Disusun Oleh :
Febi Ernanda Mauliza
19002016
Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktek
Kerja Lapangan I pada Program Studi Diploma III Teknik Radiologi STIKes
Awal Bros Pekanbaru.
Nama : Febi Ernanda Mauliza
NIM : 19002016
Judul Laporan Kasus : “Penatalaksanaan Pemeriksaan Pelvis dengan klinis
LBP Vas 8 di Instalasi Radiologi Aulia Hospital”
NIP : 015223.224.03.240817
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
“Penatalaksanaan Pemeriksaan Pelvis di Instalasi Radiologi Aulia Hospital
Panam”.
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas Praktek Kerja Lapangan
I Prodi Diploma-III Teknik Radiologi STIKes Awal Bros Pekanbaru yang
bertempat di Instalasi Radiologi Aulia Hospital.
Dalam penyusunan laporan kasus ini tidak lepas dari segala bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dra. Wiwik Suryandartiwi A, MM sebagai Ketua Yayasan STIKes Awal
Bros Pekanbaru
2. dr. RP. Herutami Kusumowardani, MPH sebagai Direktur Utama Aulia
Hospital Panam.
3. Bapak John Hariyadi, AMR selaku Kepala Ruangan sekaligus Clinical
Instructure Praktek Kerja Lapangan I di Aulia Hospital Panam.
4. Bapak Marido Bisra, S.Tr,Rad, selaku Clinical Instructure Praktek Kerja
Lapangan I STIKes Awal Bros Pekanbaru.
5. Seluruh Radiografer dan Staf Instalasi Radiologi di Aulia Hospital Panam.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kata sempurna
karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki. Oleh karenanya saran
dan kritik yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat membantu
memperluas wawasan mahasiswa maupun para pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan laporan kasus ini,
penulis perlu membatasi masalah-masalah yang akan dibahas, penulis akan
menyajikan rumusan masalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana teknik pemeriksaan radiografi pelvis?
1.2.2 Bagaimana teknik Pemeriksaan radiografi pelvis di instalasi
radiologi Aulia Hospital?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulis dari laporan kasus ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana teknik pemeriksaan radiografi pelvis.
1.3.2 Untuk mengetahui teknik Pemeriksaan radiografi pelvis di instalasi
radiologi Aulia Hospital.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat penulisan laporan kasus ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis diharapkan laporan ini dapat bermanfaat untuk
menambah pengetahuan bagi pembaca dan dapat digunakan
sebagai referensi bahan ajar dan keperluan pendidikan khususnya
di bidang radiologi.
1.4.2 Manfaat Klinis
Secara klinis diharapkan laporan ini dapat bermanfaat untuk
menjadi acuan sekaligus memperdalam pengetahuan penulis juga
pembaca mengenai teknik radiografi pelvis.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Sacroiliac joints
2. Ilium
3. Hip joint
4. Sacrum
5. Pubic symphysis joint
.
3
A. Coxae
1. Os Ilium
Os illium merupakan tulang terbesar dengan permukaan
anterior berbentuk konkaf yang disebut fossa iliaka. Bagian atasnya
disebut Krista iliaka. Ujung-ujung disebut Spina Iliaca anterior
superior dan spina Iliaca posterior superior. Terdapat tonjolan
memanjang di bagian dalam os ilium yang membagi pelvis mayor
dan pelvis minor disebut linea innominata (linea terminalis)
(Friedrich P, 2014).
2. Os Ischium
Terdapat disebelah bawah os ilium. Merupakan tulang yang
tebal dengan tiga tepi di belakang foramen obturatorius. Os Ichium
merupakan bagian terendah dari Os Coxae. Memiliki tonjolan di
bawah tulang duduk yang sangat tebal disebut Tuber Ischii berfungsi
penyangga tubuh sewaktu duduk (Friedrich P, 2014).
3. Os Pubis
Terdapat disebelah bawah dan depan os ilium. Dengan tulang
duduk dibatasi oleh foramen obturatum. Terdiri atas korpus
(mengembang ke bagian anterior). Os Pubis terdiri dari ramus
superior (meluas dari korpus ke asetabulum) dan ramus inferior
(meluas ke belakang dan berat dengan ramus ischium). Ramus
superior os pubis berhubungan dengan dengan os ilium, sedangkan
ramus inferior kanan dan kiri membentuk arkus pubis. Ramus
inferior berhubungan dengan os ischium. Pertemuan os ilium, os
ischium dan os pubis yang bertemu pada suatu cekungan disebelah
lateral disebut accetabulum. Di bawah accetabulum terdapat lubang
besar disebut foramen obturatorium yang pada orang dewasa tertutup
oleh membrane obturatoria (Friedrich P, 2014).
B. Os. Sacrum
Tulang ini berbentuk segitiga dengan lebar dibagian atas
dan mengecil dibagian bawahnya. Tulang kelangkang terletak di
4
antara kedua tulang pangkal paha yang terdiri dari dan mempunyai
ciri : Sakrum berbentuk baji, terdiri atas 5 vertebra sakralis. Vertebra
pertama paling besar menghadap ke depan. Permukaan sacrum
berbentuk konkaf (Friedrich P, 2014).
C. Os.coccigeus
Os coccigeus merupakan tulang kecil, terdiri atas 4
vertebra coccigeus (Friedrich P, 2014).
D. Proksimal Femur
Femur adalah tulang yang terpanjang, terkuat, dan tulang
terberat dalam tubuh. Proksimal ujung tulang paha terdiri atas
kepala, leher, dan dua proses besar (Trochanter mayor dan minor).
5
Pelvis merupakan cincin cekung berbentuk tulang yang
menghubungkan kolomvertebral ke femurs. Fungsi utamanya untuk
menyangga berat tubuh bagian atas ketika kita sedang duduk, berdiri dan
beraktivitas. Fungsi sekundernya adalah untuk mengandung (pada wanita)
ketika hamil dan melindungi viscera pelvis dan abdominopelvic viscera
(bagian inferior saluran kemih, organ reproduksi intermal). Tulang pinggul
saling terhubung satu sama lain pada anterior pubis symphysis, dan
posterior dengan sacrum pada sendi sacroiliac untuk membentuk cincin
panggul. Cincin ini sangat stabil sehingga menyebabkan sedikinva
mobilitas pergerakan (Price, Sylvia. A 1995).
2.2 Patologis
A. Fraktur pelvis
B. Dislokasi sendi
C. Osteosarkoma
6
D. Tumor
E. Chondrosarcoma
7
Gambar 2. 4 Pelvis Proyeksi AP (Ballinger,2013)
d. Sinar pusat : vertical tegak lurus
e. Titik Bidik : ditengah-tengah ASIS dan simpisis pubis
f. FFD : 100 cm
g. Kriteria Evaluasi
Berikut ini harus ditunjukkan dengan jelas:
1) Tampak keseluruhan pelvis tidak mengalami rotasi dan proksimal
femur.
2) Jarak Trochanter mayor dengan tepi film sama.
3) Lumbal 5, Sacrum dan coccyx
4) Femoral heads dan neck
8
2. Proyeksi Lateral
a. Image receptor : 35 x 43 cm
b. Posisi Pasien
Tempatkan pasien dalam posisi telentang true lateral, dekubitus
punggung.
c. Posisi Objek
1) Ketika pasien dapat ditempatkan pada posisi lateral, pusatkan
bidang midcoronal tubuh ke garis tengah kisi.
2) Sesuaikan panggul dalam posisi lateral yang benar, dengan
ASIS berbaring di bidang vertikal yang sama.
3) Tempatkan satu lutut langsung di atas lutut lainnya.
9
Gambar 2. 7 Hasil gambaran Pelvis Proyeksi Lateral (Ballinger,2013)
10
c. Posisi objek
1) Mid Sagital Plane pasien diatur segaris dengan mid line meja
dan CR
2) Pastikan bahwa pelvis tidak terjadi rotasi(ASIS berjarak sama
terhadap meja)
3) Kedua knee fleksi sekitar 900
4) Kedua plantar ditemukan dan kedua femur abduksi 40-45
derajat.
d. Sinar Pusat
Tegak lurus pada kaset menuju 7,5 cm dibawah level ASIS
e. FFD : 100 cm
f. Titik bidik : kira-kira 2,5 cm dibawah simpisis pubis
g. Kriteria Evaluasi
1) Tampak caput dan colum femur
2) Tampak acetabulum, throcanter
11
4. Proyeksi AP Axial Outlet
d. Sinar pusat
sudut sinar Cephalad 20 – 35 ° untuk laki-laki, dan 30 - 45 ° untuk
wanita.
e. Titik bidik
menuju titik tengah 1- 2 Inches ( 3 – 5 cm ) distal ke tepi superior
Sympisis Pubis atau trochanter mayor.
f. FFD : 100 cm
g. Kriteria evaluasi
1) Tampak body dan superior ramus pubis
12
2) Tidak terjadi pergerakan objek ditandai dengan ketajaman dari
trabecula
3) tepi tulang dari pubis dan tulang ischial
13
Gambar 2. 12 Pelvis Proyeksi Inlet (Bontrager,2001)
d. Sinar pusat : Caudad 40 ° tagak lurus pada bidang inlet
e. Titik bidik : titik garis tengah setinggi SIAS.
f. FFD : 100 cm
g. Kriteria evaluasi
1) Tampak lingkaran pelvis
2) Sekitar pelvis inlet
3) Eksposi yang optimal menampakkan superposisi bagian anterior
dan posterior rongga pelvis
4) Aspek lateral dari ala biasanya over eksposi. Tepi tulang pubis
dan ischium tampak tajam, tanpa ada indikasi gerakan.
14
BAB III
PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN
15
gambar 3. 1 Computed Radiography
gambar 3. 2 komputer CR
16
gambar 3. 3 Image Reader
gambar 3.4 IP
17
D. Persiapan Pasien
Pasien supine diatas bed dalam keadaan lemah dengan tubuh yang
tidak kooperatif. Agar mendapatkan posisi true Lateral, radiographer
nemambahkan alat fiksasi pada bagian belakang pelvis pasien. Namun
karena keadaan pasien yang sangat lemah, penggunaan alat fiksasi
saja tidak cukup. Salah satu radiographer membantu menahan tubuh
pasien pada posisi lateral dengan menarik sprei pada bed pasien
kearah samping. Hal ini berlangsung selama proses eksposi.
Radiographer dibekali apron sebagai alat pelindung diri dari radiasi.
E. Teknik Pemeriksaan
a. Proyeksi AP
1) Posisi Pasien
Pasien supine, kedua lengan ditempatkan disisi samping,
untuk kenyamanan letakkan bantal dibawah kepala pasien.
2) Posisi Objek
Pasien supine diatas bed. Kaset diatur melintang,tepi kaset di
atur sedikit di atas crista iliaca,sehingga gambaran Krista
tidak akan terpotong. Tepi bawah kaset menyesuaikan atau
sedikit di bawah symphisis pubis.
3) Central Ray ( CR )
Vertikal tegak lurus terhadap kaset
4) Central Point (CP)
2” (5 cm) dibawah SIAS
5) FFD: 100 cm
18
6) Hasil Radiograf
b. Proyeksi Lateral
1) Posisi Pasien: posisi pasien recumbent
2) Posisi Objek
Pasien tidur miring di sisi kanan. kedua lengan ditekuk keatas.
3) Central Ray (CR): Tegak lurus terhadap kaset
4) Central Point (CP) : 2-3” (sekitar 5 cm) diatas simpisis pubis
5) FFD : 100 cm
19
6) Hasil Radiograf
3.2 Pembahasan
Berdasarkan Merril’s Atlas 1 of Radiographic Position Vol 1,
Baliinger, Philip; Eugene Frank 2013 pada pemeriksaan pelvis lateral,
pasien diposisikan recumbent dengan posisi true lateral.
Tetapi pada kasus di instalasi radiologi Aulia Hospital,
pemeriksaan radiologi pelvis posisi lateral pasien tidak true lateral, dan
hanya membentuk posisi oblique. Hal ini dikarenakan pasien yang tidak
kooperatif, sehingga tidak bisa mencapai posisi true lateral. Sudah
dilakukan upaya untuk mendapatkan posisi true lateral dengan
menambahkan alat fiksasi dan juga bantuan langsung dari radiographer
untuk memegang sprei bed pasien guna menahan posisi miring pasien.
Namun tetap posisi true lateral tidak bisa didapat dengan sempurna dan
hanya mencapai posisi oblique.
Jika dilihat dari hasilnya terdapat perbedaan yang signifikan
dengan apa yang dipaparkan oleh teori dari buku, namun dengan
20
pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien sudah cukup bisa
menggambarkan radiograf pelvis proyeksi lateral dan gambar diterima
oleh dokter spesialis radiologi.
21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
A. Proyeksi yang di gunakan pada pemeriksaan pelvis di instalasi
radiologi Aulia Hospital adalah AP dan Lateral dengan posisi
lateral yang tidak true lateral dan membentuk posisi oblique karena
pasien yang tidak kooperatif.
B. Perbedaan yang signifikan tampak pada radiograf yang dihasilkan
diteori dengan yang dihasilkan di Instalasi Radiologi Aulia
Hospital.
4.2 Saran
A. Seharusnya pada proyeksi Lateral pasien diupayakan untuk dapat
menerapkan posisi true lateral agar informasi diagnostic yang
didapat dari gambaran baik dan jelas.
B. Untuk pemeriksaan pelvis sebaiknya dilakukan dengan alat fiksasi
yang bisa mengatasi masalah pasien yang tidak koperatif.
C. Dapat diterapkan opsi lain jika mendapati pasien yang tidak
kooperatif, dengan menempatkan kaset pada sisi samping pasien
dan penembakan sinar dilakukan secara horizontal dari samping
pasien dan juga dengan bantuan alat fiksasi agar kaset tidak terjatuh
dan berada pada posisi yang tepat,tidak terlalu kebawah sehingga
gambaran dapat ditangkap dengan baik. Pasien tetap bisa dalam
keadaan supine saat eksposi dilaksanakan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Long, Bruce W., Jeannean Hall Rollins, dan Barbara J. Smith. 2016. Merril’s
Atlas of Radiographic Position & Procedures, 13Th ed. Amerika: Elsevier
Bontrager, Kenneth .L. dan John P. Lampignano. 2010. Text Book of
Radiographic Positioning and Related Anatomy, Seventh Edition.
Westline Industrial Drive: St.Louos.
Baliinger, Philip; Eugene Frank.2013.Merrill’s Atlas of Radiographic
Position & Radiologic Procedures 10th Edition Volume 1.St.Louis,
Missouri: Mosby
Price, Sylvia (1995), Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi
4, EGC : Jakarta
Friedrich, P dan Jens, W. 2014. Sobotta Atlas Anatomi Manusia : Batang badan,
Panggul, Ekstremitas bawah Edisi 21. EGC : Jakarta
23
Lampiran
24