Anda di halaman 1dari 2

DEDE SETIANINGSIH

NIM : 1220190031

Hubungan Perubahan Iklim, Kesehatan & Pengaruhnya Terhadap Pandemi


Covid-19
Hubungan perubahan iklim dan kesehatan manusia serta pandemi Covid-19
Jauh sebelum pandemi Covid-19 terjasi, Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) telah melacak dan menganalisis bagaimana perubahan iklim berdampak
pada kesehatan masyarakat.
Dalam sebuah wawancara dengan Margaret Brennan dalam program Face
the Nation, Kepala program Perubahan Iklim dan Kesehatan di WHO Diarmid
Campbell-Lendrum, mengatakan polusi udara adalah salah satu masalah terparah
yang kita hadapi seluruh dunia.
Polusi udara meningkatkan risiko penyakit lain, seperti penyakit jantung
dan masalah pernapasan, sesuatu yang berdampak langsung pada mereka yang
menderita Covid-19.
Campbell-Lendrum mencatat, walaupun perubahan iklim tidak
menyebabkan virus corona, jika manusia ingin mengurangi kemungkinan
pandemi berikutnya, maka harus mulai lebih memerhatikan lingkungan alam.
Berikut dampak lain dari perubahan iklim pada kesehatan masyarakat di
seluruh dunia, dilansir Eco Watch:
1. Polusi udara membunuh 7 juta orang per tahun di seluruh dunia
Sekitar 9 dari 10 orang di seluruh dunia menghirup udara tercemar. Menurut
WHO, sepertiga dari kematian akibat stroke, kanker paru-paru, dan ada
beberapa bukti yang muncul dari wabah Covid-19 menunjukkan orang yang
tinggal di daerah dengan polusi udara lebih tinggi, lebih mungkin terinfeksi
virus.
2. Kulitas udara telah meningkat karena wabah virus corona
Secara tidak langsung wabah virus corona menyebabkan penurunan polusi
udara. Di Amerika Serikat bagian timur laut, polusi udara turun 30% pada
Maret, dan negara-negara seperti China serta Italia telah mengalami penuruan
yang serupa.
"Apa yang ingin diperjelas adalah kita harus mencoba dan mempertahankan
beberapa keuntungan ini ketika kita keluar dari krisis Covid-19," jelasnya.
3. Sebesar 70% penyakit menular dunia berasal dari lingkungan, dengan
banyak dari kontak hewan ke manusia
"Jadi, sangat jelas bahwa kerusakan yang kita lakukan terhadap dunia
membuatnya lebih mungkin bahwa penyakit ini akan muncul," jelasnya.
Bukti menunjukkan bahwa Covid-19 adalah peristiwa zoonosis yang
'melompat' dari hewan ke manusia. Banyak penyakit menular, seperti SARS
dan MERS, ditularkan oleh hewan ke kontak menusia juga.
"Jadi ketika kita merusak lingkungan alam, ketika kita mengeksploitasinya
secara berlebihan, dan kemudian ketika kita tidak memantau apa yang terjadi
pada infeksi pada satwa liar dan infeksi pada hewan domestik dan infeksi pada
manusia, kita pada dasarnya membiarkan diri kita terbuka terhadap risiko
(penyakit)," sambungnya.
4. Perubahan iklim tidak menyebabkan wabah virus corona, tetapi dapat
membantu menyebarkan pandemi dan penyakit di masa depan
Iklim yang menghangat dan meningkatnya variabilitas dalam pola cuaca di
seluruh dunia membuatnya lebih mudah untuk menularkan penyakit dari
negara mana pun.
Untuk mengurangi kemungkinan pandemi berikutnya, Campbell-Lendrum
mengatakan kita harus mulai lebih berhati-hati terhadap planet kita.
"Kerusakan lingkungan secara keseluruhan tampaknya meningkatkan risiko
epidemi masa lalu, pandemi ini dan juga potensi pandemi masa depan,"
lanjutnya.
Campbell-Lendrum dengan tepat mencatat bahwa krisis Covid-19
menunjukkan kurangnya kesiapan kita terhadap pandemi.
"Dalam banyak kasus kita masuk dengan beban pencemaran lingkungan yang
sangat tinggi, seperti polusi udara. Kita harus berpikir, dapatkah kita menjaga
beberapa keuntungan lingkungan yang kita lihat selama pandemi, seperti
udara yang lebih bersih," tandasnya.

Anda mungkin juga menyukai