Makalah Profesi Kelompok 2
Makalah Profesi Kelompok 2
PEMBELAJARAN
“Profesi Kependidikan”
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan daya dan kekuatan sehingga dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini
dengan judul “Supervisi Klinis”. Makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan tugas kelompok pada mata kuliah Profesi Kependidikan.
Penulisan makalah ini tidak lepas dari dukungan dan bimbingan berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya
kepada dosen pengampu mata kuliah yang telah memberikan segala ilmunya dalam mata
kuliah ini. Penulis menyadari banyak sekali kekurangan yang terdapat dalam makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan mohon maaf atas segala kekurangan dan semoga
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca sehingga pada karya-karya selanjutnya akan
semakin membaik.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………… 2
C. Tujuan……………………………………………………………2
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Konseptual…………………………………………… 3
B. Karakteristik Supervisi Klinis……………………………………5
C. Tujuan Supervisi Klinis................................................................ 5
D. Prinsip-Prinsip Supervisi Klinis....................................................7
E. Sasaran Supervisi Klinis.............................................................. 8
F. Pelaksanaan Supervisi Klinis...................................................... 9
G. Penerapan Supervisi Klinis dalam Proses Pembelajaran.......... 14
H. Kendala Pelaksanaan Supervisi Klinis........................................ 14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan....................................................................................... 15
Saran ............................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................16
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, terutama Bab II pasal
6, yang mengatakan “ kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan
untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh PP No. 74 Tahun 2008 tentang Guru, yang
mengisyaratkan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama, mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik
pada setiap jenjang pendidikan formal, informal serta non formal.
Tugas seorang guru yang dilakukan secara continu bertahun-tahun kurang mendapat
koreksi dan pembinaan yang tepat dan wajar dari siapapun. Kegiatan memberikan
bantuan kepada guru dalam pertumbuhan jabatannya sebagai guru disebut supervisi dan
orang yang berfungsi memberi bantuan tersebut biasanya disebut supervisor.
Supervisi klinis merupakan bantuan bagi guru dalam memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan mengajarnya dan dapat dilaksanakan untuk kepentingan calon guru dalam
pendidikan pra-jabatan maupun latihan dalam jabatan.
Supervisi klinis pada prinsipnya dilaksanakan bersama dengan pengajaran mikro dan
terdiri dari tiga kegiatan pokok yaitu : pertemuan pendahuluan, observasi mengajar dan
pertemuan balikan. Hal ini juga berguna bagi guru untuk memperoleh pengetahuan,
kesadaran dan menilai tingkah laku profesinya sendiri. Pendekatan yang dilakukan dalam
proses supervisi klinis adalah pendekatan profesional dan humanistis. Program supervisi
klinis hendaknya terus dapat dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan tenaga
kependidikan guna meningkatkan profesionalisme guru.
Dalam perkembangan pendidikan saat ini supervisi klinis sangat dibutuhkan untuk
membantu memecahkan masalah pendidikan, terutama masalah yang berhubungan
dengan keterampilan megajar guru. Supervisi klinis mula-mula diperkenalkan dan
1
dikembangkan oleh Morris dkk di Universitas Harvard tahun 1982. Pada dasarnya ada
beberapa asumsi dasar pentingnya penggunaan atau pelaksanaan praktek supervisi klinis
di sekolah, yaitu : pertama pengajaran sebagai aktivitas yang sangat kompleks yang
memerlukan pengamatan dan analisis secara hati-hati, kedua guru yang profesional
menginginkan pengembangan karirnya melalui cara-cara yang kolegial yang bersifat
autoritorian.
Dari berbagai gambaran yang dikemukakan di atas dapat dikatakan bahwa supervisi
klinis pada dasarnya merupakan pembinaan kinerja guru dalam mengelola proses belajar
mengajar.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini membahas masalah seputar supervisi klinis dan hal-hal yang
terkait dalam proses pembelajaran, antara lain :
1. Bagaimanakah karakteristik supervisi klinis?
2. Apakah sasaran supervisi klinis ?
3. Bagaimanakah pelaksanaan supervisi klinis?
4. Bagaimanakah penerapan supervisi klinis dalam pembelajaran?
5. Bagaimanakah kendala pelaksanaan supervisi klinis?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini untuk membahas mengenai apa yang ada dalam
rumusan masalah, sehingga pembaca akan mengetahui mengenai :
1. Karakteristik supervisi klinis
2. Sasaran supervisi klinis
3. Bagaimana pelaksanaan supervise klinis
4. Penerapan supervisi klinis dalam pembelajaran
5. Kendala pelaksanaan supervise klinis
2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Konseptual
Sejak tahun 1980-an di Indonesia diperkenalkan istilah supervisi klinis atau sering
disebut supervisi pengajaran. Supervisi klinis, mula-mula diperkenalkan dan
dikembangkan oleh Cogan, Goldhammer, dan Weller di Universitas Harvard pada akhir
dasawarsa lima puluh tahun dan awal dasawarsa enam puluhan. 1
Dari segi etimologi kata “supervise” diambil dari kata “ super” yang artinya memiliki
kelebihan tertentu, seperti kelebihan dalam pangkat, dan kualitas, sedangkan “visi”
artinya melihat atau menguasai, dan secara terminologi pengertian supervise adalah
“suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki secara
bersama-sama. ”Sedangkan kata “klinis” yaitu perbaikan atau pembinaan dan menurut
kamus bahasa Indonesia “klinis” berarti pengamatan, pelayanan.
Cogan mendefinisikan supervisi klinis sebagai berikut:
The rational and practice designed to improve the teacher’supervision classroom
performance. It takes its principal data from the events of the classroom. The analysis
of these data and the relationships between teacher and supervisor from the basis of
the program, procedures, and strategies designed to improve the student’supervisi
learning by improving the teacher’supervisi classroom behavior.2
Sesuai dengan pendapat Cogan ini, supervisi klinis pada dasarnya merupakan
pembinaan performansi guru mengelola proses belajar mengajar. Pelaksanaannya
didesain dengan praktis secara rasional. Baik desainnya maupun pelaksanaannya
dilakukan atas dasar analisis data mengenai kegiatan-kegiatan di kelas. Data dan
hubungan antara guru dan supervisor merupakan dasar program prosedur, dan strategi
pembinaan perilaku mengajar guru dalam mengembangkan belajar murid-murid.
Cogan sendiri menekankan aspek supervisi klinis pada lima hal, yaitu (1) proses
supervisi klinis, (2) interaksi antara calon guru dan murid, (3) performansi calon guru
dalam mengajar, (4) hubungan calon guru dengan supervisor, dan (5) analisis data
berdasarkan peristiwa aktual di kelas.
Sedangkan menurut Richard Waller defenisi supervisi klinis yaitu :
1
Moch Rivai, Adminstrasi dan Supervisi Pendidikan (Bandung: Jammers, 1987), h. 78.
2
Thomas J. Sergiovanni, Supervision: Human Perspectives (New York: McGraw Hill, 1983), h.299.
3
Clinical supervision may be defined as supervision focused upon the improvement of
instruction by means of systematic cycles of planning, observation and intensive
intellectual analysis of actual teaching performances in the interest of rational
modification.3
Pernyataan tersebut dapat diartikan sebagai supervisi klinis adalah supervise yang
difokuskan pada peningkatan arahan melalui siklus sistematis dari tahap perencanaan,
pengamatan, dan analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar
sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan modifikasi rasional. Menurut Snyder
dan Anderson supervisi klinis dapat diartikan sebagai suatu teknologi perbaikan
pengajaran, tujuan yang dicapai dan memadukan kebutuhan sekolah dan pertumbuhan
personal.4 Supervisi klinis merupakan suatu model supervisi untuk menyelesaikan
masalah tertentu yang sudah diketahui. Supervisi klinis merupakan sistem bantuan dari
dalam kelas yang dirancang untuk memberikan bantuan langsung kepada guru.
Supervisi klinis diharapkan dapat memperkecil jurang yang tajam antara “perilaku
nyata” dan“perilaku ideal” para guru terutama dalam rangka peningkatan kualitas dan
kemampuan para guru memecahkan berbagai persoalan, karena seringkali para guru
menghadapi inovasi-inovasi pendidikan. Supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan
bertujuan membantu pengembangan profesional guru/calon guru, dalam penampilan
mengajar berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai
pegangan untuk perubahan tingkah laku tersebut.
Keith Achession dan Meredith D.Call, menyatakan bahwa supervisi klinis adalah
proses membantu guru memperkecil jurang antara tingkah laku mengajar yang ideal.5
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis adalah
suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membentu pengembangan profesional guru
khususnya dalam penampilan mengajar berdasarkan observasi dan analisis data secara
teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut.
3
Susan Sullivan, Supervision that Improves Teaching and Learning (California:Corwin, 2009), h. 121.
4
Syaiful sagala, Supervisi Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 193.
5
Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), h. 58.
4
1. Merupakan teknologi untuk meningkatkan arahan/instruksi.
2. Merupakan kegiatan yang disengaja untuk masuk ke dalam proses arahan.
3. Berorientasi pada tujuan, memadukan antara kebutuhan sekolah dengan
kebutuhan personal yang bekerja dalam lingkup sekolah.
4. Supervisi ini beranggapan bahwa hubungan pekerjaan yang profesional terjadi
antara guru dengan supervisor.
5. Hal ini memerlukan derajat kepercayaan antar sesama yang tinggi dan
direfleksikan dalam pengertian dengan sesama, dukungan, dan komitmen untuk
terus berkembang.
6. Sistematis, namun supervisi ini juga memerlukan metode yang fleksibel dan
dapat berubah-ubah.
7. Menciptakan suatu ketegangan sehat yang menjembatani antara kenyataan
dengan harapan.
8. Memiliki anggapan bahwa supervisor memiliki kemampuan yang bagus dalam
hal analisis petunjuk dan pembelajaran serta tahu mengenai interaksi manusia
yang produktif.
9. Memerlukan preservice training untuk supervisor, khususnya dalam teknik
observasi, dan pemikiran pelayanan yang terus menerus untuk dilaksanakan
dalam pendekatan efektif.6
6
Carl D. Glickman, Supervision and Instructional Leadership (Boston: Pearson Inc, 2010), h. 288.
5
c. Membantu guru mengembangkan ketrampilannya dalam menggunakan strategi-
strategi mengajar.
d. Mengevaluasi guru untuk promosi jabata dan keputusan lainnya.
Pada waktu seorang guru mempersiapkan dirinya mengajar, sedang mengajar,
maupun sudah mengajar, ada dua hal yang utama menjadi perhatian utama maupun
kebutuhan yaitu: kesadaran dan kepercayaan akan dirinya serta keterampilan-
keterampilan dasar yang diperlukan dalam mengajar. Kesadaran dan kepercayaan diri
dalam mengajar itu muncul dalam pertanyaan sebagai berikut:
1. Dimanakah saya berada?
2. Bagaimanakah tanggapan serta perasaan siswa mengenai diri saya?
3. Seberapa besarkah kemampuan saya?
4. Apakah siswa menemukan yang sebenarnya dia perlukan dalam belajar?
5. Bagaimanakah saya dapat memperbaiki diri saya sebagai guru?
Disadari atau tidak, di dalam mengajar guru memerlukan keterampilan dasar (generic
skill) tertentu agar ia dapat mengajar lebih baik dan agar tujuan pelajaran dapat tercapai.
Keterampilan-keterampilan dasar tersebut dapata dikelompokkan sebagai berikut:
1. Keterampilan menggunakan variasi dalam mengajar menggunakan stimulus, yang
terdiri dari emberi penguatan (reinforcement)
2. Variasi gaya interaksi dan penggunaan alat pandang
dengar (variability), menjelaskan (explaining), serta
3. Membuka dan menutup pelajaran (introductory procedures and clusure).
Keterampilan melibatkan siswa dalam proses belajar yaitu bertanya dasar dan
lanjutan (basic and advanced questioning), memimpin diskusi kelompok kecil (guiding
small group discussion),mengajar kelompok kecil (small group teaching), mengajar
berdasarkan perbedaan individu (individualizet instruction),mengajar melalui pertemuan
siswa (discovery learning),dan membantu mengembangkan kreatifitas siswa (fostering
qualitivity). Seorang supervisor yang baik harus memiliki beberapa syarat yaitu:
1. Mempunyai keyakinan bahwa guru memiliki kemampuan atau potensi untuk
memecahkan masalah sendiri dan mengembangkan dirinya.
2. Berkeyakinan bahwa guru mempunyai kebebasan untuk memilih dan bertindak
mencapai tujuan yang diinginkan
3. Memiliki kemampuan untuk menanyakan kepada orang laindan dirinya sendiri tentang
asumsi dasar serta keyakinan atas dirinya.
6
4. Mempunyai komitmen dan kemampuan untuk membuat rekan gurunya merasa penting,
dihargai dan maju.
5. Memiliki kemauan dan kemampuan untuk dapat membinahubungan yang akrab dan
hangat dengan semua orang tanpa pandang bulu.
6. Memiliki kemampuan untuk mendengarkan serta keinginan untuk memanfaatkan
pengalaman-penglaman guru sebagai sumber membuatnya berusaha mencapai tujuan.
7. Memiliki antusiaisme dan keyakinan atas supervisi klinis sebgai proses kegiatan yang
terus menerus untuk melayani pertumbuhan dan perkembangan pribadi serta profesi
guru
8. Mempunyai keterampilan dalam berkomunikasi, mengobservasi dan menganlisis
tingkah laku guru mengajar
9. Mempunyai suatu komitmen untuk mengembangkan dirinya sendiri, serta
berkeinginan keras untuk terus memperdalam supervise
7
Karakteristik Guru
Guru Sasaran Supervisi Klinis Guru Profesional
Komitmen rendah Abstraksi rendah Komitmen tinggi Abstraksi tinggi
1 Kurang peduli 1 Bingung 1 Antusias, 1 Dapat melihat
pada siswa ketika energik, penuh masalah dari
menghadapi cita-cita berbagai sudut
masalah pandang
2 Waktu dan 2 Tidak tahu apa 2 Niat baik 2 Dapat
energi terbatas yang harus mengembangkan
dikerjakan beberapa alternatif
pemecahan
3 Hanya peduli 3 Memiliki 3 Tidak segan 3 Dapat memilih
pada tugas hanya satu melakukan alternatif terbaik
sendiri atau dua pekerjaan dan cara berpikir
kebiasaan sekolah di secara bertahap
menghadapi rumah
masalah
8
5. Tahap analisis proses belajar mengajar,
6. Tahap perencanaan strategi pertemuan,
7. Tahap pertemuan, dan,
8. Tahap penjajakan rencana pertemuan berikutnya.
Menurut Mosher dan Purpel dalam Anantyas, dkk (2013) , ada tiga aktivitas dalam
supervisi klinis, yaitu :
1. Tahap perencanaan,
2. Tahap observasi,
3. Tahap evaluasi dan analisis.
Dengan demikian, walaupun deskripsi pandangan para ahli di atas tentang langkah-
langkah proses supervisi klinis berbeda, namun sebenarnya langkah-langkah itu bisa
disimpulkan pada tiga tahap esensial yang berbentuk (1) proses pertemuan awal atau
perencanaan, (2) proses pelaksanaan pengamatan/observasi pembelajaran secara cermat,
serta (3) proses menganalisis hasil pengamatan dan memberikan umpan balik. Dua dari
ketiga tahap tersebut memerlukan pertemuan antara guru dan supervisor, yaitu tahap
pertemuan awal dan tahap umpan balik.
9
Implementasi keseluruhan program pengajaran.
Aktivitas yang akan diobservasi.
Kemungkinan perubahan format aktivitas, sistem, dan unsur lain
berdasarkan kesepakatan bersama.
Deskripsi spesifik masalah-masalah yang balikannya diinginkan
guru.
b. Menetapkan mekanisme/aturan-aturan observasi
Waktu (jadwal) observasi.
Lamanya observasi
Tempat observasi
c. Menetapkan rencana spesisfik untuk melaksanakan observasi
Dimana supervisor akan duduk selama observasi?
Apakah supervisor menjelaskan kepada murid mengenai tujuan observasi,
kapan?
Akankah supervisor mencari satu tindakan khusus?
Perlukan adanya material/persiapan khusus?
Bagaimanakah supervisor akan mengakhiri observasi?
Secara teknis menurut Anastyas, dkk (2013) diperlukan lima langkah utama bagi
terlaksananya pertemuan awal yang baik, yaitu :
1. Menciptakan suasana intim antara supervisor dengan guru sebelum langkah-
langkah selanjutnya dibicarakan,
2. Mengkaji ulang rencana pelajaran serta tujuan pelajaran,
3. Mengkaji ulang komponen keterampilan yang akan dilatihkan dan diamati,
4. Memilih atau mengembangankan suatu instrumen observasi yang akan dipakai
untuk merekam tingkah laku guru yang akan menjadi perhatian utamanya,
5. Instrumen observasi yang dipilih atau yang dikembangkan dibicarakan bersama
antara guru dan supervisor.
10
bagaimana mengobservasi juga perlu diperhatikan agar diperoleh data yang
diinginkan. Tujuan utama pengumpulan data untuk memperoleh informasi yang
nantinya digunakan sebagai bahan tukar pikiran dengan guru setelah observasi
berakhir, sehingga guru menganalisis dengan cermat aktivitas-aktivitas yang
dilakukannya di kelas.
Berkaitan dengan teknik dan instrumen pengamatan ini, sebenarnya para penelitii
telah banyak mengembangkan bermacam-macam teknik yang bisa digunakan dalam
mengamati kegiatan pembelajaran. Acheson dan Gall menganjurkan agar
menggunakan beberapa teknik dalam proses supervisi klinis sebagai berikut :
a. Selective verbatim.
Pada teknik ini, supervisor membuat semacam rekaman tertulis. Tentunya hanya
kejadian-kejadian tertentu yang direkam secara selektif yang sesuai dengan
kesepakatan bersama antara supervisor dan guru.
11
- Menumbuhkan kepercayaan diri pada guru untuk berbuat lebih baik,
- Mengetahui secara lengkap dan komprehensif tentang hal-hal pendukung
kelancaran proses belajar-mengajar.
12
TAHAP PERTEMUAN AWAL TAHAP OBSERVASI MENGAJAR
Menganalisis rencana pelajaran Mencatat peristiwa selama pengajaran
menetapkan bersama aspek-aspek yang akan diobservasi dalam mengajar
Catatan harus objektif dan selektif
Sumber : Diadaptasikan dari Alexander mackie College of Advance Education (1981). Supervision of Practice Teaching. Primary Program, Sydney A
13
6. Mengadakan latihan mengajar ulang dalam bentuk pengajaran mikro..
7. Menggunakan keterampilan tersebut dalam praktek mengajar di sekolah.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Glickman, Carl D. Supervision and Instructional Leadership. Boston: Pearson Inc, 2010.
Sergiovanni, Thomas J. Supervision: Human Perspectives. New York: McGraw Hill, 1983.
16