Anda di halaman 1dari 34

PENATALAKSANAAN PEMERIKSAAN PELVIS DENGAN

KLINIS LBP VAS 8 DI INSTALASI RADIOLOGI


AULIA HOSPITAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Kasus


Praktek Kerja Lapangan I

Disusun Oleh :
Febi Ernanda Mauliza
19002016

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK RADIOLOGI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
AWAL BROS PEKANBARU
TAHUN AJARAN 2021
HALAMAN PENGESAHAN

Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktek
Kerja Lapangan I pada Program Studi Diploma III Teknik Radiologi STIKes
Awal Bros Pekanbaru.
Nama : Febi Ernanda Mauliza
NIM : 19002016
Judul Laporan Kasus : “Penatalaksanaan Pemeriksaan Pelvis dengan klinis
LBP Vas 8 di Instalasi Radiologi Aulia Hospital”

Pekanbaru, 19 Juni 2021


Clinical Instructure

John Haryadi, AMR

NIP : 015223.224.03.240817

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
“Penatalaksanaan Pemeriksaan Pelvis di Instalasi Radiologi Aulia Hospital
Panam”.
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas Praktek Kerja Lapangan
I Prodi Diploma-III Teknik Radiologi STIKes Awal Bros Pekanbaru yang
bertempat di Instalasi Radiologi Aulia Hospital.
Dalam penyusunan laporan kasus ini tidak lepas dari segala bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dra. Wiwik Suryandartiwi A, MM sebagai Ketua Yayasan STIKes Awal
Bros Pekanbaru
2. dr. RP. Herutami Kusumowardani, MPH sebagai Direktur Utama Aulia
Hospital Panam.
3. Bapak John Hariyadi, AMR selaku Kepala Ruangan sekaligus Clinical
Instructure Praktek Kerja Lapangan I di Aulia Hospital Panam.
4. Bapak Marido Bisra, S.Tr,Rad, selaku Clinical Instructure Praktek Kerja
Lapangan I STIKes Awal Bros Pekanbaru.
5. Seluruh Radiografer dan Staf Instalasi Radiologi di Aulia Hospital Panam.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kata sempurna
karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki. Oleh karenanya saran
dan kritik yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat membantu
memperluas wawasan mahasiswa maupun para pembaca.

Pekanbaru, 19 Agustus 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
2.1 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
3.1 Tujuan Penulisan ................................................................................ 2
4.1 Manfaat Penulisan .............................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi pelvis ..................................................................... 3
2.2 Patologi pelvis ................................................................................... 6
2.3 Teknik Pemeriksaan pelvis ................................................................. 7
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pemeriksaan Laporan Kasus ..................................................... 15
A. Identitas Pasien ............................................................................ 15
B. Paparan Kasus ............................................................................. 15
C. Persiapan Alat .............................................................................. 15
D. Persiapan Pasien .......................................................................... 18
E. Teknik pemeriksaan..................................................................... 18
3.2 Pembahasan ........................................................................................ 20
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ......................................................................................... 22
4.2 Saran ................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Anatomi Pelvis (Ballinger,2013)........................................................ 3


Gambar 2. 2 Anatomi Pelvis (Ballinger,2013)........................................................ 3
Gambar 2. 3 Poksimal Femur (Long,2016) ............................................................ 5
Gambar 2. 4 Pelvis Proyeksi AP (Ballinger,2013) ................................................. 4
Gambar 2. 5 Hasil radiograf Pelvis Proyeksi AP (Ballinger,2013) ........................ 4
Gambar 2. 6 Pelvis Proyeksi Lateral (Ballinger,2013) ........................................... 5
Gambar 2. 7 Hasil gambaran Pelvis Proyeksi Lateral (Ballinger,2013) ................. 4
Gambar 2. 8 Pelvis Proyeksi Frog Leg (Bontrager,2001) ....................................... 4
Gambar 2. 9 Radiograf Pelvis proyeksi Frog Leg (Bontrager,2001) ...................... 5
Gambar 2. 10 Pelvis Proyeksi Outlet (Bontrager,2001) ......................................... 6
Gambar 2. 11 Radiograf Pelvis Proyeksi Outlet (Bontrager,2001) ........................ 4
Gambar 2. 12 Pelvis Proyeksi Inlet (Bontrager,2001) ............................................ 5
Gambar 2. 13 Radiograf Pelvis Inlet (Bontrager,2001) .......................................... 5

gambar 3. 1 Computed Radiography .................................................................... 15


gambar 3. 2 komputer CR ..................................................................................... 15
gambar 3. 3 Image Reader .................................................................................... 16
gambar 3.4 IP ........................................................................................................ 16
gambar 3. 5 Radiograf Pelvis Proyeksi AP ........................................................... 15

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemeriksaan radiologi saat ini semakin berkembang seiring
berkembang nya ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kedokteran.
Pemeriksaan radiologi itu sendiri memiliki peran penting dalam bidang
kedokteran yaitu mendiagnosa suatu penyakit.
Radiologi memegang peranan penting sebagai sarana penunjang
diagnosis klinis dengan memanfaatkan radiasi pengion dan non pengion.
Banyak bidang dalam dunia kesehatan yang memanfaatkan energi radiasi
seperti terapi, diagnostik, sampai dengan kedokteran nuklir.
Salah satu pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan radiologi
pada tulang pelvis. Pelvis atau Tulang panggul terdiri dari 3 bagian yaitu
os coxae (os ilium, os ischium, os pubis), os sacrum dan os coccigeus.
Tulang panggul berfungsi sebagai penyambung antara tubuh bagian atas
dan tubuh bagian bawah. Tulang panggul juga berfungsi sebagai
penyangga organ dalam bagian perut. Organ tersebut antara lain usus halus
dan usus besar(friedrich P & Jens. W 2014).
Berdasarkan teori, pemeriksaan radiograf pelvis biasanya
menggunakan proyeksi AP dan Lateral dengan posisi pasien yang true AP
dan true lateral. Sedangkan di Aulia Hospital Panam pemeriksaan pelvis
menggunakan teknik pemeriksaan AP dan Lateral yang tidak true Lateral
sehingga hanya membentuk posisi oblique. Hal inilah yang membuat
penulis tertarik mengangkat kasus ini menjadi laporan kasus dengan judul
“Penatalaksanaan Pemeriksaan pelvis dengan klinis LBP Vas 8 di Instalasi
Radiologi Aulia Hospital”.

1
1.2 Rumusan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan laporan kasus ini,
penulis perlu membatasi masalah-masalah yang akan dibahas, penulis akan
menyajikan rumusan masalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana teknik pemeriksaan radiografi pelvis?
1.2.2 Bagaimana teknik Pemeriksaan radiografi pelvis di instalasi
radiologi Aulia Hospital?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulis dari laporan kasus ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana teknik pemeriksaan radiografi pelvis.
1.3.2 Untuk mengetahui teknik Pemeriksaan radiografi pelvis di instalasi
radiologi Aulia Hospital.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat penulisan laporan kasus ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis diharapkan laporan ini dapat bermanfaat untuk
menambah pengetahuan bagi pembaca dan dapat digunakan
sebagai referensi bahan ajar dan keperluan pendidikan khususnya
di bidang radiologi.
1.4.2 Manfaat Klinis
Secara klinis diharapkan laporan ini dapat bermanfaat untuk
menjadi acuan sekaligus memperdalam pengetahuan penulis juga
pembaca mengenai teknik radiografi pelvis.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi pelvis


Pelvis atau tulang panggul terdiri dari 3 jenis yaitu os coxae (os
ilium, os ischium, os pubis), os sacrum dan os coccigeus. Pelvis atau
tulang panggul berfungsi membantu menyokong tubuh, melindungi vesica
urinaria, bagian bawah intestinum crissum dan organ reproduksi internal
(friedrich P & Jens. W 2014)

Gambar 2. 1 Anatomi Pelvis (Ballinger,2013)

1. Sacroiliac joints
2. Ilium
3. Hip joint
4. Sacrum
5. Pubic symphysis joint
.

Gambar 2. 2 Anatomi Pelvis (Ballinger,2013)

3
A. Coxae
1. Os Ilium
Os illium merupakan tulang terbesar dengan permukaan
anterior berbentuk konkaf yang disebut fossa iliaka. Bagian atasnya
disebut Krista iliaka. Ujung-ujung disebut Spina Iliaca anterior
superior dan spina Iliaca posterior superior. Terdapat tonjolan
memanjang di bagian dalam os ilium yang membagi pelvis mayor
dan pelvis minor disebut linea innominata (linea terminalis)
(Friedrich P, 2014).
2. Os Ischium
Terdapat disebelah bawah os ilium. Merupakan tulang yang
tebal dengan tiga tepi di belakang foramen obturatorius. Os Ichium
merupakan bagian terendah dari Os Coxae. Memiliki tonjolan di
bawah tulang duduk yang sangat tebal disebut Tuber Ischii berfungsi
penyangga tubuh sewaktu duduk (Friedrich P, 2014).
3. Os Pubis
Terdapat disebelah bawah dan depan os ilium. Dengan tulang
duduk dibatasi oleh foramen obturatum. Terdiri atas korpus
(mengembang ke bagian anterior). Os Pubis terdiri dari ramus
superior (meluas dari korpus ke asetabulum) dan ramus inferior
(meluas ke belakang dan berat dengan ramus ischium). Ramus
superior os pubis berhubungan dengan dengan os ilium, sedangkan
ramus inferior kanan dan kiri membentuk arkus pubis. Ramus
inferior berhubungan dengan os ischium. Pertemuan os ilium, os
ischium dan os pubis yang bertemu pada suatu cekungan disebelah
lateral disebut accetabulum. Di bawah accetabulum terdapat lubang
besar disebut foramen obturatorium yang pada orang dewasa tertutup
oleh membrane obturatoria (Friedrich P, 2014).
B. Os. Sacrum
Tulang ini berbentuk segitiga dengan lebar dibagian atas
dan mengecil dibagian bawahnya. Tulang kelangkang terletak di

4
antara kedua tulang pangkal paha yang terdiri dari dan mempunyai
ciri : Sakrum berbentuk baji, terdiri atas 5 vertebra sakralis. Vertebra
pertama paling besar menghadap ke depan. Permukaan sacrum
berbentuk konkaf (Friedrich P, 2014).
C. Os.coccigeus
Os coccigeus merupakan tulang kecil, terdiri atas 4
vertebra coccigeus (Friedrich P, 2014).

D. Proksimal Femur
Femur adalah tulang yang terpanjang, terkuat, dan tulang
terberat dalam tubuh. Proksimal ujung tulang paha terdiri atas
kepala, leher, dan dua proses besar (Trochanter mayor dan minor).

Gambar 2. 3 Poksimal Femur (Long,2016)


Keterangan Gambar :
1. Head 10. Neck
2. Body 11. Intertrochanteric crest
3. Greater trochanter 12. Lesser trochanter
4. Intertrochanteric line 13. Body
5. Lesser trochanter
6. Head
7. Greater trochanter
8. Fovea capitis
9. Articular surface

5
Pelvis merupakan cincin cekung berbentuk tulang yang
menghubungkan kolomvertebral ke femurs. Fungsi utamanya untuk
menyangga berat tubuh bagian atas ketika kita sedang duduk, berdiri dan
beraktivitas. Fungsi sekundernya adalah untuk mengandung (pada wanita)
ketika hamil dan melindungi viscera pelvis dan abdominopelvic viscera
(bagian inferior saluran kemih, organ reproduksi intermal). Tulang pinggul
saling terhubung satu sama lain pada anterior pubis symphysis, dan
posterior dengan sacrum pada sendi sacroiliac untuk membentuk cincin
panggul. Cincin ini sangat stabil sehingga menyebabkan sedikinva
mobilitas pergerakan (Price, Sylvia. A 1995).

Dasar panggul memiliki dua fungsi: Salah satunya adalah untuk


menutup rongga panggul dan peut, serta menanggung beban dari organ
visceral, yang lain adalah untuk mengontrol bukaan rektum dan organ
urogenital yang menembus dasar panggul dan membuatnya lebih lemah.
Untuk melakukan keduanya, dasar panggul terdiri dari beberapa lembar
otot dan jaringan ikat (Price, Sylvia. A, 1995).

2.2 Patologis

A. Fraktur pelvis

Merupakan gangguan kontinuitas pada tulang. Fraktur pelvis merujuk


pada adanya patah pada satu atau lebih dari tulang-tulang yang
membentuk tulang panggul. Fraktur pelvis sulit diklasifikasikan karena
banyak sekali pola fraktur yang terjadi.

B. Dislokasi sendi

Merupakan pergeseran tulang dari ruang sendi(Ballinger,2013)

C. Osteosarkoma

Merupakan tumor ganas primer tulang yang paling sering dengan


prognosis yang buruk kebanyakan penderita berumur antara 10-25
tahun.

6
D. Tumor

Pertumbuhan jaringan baru dimana proliferasi sel tidak terkendali


(Ballinger,2013)

E. Chondrosarcoma

Tumor ganas yang timbul dari sel-sel tulang rawan (Ballinger,2013)

2.3 Teknik Pemeriksaan Pelvis


1. Proyeksi AP
a. Image receptor : 35 x 43 cm
b. Posisi pasien
1) Tempatkan Pasien Supine, kedua lengan ditempatkan di samping
atau menyilang di dada
2) Pasien di beri bantal dan kedua knee diberi pengganjal
c. Posisi Objek
1) Mid sagital plane pasien tegak lurus meja pemeriksaan,
2) Yakinkan bahwa pelvis tidak terjadi rotasi
3) Jarak meja ke SIAS sama besar
4) Diupayakan kedua tungkai dilakukan rotasi endorotasi 15 – 20
derajat.
5) Pertengahan kaset diatur pada kira-kira 2 inch diatas throchanter
mayor.
6) Jelaskan ke pasien untuk tahan nafas saat exposure

7
Gambar 2. 4 Pelvis Proyeksi AP (Ballinger,2013)
d. Sinar pusat : vertical tegak lurus
e. Titik Bidik : ditengah-tengah ASIS dan simpisis pubis
f. FFD : 100 cm
g. Kriteria Evaluasi
Berikut ini harus ditunjukkan dengan jelas:
1) Tampak keseluruhan pelvis tidak mengalami rotasi dan proksimal
femur.
2) Jarak Trochanter mayor dengan tepi film sama.
3) Lumbal 5, Sacrum dan coccyx
4) Femoral heads dan neck

Gambar 2. 5 Hasil radiograf Pelvis Proyeksi AP (Ballinger,2013)

8
2. Proyeksi Lateral
a. Image receptor : 35 x 43 cm
b. Posisi Pasien
Tempatkan pasien dalam posisi telentang true lateral, dekubitus
punggung.
c. Posisi Objek
1) Ketika pasien dapat ditempatkan pada posisi lateral, pusatkan
bidang midcoronal tubuh ke garis tengah kisi.
2) Sesuaikan panggul dalam posisi lateral yang benar, dengan
ASIS berbaring di bidang vertikal yang sama.
3) Tempatkan satu lutut langsung di atas lutut lainnya.

Gambar 2. 6 Pelvis Proyeksi Lateral (Ballinger,2013)


Gambar 2.6. Proyeksi Lateral pelvis (Ballinger,2013).
d. Sinar Pusat : Tegak Lurus
e. FFD : 100 cm
f. Titik bidik
Di atas trokanter yang lebih besar (sekitar 2 inci (5 cm) dan ke
titik tengah reseptor gambar
g. Kriteria Evaluasi
1) Tampak pelvis pada posisi lateral, proximal femur, sacrum
dan coccyx.
2) Os femur, sacrum, ilium, dan ischium tampak superposisi.
3) Lengkung pubis tertutup oleh femur.

9
Gambar 2. 7 Hasil gambaran Pelvis Proyeksi Lateral (Ballinger,2013)

3. Proyeksi AP Bilateral (frog leg)


a. Image receptor : 35 x 43 cm
b. Posisi pasien
Pasien diatur supine, kedua lengan ditempatkan disisi dan
menyilang dada. Pasien diberi bantal.

Gambar 2. 8 Pelvis Proyeksi Frog Leg (Bontrager,2001)

10
c. Posisi objek
1) Mid Sagital Plane pasien diatur segaris dengan mid line meja
dan CR
2) Pastikan bahwa pelvis tidak terjadi rotasi(ASIS berjarak sama
terhadap meja)
3) Kedua knee fleksi sekitar 900
4) Kedua plantar ditemukan dan kedua femur abduksi 40-45
derajat.
d. Sinar Pusat
Tegak lurus pada kaset menuju 7,5 cm dibawah level ASIS
e. FFD : 100 cm
f. Titik bidik : kira-kira 2,5 cm dibawah simpisis pubis
g. Kriteria Evaluasi
1) Tampak caput dan colum femur
2) Tampak acetabulum, throcanter

Gambar 2. 9 Radiograf Pelvis proyeksi Frog Leg (Bontrager,2001)

11
4. Proyeksi AP Axial Outlet

a. Image receptor : 35x43 cm


b. Posisi pasien
Pasien supine diatas meja pemeriksaan / brankard kepala diberi
bantal supaya nyaman, kaki ekstensi dan supaya nyaman lutut
diganjal dengan spon.
c. Posisi objek
MSP diatur di tengah meja pemeriksaan, pastikan tidak ada rotasi
dari pelvis, SIAS kedua sisi berjarak sama dengan meja
pemeriksaan tengah kaset untuk proyeksi CR.

Gambar 2. 10 Pelvis Proyeksi Outlet (Bontrager,2001)

d. Sinar pusat
sudut sinar Cephalad 20 – 35 ° untuk laki-laki, dan 30 - 45 ° untuk
wanita.
e. Titik bidik
menuju titik tengah 1- 2 Inches ( 3 – 5 cm ) distal ke tepi superior
Sympisis Pubis atau trochanter mayor.
f. FFD : 100 cm
g. Kriteria evaluasi
1) Tampak body dan superior ramus pubis

12
2) Tidak terjadi pergerakan objek ditandai dengan ketajaman dari
trabecula
3) tepi tulang dari pubis dan tulang ischial

Gambar 2. 11 Radiograf Pelvis Proyeksi Outlet (Bontrager,2001)

5. Proyeksi AP Axial Inlet


a. Image receptor : 35 x 43 cm
b. Posisi pasien
Pasien supine diatas meja pemeriksaan / brankard kepala diberi
bantal supaya nyaman, kaki ekstensi dan supaya nyaman lutut
diganjal dengan spon.
c. Posisi objek
MSP diatur di tengah meja pemeriksaan, pastikan tidak ada rotasi
dari pelvis, SIAS kedua sisi berjarak sama dengan meja
pemeriksaan ,tengah kaset untuk proyeksi CR.

13
Gambar 2. 12 Pelvis Proyeksi Inlet (Bontrager,2001)
d. Sinar pusat : Caudad 40 ° tagak lurus pada bidang inlet
e. Titik bidik : titik garis tengah setinggi SIAS.
f. FFD : 100 cm
g. Kriteria evaluasi
1) Tampak lingkaran pelvis
2) Sekitar pelvis inlet
3) Eksposi yang optimal menampakkan superposisi bagian anterior
dan posterior rongga pelvis
4) Aspek lateral dari ala biasanya over eksposi. Tepi tulang pubis
dan ischium tampak tajam, tanpa ada indikasi gerakan.

Gambar 2. 13 Radiograf Pelvis Inlet (Bontrager,2001)

14
BAB III
PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pemeriksaan Laporan Kasus


A. Identitas Pasien
Nama : NY. XX
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 84 tahun
No. RM : xxxxxx
No. Foto : 0752
Tanggal Pemeriksaan : 18 Agustus 2021
Jenis Pemeriksaan : Pelvis AP dan Lateral
B. Paparan Kasus
Pasien datang ke instalasi radiologi Aulia Hospital panam dengan
keadaan lemas diatas bed. Perawat IGD datang membawa label
orderan untuk melakukan foto rontgen pelvis AP dan Lateral, thorax,
dan cervical.
C. Persiapan Alat
a. Pesawat Sinar-X Computed Radiography
Merk : Siemens
Tipe : Multix Swing
No. Seri : 2150
kV max : 150 kV

15
gambar 3. 1 Computed Radiography

b. Workstation Computed Radiography

gambar 3. 2 komputer CR

16
gambar 3. 3 Image Reader

gambar 3.4 IP

17
D. Persiapan Pasien
Pasien supine diatas bed dalam keadaan lemah dengan tubuh yang
tidak kooperatif. Agar mendapatkan posisi true Lateral, radiographer
nemambahkan alat fiksasi pada bagian belakang pelvis pasien. Namun
karena keadaan pasien yang sangat lemah, penggunaan alat fiksasi
saja tidak cukup. Salah satu radiographer membantu menahan tubuh
pasien pada posisi lateral dengan menarik sprei pada bed pasien
kearah samping. Hal ini berlangsung selama proses eksposi.
Radiographer dibekali apron sebagai alat pelindung diri dari radiasi.
E. Teknik Pemeriksaan
a. Proyeksi AP
1) Posisi Pasien
Pasien supine, kedua lengan ditempatkan disisi samping,
untuk kenyamanan letakkan bantal dibawah kepala pasien.
2) Posisi Objek
Pasien supine diatas bed. Kaset diatur melintang,tepi kaset di
atur sedikit di atas crista iliaca,sehingga gambaran Krista
tidak akan terpotong. Tepi bawah kaset menyesuaikan atau
sedikit di bawah symphisis pubis.
3) Central Ray ( CR )
Vertikal tegak lurus terhadap kaset
4) Central Point (CP)
2” (5 cm) dibawah SIAS
5) FFD: 100 cm

18
6) Hasil Radiograf

gambar 3. 5 Radiograf Pelvis Proyeksi AP


Gambar 3.3. Hasil Radiografi pelvis proyeksi AP

b. Proyeksi Lateral
1) Posisi Pasien: posisi pasien recumbent
2) Posisi Objek
Pasien tidur miring di sisi kanan. kedua lengan ditekuk keatas.
3) Central Ray (CR): Tegak lurus terhadap kaset
4) Central Point (CP) : 2-3” (sekitar 5 cm) diatas simpisis pubis
5) FFD : 100 cm

19
6) Hasil Radiograf

Gambar 3.4. Hasil Radiografi pelvis proyeksi lateral

3.2 Pembahasan
Berdasarkan Merril’s Atlas 1 of Radiographic Position Vol 1,
Baliinger, Philip; Eugene Frank 2013 pada pemeriksaan pelvis lateral,
pasien diposisikan recumbent dengan posisi true lateral.
Tetapi pada kasus di instalasi radiologi Aulia Hospital,
pemeriksaan radiologi pelvis posisi lateral pasien tidak true lateral, dan
hanya membentuk posisi oblique. Hal ini dikarenakan pasien yang tidak
kooperatif, sehingga tidak bisa mencapai posisi true lateral. Sudah
dilakukan upaya untuk mendapatkan posisi true lateral dengan
menambahkan alat fiksasi dan juga bantuan langsung dari radiographer
untuk memegang sprei bed pasien guna menahan posisi miring pasien.
Namun tetap posisi true lateral tidak bisa didapat dengan sempurna dan
hanya mencapai posisi oblique.
Jika dilihat dari hasilnya terdapat perbedaan yang signifikan
dengan apa yang dipaparkan oleh teori dari buku, namun dengan

20
pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien sudah cukup bisa
menggambarkan radiograf pelvis proyeksi lateral dan gambar diterima
oleh dokter spesialis radiologi.

21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
A. Proyeksi yang di gunakan pada pemeriksaan pelvis di instalasi
radiologi Aulia Hospital adalah AP dan Lateral dengan posisi
lateral yang tidak true lateral dan membentuk posisi oblique karena
pasien yang tidak kooperatif.
B. Perbedaan yang signifikan tampak pada radiograf yang dihasilkan
diteori dengan yang dihasilkan di Instalasi Radiologi Aulia
Hospital.
4.2 Saran
A. Seharusnya pada proyeksi Lateral pasien diupayakan untuk dapat
menerapkan posisi true lateral agar informasi diagnostic yang
didapat dari gambaran baik dan jelas.
B. Untuk pemeriksaan pelvis sebaiknya dilakukan dengan alat fiksasi
yang bisa mengatasi masalah pasien yang tidak koperatif.
C. Dapat diterapkan opsi lain jika mendapati pasien yang tidak
kooperatif, dengan menempatkan kaset pada sisi samping pasien
dan penembakan sinar dilakukan secara horizontal dari samping
pasien dan juga dengan bantuan alat fiksasi agar kaset tidak terjatuh
dan berada pada posisi yang tepat,tidak terlalu kebawah sehingga
gambaran dapat ditangkap dengan baik. Pasien tetap bisa dalam
keadaan supine saat eksposi dilaksanakan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Long, Bruce W., Jeannean Hall Rollins, dan Barbara J. Smith. 2016. Merril’s
Atlas of Radiographic Position & Procedures, 13Th ed. Amerika: Elsevier
Bontrager, Kenneth .L. dan John P. Lampignano. 2010. Text Book of
Radiographic Positioning and Related Anatomy, Seventh Edition.
Westline Industrial Drive: St.Louos.
Baliinger, Philip; Eugene Frank.2013.Merrill’s Atlas of Radiographic
Position & Radiologic Procedures 10th Edition Volume 1.St.Louis,
Missouri: Mosby
Price, Sylvia (1995), Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi
4, EGC : Jakarta
Friedrich, P dan Jens, W. 2014. Sobotta Atlas Anatomi Manusia : Batang badan,
Panggul, Ekstremitas bawah Edisi 21. EGC : Jakarta

23
Lampiran

1. foto orderan pemeriksaan dari UGD

2. foto hasil bacaan dokter radiologi

24

Anda mungkin juga menyukai