Anda di halaman 1dari 10

PRIMA

Volume 8, Nomor 2, November 2011 ISSN : 1411-0296

KAJIAN KINERJA SISTEM DETEKSI


ANTARA DETEKTOR NaI(Tl) DAN CsI(Tl)
UNTUK PERANGKAT RENOGRAF PORTABEL JINJING

Joko Sumanto, Sigit Bachtiar, Abdul Jalil


Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir-BATAN-Kawasan Puspiptek, Serpong

ABSTRAK

KAJIAN KINERJA SISTEM DETEKSI ANTARA DETEKTOR NaI(Tl) DAN CsI(Tl)


UNTUK PERANGKAT RENOGRAF PORTABEL JINJING. Telah dilakukan kajian kinerja sistem
deteksi antara detektor NaI(Tl) dan CsI(Tl) untuk perangkat renograf portabel jinjing. Kegiatan
ini dimaksudkan untuk menggantikan sistem deteksi yang lebih kecil, sehingga perangkat
renograf menjadi mudah di jinjing. Metoda yang digunakan adalah dengan studi literatur dan
membandingkan kinerja sistem deteksi yang meliputi pengukuran tegangan kerja, resolusi dan
efisiensi detektor NaI(Tl) 2x2” PMT dan detektor CsI(Tl)1x1” PMT dan photodiode. Hasil kajian
menunjukkan bahwa detektor NaI(Tl) 2x2” memberikan efisiensi yang lebih besar dan resolusi
yang cukup baik dibandingkan dengan detektor CsI(Tl) 1x1”. Dengan demikian detektor CsI(Tl)
yang lebih kecil belum bisa mengggantikan detektor NaI(Tl) 2x2” pada perangkat renograf.

Kata kunci: Detektor, NaI(Tl), CsI(Tl), photodiode

ABSTRACT

PERFORMANCE REVIEW OF DETECTORS DETECTION SYSTEM NaI (Tl) and


CSI (Tl) DEVICE FOR RENOGRAPH PORTABLE TOTE. Performance review has
been conducted between the detector NaI(Tl) detection systems and portable renograph
CsI(Tl) for portable devices. This activity is intended to replace a smaller detection system, so
the device becomes easy renograph in tote. The method used is the study
of literature and compare the performance of detection systems, including measurement of
work stress, resolution and detector efficiency Na(Tl)2x2”-PMT and CsI(Tl)1x1”-
PMT and photodiode detector. The study results showed that the NaI(Tl)2x2”
detectors provide greater efficiency and resolution is quite good compared to the
detector CSI. Thus CSI smaller detector can not replace NaI(Tl)2x2” detector on the device
renograph.

Keywords: detector, NaI(Tl), CSI(Tl), photodiode

1. PENDAHULUAN sistem akuisisi, serta menggunakan


detektor yang lebih kecil. Penggunaan
BATAN telah berupaya untuk komponen berteknologi baru dan
mengembangkan beberapa prototip berdaya rendah akan digunakan
peralatan kedokteran yang sebagai inti dari sistem elektronik
memanfaatkan teknologi nuklir dengan peralatan tersebut akan diteliti lebih
mengikuti trend teknologi komputer. jauh. Pemanfaatan komunikasi data
Walaupun demikian peralatan-peralatan dengan peralatan pendukungnya juga
tersebut masih memerlukan akan lebih diefisienkan. Dari segi
pengembangan lebih lanjut agar dapat mekanik, dimensi peralatan akan
beroperasi dengan daya yang lebih dirancang sekompak mungkin dan dapat
rendah dan dimensi ukuran yang lebih dengan mudah dipindah-pindahkan
kompak, portable jinjing. Perekayasaan (portable jinjing). Dengan dimensi yang
renograf portable jinjing dilakukan kompak dan berdaya listrik rendah
berdasarkan permintaan renograf, agar diharapkan peralatan ini dapat
dapat dipindah-pindah dengan mudah dioperasikan dengan mudah (mobile).
dan ringan. Pengembangan yang akan Oleh karena itu perlu kajian
dilakukan adalah pada sistem detektsi, kinerja sistem deteksi antara
63
PRIMA
Volume 8, Nomor 2, November 2011 ISSN : 1411-0296

menggunakan detektor NaI(Tl) 2x2” Kristal sintilator CsI(Tl)


dengan detektor CsI(Tl)1/2x1”. Dalam berbentuk kubus dengan dimensi 10 x
sistem spektroskopi gamma di bidang 10 x 10 mm3 dan diletakkan pada
kesehatan, sistem deteksi yang photodioda dengan menggunakan teflon
digunakan biasanya menggunakan tape dan silicon oil. Kristal sintilator
detektor NaI(Tl) 2x2” yang mempunyai CsI(Tl) bersama photodioda dan
efisiensi yang besar, tetapi resolusinya penguat hibride dikemas dalam
masih cukup baik. Namun detektor ini aluminium berbentuk silinder yang
masih menggunakan photomultiplier- kedap cahaya. Hal ini dilakukan untuk
PMT dan catu daya tegangan tinggi. menghindari kesalahan deteksi pada
Sedangkan detektor CsI(Tl)1/2x1” dapat saat digunakan untuk mendeteksi foton.
menggunakan teknologi photodiode
dimana tidak memerlukan catu daya
tengangan tinggi, sehingga menjadi
praktis. Dengan mengganti sistem
deteksi menggunakan detektor CsI(Tl)
1/2x1” diharapkan perangkat renograf
menjadi portabel jinjing.

2. TEORI
Beberapa kajian tentang
kemungkinan penggunaan detektor
berbasis teknologi photodiode telah
dilakukan.
Photodioda bekerja atas dasar
pengubahan cahaya tampak yang Gambar 1. Kristal sintilator dan penguat
mengenai photokatoda sehingga awal peka muatan [2 ]
menghasilkan elektron. Dengan
tegangan bias yang diberikan antara Photodioda adalah dioda
katoda dan anoda, elektron tersebut semikonduktor yang khusus dirancang
akan mengalir sehingga diperoleh arus untuk keperluan pembangkitan energi
listrik dan selanjutnya diubah menjadi listrik karena penyinaran. Photodioda
tegangan. Besarnya tegangan yang yang dikopel dengan sintilator dibuat
dihasilkan tergantung pada kuat cahaya dari silikon dengan resistivitas tinggi,
yang mengenai photokatoda. Secara biasanya dari tipe N dengan resistivitas
umum photokatoda memiliki dark sekitar 5000 Ωcm sampai dengan
current yang kecil orde nano ampere. 10.000 Ωcm untuk mendapatkan
Dark current merupakan arus yang kapasitansi yang rendah pada tegangan
timbul pada photokatoda untuk keadaan bias yang rendah.
gelap atau tanpa dikenai cahaya sama Jika sumber radiasi pengion
sekali. Photokatoda mempunyai waktu melewati kristal maka tingkat energi
tanggap yang cepat dan responsif pada elektron pada kristal akan meningkat
wilayah panjang gelombang cahaya sampai ke tingkat eksitasi di bawah
tampak yaitu antara 200nm sampai conduction band sehingga pada pita
1100nm dengan panjang gelombang valensi terbentuk hole-hole, yang
effektip pada 800nm. [1,2] menyebabkan terjadinya eksitasi, yang
CsI(Tl) adalah sintilator pada eksitasinya dipancarkan foton-
anorganik yang sangat cocok untuk foton.
digandengkan dengan photodioda Keluaran dari detektor ini berupa
karena memiliki yield cahaya yang pulsa yang lemah dan lebarnya
paling tinggi, kuantum efisiensi sebesar beberapa nano detik. Oleh karena itu
69% sepanjang spektrumnya pada detektor ini ditambahkan
dibandingan dengan 49% pada NaI(Tl). rangkaian penguat operasional dalam
mode integrator dengan menggunakan

64
PRIMA
Volume 8, Nomor 2, November 2011 ISSN : 1411-0296

kapasitor umpan balik. Penguat ini Sintilator NaI(Tl) mempunyai


memiliki impedansi masukan tinggi dan banyak sifat yang merugikan seperti
mengintegrasikan pulsa-pulsa listrik rapuh dan sensitif terhadap temperatur
yang lemah serta mengubahnya tinggi dan panas mendadak. Selain itu
menjadi pulsa tegangan sehingga juga bersifat higroskopik sehingga harus
dihasilkan impedansi keluaran yang terlindung setiap saat. NaI(Tl) selalu
rendah. Penguat ini disebut penguat mengandung sejumlah kecil potasium
awal peka muatan. yang memberikan efek tertentu karena
Jika radiasi gamma menumbuk radioaktivitas.
detektor maka muatan Q dihasilkan Detektor NaI(Tl) terdiri dari dua
dengan amplitudo yang setara dengan bagian. Bagian pertama adalah medium
energi partikel. Sehubungan dengan sintilasi berupa sintilator NaI(Tl) dimana
muatan yang timbul, keluaran penguat partikel yang terdeteksi akan
peka muatan naik dan bersamaan itu, menimbulkan pulsa cahaya. Bagian
tegangan dengan polarisasi terbalik kedua adalah tabung pengubah
muncul pada keluarannya. Penguat ini pancaran cahaya menjadi pulsa listrik
memiliki open loop gain besar sehingga setelah proses penggandaan yaitu
melalui rangkaian feedback seolah-olah Photo Multiplier Tube (PMT).
tegangan pada ujung masukan adalah
nol. Akibatnya pulsa-pulsa muatan Kelebihan dan kekurangan detektor
semuanya diintegrasikan terhadap CsI(Tl) photodiode
kapasitor feedback dan menimbulkan  Dimensi kecil
tegangan keluaran. Pada titik ini  Dioperasikan pada tegangan
tahanan feedback untuk arus searah rendah (tidak perlu tegangan tinggi)
dihubungkan paralel dengan kapasitor  Tinggi sinyal sangat stabil
feedback dan tegangan keluaran  Kokoh (rugged)
menjadi pulsa-pulsa tegangan yang  Tidak terpengaruh oleh medan
meluruh secara perlahan. magnet

NaI(Tl) adalah sintilator yang Karakteristik yang memungkinkan


paling banyak digunakan untuk penggunaan jenis Photodioda dapat
mendeteksi sinar γ. Dalam bentuk kristal dilihat dari grafik di bawah ini:
tunggal berdiameter 0,75 m dan tebal
0,25 m serta memiliki tingkat kerapatan
sebesar 3,67 x 103 kg/m3. Karena rapat
massanya yang besar, nomor atom
yang tinggi dan ukuran yang besar
maka NaI(Tl) sangat efisien untuk
mendeteksi radiasi gamma.

Gambar 3a. Karakteristik


Photodkatoda.[4]

Gambar 2. Skema detektor sintilasi


NaI(Tl) [3]
65
PRIMA
Volume 8, Nomor 2, November 2011 ISSN : 1411-0296

Efisiensi detektor
Effisiensi detektor dinyatakan
sebagai perbandingan antara
banyaknya cacah dengan aktivitas
mutlak sumber yaitu cacah pancaran
radiasi yang dihasilkan oleh sumber ke
segala arah (4π). Kemampuan detektor
untuk menerima pancaran radiasi dapat
dipengaruhi oleh jarak sumber radiasi
dengan detektor, medium antara
detektor dengan sumber radiasi dan
besarnya volume aktif detektor
(sintilator). Makin besar volume aktifnya
makin banyak jumlah cacah radiasi yang
dapat diterima oleh detektor. Dengan
memperhatikan faktor geometri dan
faktor dari sumber, efisiensi detektor
Gambar 3b. Karakteristik Photodioda.[4] dinyatakan dengan persamaan:

Spektrum Energi E = (n /3,7 104 s f a)100% ................(2)


Spektrum energi terdiri dari latar
dan suatu luasan pada puncak energi Dimana:
dengan besar energi tertentu yang E = Counting Effisiensi (%)
sesuai dengan energi sumber radiasi n = count rate yang telah dikoreksi
yang digunakan. Setiap sumber radiasi background (c/s)
memiliki jumlah puncak energi spektrum s = aktivitas sumber standar pada
yang berbeda-beda tergantung pada sertifikat (μCi)
banyaknya energi yang dimiliki sumber f = Decay factor for source to day of
radiasi tersebut. measurement
Resolusi detektor a = Fractional abundance of detected
Resolusi detektor dinyatakan radiation per desintegrasi (for Cs-
dengan lebar setengah tinggi maksimum 137 this factor is 0,832)
dimana satuan yang diguanakan adalah
keV atau dinyatakan dalam % terhadap 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
energi dan dinyatakan dengan Komparasi Spektrum sumber
persamaan: standar Cs-137 (662kev) menggunakan
sistem deteksi dari detektor NaI(Tl) 2x2”
Resolusi = FWHM × 100% ……….. (1) dan detektor CsI(Tl) Photodiode
E 10x10mm, masing-masing diperlihatkan
Dimana E adalah energi puncak dari pada Gambar 6 dan Gambar 7.
sumber referensi. Nilai resolusi yang Sedangkan Spektrum sumber standar
semakin kecil menunjukkan resolusi Co-60 (1173,1kev dan 1332,4kev)
yang semakin baik untuk memisahkan menggunakan sistem deteksi dari
puncak energi yang berdekatan. Artinya detektor NaI(Tl) 2x2” dan detektor
detektor yang memiliki resolusi yang CsI(Tl) Photodiode 10x10mm, masing-
baik adalah detektor yang mampu masing diperlihatkan pada Gambar 8
memisahkan dua puncak energi yang dan Gambar 9 [5] .
sangat berdekatan.

66
PRIMA
Volume 8, Nomor 2, November 2011 ISSN : 1411-0296

Tabel 1. Karakteristik Detektor sintilasi [6]

Gambar 4. Efisiensi Absorsi NaI(Tl).[7] Gambar 5. Efisiensi Absorsi CsI(Tl). [7]

Gambar 7. Spektrum energi Cs-137


Gambar 6. Spektrum energi Cs-137
[8] Menggunakan detektor CsI(Tl)
Menggunakan detektor NaI(Tl) 2”x2”.
(Photodiode 10x10mm). [8]

67
PRIMA
Volume 8, Nomor 2, November 2011 ISSN : 1411-0296

Gambar 8. Spektrum energi Co-60 Gambar 9. Spektrum energi Co-60


[8]
Menggunakan detektor NaI(Tl) 2”x2”. Menggunakan detektor CsI(Tl)
[8]
(Photodiode 10x10mm).

Dari Gambar 6. sampai dengan Tabel 2. Karakteristik sistem deteksi


Gambar 9. menunjukkan komparasi dari detektor NaI(Tl) dan CsI(Tl)
kinerja sistem deteksi radiasi gamma
dari detektor NaI(Tl) 2x2” dan detektor No Karakter NaI(Tl) CsI(Tl)
CsI(Tl) Photodiode 10x10mm. Dari 1 Max wavelength λmax (nm) 415 550
Gambar tersebut terlihat bahwa detektor 2 Decay constan 9(μs) 0,23 1,00
NaI(Tl) 2x2” mempunyai resolusi / daya 3 Refrection Index λmax 1,85 1,80
pisah yang baik serta effisiensi yang 4 Conversi Efficiency (%) 100 45
lebih besar dibandingkan dengan 5 Atteuation Coefficient (cm-
detektor CsI(Tl) photodiode 10x10mm. 1) 2,30 4,2
a. 150 Kev 0,37 0,55
Sedangkan dari Tabel 1. menunjukkan
b. 500 Kev
bahwa efisiensi detektot NaI(Tl) dan 6
3
Density (gr/cm ) 3,67 4,51
detektor CsI(Tl) berbanding 100% dan 7 Hygroscopic Yes Rather
45%. Jika akan digunakan detektor
CsI(Tl) photodiode dengan ukuran Hasil pengujian dengan sinyal
kristal yang lebih kecil, maka keluaran amplifier menggunakan
efisiensinya juga akan semakin sumber standar Ba-133 antara detektor
menurun. Hal ini dapat dilihat pada NaI(Tl) 2”x2” PMT buatan Bicron dan
Gambar 4 dan Gambar 5. detektor CsI(Tl) 1”x1” PMT buatan
Hilger type W556 7699 diperlihatkan
pada Tabel 3.

68
PRIMA
Volume 8, Nomor 2, November 2011 ISSN : 1411-0296

Tabel 3. Hasil pengujian sinyal keluaran dengan menggunakan sumber 133Ba

Keluaran Detektor NaI(Tl) 2”x2” Keluaran Detektor CsI(Tl) 1”x1”


Bicron Hilger
Nama Pada HV=638 V Pada HV=601 V
Bentuk Keterangan Bentuk Keterangan
Sinyal Pulsa Negatif Pulsa Negatif
Detektor
Pulsa Positif
Output Pre Pulsa Positif
Amplitudo=1,6V
Amplitudo=1,8V
Periode=20-30µs
Periode=20-30µs
Amplifier

Output Pulsa Positif Pulsa Positif Semi


Semi Gaussian Gaussian
Amplitudo=2,5V Amplitudo=2,8 V
Amplifier & 0,5V & 0,8 V
Periode=5,5µs Periode=5,5µs

Tabel 4. Hasil pengujian FWHM, Resolusi, Efisiensi antara


detektor NaI(Tl) 2”x2” dan CsI(Tl) 1”x1”.

Detektor
Sumber Ket.
NaI(Tl) 2”x2” CsI(Tl) 1”x1”
FWHM 50,312 KeV 62,16 KeV
137
Cs Resolusi 7,6 % 9,4 %
Efisiensi 5,116 % 1,730%
FWHM 40,23 KeV 47,87KeV
133
Ba Resolusi 11,3% 13,4%
Efisiensi 14,18% 6,79%
resolusi pada saat menggunakan
Dari Tabel 3. terlihat bahwa sumber 133Ba didapatkan 11,3% untuk
intensitas pulsa yang dihasilkan detektor detektor NaI(Tl) 2”x2” dan 13,4% untuk
NaI(Tl) 2”x2” lebih terang dibandingkan detektor CsI(Tl) 1”x1”.
dengan intensitas pulsa yang dihasilkan Dari hasil hitungan ini dapat
detektor CsI(Tl) 1”x1”. Hal tersebut dikatakan bahwa resolusi detektor
dipengaruhi oleh perbedaan diameter NaI(Tl) 2”x2” lebih baik dibandingkan
yang dimilki kedua detektor tersebut. dengan resolusi detektor CsI(Tl) 1”x1”.
Semakin besar diameter detektor Secara fisik, resolusi detektor NaI(Tl)
semakin besar pula radiasi gamma yang 2”x2” lebih baik dibandingkan dengan
tertangkap, akibatnya detektor yang resolusi detektor CsI(Tl) 1”x1”.
memilki diameter lebih besar akan Kenyataan ini dapat dilihat dari FWHM
menghasilkan intensitas yang lebih yang dihasilkan pada detektor NaI(Tl)
terang. 2”x2” lebih kecil dibandingkan dengan
Dari data Tabel 4. di atas, FWHM yang dihasilkan pada detektor
diperoleh resolusi menggunakan CsI(Tl) 1”x1” baik pada saat
sumber 137Cs untuk detektor NaI(Tl) menggunakan sumber 137Cs maupun
133
2”x2” sebesar 7,6% dan untuk detektor Ba. Spektrum energi puncak yang
CsI(Tl)1” sebesar 9,4%. Sedangkan dihasilkan oleh detektor NaI(Tl) 2”x2”
lebih ramping dibandingkan dengan

69
PRIMA
Volume 8, Nomor 2, November 2011 ISSN : 1411-0296

spektrum tenaga puncak yang


dihasilkan oleh detektor CsI(Tl) 1”x1”.

Tabel 5. Pengujian Terhadap Fungsi


Jarak menggunakan Sumber 133Ba.
Cacah netto/10s
Jarak Detektor Detektor
No
(cm) NaI(Tl) CsI(Tl)
2”x2” 1”x1”
1 0 107773 51626
2 2 58645 14974
3 4 27386 5494
4 6 15926 3229
Gambar 10. Grafik cacah tehadap
5 8 10452 219
fungsi jarak menggunakan sumber 137Cs
6 10 7129 1518
7 12 5278 1032
8 14 4037 799
9 16 3004 657
10 18 2617 534
11 20 2135 424
12 22 1863 334
13 24 1570 294
14 26 1357 267
15 28 1163 230
16 30 1033 238

Tabel 6. Pengujian Terhadap Fungsi


Jarak menggunakan Sumber 137Cs.
Cacah netto/10s
Jarak Detektor Detektor
No Gambar 11. Grafik cacah tehadap
(cm) NaI(Tl) CsI(Tl)
2”x2” 1”x1” fungsi jarak dengan sumber 133Ba
1 0 104296 35203
2 2 52781 11071 Dari pengujian terhadap fungsi
3 4 30220 4954 jarak dapat dilihat bahwa kemampuan
4 6 17612 2882 cacah detektor NaI(Tl) 2”x2” lebih baik
5 8 11626 1826 ibandingkan dengan detektor CsI(Tl)1”
6 10 8148 1250 dengan menggunakan sumber 137Cs
7 12 6000 934 ataupun 133Ba. Pada jarak antara
8 14 4587 711 sumber dan detektor yang sama cacah
9 16 3612 559 yang dihasilkan detektor NaI(Tl) 2”x2”
10 18 2929 468
lebih besar dibanding detektor CsI(Tl)
11 20 2409 383
1”x1”.
12 22 2097 314
Hal ini menujukkan bahwa
13 24 1730 249
14 26 1525 224 detektor NaI(Tl) 2”x2” mempunyai
15 28 1296 218 kemampuan utuk mendeteksi sumber
16 30 1155 193 radiasi dengan jarak yang agak jauh,
seperti halnya dalam pemeriksaan
Grafik cacah terhadap fungsi dengan menggunakan metode in-vivo.
jarak menggunakan Sumber 137Cs, Dalam pemeriksaan menggunakan
diperlihatkan pada Gambar 10. metode in-vivo biasanya jarak dari
Sedangkan grafik cacah tehadap fungsi detektor ke pasien yang akan diperiksa
jarak menggunakan sumber 133Ba, antara 20- 40 cm. Sehingga detektor
diperlihatkan pada Gambar 11. NaI(Tl) 2”x2” ini cocok digunakan untuk
pemeriksaan dengan metode in-vivo,

70
PRIMA
Volume 8, Nomor 2, November 2011 ISSN : 1411-0296

atau pemantauan yang membutuhkan menunjukkan bahwa alat yang


jarak antara 20-40 cm. digunakan masih dalam keadaan stabil.
Sedangkan, detektor CsI(Tl)
1”x1” dapat dimanfaatkan untuk Dari hasil pengujian diatas
pemeriksaan dengan metode in-vitro. menunjukkan kinerja sistem deteksi
Karena pada pemeriksaan dengan menggunakan detektor NaI(Tl) 2”x2”
metode in-vitro tidak memerlukan jarak dan detektor CsI(Tl) 1”x1” sebagai
yang jauh. berikut:
Dari pengujian terhadap fungsi jarak 1. Berdasarkan pengamatan bentuk
juga dapat diketahui bahwa semakin pulsa pada keluaran amplifier
jauh jarak detektor ke sumber radiasi, menggunakan detektor NaI(Tl) 2”x2”
maka semakin kecil pula jumlah cacah buatan Bicron type 2M2/2 dan
yang dihasilkan. detektor CsI(Tl) 1”x1” buatan Hilger
Dari hasil perhitungan efisiensi, type W556 7699 CsI(Tl) sama sama
didapatkan efisiensi detektor NaI(Tl) memiliki bentuk pulsa yang baik.
2”x2” dan CsI(Tl) 1”x1” menggunakan 2. Resolusi detektor NaI(Tl) 2”x2” dari
sumber 137Cs sebesar 5,116 % dan Bicron 7,6 % dan detektor CsI(Tl)
1,73 %. Sedangkan efisiensi detektor adalah 9,4 % untuk 137Cs (662kev).
NaI(Tl) 2”x2” dan CsI(Tl) 1”x1” Hal ini menunjukkan bahwa sistem
menggunakan sumber 133Ba adalah deteksi detektor NaI(Tl) mempunyai
14,18% dan 6,79%. Dari hasil pengujian kemampuan yang lebih baik untuk
tersebut menunjukkan bahwa efisiensi memisahkan spektrum energi yang
detektor NaI(Tl) 2”x2” lebih baik berdekatan. Namun keduanya masih
dibandingkan detektor CsI(Tl) 1”x1”. memenuhi syarat yaitu antara 6% -
Nilai Efisiensi yang dihasilkan 10% untuk Cs-137.
dipengaruhi oleh jenis detektor dan juga 3. Efisiensi detektor NaI(Tl) 2”x2” dari
setting atau pengaturan selama Bicron 2M2/2 lebih tinggi
melakukan pencacahan yaitu jarak dibandingkan efisiensi detektor
antara sumber dengan detektor, CsI(Tl) 1”x1”. Hal ini menunjukkan
tegangan kerja, faktor amplifikasi pada bahwa efisiensi detektor berbanding
amplifier, serta lebar window lurus dengan dimensinya.
diskriminator. Hal lain yang 4. Pada uji fungsi jarak, semakin dekat
mempengaruhi efisiensi sistem jarak sumber dengan detektor maka
pencacah adalah jenis radiasi, energi jumlah cacah yang diperoleh
radiasi, dan intensitas radiasi. Sehingga semakin besar. Dari data-data yang
Detektor NaI(Tl) 2”x2” memilki efisiensi telah diperoleh dapat dinyatakan
yang lebih besar karena memilki bahwa pada jarak 0.5cm sampai
ketebalan material sintilasi yang lebih dengan 30 cm interaksi detektor
besar dibanding detektor CsI(Tl) 1”x1”. NaI(Tl) 2”x2” dari Bicron terhadap
radiasi sinar gamma lebih baik
Berdasarkan standart Tec-Doc dibandingkan detektor CsI(Tl) 1”x1”.
IAEA 602 tahun 1991 tingkat 5. Dari hasil uji chi square test
kepercayaan yang digunakan untuk menggunakan detektor NaI(Tl) 2”x2”
pengujian kestabilan adalah 95%. Untuk dari Bicron 2M2/2 maupun detektor
data sebanyak 20 dengan kepecayaan CsI(Tl) 1”x1” dari Hilger type W556
95%, rentang chi kuadrat yang 7699 telah memenuhi syarat
diperbolehkan adalah kestabilan dengan tingkat
10,117<X2<30,144. Dari hasil pengujian kepercayaan 95% sesuai TECDOC
chi square test dengan menggunakan IAEA 602 tentang uji kualitas
detektor NaI(Tl) 2”x2” dan CsI(Tl) 1”x1”, peralatan kedokteran nuklir.
harga X2 yang dihasilkan masih berada
dalam rentang yang diiizinkan. Sehingga
dari informasi yang didapatkan tersebut,

71
PRIMA
Volume 8, Nomor 2, November 2011 ISSN : 1411-0296

4. KESIMPULAN
Kajian sistem deteksi antara [3] Susetyo, W., Spektroskopi Gamma
detektor NaI(Tl) dan detektor CsI(Tl) dan Penerapannya dalam
untuk perangkat renograf portabel jinjing Pengaktifan Neutron, Gajah Mada
telah dilakukan. Hasil kajian dari literatur University Press, Yogyakarta, [1988].
menunjukkan bahwa, penggunaan jenis [4]. “SCIONIX nedherlan Detektor”,
detektor CsI(Tl) photodioda http://www.scionix.nl/, diunduh 15
dibandingkan dengan penggunaan Desember 2010.
detektor NaI(Tl) yaitu dapat mengurangi [5]. SAMSUL BAHRI, “Perbandingan
dimensi akibat penggunaan PMT. Kinerja Detektor NaI(Tl) Dengan
Disamping itu tidak memerlukan catu Detektor CsI(Tl) Pada Spektroskopi
daya tegangan tinggi dan tidak Radiasi Gamma”, Jurnal Gradien
terpengaruh medan magnet. Namun Vol.3 No.1 Januari 2007: 204-209,
demikian perlu dipertimbangkan, bahwa Universitas Bengkulu.
efisiensi detektor CsI(Tl) photodiode http://www.scribd.com/doc/43147515
lebih rendah dibandingkan dengan /1FC18204d01 diunduh 1 Nop 2011.
detektor NaI(Tl) PMT. Penggunaan [6]. SETYADI DAN RILL ISARIS,
kristal detektor CsI(Tl) yang lebih kecil ”Design and Construction of
dimensinya, menyebabkan efisiensi Renograph for Renal Function Test
detektor tersebut juga bertambah Using CsI(Tl) Detector and
rendah. Sedangkan perangkat renograf Microcontroller AT89C51”, Jurnal
perlu effisiensi detektor yang besar Teknologi Academia ISTA,
disamping penggunaan kolimator. ISSN.1410-5829, Vol.12 No.1,
Dengan demikian detektor CsI(Tl) yang Agustus 2007.
lebih kecil belum bisa mengggantikan [7]. SAINT-GOBAIN, “Efficiency
sistem deteksi dari detektor NaI(Tl) 2x2” Calculations for Selected
pada perangkat renograf. Scintillators”,
http://WWW.detectors.saint-
5. DAFTAR PUSTAKA gobain.com/uploaddedFiles/SCdetec
[1] Sumiardi, Y., 2003, ”Sistem Sensor tors/Documents/Technical_informati
Optik Berbasis Photodioda Siemens on_Notes/Efficiency-
BPW34”, Skripsi S1, Universitas Calculations.pdf, diunduh 27 Oktober
Gadjah Mada,[ 2003]. [2011].
[2] Setyadi, W.S., Sanyoto, N.T. dan [8]. SAMSUL BAHRI, “Perbandingan
Juningram, ”Perakitan Detektor Kinerja Detektor NaI(Tl) Dengan
Sintilasi CsI(Tl)”, Prosiding PPI- Detektor CsI(Tl) Pada Spektroskopi
Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan Radiasi Gamma”, Jurnal Gradien
dan Teknologi Nuklir, P3TM BATAN, Vol.3 No.1 Januari 2007 : 204-209,
Yogyakarta, 7-8 Agustus [2001]. Universitas Bengkulu.
http://www.scribd.com/doc/43147515
/1FC18204d01 diunduh 1 Nop 2011.

72

Anda mungkin juga menyukai