Laporan Pendahuluan Asma Sdki
Laporan Pendahuluan Asma Sdki
NAMA
UNIT : ………………………………
DEPARTEMEN KEPERAWATAN
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA BRONKIAL
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Asma adalah suatu keadaan kondisi paru – paru kronis yang
ditandai dengan kesulitan bernafas, dan menimbulkan gejala sesak nafas,
dada terasa berat, dan batuk terutama pada malam menjelang dini hari.
Dimana saluran pernafasan mengalami penyempitan karena hiperaktivitas
terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan penyempitan atau
peradangan yang bersifat sementara (Masriadi, 2016).
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik pada jalan nafas dan
dikarakteristikkan dengan hiperresponsivitas, produksi mukus, dan edema
mukosa. Inflamasi ini berkembang menjadi episode gejala asma yang
berkurang yang meliputi batuk, sesak dada, mengi, dan dispnea. Penderita
asma mungkin mengalami periode gejala secara bergantian dan
berlangsung dalam hitungan menit, jam, sampai hari (Brunner &
Suddarth, 2017).
2. Etiologi
Menurut Global Initiative for Asthma tahun 2016, faktor resiko penyebab
asma bronchial di bagi menjadi tiga kelompok yaitu:
a. Faktor genetik
1) Atopi/alergi
Hal yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya.
2) Hipereaktivitas bronkus
Saluran nafas sensitif terhadap berbagai rangsangan alergen maupun
iritan.
3) Jenis kelamin
Anak laki-laki sangat beresiko terkena asma bronchial sebelum usia
14 tahun, prevalensi asma pada anak laki-laki adalah 1,5-2 kali
dibanding anak perempuan
4) Ras/etnik
5) Obesitas
Obesitas atau peningkatan/body mass index (BMI), merupakan faktor
resiko asma.
b. Faktor lingkungan
1) Alergen dalam rumah (tungau debu rumah, spora jamur, kecoa,
serpihan kulit binatang seperti anjing, kucing, dan lain sebagainya).
2) Alergen luar rumah (serbuk sari, dan spora jamur).
3) Faktor lain
a) Alergen dari makanan.
b) Alergen obat-obatan tertentu
c) Exercise-induced asthma
3. Klasifikasi
Secara etiologis menurut (Riyadi, 2014), asma bronkhial dibagi dalam 3
tipe:
a. Asma bronkhial tipe non atopi (intrinsik).
Pada golongan ini, keluhan tidak ada hubungan nya dengan paparan
(exposure) terhadap alergen dan sifat – sifatnya adalah serangan timbul
setelah dewasa, pada keluarga tidak ada yang menderita asma, penyakit
infeksi sering menimbulkan serangan, ada hubungannya dengan pekerjaan
atau beban fisik, rangsangan psikis mempunyai peran untuk menimbulkan
serangan reaksi asma, perubahan cuaca atau lingkungan yang non spesifik
merupakan keadaan peka bagi penderita.
b. Asma bronkhial tipe atopi ( Ekstrinsik)
Pada golongan ini, keluhan ada hubungannya dengan paparan terhadap
alergen lingkungan yang spesifik. Kepekaan ini biasanya dapat
ditimbulkan dengan uji kulit atau provokasi bronkhial. Pada tipe ini
mempunyai sifat-sifat : timbul sejak anak – anak, pada famili ada yang
menderita asma, adanyan asma pada waktu bayi, sering menderita rinitis
(alergi serbuk bunga).
c. Asma bronkhial campuran (Mixed)
Pada golongan ini, keluhan diperberat baik oleh faktor – faktor intrinsik
maupun ekstrinsik.
otot
nafas
PEFR atau % nilai % nilai
FEVI dugaan dugaan
Pra >60%, <40%
broncodilator >80%
Pasca <60%
broncodiator respons <2
jam
SaO2 (%) >95% 91-95% <90%
PaO2 Normal >60 mmHg <60 mmHg
(biasanya
tidak perlu
diperiksa)
PaCO2 <45 mmHg <45 mmHg >45 mmHg
SaO2 (%) >95% 91-95% <90%
5. Patofisiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma
bronchial adalah spasme otot polos edema dan inflamasi memakan jalan nafas
dan edukasi muncul intra minimal, sel-sel radang dan deris selular. Obstruksi
menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang meredahkan volume
ekspirasi paksa dan kecepatan aliran penutupan prematur jalan udara,
hiperinflamasi patu. Bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik
dan frekuensi pernafasan dapat menyebabkan gangguan kebutuhan istirahat
dan tidur. walaupun, jalan nafas bersifat difusi, obstruksi menyebabkan
perbedaan suatu bagian dengan bagian lain ini berakibat perfusi bagian paru
tidak cukup mendapat ventilasi yang menyebakan kelainan gas-gas terutama
CO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi disaluran nafas antibodi COE berikatan dengan alergi
degrenakulasi sel mati, akibat degrenakulasi tersebut histomin di lepaskan.
Histomin menyebabkan kontruksi otot polos bronkiolus. Apabila respon
histamin juga merangsang pembentukuan mulkus dan peningkatan
permiabilitas kapiler maka juga akan terjadi kongesti dan pembangunan ruang
intensium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memerlukan respon yang
sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergi atau sel-sel mestinya terlalu mudah
mengalami degravitasi dimanapun letak hipersensitivitas respon peradangan
tersebut. Hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan mukus edema
dan obstruksi aliran udara (Amin, 2015).
7. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan yang dilakukan pada penderita asma
bronchial diantaranya (Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015) :
a. Spirometer
Dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup (nebulizer/inhaler),
positif jika peningkatan VEP / KVP > 20%.
b. Sputum
Eosinofil meningkat.
c. Rontgen Thorax
Yaitu patologis paru/komplikasi asma.
d. AGD
Terjadi pada asma berat, pada fase awal terjadi hipoksemia dan hipokapnia
(PCO2 turun) kemudian pada fase lanjut normokapnia dan hiperkapnia
(PCO2 naik).
e. Uji alergi kulit, IgE.
7. Penatalaksanaan
Menurut (Bruner & Suddarth, 2017) yaitu :
1. Penatalaksanaan Medis
a. Agonis adrenergik – beta 2 kerja –pendek.
b. Antikolinergik.
c. Kortikosteroid : inhaler dosis – terukur (MDI)
d. Inhibitor pemodifikasi leukotrien / antileukotrien.
e. Metilxatin.
2. Penatalaksanaan non farmakologis menurut
a. Berhenti merokok.
b. Aktifitas fisik secara teratur.
c. Mencegah paparan alergen ditempat kerja, di dalam maupun di luar
ruangan.
d. Mencegah penggunaan obat yang dapat memperberat asma.
e. Tekinik pernapasan yang benar (Breathing Exercise, yoga dan senam
asma).
f. Diet sehat dan menurunkan berat badan.
g. Mengatasi sres emosional.
h. Imunoterapi alergen
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Kasus
B. Pengkajian
C. Analisa Data
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien asma yaitu :
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas.
b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
spasme jalan napas.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Intervensi Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajement jalan nafas
berhubungan dengan asuhan keperawatan Observasi
hambatan upaya napas selama ....x24 jam diharapkan 1. Monitor pola napas
pola napas pasien membaik 2. Monitor bunyi napas tambahan
dengan kriteria hasil : 3. Monitor sputum
1. Tidak terjadi dispnea Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan jalan napas
2. Frekuensi pernapasan normal
2. Posisikan semi-fowler atau fowler
3. Tidak terdapat suara 3. Berikan minum hangat
tambahan 4. Lakukan fisioterapi dada, jika diperlukan
4. Ventilasi semenit meningkat 5. Berikan oksigen/ nebulizer
5. Kapasitas vital meningkat Edukasi
6. Kedalaman nafas membaik 1. Anjurkan asupan cairan
7. Pemanjangan fase ekspirasi 200ml/hari, jika tidak
menurun kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik