Anda di halaman 1dari 8

UTS Psikologi Politik

Nama : Edwin Rosario Riyantono

NIM/Off : 160811615690/C/17

1. Mengkaji pasal-pasal yang disengketakan dalam Omnibus Law


UU Cipta Kerja (Omnibus Law) yang disahkan DPR RI pada 5 Oktober lalu
menimbulkan gejolak baru di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beragam perspektif
muncul di kalangan masyarakat Indonesia ada yang pro dan ada yang kontra. Masyarakat
yang kontra menggelar aksi protes dengan berbagai cara dan tersebar di berbagai daerah di
Indonesia. Mulai dari postingan di media sosial sampai dengan aksi demo yang digelar di
depan Gedung DPR dan DPRD, dilakukan untuk menolak dan mendesak untuk segera
dicabutnya UU Cipta Kerja.
Beragam aksi protes yang muncul didasari oleh adanya pasal-pasal yang bermasalah di
dalam UU Cipta Kerja. Pasal-pasal tersebut berpotensi untuk merugikan para pekerja
terlebih para buruh sehingga aksi protes di gelar agar UU Cipta Kerja dicabut dan dikaji
ulang. Beberapa pasal yang bermasalah adalah :
Pasal 42
Dalam UU Cipta Kerja ada peraturan mengenai kemudahan untuk tenaga kerja asing.
Dalam Pasal 42 disebutkan, setiap pemberi kerja hanya diwajibkan membeli atau memiliki
pengesahan rencana penggunaan TKA dari pemerintah pusat. Pasal ini membuat tenaga
kerja asing tidak harus memiliki izin tertulis dari mentri atau pejabat yang ditunjuk.
Pasal 59
Pasal 59 ayat (4) UU Cipta Kerja menyebutkan, ketentuan lebih lanjut mengenai jenis
dan sifat atau kegiatan pekerjaan, jangka waktu dan batas waktu perpanjangan perjanjian
kerja waktu tertentu diatur dengan Peraturan Pemerintah. UU Cipta Kejra menghapus aturan
mengenai angka waktu perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) atau pekerja kontrak serta
aturan yang mewajibkan sistem pengangkatan otomatis dari pekerja kontrak sementara ke
status pegawai tetap. Ketentuan baru ini memberikan kekuasaan bagi pengusaha untuk
mempertahankan status pekerja kontrak sementara untuk jangka waktu yang tidak terbatas.
Pasal 77A
UU Cipta Kerja menambahkan pasal 77A yang memungkinkan peningkatan waktu kerja
lembur untuk sektor tertentu. Pengusaha dapat memberlakukan waktu kerja yang melebihi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (2) untuk jenis pekerjaan atau sektor
usaha tertentu. Dalam RUU Cipta Kerja.
Pasal 79
Pasal 79 ayat (2) huruf (b) mengatur, pekerja wajib diberikan waktu istirahat mingguan
satu hari untuk enam hari kerja dalam satu pekan. Peraturan sebelumnya dalam UU
Ketenagakerjaan, pekerja mendapatkan hari libur dua hari dalam satu pekan. Pasal 79 ayat
(3) hanya mengatur pemberian cuti tahunan paling sedikit 12 hari kerja setelah
pekerja/buruh bekerja selama 12 bulan secara terus-menerus. Pasal 79 Ayat (4) menyatakan,
pelaksanaan cuti tahunan diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian
kerja bersama. Lalu, pasal 79 ayat (5) menyebut, perusahaan tertentu dapat memberikan
istirahat panjang yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian
kerja bersama. Disamping itu, pasal 79 juga menghapus kewajiban perusahaan untuk
memberikan istirahat panjang selama dua bulan bagi pekerja yang telah bekerja selama
enam tahun berturut-turut dan berlaku tiap kelipatan masa kerja enam tahun.
Pasal 88
Dalam UU Cipta Kerja ada perubahan mengenai pengupahan pekerja. Pasal 88 Ayat (3)
yang tercantum pada dalam Bab Ketenagakerjaan hanya menyebut tujuh kebijakan
pengupahan yang sebelumnya ada 11 dalam UU Ketenagakerjaan. 7 kebijakan terebut antara
lain upah minimum, struktur dan skala upah, upah kerja lembur, upah tidak masuk kerja
dan/atau tidak melakukan pekerjaan karena alasan tertentu, bentuk dan cara pembayaran
upah, hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah, dan upah sebagai dasar perhitungan
atau pembayaran hak dan kewajiban lainnya.
UU Cipta Kerja menambahkan Pasal 88C yang menghapuskan upah minimum
Kota/Kabupaten (UMK) sebagai dasar upah minimum pekerja. Keputusan ini berpotensi
untuk pengenaan upah minimum yang dipukul rata di semua kota dan kabupaten, terlepas
dari perbedaan biaya hidup setiap daerah. Kemudian ada Pasal 88D yang berisi tingkat
inflasi tidak lagi menjadi pertimbangan dalam menetapkan upah minimum. Penghapusan ini
dapat berakibat pada semakin lemahnya standar upah minimum di provinsi dengan
pertumbuhan ekonomi mendekati nol atau negatif. Akibatnya, upah minimum akan turun
sehingga konsekuensinya, banyak pekerja yang tidak lagi cukup untuk menutupi biaya hidup
harian mereka.
Pasal-pasal diatas menjadi sorotan karena berpotensi merugikan para pekerja. Latar
belakang terjadinya protes dari berbagai golongan salah satunya adalah mengenai pasal-
pasal diatas.
2. Mengkaji prosedur Omnibus Law yang dianggap bertentangan dengan undang-
undang
Polemik mengenai UU Cipta Kerja nampaknya belum juga usai. Setelah munculnya
pasal-pasal yang menimbulkan protes berkepanjangan, kini proses penyusunan UU Cipta
Kerja dinilai cacat prosedur dan melanggar undang-undang yang berlaku. Seperti yang
diketahui, pengesahan UU Cipta Kerja terjadi pada 5 Oktober lalu. Pengesahan yang
terkesan terburu-buru menimbulkan pertanyaan dari berbagai pihak. Apakah UU ini telah
memenuhi prosedur dalam proses penyusunannya? Apakah ada kepentingan lain dibalik
pengesahan UU Cipta Kerja? Beragam pendapat lahir untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan tersebut.
Banyak kalangan menilai UU Cipta Kerja mengandung banyak permasalahan mulai
dari proses penyusunan hingga pasal-pasal yang terdapat didalamnya. Direktur Eksekutif
Imparsial Al Araf dan Direktur LBH Jakarta Arief Maulana, mengatakan bahwa penyusunan
UU Cipta Kerja dianggap menyimpang dan cacat prosedur. Proses penyusunan UU Cipta
Kerja cenderung tertutup dan hanya melibatkan kelompok tertentu saja. Selain itu, UU Cipta
Kerja tidak disosialisasikan dengan baik kepada masyarakat bahkan tidak dapat diakses oleh
masyarakat yang mengakibatkan terbatasnya masukan dari publik. Hal tersebut telah
melanggar Pasal 89 jo. 96 Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan yang mewajibkan pemerintah membuka akses terhadap
RUU kepada masyarakat.
Disamping itu, pembahasan RUU Cipta Kerja dilakukan saat Indonesia tengah
menghadapai pandemi covid-19. Banyak hal yang lebih penting dibandingkan membahas
RUU Cipta Kerja. Seharusnya pemerintah lebih jeli lagi untuk melihat mana yang perlu
didahulukan dan mana yang bisa ditunda agar masyarakat tidak kebingungan ditengah
pandemi ini.

3. Mengkaji Omnibus Law dari perspektif pemerintah


Meskipun mendapat beragam protes dari masyarakat, pengesahan UU Cipta Kerja
tetap berjalan dan akhirnya pada 5 Oktober 2020 lalu UU ini resmi disahkan. Dalam hal ini
nampaknya pemerintah memiliki pandangan lain mengenai UU Cipta Kerja ini. Disaat
beragam golongan masyarakat menganggap UU ini merugikan, Pemerintah Indonesia malah
menganggap UU ini sebagai jawaban mengenai kebutuhan akan lapangan kerja baru yang
sangat mendesak. Pemerintah, lewat Menteri Perindustrian, mengatakan UU Cipta Kerja
memiliki manfaat untuk memberikan kemudahan dan kepastian dalam mendapatkan
perizinan berusaha dengan penerapan perizinan berbasis risiko dan penerapan standar.
Kemudian, pemberian hak dan perlindungan yang lebih baik bagi pekerja atau buruh juga
sekaligus akan mampu meningkatkan daya saing dan produktivitas usaha (Republika.id,
2020).
Presiden Joko Widodo juga tidak ketinggalan dalam menyerukan manfaat UU Cipta
Kerja. Menurut Presiden, ada 3 manfaat yang dihasilkan oleh UU Cipta Kerja. Yaitu :
1. Membuka lapangan kerja baru

UU Cipta Kerja akan mendorong masuknya banyak investor ke Indonesia


sehingga akan lebih banyak lapangan kerja yang tersedia, terlebih di masa pandemi
Covid-19 ini yang mengakibatkan banyak usaha yang gulung tikar. Ditambah lagi 87%
dari total penduduk yang bekerja memiliki tingkat pendidikan SMA ke bawah dimana
39% hanya menempuh pendidikan sekolah dasar. Hal tersebut mendorong perlunya
penciptaan lapangan kerja baru khususnya di sector padat karya.

2. Kemudahan membuka usaha

Dalam UU Cipta Kerja, ada kemudahan membuka usaha yaitu dipangkasnya


regulasi yang tumpeng tindih dan prosedur yang rumit. Tidak ada lagi perizinan usaha
untuk usaha mikro kecil cukup didaftarkan saja. Pembentukan PT (Perseroan Terbatas)
juga dimudahkan. Jika sebelumnya untuk mendirikan PT banyak perizinan yang harus
dipenuhi, dalam UU Cipta Kerja pendirian PT dipermudah dengan dihapuskannya
pembatasan modal minimum. Selain pembentukan PT, pembentukan koperasi juga
dipermudah dengan 9 orang saja koperasi sudah dapat dibentuk. Kemudahan lain yang
diberikan pemerintah pada pelaku usaha di UU Cipta Kerja yakni sertifikasi makanan
halal hingga kemudahan izin penangkapan ikan.

3. Memberantas pungli

UU Cipta Kerja akan memangkas perizinan. Selain itu, proses perizinan akan
dioptimalkan dalam bentuk online. UU Cipta Kerja juga diklaim mendukung upaya
pemberantasan korupsi. Hal tersebut terlihat dari adanya penyerhanaan, dengan
memotong dan mengintegrasikan sistem perizinan secara elektronik sehingga pungli
(pungutan liar) dapat dihindari.

4. Mengkaji Omnibus Law dari perspektif buruh dan saya sebagai mahawiswa
Jika dari sisi pemerintah dan pengusaha menyetujui dan menganggap UU Cipta Kerja
dapat mendatangkan berbagai manfaat, lain halnya dengan pihak buruh. Banyak buruh yang
turun ke jalan untuk memprotes disahkannya UU Cipta Kerja. Menurut para buruh, beberapa
pasal dalam UU Cipta Kerja dapat merugikan dan mengancam kehidupan mereka. Protes
juga datang dari serikat buruh seperti Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia
(KSPSI) yang menegaskan, pihaknya masih konsisten untuk menolak pengesahan UU Cipta
Kerja. KSPSI menjelaskan ada tujuh hal yang mendasari mereka menolak disahkannya UU
Cipta Kerja.
Pertama, dihapusnya UMK (Upah Minimum Kabupaten/Kota) dan UMSK (Upah
Minimum Sektoral yang berlaku di wilayah kabupaten/kota). Kedua, menolak pengurangan
nilai pesangon yang dibayar melalui BPJS Ketenagakerjaan. Ketiga, tidak ada batas waktu
kontrak yang dapat membebani buruh. Keempat, adanya pekerja alih daya tanpa batas waktu
dan jenis pekerjaan. Kelima, buruh menolak jam kerja yang eksploitatif. Keenam, hak cuti,
hak upah atas cuti, cuti haid dan melahirkan hilang, serta hak cuti panjang hilang. Lalu
ketujuh, jaminan pensiun dan kesehatan berpotensi hilang karena terus menggunakan
karyawan kontrak dan outsourching.
Poin-poin yang disebutkan diatas berhubungan dengan pasal-pasal yang dianggap
merugikan bagi buruh yang terdapat di dalam UU Cipta Kerja. Selain KSPSI, masih ada
serikat buruh lain yang menolak UU Cipta Kerja diantaranya KSBSI (Konfederasi Serikat
Buruh Seluruh Indonesia), KSPN (Konfederasi Serikat Pekerja Nasional), dan
KSARBUMUSI (Konfederasi Sarikat Buruh Muslimin Indonesia). Keempat serikat buruh
ini sepakat untuk menolak UU Cipta Kerja karena mereka menganggap UU tersebut sangat
merugikan para buruh. Keempat serikat buruh tersebut tengah mengupayakan berbagai hal
agar UU Cipta Kerja segera diperbaiki ataupun dicabut.
Jika melihat dari situasi yang terjadi, saya pribadi cenderung tidak setuju dengan
ditetapkannya UU Cipta Kerja jika pasal-pasal yang bermasalah masih terdapat didalamnya.
Setiap peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh pemerintah hendaknya dapat
menguntungkan rakyat terlebih rakyat-rakyat kecil seperti buruh. Beberapa pasal yang
terdapat dalam UU Cipta Kerja menurut saya dapat menjadi suatu ancaman bagi kehidupan
para buruh sehingga perlu dikaji ulang sehingga apa yang diinginkan pemerintah dan rakyat
dapat terwujud yaitu bertambahnya lapangan kerja yang dapat menyokong kehidupan rakyat
kecil. Dari sisi pemerintah juga perlu adanya sosialisai kepada masyarakat mengenai UU
Cipta Kerja untuk menghindari terciptanya berita hoax. UU Cipta Kerja juga harus dapat
diakses dengan mudah oleh masyarakat agar semakin meningkatkan pemahaman mengenai
UU tersebut. Pengesahan UU Cipta Kerja terkesan buru-buru. Hal ini menimbulkan
pertanyaan bagi saya apakah ada kepentingan elit politik yang dibawa dalam pengesahan
UU ini? Padahal masih banyak UU lain yang seharusnya disahkan terlebih dahulu contohnya
RUU PKS (Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual) yang dimana
RUU ini berisikan pencegahan, pemenuhan hak korban, pemulihan korban hingga mengatur
tentang penanganan selama proses hukum bagi para korban kekerasan seksual. Menurut saya
RUU tersebut lebih layak disahkan terlebih dahulu jika dibandingkan dengan UU Cipta
Kerja.

Sumber :

Al Hikam, Herdi Alif.2020. Beda Pendapat Buruh & Pengusaha soal Omnibus Law Cipta Kerja.
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5201279/beda-pendapat-buruh--
pengusaha-soal-omnibus-law-cipta-kerja (online).Diakses 25 Oktober 2020.
Debora, Yantina.2020. Daftar Pasal Bermasalah dan Kontroversi Omnibus Law RUU Cipta
Kerja.tirto.id/daftar-pasal-bermasalah-dan-kontroversi-omnibus-law-ruu-cipta-kerja-
f5AU (online). Diakses 25 Oktober 2020.

Hakim, Rakhmat Nur.2020. UU Cipta Kerja Dinilai Cacat Prosedur.


https://nasional.kompas.com/read/2020/10/05/23181031/uu-cipta-kerja-dinilai-cacat-
prosedur?page=all (online). Diakses 25 Oktober 2020.

Idris, Muhammad.2020. 3 Manfaat UU Cipta Kerja untuk Rakyat Seperti yang Diklaim Jokowi.
https://money.kompas.com/read/2020/10/11/090645726/3-manfaat-uu-cipta-kerja-
untuk-rakyat-seperti-yang-diklaim-jokowi?page=all (online). Diakses 25 Oktober 2020.

Intan, Novita.2020. UU Cipta Kerja untuk Kepentingan Pekerja dan Buruh.


https://www.republika.id/posts/10748/uu-cipta-kerja-untuk-kepentingan-pekerja-dan-
buruh%C2%A0 (online). Diakses 25 Oktober 2020.

Irlanda, Salma Fenty.2020. Pasal-pasal Picu Kontroversi di Omnibus Law UU Cipta Kerja yang
Baru Disahkan DPR. https://newsmaker.tribunnews.com/2020/10/07/pasal-pasal-picu-
kontroversi-di-omnibus-law-uu-cipta-kerja-yang-baru-disahkan-dpr (online). Diakses 25
Oktober 2020.

Maharani, Tsarina.2020. Ini Pasal-pasal Kontroversial dalam Bab Ketenagakerjaan UU Cipta


Kerja. https://nasional.kompas.com/read/2020/10/06/09090351/ini-pasal-pasal-
kontroversial-dalam-bab-ketenagakerjaan-uu-cipta-kerja?page=all (online). Diakses 25
Oktober 2020.

Prastiwi, Devira.2020. Ini Deretan Sikap Buruh Terkait UU Cipta Kerja yang Disetujui DPR.
https://www.liputan6.com/news/read/4374492/ini-deretan-sikap-buruh-terkait-uu-cipta-
kerja-yang-disetujui-dpr (online). Diakses 25 Oktober 2020.

Sari, Haryanti Puspa.2020. Proses Perumusan Omnibus Law RUU Cipta Kerja Dianggap
Menyimpang.https://nasional.kompas.com/read/2020/03/04/18530501/proses-
perumusan-omnibus-law-ruu-cipta-kerja-dianggap-menyimpang?page=all (online).
Diakses 25 Oktober 2020.
Sulaeman.2020. Penjelasan Lengkap Jokowi Manfaat UU Cipta Kerja untuk Masyarakat.
merdeka.com/uang/penjelasan-lengkap-jokowi-manfaat-uu-cipta-kerja-untuk-
masyarakat.html (online). Diakses 25 Oktober 2020.

Anda mungkin juga menyukai