivitas sebelum 3. Meningkatkan
2. Pola tidur, kualitas tidur (membaca). tidur
dalam batas normal. 4. Jelaskan 4. Memberikan
3. Perasaan segar pentingnya tidur informasi
sesudah tidur atau yang adekuat. kepada pasien
istirahat. 5. Ciptakan dan keluarga
Mampu lingkungan yang pasien.
II
mengidentifikasi hal- nyaman. 5. Agar periode
hal yang 6. Kolaborasi tidur tidak
meningkatkan tidur. pemberian obat terganggu dan
tidur. rileks.
7. Diskusikan 6. Mengurangi
dengan pasien dan gangguan tidur.
keluarga tentang 7. Meningkatkan
teknik tidur pola tidur yang
pasien. baik secara
8. Instruksikan untuk mandiri.
memonitor tidur 8. Mengetahui
pasien. perkembangan
pola tidur
pasien.
D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan disesuaikan dengan intervensi yang telah ditentukan.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi disesuaikan dengan kriteria hasil yang telah ditentukan
DAFTAR PUSTAKA

https://doktersehat.com/diagnosis-dan-penatalaksanaan-kolik-abdomen/ diakses pada


tanggal 28 Oktober 2019 pukul 17.00

Revees, Charlie J et al. 2012. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed 3.
Jakarta : Salemba Medika

Nettina, Sandra M. 2012. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk.
Ed. 2. Jakarta : EGC

Smeltzer Suzanne C. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Vol 3. Jakarta :
EGC

SIKI, SDKI Ed. 1. 2017

Anda mungkin juga menyukai