Skor Nilai:
JUDUL
“ISLAM KAFFAH.”
NIM : 5193331003
FAKULTAS TEKNIK
Pertama-tama marilah kita mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, sebab
telah memberikan rahmat dan karuniaNya serta kesehatan kepada saya, sehingga mampu
menyelesaikan Critical Book Review ini. Critical Book Review ini dibuat untuk memenuhi
salah satu mata kuliah saya yaitu “Pendidikan Agama Islam” yang diampu oleh bapak Drs.
Ramli, MA.
Critical Book Review ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kita semua. Akan tetapi saya menyadari bahwa Critical Book Review ini masih jauh
dari kesempurnaan.
Apabila dalam Critical Book Review ini terdapat kekurangan dan kesalahan, saya
mohon maaf karena sesungguhnya manusia itu pasti mempunyai salah. Akhir kata saya
berharap semoga Critical Book Review ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan bagi
siapa saja yang memerlukannya dimasa yang akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1. Rasionalisasi pentingnya CBR....................................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan CBR................................................................................................1
1.3. Manfaat CBR...............................................................................................................1
1.4. Identitas Buku yang Dilaporkan :................................................................................1
BAB II RINGKASAN ISI BUKU...........................................................................................2
BAB I. MENGENAL ALLAH TUHAN YANG MAHA ESA..............................................2
BAB II. MEMAHAMI ISTILAH IMAN, ISLAM, DAN IHSAN.........................................4
BAB III. MANUSIA DALAM KONSEPSI ISLAM..............................................................6
BAB IV . MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH DI MUKA BUMI........................................7
BAB V. HUKUM DAN ISLAM............................................................................................8
BAB VI. SENI DALAM ISLAM...........................................................................................9
BAB VII. MORAL,ETIKA, DAN AKHLAK......................................................................10
BAB VIII. ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DALAM ISLAM.....................14
BAB IX. KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA..................................................17
BAB X. KONFLIK, PEMECAHAN, DAN HARAPAN UMAT BERAGAMA................18
BAB XI. HAK ASASI MANUSIA (HAM) DAN DEMOKRASI.......................................19
BAB XII. BUDAYA DAN MASYARAKAT ISLAM........................................................20
BAB XIII. POLITIK DALAM ISLAM................................................................................21
BAB XIV. TERORISME DAN NARKOBA.......................................................................22
BAB III PEMBAHASAN /ANALISIS..................................................................................24
3.1. Kelebihan Dan Kekurangan Isi Buku........................................................................24
BAB IV PENUTUP................................................................................................................25
4.1. Kesimpulan................................................................................................................25
4.2. Rekomendasi..............................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Perguruan Tinggi)
Edisi : Revisi
ISBN : 978-623-7842-60-6
1
BAB II
2
kebutuhan pedoman hidup manusia dalam segala keadaan dan berlaku sepanjang zaman.
Keempat , dari sisi sejarah keberimannya manusia, yaitu para nabi dan rasul sebelumnya.
3
BAB II. MEMAHAMI ISTILAH IMAN, ISLAM, DAN IHSAN
4
kafir kepada allah dan rasul-rasul nya dan bermaksud memperbedakan antara allah dan
rasul nya.
Iman kepada hari akhir adalah meyakini sepenuh hati tanpa keragiuan bahwa hari
kiamat akan akan terjadi.
Rukun iman terakhir adalah percaya kepada qadha-qadhar. Qadar adalah ketentuan
allah sedangkan qadha merupakan ketetapan nya.
5
C. Ihsan Dalam Agama Islam
Menurut bahasa, ihsan bersrti berbuat atau melakukan kebaikan. Hal ini sesuai
dengan firman allah pada surah an-Nahl ayat 90:
Artinya: sesungguhnya allah menyuruh ( kamu ) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran.
Hakikat ihsan menurut istilah tersebut mengandung arti bahwa dalam menyembah
allah seseorang harus bersungguh-sungguh, serius, penuh keiklasan, dan tawaduk. Dalam
hatinya harus tumbuh keyakinan bahwa allah seakan-akan berada di hadapannya dan
melihat-nya. Dengan kata lain, dia harus merasa bahwa allah selamanya hadir dan
menyaksikan segala perbuatannya.
B. Dimensi-Dimensi Kemanusiaan
6
Ada beberapa istilah yang terkait dengan dimensi manusia yang di telaah dari
perspektif ini.di mensi-dimensi tersebut saling berhubungan secara fungsional dan
substansial dalam diri manusia itu sendiri. Hal yang terpenting dari sejumlah dimensi itu
adalah al-jasad, al-ruh, al-aql, dan al-nafs.
Al-jasad dalam bahasa Indonesia di sebut tubuh, badan atau jasad merupakan salah
satu dimensi yang dapat dijelaskan secara saintifik. Dalam al-quran dijelaskan bahwa
manusia berasal dari sperma dan ovum, kemudian bertahap menjadi darah,daging,tulang-
belulang dabn akhirnya menjadi manusia yang utuh dan memiliki bentuk yang terbaik.
Allah berfirman di dalam surah al-mu’minun ayat 12-14:
Artinya : dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati air mani yang di simpan dalam tempat yang
kokoh. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
kami jadikan segumpal daging dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang
lalu tulan belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk
yang berbentuk lain. Maka maha sucilah allah, pencipta yang paling baik
Nafs al-lawwarnah adalah nafsu yang menyesal di sebabkan keburukan yang
dilakukannya di dunia. Dalam nafsu ini bergumul antara kebaikan dan kejahatan yang
saling menghimpit dan mengalahkan. Eksistensi manusia dengan keragaman dimensi
yang dimilikinya merupakan suatu system yang inheran dan padu, bukan terpisah-pisah
yang berakibat terjadinya dikotominasi dan paradox.
A. MARTABAT MANUSIA
Tujuan utama penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada allah. Hal ini
sebagaimana yang dijelaskan oleh allah dalam kitab sucinya yaitu : Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaku ( az-zariyat :
56 ). Ketika tujuan manusia diciptakan untuk beribadah kepadanya, maka seyogianya ia
menjadikan seluruh hidupnya dalam rangka lillahi ta’ala ( hanya untuk allah ). Adapun
yang dimaksud hal ini adalah manusia harus menjalankannya seluruh aspek kehidupannya
sesuai dengan tuntunan syariat yang dibebankan kepadanya. Tuntunan itu dijalankannya
7
hanya sebagai sebuah pengabdian secara ikhlas kepada-nya berdasarkan rida dan
kehendak-nya.
Ibn Qayyim mengatakan bahwa dalam hal menjalankan ibadah kepada allah
sebagai tujuan hidup manusia, maka ia harus memperhatikan dua hal. Pertama hatinya
harus ikhlas hanya kepada allah dan kedua harus sesuai dengan petunjuk yang diajarkan
oleh nabi saw (sunnah). Zu an-nun al-mishri menjelaskan ada tiga tanda-tanda ikhlas yaitu
: “ tanda ikhlas ada tiga : pujian dan cercaan dari manusia sama saja baginya:
melupakan amal yang telah dilakukannya: hanya mengharap ganjaran amalnya di
akhirat.”
Sebagaimana yang telah disebutkan, selain harus ikhlas, ibadah mesti mengikuti
tuntunan yang diajarkan oleh nabi saw. Jika ibadah formal tidak mengikuti tuntunan
tersebut maka ia sia sia bahkan bagi orang orang yang membuat buat ibadah tanpa dalil
akan mendapat ancaman api neraka.
B. TANGGUNGJAWAB MANUSIA
a. Tanggung jawab manusia sebagai hamba allah
Tanggungjawab utama manusia adalah menjadikan dirinya dan masyarakatnya tetap
berada di dalam tujuan hidup tersebut.
b. Tanggung jawab manusia sebagai khalifah allah.
Pertama kali disebutkan di dalam al quran surah albaqarah ayat 30. Ayat ini
mengandung pesan tentang kedudukan manusia sebagai pemakmur alam, yang disebut
dengan istilah “khalifah di atas muka bumi”. Di dalam surah shad ayat 26 allah
menjelaskan tentang tugas yang harus ditegakkan seorang khalifah. Tugas utamanya
adalah menerapkan kebenaran dalam menetapkan keputusan kepada manusia; khalifah
harus berlaku adil, dan tidak boleh mengikuti hawa nafsunya dalam menjalankan
kepemimpinannya.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka tanggungjawab utama manusia sebagai
khalifah allah adalah untuk mengajak manusia mentauhidkan allah, menegakkan
hukum-hukumnya, keadilan dan memakmurkan bumi.
8
Sesungguhnya, disyari’atkannya hukum allah bagi manusia adalah untuk
mengatur tata kehidupan mereka, baik dalam masalah duniawi maupun ukhrawi.
Fungsi hukum islam dinyatakan secara tegas dalam surah an-nisa ayat 105 :
sesungguhnya kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran,
supaya kamu dapat n hukum kepada manusia dengan apa yang telah allah wahyukan
kepadamu.
9
jika mengandung kata kata yang bertentangan dengan syariat. Oleh sebab itu, syair yang
demikian diharamkan oleh syariat. Namun, syair yang tidak memiliki indikasi yang
disebutkan tetep dalam hukum asalnya, yaitu boleh.
4. Seni bangunan
Salah satu jenis bangunan yang dilahirkan dari rasa keagamaan dan spirit
keislaman dari umat islam adalah bangunan masjid tempat peribadatan.
5. Seni lukis, ukir dan pahat.
Hikmah Adanya larangan membuat patung-patung dan lukisan-lukisan yang
menerupai ciptaan tuhan yang mempunyai ruh adalah agar manusia tidak kembali kepada
penyembahan berhala dan mendewa dewakan manusia atau sebagainya. Sebab, demikian
membawa kepada syirik. Adapun dibolehkan bila dibuat hanya sekedar untuk permainan
dan penghibur bagi anak anak.
Akhlak merupakan perilaku yang dibangun berbasis hati nurani. Meski ada yang
mengklasifikasikannya menjadi akhlak mulia dan akhlak tercela, tapi pada lazimnya
akhlak adalah suatu sebutan bagi perilaku terpuji yang berakar dari iman. Malah dasar
pijakan akhlak adalah Al Qur’an dan Al-Sunnah, sehingga perilaku yang tidak berdasar
keduanya tidak ada jaminan sebagai akhlak mulia. Sumber pijakan inilah yang merupakan
perbedaan prinsip dari akhlak dengan etika, budi pekerti, moral dan sebagainya.
Etika, moral, budi pekerti, meskipun dasarnya adalah kebiasaan, adat-istiadat
masyarakat, tapi di kalangan umat beragama, perilaku yang terbiasa, dapat disesuaikan
dan dijiwai oleh akhlak yang diajarkan oleh agama. Karena itu banyak kita temui etika,
moral, dan budi pekerti saling mengisi dengan ajaran akhlak yang dibimbing oleh agama.
Mengapa demikian? Karena unsur-unsur akhlak ini adalah hal-hal yang makruf, yang
sudah dimaklumi oleh orang banyak sebagai hal yang baik, dan bersumber pada sifat dan
sikap jiwa yang mulia dan terpuji, seperti : jujur, adil, bijaksana, berkata benar, ramah,
senyum, pemaaf, disiplin, dan sebagainya.
10
Berbicara masalah akhlak berarti berbicara tentang konsep Al-husn (baik) dan Al-
qubh (buruk). Menurut Mu’tazilahal-husn adalah sesuatu yang menurut akal bernilai baik
dan al-qubh adalah sesuatu yang menurut akal bernilai buruk. Bagi Mu’tazilah baik dan
buruk itu ukurannya adalah akal manusia. Berbeda dengan Mu’tazilah, Ahlu al-Sunnah
berpendapat, bahwa yang dapat menentukan baik dan buruk bukan akal tetapi wahyu.
Oleh karenanya Ahlu al-Sunnah berpendapat, bahwa al-husn adalah sesuatu yang menurut
Al Qur’an dan al-Sunnah adalah baik dan al-qubh adalah sesuatu yang menurut Al Qur’an
dan al-Sunnah adalah buruk.
Secara substansial, etika, moral dan akhlak memang sama, yakni ajaran tentang
kebaikan dan keburukan, menyangkut perikehidupan manusia dalam hubungannya
dengan Tuhan, sesama manusia dan alam dalam arti luas. Yang membedakan satu dengan
yang lainnya adalah ukuran kebaikan dan keburukan itu sendiri. Etika adalah ajaran yang
berbicara tentang baik dan buruk dan yang menjadi ukuran baik dan buruknya adalah akal
karena memang etika adalah bagian dari filsafat. Sedangkan akhlak yang secara
kebahasaan berarti budi pekerti, perangai atau disebut juga sikap hidup adalah ajaran yang
berbicara tentang baik dan buruk yang ukurannya adalah wahyu Tuhan.
Secara terminologis akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara yang baik
dan yang buruk, terpuji atau tercela, menyangkut perkataan dan perbuatan manusia lahir
batin. Secara rinci kajian akhlak meliputi :
a) Pengertian baik dan buruk
b) Menerangkan apa yang harus dilakukan oleh seorang manusia terhadap manusia
lainnya
c) Menjelaskan tujuan yang seharusnya dicapai oleh manusia dengan perbuatan-
perbuatannya
d) Menerangkan jalan yang harus dilalui untuk berbuat.
Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya
untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa memalui pertimbangan pikiran terlebih
dahulu. Sejalan dengan apa yang diungkapkan Ibnu Miskawaih, Al-Ghazali
menyebutkan bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari
padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan
pikiran.
Dua definisi di atas menyatakan, bahwa akhlak secara substansial adalah sifat
hati (kondisi hati)- bias baik- bias buruk- yang tercermin dalam perilaku. Jika sifat
hatinya baik, maka yang muncul adalah akhlak yang baik (al akhlaq al-karimah) dan
11
jika sifat hatinya buruk, maka yang keluar dari perilakunya adalah akhlak yang buruk
(al-akhlaq al-mazmumah). Kemudian muncul pertanyaan, apa yang menyebabkan hati
manusia kotor dan jelek dan apa pula yang menyebabkan bias jelek dan rusak juga
bias baik dan suci adalah factor dirinya.
Di dalam diri manusia ada tiga nafsu :
Nafsu Syahwaniyyah, (nafsu ini ada pada manusia dan ada pada binatang), Yaitu
nafsu yang cenderung pada kelezatan misalnya makanan, minuman dan syahwat
jasmaniyah, bersenang-senang dengan lawan jenis. Kalau nafsu ini tidak
dikendalikan, maka manusia tak ada bedanya dengann hewan, sikap hidupnya
menjadi hedonism.
Nafsu Al-ghadhabiyah, nafsu ini juga ada pada manusia dan ada pada hewan,
yaitu nahsu yang cenderung kepada marah, merusak, ambisi, senang menguasai
dan mengalahkan yang lain. Nafsu ini lebih kuat ketimbang
nafsu syahwaniyyah dan lebih berbahaya bagi pemiliknya jika tak terkendalikan.
Ia cenderung pemarah, sangat hiqdu(dengki), tergesa-gesa tidak tenang, cepat
bertindak untuk menaklukkan musuhnya tanpa pertimbangan matang dan
rasional.
Al-Nafsu al-nathiqah, yaitu nafsu yang membedakan manusia dengan hewan.
Nafsu yang dengannya manusia mampu berzikir mengambil hikmah, memahami
fenomena alam dan dengannya manusia menjadi agung, besar cita-citanya,
kagum terhadap dirinya sehingga bersyukur kepada Tuhannya. Nafsu ini
menjadikan manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk,
serta dengannya pula manusia dapat mengendalikan kedua nafsu Al-
syahwaniyyah dan Al-Ghadhabiyah. Al-Nathiqahini akan berkembang positif
bahkan dapat mengendalikan kedua nafsu yang lainnya, yaitu dengan
mempelajari ilmu akhlak, hikmah dan menahan diri dari keburukan danfahisyah,
mengatur kehidupan dan penghidupannya secara baik, menjaga harga diri
dan muru’ah.
Suci dan tidaknya hati manusia tergantung mana yang paling dominan dalam
hatinya, jika nafsu yang pertama dan yang kedua (syahwaniyyah dan ghadhabiyah)
yang mendominasi dirinya, maka yang muncul adalah akhlak yang buruk (al- akhlaq
al-mazmumah), tetapi jika nafsu yang ketiga yang muncul, yaitu al-nafs al-
nathiqah yang mendominasi hatinya, maka akhlak al-karimah lah yang akan muncul
12
dari dirinya. Adapun moral adalah ajaran baik dan buruk yang ukurannya adalah
tradisi yang berlaku di suatu masyarakat. Seseorang dianggap bermoral kalau sikap
hidupnya sesuai dengan tradisi yang berlaku di masyarakat tempat ia berada, dan
sebaliknya seseorang dianggap tidak bermoral jika sikap hidupnya tidak sesuai dengan
tradisi yang berlaku di masyarakat tersebut. Dan memang menurut ajaran Islam pada
asalnya manusia adalah makhluk yang bermoral dan etis. Dalam arti mempunyai
potensi untuk menjadi makhluk yang bermoral yang hidupnya penuh dengan nilai-
nilai atau norma-norma.
Betapa penting kedudukan akhlak dan Islam. Al Qur’an bukan memuat ayat-
ayat yang secara spesifik berbicara masalah akhlak, malah setiap ayat yang berbicara
hokum sekalipun, dapat dipastikan bahwa ujung ayat tersebut selaku dikaitkan dengan
akhlak atau ajaran moral. Ayat-ayat yang pangkalnya menjelaskan ketentuan hokum,
biasanya ujung ayat mengutarakan masalah akhlak. Sebagai contoh terdapat dalam
QS. 2 (Al-Baqarah) : 183.
Bertaqwa artinya menjauhi perbuatan-perbuatan buruk dan melakukan
perbuatan-perbuatan baik. Hadits-hadits Nabi juga mengaitkan puasa dengan
perbuatan-perbuatan baik (al-akhlaq al-Mahmudah) dan perbuatan buruk (al-akhlaq
al-Mazmumah). Dalam salah satu hadits dinyatakan :
“Orang yang tidak meninggalkan kata-kata bohong dan senantiasa berdusta tidak ada
faedahnya ia menahan diri dari makan dan minum. “ (HR. Tirmizi).
Jadi puasa yang tidak menjauhkan manusia dari ucapan dan perbuatan yang
jelek, maka tidak ada gunanya. Orang yang demikian tidak perlu menahan diri dari
makan dan minum, karena puasanya tak berguna. Hadits lain mennyatakan : “ Puasa
bukanlah menahan diri dari makan dan minum, tetapi puasa adalah menahan diri dari
kata-kata sia-sia dan kata-kata tak sopan; Jika kamu dicaci atau tidak dihargai
katakanlah: “Aku berpuasa”.
Dengan demikian, berpuasa bukanlah menahan diri dari makan dan minum,
tetapi menahan diri dari ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan yang tidak baik dan
kotor. Contoh lain mengenai haji sebagaimana disebutkan dalam QS. 2 (Al-Baqarah) :
197.
Ayat diatas begitu jelas menerangkan bahwa sewaktu mengerjakan haji, orang
tidak boleh mengeluarkan ucapan-ucapan yang tidak senonoh, tidak boleh berbuat hal-
hal yang tidak baik dan tidak boleh bertengkar. Demikian juga ayat tentang shalat,
13
zakat dan ayat-ayat muamalah lainnya, selalu dikaitkan dengan pesan-pesan perbaikan
akhlak dan moral.
14
atau kerusakan di muka bumi. Inilah yang disebut fungsi Islam sebagai rahmat bagi
seluruh alam (rahmatal lil alami)
Fungsi Islam sebagai rahmatal lil alamin tidak tergantung pada penerimaan
atau penilaian manusia. Substansi rahmat terletak pada fungsi ajarannya tersebut.
Fungsi itu baru akan terwujud dan dapat dirasakan oleh manusia sendiri maupun oleh
makhluk-makhluk yang lain, jika manusia sebagai pengembangan amanat Allah telah
menaati dan menjalankan aturan-aturan ajaran Islam dengan benar dan kaaffah.
Fungsi Islam sebagai rahmat dan bukan sebagai agama pembawa bencana,
dijelaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an Surat Al Anbiya : 170, : “ Dan tidaklah
Kami mengutus kamu Muhammad SAW, melainkan untuk menjadi rahmat bagi
semesta alam”. Sedangkan bentuk-bentuk kerahmatan Allah pada ajaran Islam itu
seperti berikut ini.
a. Islam menunjukkan manusia jalan hidup yang benar.
b. Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk menggunakan potensi
yang diberikan oleh Allah secara tanggung jawab.
c. Islam menghormati dan menghargai manusia sebagai hamba Allah, baik
mereka muslim maupun yang beragama lain.
d. Islam mengatur pemnafaatan alam secara baik dan proposional.
e. Islam menghormati kondisi spesifik individu manusia dan memberikan
perlakuan yang spesifik pula.
15
cenderung pada perbuatan syaithan, sebab sifat – sifat itu mengakibatkan tumbuhnya
perpecahan dalam masyarakat dan permusuhan sesame manusia”.
﴾ َواَل َأنتُ ْم٤﴿ دتُّ ْمkkَ ٌد َّما َعبkِا عَابkkَ﴾ َواَل َأن٣﴿ ُدkُا َأ ْعبkk﴾ َواَل َأنتُ ْم عَابِ ُدونَ َم٢﴿ َ﴾ اَل َأ ْعبُ ُد َما تَ ْعبُ ُدون١﴿ َقُلْ يَا َأيُّهَا ْال َكافِرُون
٦﴿ ﴾ لَ ُك ْم ِدينُ ُك ْم َولِ َي ِدي ِن٥﴿ ﴾عَابِ ُدونَ َما َأ ْعبُ ُد
Artinya:
Katakanlah: Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu
sembah Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah Dan aku tidak pernah
menjadi penyembah apa yang kamu sembah Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi
penyembah Tuhan yang aku sembah Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.
16
BAB IX. KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA
17
baru akan terwujud dan dapat dirasakan oleh manusia sendiri maupun oleh makhluk-
makhluk yang lain, jika manusia sebagai pengembangan amanat Allah telah menaati
dan menjalankan aturan-aturan ajaran Islam dengan benar dan kaaffah.
Fungsi Islam sebagai rahmat dan bukan sebagai agama pembawa bencana,
dijelaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an Surat Al Anbiya : 170, : “ Dan tidaklah Kami
mengutus kamu Muhammad SAW, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta
alam”. Sedangkan bentuk-bentuk kerahmatan Allah pada ajaran Islam itu seperti berikut
ini.
Islam menunjukkan manusia jalan hidup yang benar.
Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk menggunakan potensi
yang diberikan oleh Allah secara tanggung jawab.
Islam menghormati dan menghargai manusia sebagai hamba Allah, baik mereka
muslim maupun yang beragama lain.
Islam mengatur pemnafaatan alam secara baik dan proposional.
Islam menghormati kondisi spesifik individu manusia dan memberikan
perlakuan yang spesifik pula.
18
pemerataan pembangunan, ekonomi, pendidikan bagi pihak-pihak kepentingan, dan
menumbuhkan sikap kebutuhan terhadap kerukunan.
B. POTENSI KONFLIK YANG HARUS DIWASPADAI
Potensi konflik dapat dikelompokkan menjadi non agama dan agama. Potensi
yang bersifat non-agama adalah politik, ekonomi, sumber daya alam, dll. Potensi yang
bersifat agama adalah penyiaran, rumah ibadat, perkawinan beda agama, dll.
C. PROGRAM KERUKUNAN
Program kerukunan adalah sebuah ikhtiyar untuk memetakan dan merumuskan
upaya-upaya strategis, logic, aplicable, dan berkelanjutan agar harmonis antar pemeluk
agama di Tanah Air dapat terwujud. Untuk menggambarkan tentang program kerukunan
di Indonesia, dapat dilakukan melalui hukum, undang-undang, lembaga kerukunan,
pendidikan dan pengajaran, penegakan hukum yang kuat dan adil kearifan lokal dan
menghidupkan penataran P4 dan menghidupkan nasionalisme.
19
Ketentuan hukum harus diperlakukan secara mutlak tanpa diskriminasi, yaitu jika
segala persyaratan untuk itu telah terpenuhi. Asas ini dapat kita petik dari Alquran surat
aN-Nisa’, yang menyerukan agar keadilan dilaksanakan secara tegas terhaadap setiap
orang, baik keluarga sendiri ataupun orang lain, baik orang kaya ataupun miskin.
4. Hak Kebebasan Memilih Agama
Dipertegas dalam Alquran surat al-Baqarah ayat 256, yang artinya “Tidak ada
paksaan untuk memasuki agama Islam sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada
jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thagut dan beriman kepada
Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang aman kuat yang
tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
5. Hak memperoleh Perlindungan
Manusia diperintahkan Allah SWT untuk berhubungan dalam suasana saling
bekerja sama dalam ranah sosial. Setiap manusia memiliki hak untuk memperoleh
kehidupan yang bahagia dan menyenangkan, sepanjang hal itu tidak merugikan dan
mengganggu kebahagian dan kesenangan hidup orang lain.
6. Hak Untuk Bekerja
Dalam surat Taubah ditegaskan bahwa setiap pekerjaaan arus
dipertanggungjawabkan, yaitu harus yang benar dan bermanfaat. Oleh karena itu
bekerjalah sebaik mungkin dan penuh tanggung jawab. Mengetahui jenis pekerjaan, setiap
individu bebas menentukan. Namun yang paling penting adalah pekerjaan yang bersih
dan halal.
7. Demokrasi Ala Syura
Dalam bidang ekonomi timbul satu sistem yang dapat menjamin keadilan sosial,
yaitu sistem yang dijelaskan oleh Hadis: “Tidaklah terpandang sebagai seorang Muslim
orang yang merasa kenyang, waktu dia mengetahui bahwa tetangganya lapar”.
20
diturunkan sesuai dengan kebutuhan manusia, yaitu sebagai pembimbing dalam
mengembangkan kehidupan dan kebudayaannya. Keniscayaan etos kerja sebagai orang
Muslim dapat dilihat dari:
Iman yang merupakan dasar utama yang mendorong seorang Muslim bekerja
Ikhlas yang tidak mengharapkan apapun selain dari Allah
Ihsan yang diajarkan Jibril kepada Rasulullah SAW adalah bekerja atau
beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya dan apabila kamu tidak
mellihat-Nya yakinlah bahwa sesungguhnya Allah melihat apa yang engkau
lakukan
Ilmu sebagaimana sabda Nabi SAW “Tuntutlah ilmu itu mulai dari buaian
sampai ke liang lahat”
Islam yaitu menyerahkan seluruhnya kepada Allah setelah kita berupaya
semaksimal mungkin untuk menetapkan takdir-Nya.
21
selanjutnya disebut khalifah. Sistem pemerintahannya disebut khilafah. Sistem
khilafah ini berlangsung hingga dibawah kekuasaan khalifah terakhir, Ali
karramallahu wajhahu. Pasca pemerintahan Ali, system pemerintahan mengambil
bentuk kerajaan. Sampai pada akhirnya setelah munculnya penjajahan, system
pemerintahan bagi Negara-negara yang baru melepaskan diri dari kolonialisme itu
berbeda-beda. Ada bentuk kerajaan, keemiran, kesultanan, dan ada yang muncul
dengan bentuk presidentil cabinet atau parlementer cabinet.
Peranan Agama Dalam Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Moral yang ditumbuhkan oleh agama mempunyai daya kekuatan rohaniah
yang tidak pernah absen dalam menuntun dan mengendalikan penyandangnya agar ia
selalu berada dalam garis batas norma-norma susila, menumbuhkan sifat mahmudah
serta berpikir objektif yang dimanifestasikan dengan :
Percaya kepada diri sendiri
Menyadari posisi serta tugas yang dipercayakan
Mengeliminir sikap egoistis dan individualistis
Memandang jauh ke depan atau berantisipasi
Memperhitungkan latar belakang setiap tindakan
Menghargai dan memperhitungkan waktu
A. Terorisme
1. Pengertian
Teroris merupakan sesuatu yang negative. Hal ini disebut sebagai kejahatan yang
bermotif kebencian atau setidak-tidaknya disulut oleh kejahatan bermotif kebencian. Ia
telah menjadi fenomena yang saat ini sering muncul dalam kehidupan manusia, terutama
dalam pergaulan antar kelompok kepentingan.
22
Tentunya semua itu tidak dibenarkan oleh mainstream pemeluk agama islam itu
sendiri.
3. Gerakan Teroris di Dunia
Kejadian terorisme merupakan isu global yang mempengaruhi kebijakan
politik seluruh Negara-negara di dunia, sehingga menjadi titik tolak persepsi untuk
memerangi terorisme sebagai musuh internasional. Pembunuhan massal tersebut telah
mempersatukan dunia melawan terorisme Internasional. Terlebih lagi dengan diikuti
terjadinya Tragedi Bali, 12 Oktober 2002 menewaskan 184 orang dan 300 luka-luka,
Perang terhadap terorisme yang dipimpin oleh Amerika yang mendapat sambutan dari
sekutunya di Eropa, Pemerintahan Tony Blair yang pertama mengeluarkan Anti
Terorism, Crime and Security Act, Desember 2001, dll.
Terorisme jelas menjadi momok bagi peradaban modern. Sifat, tindakan, pelaku,
tujuan strategis, motivasi, hasil yang diharapkan serta dicapai, target-target serta
metode terorisme kini semakin luas dan bervariasi.
B. Narkoba
Ulama sepakat tentang keharaman mengkonsumsi dan membuat narkoba ketika
tidak dalam keadaan darurat. Para ulama menetapkan keharamannya berdasarkan
sejumlah firman Allah, Diantaranya yaitu:
1. Surat al-A’raf ayat 157 :
“Dan Allah mengahalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi
mereka segala yang buruk.”
2. Surat al-Baqarah ayat 195 :
“Dan belanjakanlah(harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan
dirimu sendiri kedalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik.
3. Surat an-Nisa ayat 29 :
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.”
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa menggunakan narkoba
merupakan tindakan tercela yang diharamkan oleh syariat.
23
BAB III
PEMBAHASAN /ANALISIS
Kelebihan
1) Terkadang ada kata-kata yang istilah yang sulit dimengerti
2) Pengulangan informasi sering kali terjadi pada pembahasannya
3) Setiap bab penulis membuat semacam suatu kesimpilan yang dapat dimengerti
4) Pada akhir setiap bab buku ini disertakan kertas kosong yang diberi judul
catatan dan evaluasi
5) Disertakan daftar bacaan pada bagian akhir buku guna sebagai referensi
Kekurangan
1) Ringkasan buku lebih banyak membahas tentang materi-materi
2) Pengertian dari setiap kata banyak yang dibuat berulang-ulang dan
pengertiannya itu banyak menggunakan kata-kata pemborosan
3) Menggunakan kata-kata yang sederhana untuk dimengerti dikalangan pelajar
maupun mahasiswa
4) Disetiap akhir sub-bagian penulis tiddak membuat latihan-latihan untuk
dipraktikkan dalam kehidupan untuk menjadi pemimpin
5) Disetiap bagian penulis membuat intisari dari tulisan tersebut
24
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Islam kaffah maknanya adalah : Islam secara menyeluruh, yang Allah ‘Azza wa
Jalla perintahkan dalam Al-Qur`an surat Al-Baqarah ayat 208. Perintah kepada kaum
mu`minin seluruhnya.
Kepribadian muslim yang kaffah terbagi dua macam, yaitu :
Kepribadian kemanusiaan (basyariyah). Kepribadian kemanusiaan dibagi dua
bagian, yakni:
a) Kepribadian individu
b) Kepribadian ummah
Kepribadian Samawi Yaitu corak kepribadian yang dibentuk melalui petunjuk
wahyu dalam kitab suci al-Qur’an
Ada beberapa ciri-ciri orang yang masuk kedalam islam secara menyeluruh dan
sempurna:
1. Mengerjakan atau meninggalkan sesuatu karena Allah Swt.
2. Tidak mengharap imbalan dan sanjungan dari manusia.
3. Sangat mengharap balasan dari Allah Swt.
4. Sangat takut akan dosa dan azab Allah Swt.
5. Sangat harap pada buah kebaikan.
4.2. Rekomendasi
25
DAFTAR PUSTAKA
26