Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MANAJEMEN BENCANA

PUSKESMAS MEROR
KEP.ARU MALUKU

Anggota Kelompok (Kelas 3):

1. Muhammad Rizal La Udo


2. Kristian Yanuar Lase
3. Ayu Ukhviyati
4. Meisye Glaudia Monalisa
5. Yasinta Setyarini
6. Puji Lestari Br Sitepu
Formulir 3

FORMULIR PELAPORAN AWAL KEJADIAN


KRISIS KESEHATAN DINKES
KAB./KOTA/PROVINSI

A. NAMA DINKES : Dinkes Kabupaten Kepulauan Aru

B. JENIS BENCANA : Gempa Bumi

C. WAKTU KEJADIAN BENCANA :


Tanggal: 20 Bulan: Juli Tahun: 2020 Pukul: 04.00 WIT

D. DESKRIPSI BENCANA :
Telah terjadi gempa bumi di Kepulauan Aru pada pukul 04.00 WIT hari senin 20 juli
2019 dengan kekuatan 6,8 SR. Gempa bumi diakibatkan oleh adanya sesar dalam
lempeng laut Maluku. Gempa terasa cukup kuat dan berlangsung selama beberapa detik.
Dampak kerugian material yang disebabkan oleh kejadian ini cukup besar. Sekitar 50
rumah ambruk, fasilitas umum seperti sekolah tempat ibadah dan perkantoran mengalami
kerusakan dengan kategori rusak berat dan rusak sedang. Ada 3 jembatan yang
menghubungkan antar desa putus, akses jalan rusak dan aliran listrik terputus. Tercatat
sebanyak 2 orang meninggal dunia, selain itu BNPB juga mencatat ada 100 orang yang
mengalami luka-luka.
E. LOKASI BENCANA
Provinsi Maluku
Jumlah
Kabupate/ Desa/
No Kecamatan Penduduk Topografi
Kota Dusun
Terancam
1. Kepulauan Aru Beltubur 325 -Luas wilayah 217,14 km2
Aru Selatan -Iklim tropis (musim kemarau
Timur dan musim hujan).
-Akses jalan sulit karena putus
akibat gempa

F. JUMLAH KORBAN
a. Korban meninggal
Kewarga
Jenis Alamat Tempat Penyebab
No Nama Usia negaraan
Kelamin Korban meninggal Kematian
(No. Passport)*
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Naruto Laki-laki 68 tahun 21020709079600 Desa Rumah Tertindih
05 Beltubur korban runtuhan
bangunan

2 Burito Perempuan 7 tahun 21225667780000 Desa Sekolah Tertindih


03 Beltubur runtuhan
bangunan

Cat.: *khusus untuk korban WNA


b. Korban hilang

Jenis Kewarganegaraan Alamat


No Nama Usia Lokasi Hilang
Kelamin (No. Passport)* Korban
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
- - - - - - -
Cat.: *khusus untuk korban WNI
c. Korban luka berat/rawat inap dan luka ringan/rawat jalan
No Nama Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Lokasinya Rawat Inap Rawat Jalan
L P Jml L P Jml
(Kab/Kota)
1. Puskesmas Meror 12 18 30 30 40 70
d. Pengungsi

Gangguan
Kec, dusun/desa jiwa/psi Jumlah Pengungsi Jumlah Penduduk Rentan
Lokasi kososial
Kab/kota

Pengu
ngsian Cacat Lansia

Dewasa

Buteki
Anak

KK

Bumil
Balita
L
P

Bayi
Jml
L P L P

Kep. Beltu
Gereja 2 7 27 36 63 61 2 10 4 7 1 0 10 8
Aru bur
Mushola 1 3 26 35 61
Balai Desa 1 4 18 21 39

G. FASILITAS UMUM
1. Akses ke lokasi kejadian krisis :
□ Mudah dijangkau, menggunakan ..............................
√ Sukar, karena akses jalanan terputus
2. Jalur komunikasi yang masih dapat digunakan : -
3. Keadaan jaringan listrik :
□ Baik
√ Terputus

□ Belum tersedia/belum ada


4. Sumber air bersih yang digunakan
□ Tercemar
√ Tidak tercemar
H. KONDISI FASILITAS KESEHATAN

Nama Fasilitas Kesehatan (RS. Kondisi Fungsi Pelayanan


Puskesmas, Pustu, Gudang Farmasi,
No Tidak Tidak
Polindes, Dinkes, Rumah Rusak Berfungsi
Dinas, dsb) Rusak Berfungsi

1 Puskesmas Meror √ √
2 Pustu √ √

I. UPAYA PENANGGULANGAN YANG TELAH DILAKUKAN


1. Upaya Sub Klaster Pelayanan Kesehatan
 Membentuk dan mengaktifkan EMT (emergency medical team) mobile dan EMT
Fixed (pos kesehatan).
 Menetapkan RS rujukan
 Kepala Dinas Kesehatan menginstruksikan Puskesmas yang terdampak sudah
harus memberikan pelayanan kesehatan.
 Membangun Pos Statis, TNI, Kepolisian dan IDI. Pos mobile
 Pengelompokkan dan penanganan korban sesuai tingkat keparahannya (triase)
 Pengobatan cedera
 Pengobatan penyakit menular dan tidak menular
 Rehabilitas penyandang disabilitas
 Memperkuat kapasitas untuk protesis dan rehabilitasi
 Membangun kembali sistem data untuk pengobatan pasien
 Memperkuat perawatan di rumah bagi pasien dengan penyakir kronis (menular
dan tidak menular)
2. Upaya Sub Klaster Pengendalian Penyakit, Penyehatan Lingkungan dan Air Bersih
 Sub Klaster Pengendalian Penyakit
a) Melakukan pengendalian penyakit leptospirosis
b) Mengidentifikasi terjadinya kasus diare, hepatitis A, Meningitis,
ISPA, tifoid, DBD, Malaria
c) Pencegahan dan pengendalian Covid-19
 Sub Klaster Penyehatan Lingkungan dan Air Bersih
a) Melakukan penilaian cepat bidang kesehatan
b) Memberikan edukasi PHBS pada penanggung jawab Pos
Pengungsian.
c) Melakukan desinfeksi dan pembersihan lingkungan di Puskesmas
d) Melakukanan pengelolaan sampah
e) Melakukan pengawasan obat dan makanan
3. Upaya Sub Klaster Pelayanan Gizi
 Pendataan kelompok rentan
 Menyiapkan tempat dan menyusun jadual konsultasi ASI dan PMBA
 Mobilisasi konselor ASI dan PMBA
 Mobilisasi logistik MPASI
 Menyiapkan dapur umum
 Melakukan pengawasan bantuan pangan
4. Upaya Sub Klaster Pelayanan Kesehatan Jiwa
 Melakukan Psychological First Aid dengan sasaran prioritas anak-anak.
 Melakukan skrining kesehatan jiwa oleh tim kesehatan jiwa dengan sasaran
penyintas anak-anak dan dewasa.
 Melakukan psikoedukasi, psikoterapi
5. Upaya Sub Klaster Kesehatan Reproduksi
 Pada saat tanggap darurat menetapkan rujukan untuk persalinan yaitu di Posko
IBI yang tidak terkena runtuhan bangunan
 Penguatan program keluarga berencana
 Pelayanan kesehatan ibu dan anak
 Pencegahan Infeksi saluran kemih
 Penanganan kekerasan berbasis gender
 Pelayanan kesehatan reproduksi remaja
 Mencegah penularan IMS
6. Upaya Sub Klaster DVI
Menyelenggarakan identifikasi korban meninggal dan
penatalaksanaannya
7. Upaya Tim Logistik Kesehatan
 Memobilisasi obat-obatan dan perbekalan kesehatan
dari buffer stock provinsi dan kabupaten/kota termasuk
vaksin anti tetanus dan serum anti bisaular.
 Mendistribusikan paket bantuan kebersihan, makanan,
snack, pakaian layak pakai, handuk, pembalut wanita,
pakaian dalam dan selimut.

J. HAMBATAN PELAYANAN KESEHATAN


a. Belum adanya kebijakan terkait penanganan rujukan pasien terdampak
bencana
b. Kesadaran masyarakat untuk terlibat dan berpartisipasi dalam
penanganan bencana masih sangat rendah
c. Kapasitas petugas kesehatan terkait majemen bencana masih belum
memadai
d. Dinas kesehatan belum memiliki tim penanggulangan bencana
e. Meskipun terdapat beberapa Puskesmas tidak terdampak, namun petugas
kesehatan yang bertugas di Puskesmas tersebut tinggal di daerah
terdampak bencana sehingga mengalami kesulitan dalam memberikan
pelayanan kesehatan
f. Koodinasi lintas sektor jika tidak diinisiasi lembaga luar tidak jalan,
terutama untuk penanganan limbah medis.
g. Data kerusakan sarana dan prasarana fasyankes/alkes masih kurang
akurat, karena masih sulit membedakan kerusakan sarana dan prasarana
kesehatan/alkes yang rusak akibat gempa maupun rusak sebelum
kejadian tersebut.
K. BANTUAN YANG DIPERLUKAN SEGERA
1. Makanan dan minuman
2. Obat-obatan
3. Pakaian, selimut, popok bayi, pembalut, kasur darurat, peralatan mandi
4. Sarana sanitasi (air bersih, jamban darurat, tempat sampah)
5. Speedboat
6. Tenda pengungsian

L. RENCANA TINDAK LANJUT


1. Rencana kontijensi gempa bumi disusun berdasarkan kesepakatan seluruh unsur baik
pemerintah, lembaga non-pemerintah, dan masyarakat yang terkait dengan
penanggulangan bencana gempa bumi
2. Rencana kontijensi ini disetujui dan ditandatangai serta menjadi komitmen bersama
oleh setiap unsur yang terlibat dalam penyusunan.
3. Untuk menguji ketepatan rencana kontijensi yang telah disusun, maka perlu
dilakukan uji coba dalam bentuk simulasi atau gladi. Dalam gladi ini diusahakan
supaya besaran dan skalanya mendekati peristiwa/kejadian yang di-skenario-kan.
Apabila tidak memungkinkan, dapat diambil sebagian dari luas yang sesungguhnya.
4. Rencana kontijensi diaktivasi menjadi Rencana Operasi pada saat terjadi bencana
setelah dilakukan penilaian awal secara cepat dan penyesuaian komponen kebutuhan
sesuai kondisi dan intensitas bencana.
5. Koordinasi secara berkala untuk memperbarui dokumen Rencana Kontijensi ini perlu
dilakukan untuk disesuaikan dengan perkembangan termasuk updating data
ketersediaan sumber daya pada masing-masing instansi.
6. Perlu dilakukan identifikasi kerentanan wilayah rawan bencana yang meliputi
berbagai aspek antara lain sosial, perumahan, infrastruktur dan lingkungan.
7. Inventarisasi persediaan (buffer stock) untuk pemenuhan kebutuhan darurat perlu
diselenggarakan dengan manajemen logistik yang baik.
8. Perlu dibangun jejaring yang lebih luas (termasuk dengan lembaga usaha) agar
seluruh sumber daya dapat dioptimalkan dalam penanggulanagan bencana baik dalam
tahap pra-bencana, saat tanggap darurat maupun pasca bencana.
9. Perlu upaya semua pihak untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana
yang mungkin terjadi melalui beberapa kegiatan antara lain sebagai berikut :
a. Penyuluhan, pelatihan dan simulasi penanggulangan bencana pada masyarakat di
wilayah rawan bencana.
b. Melengkapi peralatan bencana termasuk menyiapkan jalur evakuasi pada wilayah
rawan bencana.
c. Mengoptimalkan peran fungsi Pusat Pengendalian dan Operasi (Pusdalops).
10. Mempersiapkan masa transisi ketika menghadapi potensi terjadinya bencana dengan
K2 (dua) kemungkinan yaitu terjadi bencana atau tidak terjadi bencana.
a. Apabila terjadi bencana:
 Jenis bencana yang terjadi sama/sesuai sebagaimana diperkirakan
sebelumnya, maka rencana kontijensi diaktivasi/diaplikasikan menjadi
Rencana Operasi Tanggap Darurat.
 Rencana operasi tersebut menjadi pedoman bagi POSKO untuk penanganan
darurat yang didahului dengan kaji cepat untuk penyesuaian data dan
kebutuhan sumberdaya.
 Jenis bencana yang terjadi tidak sama dengan yang diperkirakan dalam
rencana kontijensi, maka komponen kebutuhan sumberdaya mengalami
perubahan sesuai dengan jenis ancaman dan kebutuhan berdasarkan hasil kaji
cepat.
Beberapa hal yang perlu dilakukan apabila bencana terjadi:
 Rapat Koordinasi\
Segera setelah terjadi bencana, dilakukan rapat koordinasi penanggulangan
bencana untuk melakukan hal-hal berikut:
- Aktivasi Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) menjadi POSKO.
- Penetapan dan pengiriman Tim Reaksi Cepat (TRC) ke lapangan untuk
melakukan kaji cepat (rapid assessment) untuk pendataan korban,
kerusakan/kerugian, kebutuhan dan kemampuan sumberdaya serta
prediksi perkembangan kondisi ke depan. Hasil kerja TRC menjadi acuan
untuk melakukan tanggap darurat dan pemulihan darurat prasarana dan
sarana vital.
 Pelaksanaan Operasi Tanggap Darurat
Sektor-sektor yang telah dibentuk segera melaksanakan tugas tanggap darurat
sampai dengan kondisi darurat pulih/kembali ke kondisi normal.
 Evaluasi
Evaluasi berkala/rutin dilakukan terhadap pelaksanaan operasi tanggap
darurat, yang hasilnya antara lain berupa:
- Pemecahan masalah-masalah yang dihadapi.
- Perpanjangan masa tanggap darurat (jika diperlukan).
- Pernyataan secara resmi berakhirnya tanggap darurat.
b. Apabila tidak terjadi bencana:
 Apabila waktu kejadian bencana yang diperkirakan telah terlampaui (tidak
terjadi bencana), maka rencana kontijensi dapat diberlakukan atau
diperpanjang untuk periode/kurun waktu tertentu berikutnya.
 Apabila setelah melalui kaji ulang dan perpanjangan masa berlaku ternyata
tidak terjadi bencana, rencana kontijensi dapat di deaktivasi (dinyatakan tidak
berlaku) dengan pertimbangan bahwa potensi bencana tidak lagi menjadi
ancaman. Rencana kontijensi yang telah di-deaktivasi dapat diaktifkan
kembali setiap saat (aktivasi) jika diperlukan.
11. Kembali dari kondisi darurat kesiapsiagaan ke kondisi normal (Re-entry)
Re-entry adalah proses kembali dari kondisi darurat kesiapsiagaan ke kondisi normal.
Dilakukan setelah masa kedaruratan berakhir untuk mengetahui
kekurangan/kelemahan apa yang terjadi pada saat melaksanakan operasi tanggap
darurat. Memetik manfaat dari perencanaan kontinjensi untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan dalam sistem penanggulangan bencana melalui berbagai
kegiatan, misalnya penyusunan kebijakan, pembuatan prosedur tetap/SOP,
penyebarluasan/sosialisasi kebijakan dan kegiatan-kegiatan lainnya, dalam rangka
penyempurnaan upaya penanggulangan bencana.
Kepulauan Aru, 20 Juli 2020
Pelapor
Instansi :....................
Jabatan :....................

(…………………….)
NIP

Anda mungkin juga menyukai