Anda di halaman 1dari 20

SUPERVISI KLINIS DALAM MENINGKATKAN KUALITAS

PEMBELAJARAN
“Profesi Kependidikan”

Disusun oleh : Kelompok 2

1. Teguh Darmawan Lingga (5192431009)


2. Erik Sahalatua Butar-butar (5192431008)
3. Egia Prananta Pinem (5193331003)
4. Widya Hanun Zuhairi (5193131009)
5. Lela Monika Siregar (5192131003)

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan daya dan kekuatan sehingga dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini
dengan judul “Supervisi Klinis”. Makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan tugas kelompok pada mata kuliah Profesi Kependidikan.

Penulisan makalah ini tidak lepas dari dukungan dan bimbingan berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya
kepada dosen pengampu mata kuliah yang telah memberikan segala ilmunya dalam mata
kuliah ini. Penulis menyadari banyak sekali kekurangan yang terdapat dalam makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan mohon maaf atas segala kekurangan dan semoga
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca sehingga pada karya-karya selanjutnya akan
semakin membaik.

Medan, April 2020

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………… 2
C. Tujuan……………………………………………………………2
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Konseptual…………………………………………… 3
B. Karakteristik Supervisi Klinis……………………………………5
C. Tujuan Supervisi Klinis................................................................ 5
D. Prinsip-Prinsip Supervisi Klinis....................................................7
E. Sasaran Supervisi Klinis.............................................................. 8
F. Pelaksanaan Supervisi Klinis...................................................... 9
G. Penerapan Supervisi Klinis dalam Proses Pembelajaran.......... 14
H. Kendala Pelaksanaan Supervisi Klinis........................................ 14

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan....................................................................................... 15
Saran ............................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................16

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, terutama Bab II pasal
6, yang mengatakan “ kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan
untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh PP No. 74 Tahun 2008 tentang Guru, yang
mengisyaratkan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama, mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik
pada setiap jenjang pendidikan formal, informal serta non formal.
Tugas seorang guru yang dilakukan secara continu bertahun-tahun kurang mendapat
koreksi dan pembinaan yang tepat dan wajar dari siapapun. Kegiatan memberikan
bantuan kepada guru dalam pertumbuhan jabatannya sebagai guru disebut supervisi dan
orang yang berfungsi memberi bantuan tersebut biasanya disebut supervisor.
Supervisi klinis merupakan bantuan bagi guru dalam memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan mengajarnya dan dapat dilaksanakan untuk kepentingan calon guru dalam
pendidikan pra-jabatan maupun latihan dalam jabatan.
Supervisi klinis pada prinsipnya dilaksanakan bersama dengan pengajaran mikro dan
terdiri dari tiga kegiatan pokok yaitu : pertemuan pendahuluan, observasi mengajar dan
pertemuan balikan. Hal ini juga berguna bagi guru untuk memperoleh pengetahuan,
kesadaran dan menilai tingkah laku profesinya sendiri. Pendekatan yang dilakukan dalam
proses supervisi klinis adalah pendekatan profesional dan humanistis. Program supervisi
klinis hendaknya terus dapat dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan tenaga
kependidikan guna meningkatkan profesionalisme guru.
Dalam perkembangan pendidikan saat ini supervisi klinis sangat dibutuhkan untuk
membantu memecahkan masalah pendidikan, terutama masalah yang berhubungan
dengan keterampilan megajar guru. Supervisi klinis mula-mula diperkenalkan dan

1
dikembangkan oleh Morris dkk di Universitas Harvard tahun 1982. Pada dasarnya ada
beberapa asumsi dasar pentingnya penggunaan atau pelaksanaan praktek supervisi klinis
di sekolah, yaitu : pertama pengajaran sebagai aktivitas yang sangat kompleks yang
memerlukan pengamatan dan analisis secara hati-hati, kedua guru yang profesional
menginginkan pengembangan karirnya melalui cara-cara yang kolegial yang bersifat
autoritorian.
Dari berbagai gambaran yang dikemukakan di atas dapat dikatakan bahwa supervisi
klinis pada dasarnya merupakan pembinaan kinerja guru dalam mengelola proses belajar
mengajar.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini membahas masalah seputar supervisi klinis dan hal-hal yang
terkait dalam proses pembelajaran, antara lain :
1. Bagaimanakah karakteristik supervisi klinis?
2. Apakah sasaran supervisi klinis ?
3. Bagaimanakah pelaksanaan supervisi klinis?
4. Bagaimanakah penerapan supervisi klinis dalam pembelajaran?
5. Bagaimanakah kendala pelaksanaan supervisi klinis?

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini untuk membahas mengenai apa yang ada dalam
rumusan masalah, sehingga pembaca akan mengetahui mengenai :
1. Karakteristik supervisi klinis
2. Sasaran supervisi klinis
3. Bagaimana pelaksanaan supervise klinis
4. Penerapan supervisi klinis dalam pembelajaran
5. Kendala pelaksanaan supervise klinis

2
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Konseptual
Sejak tahun 1980-an di Indonesia diperkenalkan istilah supervisi klinis atau sering
disebut supervisi pengajaran. Supervisi klinis, mula-mula diperkenalkan dan
dikembangkan oleh Cogan, Goldhammer, dan Weller di Universitas Harvard pada akhir
dasawarsa lima puluh tahun dan awal dasawarsa enam puluhan. 1
Dari segi etimologi kata “supervise” diambil dari kata “ super” yang artinya memiliki
kelebihan tertentu, seperti kelebihan dalam pangkat, dan kualitas, sedangkan “visi”
artinya melihat atau menguasai, dan secara terminologi pengertian supervise adalah
“suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki secara
bersama-sama. ”Sedangkan kata “klinis” yaitu perbaikan atau pembinaan dan menurut
kamus bahasa Indonesia “klinis” berarti pengamatan, pelayanan.
Cogan mendefinisikan supervisi klinis sebagai berikut:
The rational and practice designed to improve the teacher’supervision classroom
performance. It takes its principal data from the events of the classroom. The analysis
of these data and the relationships between teacher and supervisor from the basis of
the program, procedures, and strategies designed to improve the student’supervisi
learning by improving the teacher’supervisi classroom behavior.2
Sesuai dengan pendapat Cogan ini, supervisi klinis pada dasarnya merupakan
pembinaan performansi guru mengelola proses belajar mengajar. Pelaksanaannya
didesain dengan praktis secara rasional. Baik desainnya maupun pelaksanaannya
dilakukan atas dasar analisis data mengenai kegiatan-kegiatan di kelas. Data dan
hubungan antara guru dan supervisor merupakan dasar program prosedur, dan strategi
pembinaan perilaku mengajar guru dalam mengembangkan belajar murid-murid.
Cogan sendiri menekankan aspek supervisi klinis pada lima hal, yaitu (1) proses
supervisi klinis, (2) interaksi antara calon guru dan murid, (3) performansi calon guru
dalam mengajar, (4) hubungan calon guru dengan supervisor, dan (5) analisis data
berdasarkan peristiwa aktual di kelas.
Sedangkan menurut Richard Waller defenisi supervisi klinis yaitu :

1
Moch Rivai, Adminstrasi dan Supervisi Pendidikan (Bandung: Jammers, 1987), h. 78.
2
Thomas J. Sergiovanni, Supervision: Human Perspectives (New York: McGraw Hill, 1983), h.299.

3
Clinical supervision may be defined as supervision focused upon the improvement of
instruction by means of systematic cycles of planning, observation and intensive
intellectual analysis of actual teaching performances in the interest of rational
modification.3
Pernyataan tersebut dapat diartikan sebagai supervisi klinis adalah supervise yang
difokuskan pada peningkatan arahan melalui siklus sistematis dari tahap perencanaan,
pengamatan, dan analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar
sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan modifikasi rasional. Menurut Snyder
dan Anderson supervisi klinis dapat diartikan  sebagai suatu teknologi perbaikan
pengajaran, tujuan yang dicapai dan memadukan kebutuhan sekolah dan pertumbuhan
personal.4 Supervisi klinis merupakan suatu model supervisi untuk menyelesaikan
masalah tertentu yang sudah diketahui. Supervisi klinis merupakan sistem bantuan dari
dalam kelas yang dirancang untuk memberikan bantuan langsung kepada guru.
Supervisi klinis diharapkan dapat memperkecil jurang yang tajam antara “perilaku
nyata” dan“perilaku ideal” para guru terutama dalam rangka peningkatan kualitas dan
kemampuan para guru memecahkan berbagai persoalan, karena seringkali para guru
menghadapi inovasi-inovasi pendidikan. Supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan
bertujuan membantu pengembangan profesional guru/calon guru, dalam penampilan
mengajar berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai
pegangan untuk perubahan tingkah laku tersebut.
Keith Achession dan Meredith D.Call, menyatakan bahwa supervisi klinis adalah
proses membantu guru memperkecil jurang antara tingkah laku mengajar yang ideal.5
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis adalah
suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membentu pengembangan profesional guru
khususnya dalam penampilan mengajar berdasarkan observasi dan analisis data secara
teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut.

B. Karakteristik Supervisi Klinis


Untuk memandu pelaksanaan supervisi klinis bagi supervisor dan guru diperlukan
karakteristik agar arah yang ditempuh sejalan dengan rencana program yang dtentukan
sebelumnya. Goldhammer, Anderjaw, dan Krajewski mengungkapkan karakteristiknya
sebagai berikut:

3
Susan Sullivan, Supervision that Improves Teaching and Learning (California:Corwin, 2009), h. 121.
4
Syaiful sagala, Supervisi Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 193.
5
Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), h. 58.

4
1. Merupakan teknologi untuk meningkatkan arahan/instruksi.
2. Merupakan kegiatan yang disengaja untuk masuk ke dalam proses arahan.
3. Berorientasi pada tujuan, memadukan antara kebutuhan sekolah dengan
kebutuhan personal yang bekerja dalam lingkup sekolah.
4. Supervisi ini beranggapan bahwa hubungan pekerjaan yang profesional terjadi
antara guru dengan supervisor.
5. Hal ini memerlukan derajat kepercayaan antar sesama yang tinggi dan
direfleksikan dalam pengertian dengan sesama, dukungan, dan komitmen untuk
terus berkembang.
6. Sistematis, namun supervisi ini juga memerlukan metode yang fleksibel dan
dapat berubah-ubah.
7. Menciptakan suatu ketegangan sehat yang menjembatani antara kenyataan
dengan harapan.
8. Memiliki anggapan bahwa supervisor memiliki kemampuan yang bagus dalam
hal analisis petunjuk dan pembelajaran serta tahu mengenai interaksi manusia
yang produktif.
9. Memerlukan preservice training untuk supervisor, khususnya dalam teknik
observasi, dan pemikiran pelayanan yang terus menerus untuk dilaksanakan
dalam pendekatan efektif.6

C. Tujuan Supervisi Klinis


Supervisi klinis mempunyai dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan secara khusus.
1. Tujuan umum
a. Memberikan penekanan pada proses pembentukan dan pengembangan
profesional guru dengan maksud memberikan respon terhadap perhatian utama
serta kebutuhan guru yang berhubungan dengan tugasnya.
b. Membantu untuk menunjang perbaikan kualitas pendidikan harus dimulai
dengan adanya perbaikan dalam cara mengajar guru di kelas.
2. Tujuan khusus
a. Menyediakan bagi guru suatu feedback (balikan) yang obyektif dari kegiatan
mengajar guru.
b. Mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah mengajar.

6
Carl D. Glickman, Supervision and Instructional Leadership (Boston: Pearson Inc, 2010), h. 288.

5
c. Membantu guru mengembangkan ketrampilannya dalam menggunakan strategi-
strategi mengajar.
d. Mengevaluasi guru untuk promosi jabata dan keputusan lainnya.
Pada waktu seorang guru mempersiapkan dirinya mengajar, sedang mengajar,
maupun sudah mengajar, ada dua hal yang utama menjadi perhatian utama maupun
kebutuhan yaitu: kesadaran dan kepercayaan akan dirinya serta keterampilan-
keterampilan dasar yang diperlukan dalam mengajar. Kesadaran dan kepercayaan diri
dalam mengajar itu muncul dalam pertanyaan sebagai berikut:
1. Dimanakah saya berada?
2. Bagaimanakah tanggapan serta perasaan siswa mengenai diri saya?
3. Seberapa besarkah kemampuan saya?
4. Apakah siswa menemukan yang sebenarnya dia perlukan dalam belajar?
5. Bagaimanakah saya dapat memperbaiki diri saya sebagai guru?
Disadari atau tidak, di dalam mengajar guru memerlukan keterampilan dasar (generic
skill) tertentu agar ia dapat mengajar lebih baik dan agar tujuan pelajaran dapat tercapai.
Keterampilan-keterampilan dasar tersebut dapata dikelompokkan sebagai berikut:
1. Keterampilan menggunakan variasi dalam mengajar menggunakan stimulus, yang
terdiri dari emberi penguatan (reinforcement)
2. Variasi gaya interaksi dan penggunaan alat pandang
dengar (variability), menjelaskan (explaining), serta
3. Membuka dan menutup pelajaran (introductory procedures and clusure).
Keterampilan melibatkan siswa dalam proses belajar yaitu bertanya dasar dan
lanjutan (basic and advanced questioning), memimpin diskusi kelompok kecil (guiding
small group discussion),mengajar kelompok kecil (small group teaching), mengajar
berdasarkan perbedaan individu (individualizet instruction),mengajar melalui pertemuan
siswa (discovery learning),dan membantu mengembangkan kreatifitas siswa (fostering
qualitivity). Seorang supervisor yang baik harus memiliki beberapa syarat yaitu:
1.  Mempunyai keyakinan bahwa guru memiliki kemampuan atau potensi untuk
memecahkan masalah sendiri dan mengembangkan dirinya.
2.  Berkeyakinan bahwa guru mempunyai kebebasan untuk memilih dan bertindak
mencapai tujuan yang diinginkan
3.  Memiliki kemampuan untuk menanyakan kepada orang laindan dirinya sendiri tentang
asumsi dasar serta keyakinan atas dirinya.

6
4.  Mempunyai komitmen dan kemampuan untuk membuat rekan gurunya merasa penting,
dihargai dan maju.
5.   Memiliki kemauan dan kemampuan untuk dapat membinahubungan yang akrab dan
hangat dengan semua orang tanpa pandang bulu.
6.  Memiliki kemampuan untuk mendengarkan serta keinginan untuk memanfaatkan
pengalaman-penglaman guru sebagai sumber membuatnya berusaha mencapai tujuan.
7.  Memiliki antusiaisme dan keyakinan atas supervisi klinis sebgai proses kegiatan yang
terus menerus untuk melayani pertumbuhan dan perkembangan pribadi serta profesi
guru
8.  Mempunyai keterampilan dalam berkomunikasi, mengobservasi dan menganlisis
tingkah laku guru mengajar
9.  Mempunyai suatu komitmen untuk mengembangkan dirinya sendiri, serta
berkeinginan keras untuk terus memperdalam supervise

D. Prinsip-Prinsip Supervisi Klinis


Adapun prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam supervisi klinis, sebagai
berikut :
a. Supervisi klinis yang dilakukan harus berdasarkan inisiatif dari para guru.
b. Ciptakan hubungan yang bersifat manusiawi yang bersifat interaktif dan rasa
kesejawatan.
c. Ciptakan suasana bebas dimana setiap orang bebas dan berani mengemukakan apa
yang dialaminya. Supervisor berusaha dapat menjawab dan menemukan solusinya
atas apa yang diharapkan guru.
d. Objek kajian adalah kebutuhan profesionalime guru yang riil, tentunya yang mereka
alami.
e. Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur yang spesifik yang harus diangkat untuk
diperbaiki.

E. Sasaran Supervisi Klinis


Sasaran dari pelaksanaan supervisi klinis adalah guru-guru yang kurang mampu
dalam mengelola pengajaran secara profesional ataupun guru yang ingin meningkatkan
kemampuan dan keterampilan mengajarnya menuju guru yang profesional. Adapun guru
yang perlu diberikan supervisi klinis adalah yang mempunyai karakteristik non
profesional seperti pada tabel berikut :

7
Karakteristik Guru
Guru Sasaran Supervisi Klinis Guru Profesional
Komitmen rendah Abstraksi rendah Komitmen tinggi Abstraksi tinggi
1 Kurang peduli 1 Bingung 1 Antusias, 1 Dapat melihat
pada siswa ketika energik, penuh masalah dari
menghadapi cita-cita berbagai sudut
masalah pandang
2 Waktu dan 2 Tidak tahu apa 2 Niat baik 2 Dapat
energi terbatas yang harus mengembangkan
dikerjakan beberapa alternatif
pemecahan
3 Hanya peduli 3 Memiliki 3 Tidak segan 3 Dapat memilih
pada tugas hanya satu melakukan alternatif terbaik
sendiri atau dua pekerjaan dan cara berpikir
kebiasaan sekolah di secara bertahap
menghadapi rumah
masalah

Tabel 1.1. Karakteristik Guru7

F. Pelaksanaan Supervisi Klinis


Konsep supervisi klinis sebagai suatu teknik pendekatan dalam pembelajaran guru
merupakan suatu pola yang didasarkan pada asumsi dasar bahwa proses belajar guru
untuk berkembang dalam jabatannya tidak dapat dipisahkan dari proses belajar yang
dilakukan guru tersebut. Supervisi klinis sebagai suatu teknik memiliki langkah-langkah
tertentu yang perlu mendapat perhatian untuk mengembangkan profesionalitas guru.
Menurut Cogan, ada delapan kegiatan dalam supervisi klinis yang dinamainya dengan
siklus atau proses supervisi klinis8.
Delapan tahap tersebut yaitu :
1. Tahap membangun dan memantapkan hubungan guru dengan supervisor,
2. Tahap perencanaan bersama guru,
3. Tahap perencanaan strategi observasi,
4. Tahap observasi pengajaran,
7
https://www.academia.edu/6047330/Makalah_supervise_klinis_fix (diakses pada 23 April 2014)
8
Thomas J. Sergiovanni, Supervision: Human Perspectives (New York: McGraw Hill, 1983), h.301.

8
5. Tahap analisis proses belajar mengajar,
6. Tahap perencanaan strategi pertemuan,
7. Tahap pertemuan, dan,
8. Tahap penjajakan rencana pertemuan berikutnya.
Menurut Mosher dan Purpel dalam Anantyas, dkk (2013) , ada tiga aktivitas dalam
supervisi klinis, yaitu :
1. Tahap perencanaan,
2. Tahap observasi,
3. Tahap evaluasi dan analisis.
Dengan demikian, walaupun deskripsi pandangan para ahli di atas tentang langkah-
langkah proses supervisi klinis berbeda, namun sebenarnya langkah-langkah itu bisa
disimpulkan pada tiga tahap esensial yang berbentuk (1) proses pertemuan awal atau
perencanaan, (2) proses pelaksanaan pengamatan/observasi pembelajaran secara cermat,
serta (3) proses menganalisis hasil pengamatan dan memberikan umpan balik. Dua dari
ketiga tahap tersebut memerlukan pertemuan antara guru dan supervisor, yaitu tahap
pertemuan awal dan tahap umpan balik.

a. Tahap Pertemuan Awal


Dalam tahap ini supervisor dan guru bersama-sama membicarakan rencana tentang
materi observasi yang akan dilaksanakan. Tahap ini memberikan kesempatan kepada
guru dan supervisor untuk mengidentifikasi perhatian utama guru, kemudian
menterjemahakn ke dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati. Pada tahap ini
dibicarakan dan ditentukan pula jenis data mengajar yang akan diobservasi dan dicatat
selama pelajaran berlangsung.
Tujuan utama pertemuan awal adalah untuk mengembangkan secara bersama-sama
antara supervisor dan guru, kerangka observasi kelas yang akan dilakukan. Hasil
pertemuan awal ini adalah kesepakatan kerja antara antara supervisor dan guru.
Tujuan ini bisa tercapai apabila tercipta kerjasama yang baik antara guru dan
supervisor, oleh karena itu disarankan pertemuan awal dilaksanakan secara rileks dan
terbuka agar timbul kepercayaan guru terhadap supervisor.
Goldhammer, Anderson, dan Krajewski (1981) mendeskripsikan satu agenda yang
harus dihasilkan pada akhir pertemuan awal, meliputi:
a. Menetapkan kontrak atau persetujuan antara supervisor dengan guru.
 Tujuan instruksional dan khusus pengajaran.

9
 Implementasi keseluruhan program pengajaran.
 Aktivitas yang akan diobservasi.
 Kemungkinan perubahan format aktivitas, sistem, dan unsur lain
berdasarkan kesepakatan bersama.
 Deskripsi spesifik masalah-masalah yang balikannya diinginkan
guru.
b. Menetapkan mekanisme/aturan-aturan observasi
 Waktu (jadwal) observasi.
 Lamanya observasi
 Tempat observasi
c. Menetapkan rencana spesisfik untuk melaksanakan observasi
 Dimana supervisor akan duduk selama observasi?
 Apakah supervisor menjelaskan kepada murid mengenai tujuan observasi,
kapan?
 Akankah supervisor mencari satu tindakan khusus?
 Perlukan adanya material/persiapan khusus?
 Bagaimanakah supervisor akan mengakhiri observasi?
Secara teknis menurut Anastyas, dkk (2013) diperlukan lima langkah utama bagi
terlaksananya pertemuan awal yang baik, yaitu :
1. Menciptakan suasana intim antara supervisor dengan guru sebelum langkah-
langkah selanjutnya dibicarakan,
2. Mengkaji ulang rencana pelajaran serta tujuan pelajaran,
3. Mengkaji ulang komponen keterampilan yang akan dilatihkan dan diamati,
4. Memilih atau mengembangankan suatu instrumen observasi yang akan dipakai
untuk merekam tingkah laku guru yang akan menjadi perhatian utamanya,
5. Instrumen observasi yang dipilih atau yang dikembangkan dibicarakan bersama
antara guru dan supervisor.

b. Tahap Observasi Mengajar


Menurut Daresh dalam materi PPL 1 Unesa, ada dua aspek yang harus diputuskan dan
dilaksanakan oleh supervisor sebelum dan selama melaksanakan observasi pengajaran
yaitu menentukan aspek-aspek yang akan diobservasi dan bagaimana cara
mengobservasinya. Aspek-aspek yang akan diobservasi harus sesuai dengan hasil
diskusi antara guru dengan supervisor pada pertemuan awal, sedangkan mengenai

10
bagaimana mengobservasi juga perlu diperhatikan agar diperoleh data yang
diinginkan. Tujuan utama pengumpulan data untuk memperoleh informasi yang
nantinya digunakan sebagai bahan tukar pikiran dengan guru setelah observasi
berakhir, sehingga guru menganalisis dengan cermat aktivitas-aktivitas yang
dilakukannya di kelas.
Berkaitan dengan teknik dan instrumen pengamatan ini, sebenarnya para penelitii
telah banyak mengembangkan bermacam-macam teknik yang bisa digunakan dalam
mengamati kegiatan pembelajaran. Acheson dan Gall menganjurkan agar
menggunakan beberapa teknik dalam proses supervisi klinis sebagai berikut :
a. Selective verbatim.
Pada teknik ini, supervisor membuat semacam rekaman tertulis. Tentunya hanya
kejadian-kejadian tertentu yang direkam secara selektif yang sesuai dengan
kesepakatan bersama antara supervisor dan guru.

b. Rekaman observasional berupa seating chart


Seluruh kompleksitas perilaku dan interaksi selama pengajaran di
dokumentasikan /dideskripsikan secara bergambar dengan seating chart.
c. Wide lens techniques
Supervisor membuat catatan lengkap mengenai kejadian-kejadian di kelas dalam
cerita yang panjang lebar dikenal dengan anecdotal record.
d. Checklists and timeline coding
Supervisor mengumpulkan dan mengobservasi perilaku belajar mengajar dengan
terlebih dahulu diklasifikasi/dikategorikan. Flanders aktivitas kelas dikategorikan
dalam pembicaraan guru, pembicaraan murid, dan tidak ada pembicaraan (silence).
Kunjungan dan observasi yang dilakukan supervisor bermanfaat untuk mengetahui
pelaksanaan pembelajaran sebenarnya. Manfaat observasi tersebut antara lain dapat :
- Menemukan kelebihan atau kekurangan guru dalam melaksanakan pembelajaran
guna pengembangan dan pembinaan lebih lanjut,
- Mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam melaksanakan suatu gagasan
pembaharuan pengajaran,
- Secara langsung mengetahui keperluan dan kebutuhan masing-masing guru dalam
melaksanakan proses belajar-mengajar,
- Memperoleh data atau informasi yang dapat digunakan dalam penyusunan
program pembinaan profesional secara terperinci,

11
- Menumbuhkan kepercayaan diri pada guru untuk berbuat lebih baik,
- Mengetahui secara lengkap dan komprehensif tentang hal-hal pendukung
kelancaran proses belajar-mengajar.

c. Tahap Umpan Balik


Sebelum pertemuan ini dilaksanakan, supervisor mengadakan analisis pendahuluan
tentang rekaman observasi yang dibuat sebagai bahan dalam pembicaraan pada tahap
umpan balik. Tujuan utama menganalisis hasil pengamatan dan memberikan umpan
balik adalah menindaklanjuti apa yang dilihat oleh supervisor sebagai pengamat
terhadap proses pembelajaran. Supervisor harus mengusahakan data yang objektif,
menganalisis, dan menginterpretasikan secara kooperatif dengan guru tentang apa
yang telah berlangsung dalam mengajar.
Proses ini merupakan proses yang penting untuk mengembangkan perilaku guru
dengan memberikan balikan tertentu. Balikan ini harus bersifat deskriptif, spesifik,
konkret, bersifat memotivasi, aktual, dan akurat, sehingga betul-betul bermanfaat bagi
guru. Goldhammer, Anderson, dan Krajewski (1981) mengemukakan lima manfaat
pertemuan balikan yaitu :
a. Guru diberi penguatan dan kepuasan.
b. Isu-isu dalam pengajaran dapat didefinisikan bersama supervisor dan guru yang
tepat.
c. Supervisor bila perlu mengintervensi guru secara langsung untuk memberikan
bantuan didaktis dan bimbingan.
d. Guru bisa dilatih untuk melakukan supervisi terhadap dirinya sendiri.
e. Guru bisa diberi pengetahuan tambahan untuk meningkatkan profesional diri di
masa mendatang.
Keseluruhan tahap di dalam proses supervisi klinis dapat digambarkan dalam bagan
siklus supervisi sebagai berikut :

12
TAHAP PERTEMUAN AWAL TAHAP OBSERVASI MENGAJAR
Menganalisis rencana pelajaran Mencatat peristiwa selama pengajaran
menetapkan bersama aspek-aspek yang akan diobservasi dalam mengajar
Catatan harus objektif dan selektif

TAHAP PERTEMUAN BALIKAN


Menganalisis hasil observasi bersama guru
menganalisis perilaku mengajar.
bersama menetapkan aspek-aspek yang harus dilakukan untuk membantu perkembangan keterampilan mengajar

Sumber : Diadaptasikan dari Alexander mackie College of Advance Education (1981). Supervision of Practice Teaching. Primary Program, Sydney A

Gambar 1.2. Siklus Supervisi Klinis

G. Penerapan Supervisi Klinis Dalam Proses Pembelajaran


Untuk menunjang pengalaman lapangan maka proses kegiatan yang harus
dilaksanakan guru adalah : Mengadakan diskusi dengan supervisor mempelajari literatur
tentang keterampilan mengajar yang lain sehingga pada akhirnya guru dapat
melaksanakan keterampilan-keterampilan mikro secara terpadu dalam kegiatan belajar-
mengajar.
Dalam rangka pengorganisasian maka perlu diadakan koordinasi kerja diantara
komponen dalam lembaga pendidikan. Tenaga kependidikan secara efisien dan efektif
dapat memperhitungkan kendala-kendala yang ada serta fasilitas yang tersedia.
Penerapan supervisi klinis adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari teori-teori dan hasil-hasil penelitian tentang berbagai keterampilan
mengajar.
2. Melihat dan membicarakan hasil rekaman baik video maupun audio dari model-model
mengajar yang ada.
3. Pengenalan lebih lanjud, penghayatan dan latihan penerapan dengan teman dalam
bidang study tertentu.
4. Mengadakan perencanaan pengajaran mikro yang dibantu oleh supervisor.
5. Implementasi mengajar mikro dengan proses supervisi klinis.

13
6. Mengadakan latihan mengajar ulang dalam bentuk pengajaran mikro..
7. Menggunakan keterampilan tersebut dalam praktek mengajar di sekolah.

H. Kendala Saat Pelaksanaan Supervisi Klinis


Beberapa kendala yang pada saat ini dirasakan merupakan penghambat pelaksanaan
supervisi klinis dalam proses pengajaran mikro dan pengalaman lapangan dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Kurangnya lembaga pembimbing dan tenaga teknis untuk melayani dan memelihara
di lembaga pendidikan tentang supervisi klinis.
2. Keterbatasan dana dan sarana yang tersedia.
3. Sistem manajemen pendidikan di sekolah yang kurang memperhatikan supervisi
klinis.
4. Angka perbandingan (rasio) yang tinggi antara calon guru dengan supervisor.
5. Labilnya sistem organisasi kelembagaan serta tata aturannya.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:


1. Supervisi klinis adalah perbaikan pengajaran dengan hubungan yang intens
berlanjut dan matang antara supervisor dan guru searah dengan perbaikan praktek
profesional guru yang dapat menjamin kualitas pelayanan belajar secara
berkelanjutan dan konsisten
2. Supervisi klinis memiliki karakteristik atau fokus antara lain, merubah cara
mengajar serta didasarkan atas bukti pengamatan.
3. Tujuan supervisi klinis meliputi tujuan umum dan khusus
4. Kriteria dan teknik supervisi klinis meliputi pertemuan pendahuluan, observasi
guru pada saat bekerja dan peninjauan pola atau teknik balikan

B. Saran

Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, maka berbagai upaya harus


dilakukan oleh stakeholder pendidikan. Salah satu upaya yang dimaksud adalah
supervisi guru. Supervisi guru bukan hanya dilakukan oleh supervisor tetapi dapat
pula dilakukan oleh kepala sekolah maupun teman sejawat dengan melakukan
supervisi klinis. Kegiatan supervisi klinis dapat dilaksanakan dengan baik setelah
memahami konsep dan langkah-langkah pelaksanaan supervisi klinis.

15
DAFTAR PUSTAKA

Glickman, Carl D. Supervision and Instructional Leadership. Boston: Pearson Inc, 2010.

https://www.academia.edu/6047330/Makalah_supervise_klinis_fix, diakses pada 23 April


2014.
Mukhtar dan Iskandar. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press,
2009.

Rivai, Moch. Adminstrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Jammers, 1987.  

Sergiovanni,Thomas J. Supervision: Human Perspectives. New York: McGraw Hill, 1983.

Sullivan, Susan. Supervision that Improves Teaching and Learning . California:Corwin,


2009.

Sagala,Syaiful. Supervisi Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2010.

Sergiovanni, Thomas J. Supervision: Human Perspectives. New York: McGraw Hill, 1983.

16

Anda mungkin juga menyukai