Anda di halaman 1dari 37

CRITICAL BOOK REVIEW PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Dosen Pengampu: NURMAYANI, M.Ag

NAMA :

Rinaldi (7192510007)

Nur Amanah(7193510033)

Fanny Amalia (7193510035)

Cindy Jumika Rini (7193510050)

Putri Nastriana (7193510047)

Nur Inna Putri (7193510046)

PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan petunjuk-Nya
saya dapat menyelesaikan “Critical Book Review” ini.

Critical Book Review ini saya buat untuk memenuhi nilai kompetensi mata kuliah
Pendidikan Agama Islam untuk menambah wawasan tentang buku yang saya teliti dan
bahas.Dalam penulisan Critical Book Review ini banyak kendala yang saya temui namun saya
dapat melaluinya dan menyelesikan Critical Book Review ini.

Akhir kata saya ucapkan mohon maaf apabila masih terdapat banyak kesalahan dalam
Critical Book Review ini. Saya harap Ibu dapat memkluminya Karena seperti yang Ibu ketahui
saya adalah mahasiswa yang masih dalam tahap pembelajaran. Tentunya saya sangat
mengharapkan kritik dan saran dari Ibu sebagai Dosen Pengampu saya agar dalam pembuatan
Critical Book Review selanjutnya dapat lebih baik lagi, terlebih dari itu agar saya dapat menjadi
mahasiswa yang sukses nantinya.

Medan, 3 Maret 2021

TIM
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB 1 IDENTITAS BUKU................................................................................................1

BAB II RINGKASAN BUKU UTAMA DAN PEMBANDING ......................................2

BAB III KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU....................................................32

BAB 1V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................34


BAB 1
IDENTITAS BUKU

Buku Utama

Judul buku utama : ISLAM KAFFAH Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi(edisi
revisi)
Penulis: Dr. Husnel Anwar Matondang, M.Ag. (Ed.)
Penerbit : Perdana Publishing
ISBN : 978-623-7842-60-6
BAB VII MORAL, ETIKA, DAN AKHLAK

Buku Pembanding 1

Judul buku pembanding 1: Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi


Penulis: Drs. Darwin Une, M.Pd., Agil Bahsoan, S.Ag, M.Ag.DKK
Penerbit: Ideas Publishing
ISBN : 978-602-9262-56-8

Buku Pembanding 2
Judul Buku : Pendidikan Agama Islam Membangun Karakter Madani
Penulis : Zainul Muhibbin, Wahyuddin, Achmad, M Muhtarom Ilyas, Moh Saifulloh
Penerbit : CV Litera Jannata
ISBN : 978-602-9494-20-4
BAB IV : AKHLAK DALAM AJARAN ISLAM

Buku Pembanding 3
Judul buku : Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi
Jumlah halaman : 181 halaman
Penulis : Tim Penyusun Mata Kuliah Umum Universitas Negri Gorontalo
Penerbit : Ideas Publishing, Gorontalo
Tahun terbit : 2013
ISBN : 978-602-9262-56-8
BAB II
RINGKASAN BUKU UTAMA DAN PEMBANDING

RINGKSAN BUKU UTAMA

A. AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL

Agama adalah salah satu sumber terpenting dari moral, etika, dan akhlak. Namun,
aksentuasinya sangat berbeda. Di dalam buku ini akan diuraikan terlebih dahulu tentang
pengertian dan seluk-beluk akhlak sebelum menjelaskan moral dan etika Sebab, akhlak memiliki
karakter khusus yang bermuatan ajaran Islam Sementara itu, moral dan etika memiliki nilai-nilai
kebaikan yang tidak saja bermuatan nilai-nilai islami tetapi juga nilai-nilai lainnya. Menjelaskan
pengertia dari ketika istilah ini perlu dilakukan untuk mendudukkan pengertian tersebut secara
tepat dalam penggunaan dan pemakaiannya.

Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu akhlaq Bentuk jamaknya adalah khuluq,
artinya tingkah laku, perangai, dan tabiat. Sedang menurut istilah, akhlak adalah daya dan
kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan
direnungkan lagi. Dengan demikian akhlak pada dasarnya adalah sikap yang melekat pada diri
seseorang secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Apabila perbuatan
spontan itu baik menurut akal dan agama, maka tindakan itu disebut akhlak yang baik atau
akhlak karimah (mahmudah). Sebaliknya apabila buruk disebut akhlak yang buruk atau akhlaku
mazmumah Baik dan buruk akhlak didasarkankepada sumber nilai-nilai yang ada di dalam
Islam, yaitu Al-Qur'an dan Sunnah Rasul.

Disamping akhlak dikenal pula istilah moral dan etika Moral berasal dari bahasa Latin
morses yang berarti adat kebiasaan Moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik-buruk yang
diterima umum atau masyarakat menjadi standar dalam menentukan baik-buruknya suatu
perbuatan.

Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu masyarakat
tertentu. Erika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat Oleh karenanya, yang menjadi
standar baik dan buruk di sini adalah akal manusia Jika dibandingkan dengan moral, maka etika
bersifat teoritis sedangkan moral bersifat praktis. Moral bersifat lokal atau khusus dan etika
bersifat umum.

Perbedaan antara akhlak dengan moral dan etika dapat dilihat dari dasar penentuan atau
standar ukuran baik dan buruk yang digunakannya. Standar baik dan buruk akhlak ber dasarkan
Alquran dan Sunnah Rasul sedangkan moral dan etika berdasar kan adat istiadat atau
kesepakatan yang dibuat oleh suatu masyarakat Jika masyarakat menganggap suatu perbuatan itu
baik maka baik pulalah nilai perbuatan itu dalam pandangan mereka Dengan demikian standar
nilai moral dan etika bersifat duniawi, sedangkan standar akhlak bersifat universal dan abadi
(ukhrawi).

1. Konsepsi Alquran dan Sunnah tentang Moral Akhlak

Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa
sescorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan seseorang, sebab
keimanan harus ditampilkan dalam perilaku nyata sehari-hari

Secara umum dapat dikatakan balwaakhilak yang baik pada dasamya adalah akumulasi
dari akidah dan nyari'at yang bersatu secara utuh dalam diri seorang. Apabila akidah Islam telah
mampu mendorong jiwn seeorang untuk menerapkan syar'at dalam kehidupan pribadi dan
waninya maka lahirlah akhlak yang baik pada prilakunya. Oleh sebab itu, akhlak merupakan
perilaku yang tampak apabila syari'at Islam telah dilaksana kan Sumber prilaku nyar'i itu tidak
lain adalah Alquran dan Sunnah Rasulullah saw.

Nabi saw. diutus oleh Allah ke dunia adalah mengemban misi untuk memperbaiki akhlak. Inilah
yang ditemukan di dalam hadis Rasulullah saw yang diriwayatkan dari Abi Hurairah berikut ini;

‫الما بعثت ألتمم مكارم األخالق‬


“Aku hanya diutus (sebagai Rasulullah) untuk menyempurnakan akhlak manusia )” Hadis
riwayat an-Nasa'i dan al-Baihaqi)

Di dalam Alquran disebutkan bahwa pada diri Nabi Muhammad saw, ditemukan contoh tauladan
yang baik untuk mengahantarkan manusia menuju rahmat Allah. Allah berfirman di dalam surah
al-Ahzub ayat 21:

‫األخرودگ‬

‫ اله كثيرا‬-
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah

Di dalam ayat-ayat Alquran sangat banyak ditemukan ajaran ajaran tentang akhlak karimah yang
harus dijadikan manusia sebagai prilaku internal dan eksternal dalam kehidupannya. Demikian
juga sebaliknya, banyak ditemukan larangan Alquran terhadap prilaku tercela yang harus
dihindari oleh manusia. Hal ini akan diulas pada perbahasan-pembahasan berikutnya.

2. Aklak yang Baik dan Akhlak Tercela

Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa dikenal istilah akhlak karimah
(mahmudah) dan akhlak maamumah. Akhlakmahmu adalah akhlak mulia sementara akhlak
mahmudah adalah terpuji. D antara sifat yang harus dimiliki seorang mukmin dalam kaitannya
dengan akhlak adalah

A Akhlak terpuji Mahmudah

Sabar, yaitu perilaku seorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalian
nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya. Sabar diungkapkan ketika melaksanakan
perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah dari Allah. Sabar melaksanakan
perintah adalah sikap menerima dan melaksanakan segala perintah tanpa pilih-pilih dengan
ikhlas serta menempat yang paling penting pada tempat prioritas, dan seterusnya. Sedangkan
sabar dalam menjauhi larangan Allah adalah berjuang mengendalikan diri untuk meninggalkan
larangan Nya. Sabar terhadap musibah adalah menerima musibah apa saja yang menimpa dengan
tetap berbaik sangka kepada Allah serta tetap yakin bahwa ada hikmah dalam setiap musibah itu.
Sabar terhadap musibah merupakan gambaran jiwa yang tenang dan keyakinan yang tinggi
terhadap Allah, karena itu pantaslah kalau Allah menghapus dosa-dosanya sebagaimana sabda
Nabi, "Tidak ada seorang muslim yang terkena suatu gangguan, baik berupa duri atau lebih dari
itu, melainkan akan menghapus kesalahannya dan menggugurkan dosa-dosanya sebagaimana
gugurnya daun-daun dari pohon" (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim).

Allah berfirman:
‫وإذ تأدت ریگم أين ش زله ألريدكم وين كفرهم إلى اذانی‬

‫الشديد‬

Kalau kalian bersyukur tentu Aku akan menambah (nikmat) ukmu kaa jika kamaumengingkari
(nikmat-K), maku sesungguhrya exob-ku sangat pedih. (Ibrahim: 7).

awaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya orang tua, muda, kaya
atau miskin. Sikap tawaduk lahir dari kesadaran akan hakikat dirinya sebagai manusia yang
lemah dan serba terbatas yang tidak layak untuk bersikap sombong dan angkuh dimuka bumi.
Allah berfirman, artinya

‫وال تصعز حذلك للناس وال تمش في األرض مرحا إن هللا ال‬

‫ل مختال فخور‬

Janganlah kamu palingkan mukamu dari manusia dan jangan kamu berjalan di muka bumi
dengan sombong. (Luqman: 18). Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari
sfat in dan dengki yang menyiksa din sendiri dan tidak menyenangkan orang lain.

Inilah sejumlah sikap pribadi terpuji yang harus dimiliki oleh seorang mukmin di samping sikap
sikap akhlak yang lain yang tidak disebutkan di dalam pembahasan ini. Memiliki sikap-sikap
terpuji adalah sebuah kemenagan manusia terhadap kekerdilan jiwanya dan rongrongan hawa
nafsunya.
b.Akhlak tercela Mazmumah

Memperturutkan hawa nafsu, yaitu mengikut keinginan syahwat tanpa ada kendali dan
bimbingan syara'. Dalam hal ini Allah berfirman di dalam surah al-Maidah ayat 49:

‫وأن آخگم بهم بما أنزل هللا وال تتبع أهواءهم وأخدزهم أن‬
‫يقولك عن بعض ما أنزل هللا إليك فإن تولوا فأعلم أنما يريد هللا أن يصيهم ببعض ذنوبهم وإن كثيرا من الناس الفسقون‬
Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah,
dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka,
supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah
kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah
bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka
disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang
fasik.
B. AKHLAK MULIA DALAM KEHIDUPAN

1. Akhlak terhadap Allah dan Rasul

Menurut objek atau sasarannya terdapat akhlak terhadap Allah, terhadap Rasulullah saw., akhlak
kepada manusia lainnya, dan akhlak kepada lingkungan

a. Akhlak kepada Allah

Akhlak kepada Allah adalah akhlak terpenting yang harus dipahami dan diaplikasikan seorang
mukmin di dalam kehidupannya. Di antaranya adalah:
Beribadah kepada Allahı, yaitu tidak menyembah kecuali hanya kepada Nya. Ketika seorang
muslim benar-benar melaksanakan ibadah dengan ikhlas dan sesuai syariat, maka dapat dipahami
sebagai bukti atae ketundukkan dan kepatuhannya terhadap perintah Allah. Ini merupakan
ekspresi jiwanya untuk mengakui bahwa Allah adalah Tuhan yang menciuptakannya dan seluruh
makhluk ini serta satu-satunya Zat yang berhak untuk diibadahi. Inilah akhlak terbaik seorang
hamba kepada Tuhannya. Allah berfirman di dalam surah al-Baqarah ayat 21

‫ايها الناس أعدوا ربكم الذي خلقكم والدين من قبلكم لعلكم تفون ا‬

Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan

orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa Mengaku bahwa hakikat ilmu hanyalah pada
Allah sementara manusia adalah makhluk yang jahil dan bergantung kapada pemberian dan
petunjuk Allah. Di dalam Alquran surah al-Baqarah ayat 32

‫قالوا حباك ال علم لنا إال ما علمتنا إنك أنت العليم الحكيم ج‬
Mereka menjawab "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahu selain dan apa yang telah
Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana. Allah tempat bertaubat dari segala dosa yang pernah dilakukan, baiuk senagaja
maupun tidak.
b. Akhlak kepada Rasulullah saw.

Di antara akhlak kepada Rasulullah saw adalah sebagai berikut: Mengakuinya sebagai
Rasulullah, Nabi terakhir utusan Allah. Hal ini tercermin di dalam rukun Islam dan syahadah
sebagaimana yang diriwayatkan oleh para ahli hadis seperti al-Bukhari, Muslim, dan Ashhab as-
Sunan Dalam pada itu Nabi saw. juga bersabda:

‫ قال « مثلي ومثل األنبياء من قبلی کمثل رل بنی بنيانا فأخس——ه وأحمل——ه إال‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫عن أبي هريرة أن رسول هللا‬
‫ فأن—ا اللبن—ة وأن—ا خ—اتم‬- ‫ ق—ال‬- ‫موضع لسة من زاوية من زواياه فجعل الناس يطوفون به ويعجون له ويقولون ه وصع هده اللين——ة‬
‫» اليي‬

Dari Abu Hurairah ra bahwasanya Nabi saw. bersabda, "Perumpamaanku dan para nabi
sebelumku adalah seperti seorang laki-laki yang membangun sebuah bangunan. Ia memperelok
dan mempercantik bangunan tersebut Namun ada satu susunan batu di sudutnya yang kurang
Selanjutnya, manusia mengelilingi bangunan itu dan takjub dibuatnya. Mereka berkata, aduh
sayang sekali mengapa tidak disempurnakan bata yang kurang int Sungguh, akulah yang
menyempurnakan bata yang kurang itu, aku adalah penutup para Nabi.

Mengikut keputusan dan Sunnahnya Dalam hal ini Allah berfirman di dalam surah an-Nisa' ayat
65:

‫= فال وربك ال يؤمنون حتى يحكموك فيما شجر بينهم ثم ال تجدوا في أنفسهم حرجا مما قضيت ويسلموا تسليما‬
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu
hakim dalam perkara yang mereka persdisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam
hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuluya.
Memanggil Nabi saw. dengan santun dan suara rendah. Allah berfirman di dalam surah an-Nur
ayat 63

‫ أن‬،‫و تعلوا دعاء الرسول بينكم دعاء بعضكم بعضا قد يعلم له أب يتسلوت منكم لوادا في يخدر الدين حالفون عن أمره‬

‫تصميم فتة أو يصيبهم عذاب أليم‬

Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebahagian kamu
kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang
berangsur-angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah
orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobon atau ditimpa azab yang
pedih.
Di dalam surah al-Hujurat ayat 1 Allah mengatakan tidak mendahulu Allah dan Rasul di dalam
hal berbicara, yakni mengambil ketetapan hukum sebelum merujuk ke dalam Alquran dan
Sunnah

‫هللا ورسوله واتقوا هللا إن هللا بناها الدين ءامنوا ال تقدموا بين يدي‬

‫سميع عليم‬

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
2. Akhlak terhadap ibu-bapak, masyarakat, dan lingkungan a. Akhlak kepada ibu bapak

Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya (birr al-walidain) dengan ucapan
dan perbuatan. Allah mewariskan agar manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapak
sebagaimana firman

Nya, artinya:

‫ في عامين أي آشز‬،‫ وها على وهن وفضله‬.‫تا االن بولدي حملته أمه‬

‫لي ولوالدي إلى المصير‬

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua ibu bapaknya, ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua
tahun Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu dan bapakmu, hanya kepada Kullah
kembalimu" (Luqman: 14).

Dalam ayat di atas Allah menyuruh manusia untuk berbakti kepada ibu bapak dengan cara
mengajak manusia untuk menghayati pengorbanan yang diberikan ibu ketika mengandung,
melahirkan, merawat dan men: didik anaknya. Karena itu doa yang diajarkan Allah untuk orang
tua diungkapkan sedemikian rupa dengan mengenang jasa mereka

‫وأخفض لهما جناح الدين من الرحمة وقل رب ارحمهما كما ربياني صغيرا‬

"Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua (orang tuamu) dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya sebagaimana mereka berdua telah
mendidik dan merawatku dengan penuh kasih saying ketika aku kecil" (al-Isra' ayat: 24)

b. Akhlak kepada keluarga

Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkan kasih sayang di antara anggota keluarga yang
diungkapkan dalam bentuk komunikasi. Komunikasi dalam keluarga diungkapkan dalam
perhatian baik melalui kata-kata, isyarat-isyarat, maupun perilaku. Komunikasi yang didorang
oleh rasa sayang yang tulus akan dirasakan oleh seluruh anggota keluarga Apabila kasih saying
telah mendasari komunikasi orang tua dengan anaknya, maka akan lahir wibawa pada orang tua
Demikian sebaliknya, akan lahir pula kepercayaan orang tua pada anak. Oleh karena itu kasih
sayang harus muatan utama dalam komunikasi semua pihak dalam keluarga
Pendidikan yang ditanamkan dalam keluarga akan menjadi ukuran utama bagi anak dalam
menghadapi pengaruh yang datang kepada mereka di luar nimah. Penelitian menunjukkan bahwa
anak-anak yang tidak dibekali nilai-nilai positif dari rumah, jiwanya kosong dan akan mudah
sekali ter pengaruh oleh lingkungan di luar rumah. Inilah yang dimaksud dengan ayat Allah

‫ألنه وهو يعظه يبني ال تشرك باهلل إن الشرك لظلم عظیه وإذ قال لقم‬

"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran
kepxadarya: “Haranakku, janganlah kamu mermpersekutukan (Allah) karena sesungguhnya
mempersekutukan Allah adalah benar benar kesaliman yang besar." (Luqman 13)

Nilai essensi yang didikkan kepada anak di dalam keluarga adalah akidah, yaitu keyakinan
terhadap Allah ini telah tertanam dalam diri anak sejak dari rumah, maka kemanapun ia pergi
dan apapun yang dilakukannya akan hati-hati dan waspada karena selalu merasa diawasi oleh
Allah.

c. Akhlak kepada Lingkungan Hidup

Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya bahwa misi Agama Islam adalah
mengembangkan rahmat bukan hanya kepada manusia tetapi juga kepada alam dan lingkungan
hidup, sebagaimana firman Allah yang artinya

‫وما أرسلناك إال رحمة للعلمين‬

Tidaklah kami utus engkau (Muhammad) melainkan untuk menja rahmad bagi seluruh alam"
(Al-Anbiya': 107).
Misi tersebut tidak terlepas dari tujuan diangkatnya manusia sebagai Whalifah di muka bumi,
yaitu sebagai wakil Allah yang bertugas memakmurkan, mengelola, dan melestarikan alam.
Berakhlak kepada lingkungan hidup adalah menjalin dan mengembangkan hubungan yang
harmonis dengan alam sekitarnya

Memakmurkan alam adalah mengelola sumber daya sehingga dapat memberi manfaat bagi
kesejahteraan manusia tanpa merugikan dan mengeksploitasi alam secara berlebihan. Allah
menyediakan bumi yang subur in untuk disikapi oleh manusia dengan kerja keras mengolah dan
memeliharanya sehingga melahirkan nilai tambah yang tiggi bagi kehidupan dan peradabannya.
Allah berfirman:

‫هو أنشأكم من األرض و اشتغمركم فيها‬

"Dia menciptakan kalian dari bumi dan menjadikan kalian sebagai pemamukrnya" (Hud: 61).
Kekayaan alam yang berlimpah disediakan Allah untuk disikapi dengan cara mengambil dan
memberi manfaat dari dan kepada alam serta melarang segala bentuk perbuatan yang merusak
alam. Firman Allah artinya

‫وأنتع فيما ء اسلك هللا الدار األحرة وال تنس نصيبك من الدنيا وأخس كما أخس هللا إليك وال تنع الفساد في األرض إن هللا ال حث‬
‫المفسدين‬

dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu
berbuat kerusakan dimuka bumi Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan" (Al-Qashash 77)

Alam dan lingkungan yang terkelola dengan baik dapat memberi manfaat yang berlipat-lipat,
sebaliknya alam yang dibiarkan merana atau hanya diambil manfaatnya akan mendatangkan
malapetaka bagi manusia.
RINGKASAN BUKU PEMBANDING 1

A. Etika dan Moral


1. Pengertian Etika dan Moral
stilah etika berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yakni ethos dan ethikos. Ethos berarti
sifat, watak , kebiasaan, tempat yang biasa.Ethikos berarti susila, keadaban, atau kelakuan dan
perbuatan baik.Dalam sejarah filsafat Barat, etika adalah cabang dari filsafat yang amat
berpengaruh sejak zaman Sokrates (399-470 SM). Etika adalah yang membahas baik buruk atau
benar tidaknya tingkah laku dan tindakan manusia serta menyoroti kewajiban-kewajiban
manusia. Etika tidak mempersoalkan apa atau siapa manusia, tetapi bagaimana manusia
seharusnya berbuat atau bertindak.
2. Pembagian Etika
Ada berbagai pembagian etika yang dibuat oleh para ahli etika. Beberapa ahli membagi etika
kedalam dua bagian yakni etika deskriptif dan etika normatif. Adapula yang membagi menjadi
etika normatif dan mataetika. Sedangkan ahli lain membagi etika kedalam etika deskriptif, etika
normatif dan mataetika. Berikut ini uraian dari ketiga pembagaian etika tersebut yaitu:
a. Etika Deskriptif
deskriptif menguraikan dan menjelaskan kesadaran
pengalaman moral secara deskriptif. Ini dilakukan dengan bertolak dari kenyataan bahwa
berbagai fenomena yang dapat digambarkan dan diuraikan secara ilmiah, seperti yang dapat
dilakukan fenomena spiritual lainnya. Misalnya religi dan seni. Oleh karena itu, etika deskriptif
digolongkan bidang ilmu pengetahuan empiris dan berhubungan erat dengan sosiologi, etika
deskriptif berupaya menemukan dan menjelaskan kesadaran, keyakinan dan pengalaman moral
dalam suatu kultur tertentu.
b. Etika Normatif

Etika normatif kerap kali atau juga disebut etika filsafati (philosophical ethics) dalam
pembahasannya adalah teori yang mempersoalkan sifat kebaikan dan keharusan memperbaiki
tingkah laku.
c. Metaetika
Metaetika merupakan suatu studi analitis terhadap disiplin etika. Metaetika baru muncul
pada abad ke 20, secara khusus menyelidiki dan menetapkan arti serta makna istilah-istilah
normatif yang diungkapkan lewat pernyataan-pernyataan etis yang membenarkan atau
menyalahkan statu tindakan.Sedangkan istilah moral berasal dari kata Latin mores, yang
merupakan bentuk jamak dari mos, yang berarti adat istiadat atau kebiasaan, watak, kelakuan,
tabiat, dan cara hidup. Dengan demikian moral merupakan ajaran yang membahas kebaikan dan
keburukan, terpuji dan tercela dengan ukuran tradisi yang berlaku di suatu masyarakat.

B. Akhlak

1. Pengertian Akhlak
Secara lughawi (bahasa), akhlak adalah berasal dari istilah bahasa arab merupakan bentuk
jama‟ dari kata khuluq, yang berarti thabi‟at, budi pekerti, kebiasaan. Kata akhlak ini tidak di
cantumkan dalam al- Quran. Yang ada dalam bentuk mufrad yakni khuluq, itupun terulang
sebanyak dua kali, yaitu:(Q.S.al-Syu‟ara: 137) Kemudian dalam Q.S. al-Qalam(Q.S. al-Qalam:
4) Meskipun demikian al-Quran menjelaskan kurang lebih 1500 ayat yang mengandung ajaran
ajaran mengenai akhlak baik itu secara teoritis maupun praktis. Sehingga hampir seperempat al-
Qur‟an membahas mengenai akhlak. Selain Sumber utama al-Qur‟an sumber lain juga banyak
menjabarkan bagaimana sebenarnya akhlak yakni dalam haditshadits nabi. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa betapa sentralnya kedudukan akhlak dalam ajaran Islam.

Adapun bila ditinjau secara istilah, Akhlak (khuluq) adalah sebagai hal yang melekat dalam jiwa
yang darinya timbul perbuatan dengan mudah tanpa melalui suatu proses pikir yang panjang.
Akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat dalam setiap jiwa. Bila jiwa dihinggapi sesuatu
yang buruk maka akan tercipta akhlak yang buruk dan apabila jiwa dihinggapi sesuatu yang baik
maka akan menciptakan akhlak yang baik pula.

Suatu perbuatan dapat disebut sebagai akhlak (baik) apabila memenuhi beberapa syarat, di
antaranya adalah sebagai berikut:
a. Perbuatan itu dilakukan secara berulang-ulang dengan niat yang
tulus, jika perbuatan tersebut hanya dilakukan satu kali saja dengan niat tidak tulus maka tidak
dapat dikategorikan sebagai orang yang berakhlak. Misalnya, Orang yang jarang bersedekah
kemudian memberikan sesuatu kepada orang lain karena alasan popularitas. Orang tersebut tidak
dapat disebut orang murah hati atau disebut orang berakhlak baik.
b. Perbuatan timbal dengan mudah tampa melalui proses pikir
panjang. Sehingga itu benat-benar adalah suatu kebiasaan. Apabila perbuatan tersebut melalui
suatu pertimbangan dengan alasan tertentu hal ini bisa saja tidak disebut sebagai perbuatan orang
yang berakhlak. Menurut Ahmad Amin dalam bukunya al-Akhlak bahwa khuluq merupakan
suatu proses pembiasaan kehendak dengan melakukan pengulangan pada perbuatan. Dalam
pembahasan al-Qur‟an dan hadits nabi mengandung makna suatu perbuatan dikategorikan
sebagai akhlak yang baik adalah mengadung sifat-sifat tertentu antara lain adalah: a.
Kebaikannya bersifat Mutlak (al-hasanah al-muthalaqah), yaitu kebaikan yang terkandung
dalam akhlak merupakan kebaikan murni tanpa tujuan lain, baik untuk individu atau masyarakat.
b. Kebaikan bersifat menyeluruh (al-hasanah-al-syamilah), yaitu kebaikan untuk seluruh umat
manusia.
c. Kebaikan bersifat tetap (al-hasanah al-tsabitah), yaitu kebaikan tidak berubah oleh waktu,
tempat atau perubahan kehidupan masyarakat.
d. Pengawasan yang menyeluruh (syumuliyah al-muraqabah), yaitu kebaikan bersumber dari
Allah dan memiliki alasan karena Allah.
Akhlak mempunyai kedudukan penting dalam kehidupan manusia, baik secara individu maupun
sebagai anggota masyarakat. Sebab hancur atau sejahteranya suatu masyarakat tergantung dari
akhlak masyarakatnya. Apabila akhlaknya baik maka akan sejahtera lahir batinnya, akan tetapi
bila akhlaknya buruk, rusaklah lahir maupun batin masyarakatnya.
2. Karakteristik Akhlak
a. Al- Akhlaq al-rabbaniyah. Yang dimaksud dengan akhlak rabbani ialah akhlak yang
bersumber kepada wahyu Allah dan al-Sunnah.
b. Al-Akhlaq al-Insaniyah (akhlak manusiawi) yakni ajaran akhlak sejalan dan memenuhi fitrah
insani. Kerinduan jiwa manusia akan kebajikan akan dipenuhi dengan mengikuti ajaran akhlak
Islami. Akhlak Islami adalah benar-benar memelihara eksistensi manusia sebagai makhluk yang
terhormat yang sesuai dengan fitrahnya. (Q.S. al-Rum: 30) Maka hadapkanlah wajahmu dengan
Lurus kepada agama
Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada
peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.
c. Al-Akhlaq al-Syamilah (akhlak universal), yakni ajaran akhlak bersifat menyeluruh
sesuai dengan kehidupan manusia, baik dalam dimensi veritkal maupun horisontal (Q.S.
al-Baqarah: 29, 177).
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak
(menciptakan) langit, lalu dijadikan- Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat,
kitabkitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang
memintaminta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat;
dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar
(imannya); dan mereka Itulah orangorang yang bertakwa.
d. Al-akhlaq al-Tawazun ( akhlak keseimbangan), yakni ajaran akhlak yang memahami manusia
memiliki dua sisi potensi naluri, naluri hewaniyah dan naluri ruhaniyah atau manusia memiliki
unsur jasmaniyah dan unsur ruhani yang membutuhkan pelayanan keseimbangan. Ajaran akhlak
Islam akan menuntun kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. (Q.S. al- Baqarah: 201). Apabila
kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, Maka berdzikirlah dengan menyebut Allah,
sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu[126], atau
(bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang bendoa: "Ya
Tuhan Kami, berilah Kami (kebaikan) di dunia", dan Tiadalah baginya bahagian (yang
menyenangkan) di akhirat.
e. Al-akhlaq al-Waqi‟iyah (akhlak realistik), yakni ajaran akhlak Islam memperhatikan
kenyataan hidup manusia. Meskipun manusia telah dinyatakan sebagai makhluk memiliki
kelebihan dari mkhluk lain, tetapi manusia juga memiliki kelemahan. Ajaran Islam memberikan
kemudahan dan keringanan dalam melaksanakan ajarannya. (Q.S. al-Baqarah: 35-37).
3. Ruang Lingkup Kajian Akhlak
Secara rinci kajian akhlak itu meliputi:
a. Akhlak terhadap Allah; dengan cara:
1) Beribadah yang benar kepada Allah SWT.
2) Berdoa kepada-Nya dengan penuh yakin dan harap-harap
cemas.
3) Tawadhu
4) Husnuzhzhon (berbaik sangka) kepada-Nya.
5) Taqwa
6) Tawakal
7) Berzikir
8) Dan lain-lain sebagainya.

b. Akhlak terhadap manusia; dengan cara memperbagus perlakuan


terhadap:
1) Diri sendiri
2) Keluarga
3) Masyarakat sekitar
4) Bangsa dan negara
Tentunya dengan upaya maksimal masing-masing diri dalam
mengaplikasikan nilai-nilai luhur seperti:
1) Keramahan (al-Hilm)
2) Belas kasih (al-„aathifah)
3) As-syukru (syukur/ terimakasih)
4) as-shabru (sabar)
5) Al-tawadhu lil naas (rendah hati terhadap manusia)
6) Al-„iffah (memelihara kesucian)
7) Toleransi (at-Tasaamuh)
8) Solidaritas (ash-Shadaaqah)
c. Akhlak terhadap alam semesta dengan cara:
1) Melestarikan keasrian dan keindahan alam
2) Mengelola alam secara baik dan benar
3) Melakukan hal-hal positif yang berkaitan dengan
kelangsungan alam.
Dengan mengutip beberapa ayat danhadis, selanjutnya al-Gazali mengemukakan tanda-tanda
manusia
beriman yang uraiannya sebagai berikut:
1. Manusia beriman adalah manusia yang khusu‟ dalam salatnya
2. Berpaling dari hal-hal yang tidak berguna (tidak ada faidahnya),
3. Selalu kembali kepada Allah.
4. Mengabdi hanya kepada Allah
5. Selalu memuji dan mengagungkan Allah
6. Bergetar hatinya jika nama Allah disebut-sebut;
7. Berjalan di muka bumi dengan “tawadhu” dan tidak sombong;
8. Bersikap „arif menghadapi orang-orang awam;
9. Mencintai orang lain seperti ia mencintai dirinya sendiri;
10. Menghormati tamu;
11. Menghargai dan menghormati tetangga;
12. Berbicara selalu baik, santun dan penuh makna;
13. Tidak banyak bicara dan bersikap tenang dalam menghadapi segala
persoalan;
14. Tidak menyakiti orang lain baik dengan sikap maupun
perbuatannya.
Sufi yang lain mengemukakan tanda-tanda manusia berakhlak, antara lain sebagai berikut:
Memiliki budaya malu dalam interaksi dengan sesamanya, tidak menyakiti orang lain, banyak
kebaikannya, benar dan jujur dalam ucapannya, tidak banyak bicara tetapi banyakbekerja,
penyabar, hatinya selalu bersama Allah, tenang, suka bertenirnakasih, ridha terhadap ketentuan
Tuhan, bijaksana, hati-hati dalambertindak, disenangi teman dan lawan, tidak pendendam, tidak
sukamengadu domba., sedikit makan dan tidur, tidak pelit dan hasad, cinta karena Allah dan
benci karena Allah.Kalau akhlak difahami sebagai pandangan hidup maka manusia berakhlak
adalah manusia yang menjaga keseimbangan antara hak dan kewajibannya dalam hubungannya
dengan Tuhan, sesama makhluk dan alam dalam arti luas. Paling tidak ada tujuh alasan yang
diajukan mereka secara naqli.
1. Perintah zikir dalam Al-Quran datang ada secara mutlak dalam
al-Qur‟an tidak dikayidi dengan pernyataan-pernyataan yang
lain dan ada yang perintahnya dikaitan dengan kayid-kayid
yang lain
2. Larangan berlaku sebaliknya yaitu lupa dan lalai dari zikir
3. Kebahagiaan yang akan diperoleh manusia dikaitkan dengan
banyak dan istiqamah dalam berzikir
4. Pujian Allah dialamatkan kepada ahli zikir dan Allah
menjanjikan bagi mereka ampunan dan surga.
5. Informasi Allah bahwa kerugian bagi orang yang bersikap
sebaliknya yakni tidak berzikir.
6. Allah menjadikan zikir hamba kepada-Nya sebagai sarat
zikirnya Allah kepada mereka.
7. Pernyataan Allah secara jelas bahwa zikir adalah perkara yang
amat besar.
Zikir adalah ketaatan yang paling utama dan yang dimaksudketaatan adalah th‟aat secara total
yakni melakukan zikir yang zikir ituadalah rahasia ketha „alan dan ruh ketha„atan. Ada yang
mengartikan “Zikir lebih besar” artinya jika zikir dilakukan secara sempurna makahancurlah
segala kesalahan dan kema„siatan. Kebaikan akhlak bisa jadi karena anugrah, mujahadah dan
riyadhah. Kecuali langkah spiritual yang harus dilakukan, juga langkah “zhahiriyyah” harus
diupayakan. Menurut ilmu akhlak kebiasaan yang baik harus disempurnakan dan kebiasaan yang
buruk harus dihilangkan. Kebiasaan merupakan faktor yang amat penting dalam membentuk
karakter manusia berakhlak baik. Kebiasaan adalah perbuatan yang dilakukan secara berulang-
ulang sehingga orang menjadi mudah mengerjakannya Oleh karena itu hendaknya manusia
memaksakan diri (mujahadah) untuk mengulang-ulang perbuatan yang baik sehingga menjadi
kebiasaan dan akhirnya terbentuklah akhlak yang baik pada dirinya. Sejak awal Nabi
menganjurkan agar anak dibiasakan melakukan kewajiban-kewajiban, Nabi bersabda: Mengapa
zikir menjadi pola tasfiat al-qaib yang disepakati oleh parasufi.
RINGKASAN BUKU PEMBANDING 2
4.1 Konsep Akhlak

4.1.1 Etika, Moral dan Akhlak

Secara substansial etika, moral dan akhlak memiliki kesamaan, yakni ajaran tentang baik dan
buruk tentang perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, hubungannya dengan
sesama manusia dan hubungannya dengan alam. Yang membedakan satu dengan yang lainnya
adalah dasar atau ukuran baik dan buruk itu sendiri.

Etika adalah norma yang berbicara tentang baik dan buruk, yang menjadi ukurannya (dasar
norma) adalah akal, karena etika merupakan bagian dari filsafat. Moral adalah segala tingkah
laku manusia yang mencakup sifat baik dan buruk dari tingkah laku itu, dan yang menjadi
ukurannya adalah tradisi yang berlaku di suatu masyarakat.

Sedangkan akhlak adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk yang dasar normanya
adalah wahyu Allah yang universal. Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah keadaan jiwa
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui
pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Sedangkan Al-Ghazali berpendapat bahwa akhlak adalah
suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang menjadi sumber timbulnya perbuatan-perbuatan
dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan pikiran.

4.1.2 Karakteristik Etika Islam (Akhlak)

Akhlak merupakan ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji atau tercela
menyangkut perilaku manusia yang meliputi perkataan, pikiran dan perbuatan manusia lahir
maupun batin. Akhlak secara substansial adalah sifat hati, yang bisa baik dan bisa buruk, yang
tercermin dalam perilaku. Jika sifat hatinya baik maka yang muncul adalah perilaku baik (akhlaq
mahrnudah) dan jika sifat hatinya buruk maka yang muncul adalah perilaku buruk (akhlaq
madzmumah). Menurut Ibnu Arabi, di dalam diri manusia terdapat tiga nafsu, yaitu:

1) Nafsu Syahwaniyah, ialah nafsu yang ada pada manusia dan binatang, nafsu ini cenderung
kepada kelezatan jasmaniyah, misalnya makan, minum, dan seksual. Jika nafsu ini tidak
terkendali, maka manusia menjadi tidak ada bedanya dengan binatang, sikap hidupnya menjadi
hedonis.

2) Nafsu Ghadlabiyah, nafsu ini juga ada pada manusia dan binatang, yaitu nafsu yang
cenderung pada amarah, merusak dan senang menguasai dan mengalahkan yang lain. Nafsu ini
lebih berbahaya daripada nafsu syahwaniyah, jika tidak terkendali maka akan dapat mengalahkan
akal, sehingga menimbulkan keburukan dan kerusakan.

3) Nafsu Nathiqah, ialah nafsu yang membedakan manusia dengan binatang. Dengan nafsu ini
manusia mampu berpikir dengan baik, berdzikir, mengambil hikmah dan memaharni fenomena
alam. Nafsu ini menjadikan manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk,
termasuk yang benar dan yang salah.

Apabila manusia dapat mengoptimalkan nafsu nathiqah untuk mengendalikan nafsu


syahwaniyah dan nafsu ghadlabiyah, maka manusia akan dapat menjadi lebih unggul dan mulia.
Pada akhirnya lahirlah manusia-manusia yang berakhlak mulia (akhlaqul karimah). Begitu
pentingnya kedudukan akhlak dalam Islam sehingga Al-Qur'an tidak hanya memuat ayat-ayat
tentang akhlak secara spesifik, melainkan selalu mengaitkan ayat-ayat yang berbicara tentang
hukum dengan masalah akhlak pada ujung ayat. Ayat-ayat yang berbicara tentang shalat, puasa,
haji, zakat'dan muamalah selalu dikaitkan dan diakhiri dengan pesan-pesan perbaikan akhlak.
(Al-Baqarah: 183, 197).

4.2 Akhlak dan Aktualisasinya

4.2.1 Hubungan Tasawuf dengan Akhlak

Tasawuf adalah proses pendekatan diri kepada Allah dengan cara mensucikan hati (tashfzyat al-
qalbi). Hati yang suci bukan hanya bisa dekat dengan Allah tapi malah dapat mengenal Allah (al-
ma 'rifah). Menurut Dzun Nun al-Misri, ada tiga macam pengetahuan tentang Allah, yaitu:

a. Pengetahuan awam: Mengetahui Allah Esa dengan perantaraan kalimat syahadat.

b. Pengetahuan ulama: Mengetahui Allah Esa dengan logikalakal.

c. Pengetahuan kaum sufi: Mengetahui Allah Esa dengan perantaraan hati sanubari (pengalaman
batin).

Pengetahuan yang haluki tentang Allah adalah pengetahuan yang disertai dengan kesucian hati.
Telah dijelaskan bahwa akhlak adalah sifat hati yang mendasar & perilaku manusia. Jika hatinya
bersih dan suci maka yang akan keluar adalah perbuatan dan perilaku yang baik dan mulia (al-
akhlaq al-karimah). Dalam hubungan ini tasawuf adalah cara untuk membersihkan dan
mensucikan hati. Maka hubungan antara tasawuf dan akhlak menjadi sangat erat dan penting
karena satu sama lain saling mendukung. Metode penyucian hati (tashjyat al-qalbi) dalam ilmu
Tasawuf meliputi:

a. Ijtinabul Manhiyat, ialah menjauhi larangan-larangan Allah.

b. Ada 'ul Wajibat, ialah melaksanakan kewajiban-kewajiban Allah.

c. Ada 'un' Najlat, ialah melaksanakan hal-ha1 yang disunahkan Allah.

d. Ar-Riyadlah, ialah latihan spiritual agar dapat istiqamah dalam menjalankan seluruh ajaran
Islam dan mendekatkan diri kepada Allah.
Sedangkan Mustofa Zakir mengatakan: Untuk mewujudkan cita-cita mereka tersebut, para ulama
sufi membuat tata cara dalam bentuk pendidikan akhlak yang disusun dalam tiga tingkatan,
yaitu:

a) Pertama Takhalli, yaitu suatu usaha mengosongkan diri dari sifat-sifat yang tercela dan
maksiat lahir maupun batin.

b) Kedua Tahalli, yaitu suatu usaha untuk mengisi diri dengan sifat-sifat yang terpuji dan taat
secara lahir dan batin.

c) Ketiga Tajalli, yaitu suatu tingkatan di mana ia merasakan rasa ketuhanan dengan mencapai
kenyataan hakikat mengenal Allah.

4.2.2 Indikator Manusia Berakhlak

Indikator manusia berakhlak baik (husn al-khuluq) adalah tertanamnnya iman dalam hati dan
teraplikasikannya takwa dalam perilaku. Sebaliknya manusia yang tidak berakhlak baik (su' al-
khuluq) adalah manusia yang ada nfaq (kemunafikan) di dalam hatinya. Nfaq adalah sikap
mendua terhadap Allah. Tidak ada kesesuaian antara hati dan perbuatan. Taat kepada perintah
Allah dan tidak mengikuti keinginan hawa nafsu dapat membersihkan hati, sebaliknya
melakukan dosa dan maksiat dapat menghitamkan hati. Barang siapa melakukan dosa maka
hitamlah hatinya, dan barang siapa melakukan dosa tetapi menghapusnya dengan kebaikan maka
tidak akan gelaplah hatinya, hanya saja cahaya itu telah berkurang.

Ahli tasawuf mengemukakan bahwa indlkator manusia berakhlak, antara lain adalah memiliki
budaya malu (untuk berbuat buruk) dalarn interaksi dengan sesamanya, tidak menyakiti orang
lain, banyak kebaikannya, benar dan jujur dalam ucapannya, tidak banyak bicara tetapi banyak
berbuat, penyabar, tenang, hatinya selalu bersama Allah, suka berterima kasih, ridha terhadap
ketentuan Allah, bijaksana, hati-hati dalam bertindak, menyenangkan bagi teman dan disegani
lawan, tidak pendendam, tidak suka mengadu domba, sedikit makan dan tidur, tidak pelit dan
hasad, cinta karena Allah dan benci karena Allah.

Kalau akhlak dipahami sebagai pandangan hidup maka manusia berakhlak adalah manusia yang
menjaga keseimbangan antara hak dan kewajibannya dalam hubungannya dengan Allah, sesama
makhluk dan alam semesta. Di dalam Al-Qur'an banyak ditemukan ciri-ciri manusia yang
beriman dan memiliki akhlak mulia di antaranya:
 Istiqomah dan konsekuen dalam pendirian (QS Al-Ahqaf: 13),
 Suka berbuat kebaikan (QS Al-Baqarah: 1 12),
 Mematuhi amanah dan berbuat adil (QS An-Nisa': 58),
 Kreatif dan tawakkal (QS Ali han: 160),
 Disiplin waktu dan produktif (QS Al-Ashr: 1 -4),
 Melakukan sesuatu secara proporsional dan harmonis (QS Al- 'Araf 3 l).
4.2.3 Akhlak dan Aktualisasinya dalam Kehidupan

Aktualisasi akhlak adalah bagaimana seseorang dapat mengimplementasikan iman yang


dimilikinya dengan mengaplikasikan seluruh ajaran Islam dalam setiap tingkah laku sehari-hari,
dan akhlak yang seharusnya diaktualisasikan dalam kehidupan seorang muslim adalah:

a. Akhlak kepada Allah:


 Mentauhidkan Allah (QS Al-Ikhlas: 1-4)
 Tidak berbuat syirik terhadap Allah (QS Luqman: 13)
 Bertakwa kepada Allah (QS An-Nisa': 1)
 Banyak berdzikir kepada Allah (QS Al-Ahzab: 4 1-44)
 Bertawakal hanya kepada Allah (QS Ali Imran: 159).

b. Akhlak terhadap Rasulullah:


 Mengikuti atau menjalankan sunnahnya (QS Ali Imran: 30)
 Meneladani akhlaknya (QS Al-Ahzab: 2 1)
 Bershalawat kepadanya (QS Al-Ahzab: 56).

c. Akhlak terhadap diri sendiri:


 Sikap sabar (QS Al-Baqarah: 153)
 Sikap syukur (QS Ibrahim: 7)
 Sikap amanah dan jujur (QS Al-Ahzab: 72)
 Sikap tawadlu ' (rendah hati) (QS Luqman: 18)
 Cepat bertaubat jika berbuat khilaf (QS Ali Imran: 135).

d. Akhlak kepada keluarga:

 Birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua) (QS An-Nisa': 36)
 Membina dan mendidik keluarga (QS At-Tahrim: 6)
 Memelihara keturunan (QS An-Nahl: 5 8-5 9).

e. Akhlak terhadap sesama manusia:


 Merajut ukhuwah atau persaudaran (QS Al-Hujurat: 10)
 Ta 'awun atau saling tolong menolong (QS Al-Maidah: 2)
 Suka memaafkan kesalahan orang lain (QS Ali Imran: 134 & 159)
 Menepati janji (QS At-Taubah: 1 1 1).
f. Akhlak terhadap sesama makhluk:
 Tafakkur (memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam semesta) (QS Ali Imran:
190)
 Memanfaatkan alam untuk kemaslahatan (QS Yunus: 10 1).

Dalam ilmu akhlak dijelaskan bahwa kebiasaan yang baik hams dipertahankan dan
disempurnakan, sedangkan kebiasaan yang buruk hams dihilangkan, karena kebiasaan
merupakan faktor yang sangat penting dalam membentuk karakter manusia berakhlak.

Al-Ghazali menjelaskan bahwa untuk mencapai akhlak yang baik ada tiga cara, yaitu:

a. Akhlak yang merupakan anugerah dan rahmat Allah, yakni orang memiliki akhlak baik secara
alamiah (bit-thabi'ah wal-Jitrah).Sebagai sesuatu yang diberikan Allah kepada seseorang sejak ia
dilahirkan.

b. Mujahadah, yaitu selalu berusaha keras untuk merubah diri menjadi baik dan tetap dalam
kebaikan, serta menahan diri dari sikap putus asa.

c. Riyadlah, yaitu melatih diri secara spiritual untuk senantiasa dzikir (ingat) kepada Allah
dengan dawarn al-dzikr.

Al Ghazali juga berpendapat bahwa upaya mengubah akhlak buruk adalah dengan kesadaran
seseorang akan akhlaknya yang buruk. Ada empat cara untuk dapat membantu seseorang
mengubah akhlaknya yang buruk menjadi baik, yaitu:

1. Menjadi murid seorang pembimbing spiritual (syeikh)

2. Minta bantuan seorang yang tulus, taat, dan punya pengertian

3. Berupaya untuk mengetahui kekurangan diri kita dari seseorang yang tidak senang (benci)
dengan kita

4. Bergaul bersama orang banyak dan memisalkan kekurangan yang ada pada orang lain
bagaikan yang ada pada kita.

Sedangkan menurut Achmad Arnin, upaya mengubah kebiasaan buruk sebagaimana yang dikutip
Ishak Shalih (1990) adalah dengan hal-ha1 sebagai berikut:

a. Menyadari perbuatan buruk, dan bertekad untuk meninggalkanya.

b. Mencari waktu yang baik untuk mengubah kebiasan itu untuk mewujudkan niat atau tekad
semula.

c. Menghindarkan diri dari segala yang dapat menyebabkan kebiasan buruk itu terulang lagi.
Kita harus berupaya semaksimal mungkin untuk memiliki akhlak yang baik (akhlaqul karimah)
dan berupaya dapat menjauhi akhlak buruk (akhlaqul-saiyiah). Jika kita ingin memiliki negara
yang baldatun thayibatun wa rabbun ghafur (negara yang baik, makmur dan senantiasa dalam
ampunannya-Nya) maka kuncinya adalah masyarakat dan bangsa tersebut harus berakhlak baik,
jika tidak maka kehancuran dan kehinaan akan meliputi masyarakat dan bangsa tersebut.

RINGKASAN BUKU PEMBANDING 3


Bab 5 Etika, Moral & Akhlak

A. Etika dan Moral

1. Pengertian Etika dan Moral istilah etika berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yakni
ethos dan ethikos. Ethos berarti sifat, watak , kebiasaan, tempat yang biasa. Ethikos berarti
susila, keadaban, atau kelakuan dan perbuatan baik. Dalam sejarah filsafat Barat, etika adalah
cabang dari filsafat yang amat berpengaruh sejak zaman Sokrates (399-470 SM). Etika adalah
yang membahas baik buruk atau benar tidaknya tingkah laku dan tindakan manusia serta
menyoroti kewajiban-kewajiban manusia. Etika tidak mempersoalkan apa atau siapa manusia,
tetapi bagaimana manusia seharusnya berbuat atau bertindak.

2. Pembagian Etika Ada berbagai pembagian etika yang dibuat oleh para ahli etika. Beberapa
ahli membagi etika kedalam dua bagian yakni etika deskriptif dan etika normatif. Adapula yang
membagi menjadi etika normatif dan mataetika. Sedangkan ahli lain membagi etika kedalam
etika deskriptif, etika normatif dan mataetika. Berikut ini uraian dari ketiga pembagaian etika
tersebut yaitu:

a. Etika Deskriptif Etika deskriptif menguraikan dan menjelaskan kesadaran pengalaman moral
secara deskriptif. Ini dilakukan dengan bertolak dari kenyataan bahwa berbagai fenomena yang
dapat digambarkan dan diuraikan secara ilmiah, seperti yang dapat dilakukan fenomena spiritual
lainnya. Misalnya religi dan seni. Oleh karena itu, etika deskriptif digolongkan bidang ilmu
pengetahuan empiris dan berhubungan erat dengan sosiologi, etika deskriptif berupaya
menemukan dan menjelaskan kesadaran, keyakinan dan pengalaman moral dalam suatu kultur
tertentu.

b. Etika Normatif Etika normatif kerap kali atau juga disebut etika filsafati (philosophical ethics)
dalam pembahasannya adalah teori yang mempersoalkan sifat kebaikan dan keharusan
memperbaiki tingkah laku.

c. Metaetika Metaetika merupakan suatu studi analitis terhadap disiplin etika. Metaetika baru
muncul pada abad ke 20, secara khusus menyelidiki dan menetapkan arti serta makna istilah-
istilah normatif yang diungkapkan lewat pernyataan-pernyataan etis yang membenarkan atau
menyalahkan statu tindakan. Sedangkan istilah moral berasal dari kata Latin mores, yang
merupakan bentuk jamak dari mos, yang berarti adat istiadat atau kebiasaan, watak, kelakuan,
tabiat, dan cara hidup. Dengan demikian moral merupakan ajaran yang membahas kebaikan dan
keburukan, terpuji dan tercela dengan ukuran tradisi yang berlaku di suatu masyarakat.

B. Akhlak

1. Pengertian Akhlak Secara lughawi (bahasa), akhlak adalah berasal dari istilah bahasa arab
merupakan bentuk jama‟ dari kata khuluq, yang berarti thabi‟at, budi pekerti, kebiasaan. Kata
akhlak ini tidak di cantumkan dalam alQuran.

Meskipun demikian al-Quran menjelaskan kurang lebih 1500 ayat yang mengandung
ajaran-ajaran mengenai akhlak baik itu secara teoritis maupun praktis. Sehingga hampir
seperempat al-Qur‟an membahas mengenai akhlak. Selain Sumber utama al-Qur‟an sumber lain
juga banyak menjabarkan bagaimana sebenarnya akhlak yakni dalam haditshadits nabi. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa betapa sentralnya kedudukan akhlak dalam ajaran Islam.

Adapun bila ditinjau secara istilah, Akhlak (khuluq) adalah sebagai hal yang melekat
dalam jiwa yang darinya timbul perbuatan dengan mudah tanpa melalui suatu proses pikir yang
panjang. Akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat dalam setiap jiwa. Bila jiwa dihinggapi
sesuatu yang buruk maka akan tercipta akhlak yang buruk dan apabila jiwa dihinggapi sesuatu
yang baik maka akan menciptakan akhlak yang baik pula.

Suatu perbuatan dapat disebut sebagai akhlak (baik) apabila memenuhi beberapa syarat,
di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Perbuatan itu dilakukan secara berulang-ulang dengan niat yang tulus, jika perbuatan tersebut
hanya dilakukan satu kali saja dengan niat tidak tulus maka tidak dapat dikategorikan
sebagai orang yang berakhlak. Misalnya, Orang yang jarang bersedekah kemudian
memberikan sesuatu kepada orang lain karena alasan popularitas. Orang tersebut tidak dapat
disebut orang murah hati atau disebut orang berakhlak baik.

b. Perbuatan timbal dengan mudah tampa melalui proses pikir panjang. Sehingga itu benat-
benar adalah suatu kebiasaan. Apabila perbuatan tersebut melalui suatu pertimbangan
dengan alasan tertentu hal ini bisa saja tidak disebut sebagai perbuatan orang yang
berakhlak.
Menurut Ahmad Amin dalam bukunya al-Akhlak bahwa khuluq merupakan suatu proses
pembiasaan kehendak dengan melakukan pengulangan pada perbuatan. Dalam pembahasan al-
Qur‟an dan hadits nabi mengandung makna suatu perbuatan dikategorikan sebagai akhlak yang
baik adalah mengadung sifat-sifat tertentu antara lain adalah:

a. Kebaikannya bersifat Mutlak (al-hasanah al-muthalaqah), yaitu kebaikan yang terkandung


dalam akhlak merupakan kebaikan murni tanpa tujuan lain, baik untuk individu atau
masyarakat.

b. Kebaikan bersifat menyeluruh (al-hasanah-al-syamilah), yaitu kebaikan untuk seluruh umat


manusia.

c. Kebaikan bersifat tetap (al-hasanah al-tsabitah), yaitu kebaikan tidak berubah oleh waktu,
tempat atau perubahan kehidupan masyarakat.

d. Pengawasan yang menyeluruh (syumuliyah al-muraqabah), yaitu kebaikan bersumber dari


Allah dan memiliki alasan karena Allah.

2. Karakteristik Akhlak

a. Al- Akhlaq al-rabbaniyah. Yang dimaksud dengan akhlak rabbani ialah akhlak yang
bersumber kepada wahyu Allah dan al-Sunnah.

b. Al-Akhlaq al-Insaniyah (akhlak manusiawi) yakni ajaran akhlak sejalan dan memenuhi
fitrah insani. Kerinduan jiwa manusia akan kebajikan akan dipenuhi dengan mengikuti
ajaran akhlak Islami. Akhlak Islami adalah benar-benar memelihara eksistensi manusia
sebagai makhluk yang terhormat yang sesuai dengan fitrahnya.

c. Al-Akhlaq al-Syamilah (akhlak universal), yakni ajaran akhlak bersifat menyeluruh sesuai
dengan kehidupan manusia, baik dalam dimensi veritkal maupun horisontal.

d. Al-akhlaq al-Tawazun ( akhlak keseimbangan), yakni ajaran akhlak yang memahami


manusia memiliki dua sisi potensi naluri, naluri hewaniyah dan naluri ruhaniyah atau
manusia memiliki unsur jasmaniyah dan unsur ruhani yang membutuhkan pelayanan
keseimbangan. Ajaran akhlak Islam akan menuntun kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.
e. Al-akhlaq al-Waqi‟iyah (akhlak realistik), yakni ajaran akhlak Islam memperhatikan
kenyataan hidup manusia. Meskipun manusia telah dinyatakan sebagai makhluk memiliki
kelebihan dari mkhluk lain, tetapi manusia juga memiliki kelemahan. Ajaran Islam
memberikan kemudahan dan keringanan dalam melaksanakan ajarannya.

3. Ruang Lingkup Kajian Akhlak Secara rinci kajian akhlak itu meliputi:

a. Akhlak terhadap Allah; dengan cara:

1) Beribadah yang benar kepada Allah SWT.

2) Berdoa kepada-Nya dengan penuh yakin dan harap-harap cemas.

3) Tawadhu

4) Husnuzhzhon (berbaik sangka) kepada-Nya.

5) Taqwa

6) Tawakal

7) Berzikir ; dll

b. Akhlak terhadap manusia; dengan cara memperbagus perlakuan terhadap:

1) Diri sendiri

2) Keluarga

3) Masyarakat sekitar

4) Bangsa dan negara

Tentunya dengan upaya maksimal masing-masing diri dalam mengaplikasikan nilai-nilai


luhur seperti:

1) Keramahan (al-Hilm)

2) Belas kasih (al-„aathifah)


3) As-syukru (syukur/ terimakasih)

4) as-shabru (sabar)

5) Al-tawadhu lil naas (rendah hati terhadap manusia)

6) Al-„iffah (memelihara kesucian)

7) Toleransi (at-Tasaamuh)

8) Solidaritas (ash-Shadaaqah)

c. Akhlak terhadap alam semesta dengan cara:

1) Melestarikan keasrian dan keindahan alam

2) Mengelola alam secara baik dan benar

3) Melakukan hal-hal positif yang berkaitan dengan kelangsungan alam.

Menurut Ibnu Miskawih akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya
untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan fikiran terlebih dahulu.

Sejalan dengan apa yang diuntkapkan Ibnu Miskawih, Al-Ghazali menyebutkan bahwa
akhlak adalah: suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-
perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan fikiran.

Dua definisi termaktub di atas menggambarkan bahwa akhlak secara substansial adalah
sifat hati (kondisi hati) –bisa baik bisa burukyang tercermin dalam perilaku. Jika sifat hatinya
baik maka yang muncul adalah akhlak yang baik (al-akhlaq al-karimah) dan jika sifat hatinya
busuk maka yang keluar dalam perilakunya adalah akhlak yang buruk (al-akhlak al-mazmumah).
Kemudian muncul pertanyaan, apa yang menyebabkan hati manusia kotor dan jelek, dan apa
pula yang menyebabkan hati manusia bersih dan baik. Menurut Ibn Arabi, hati manusia bisa
jelek dan rusak juga bisa baik dan suci adalah faktor dirinya.

Adapun moral adalah ajaran baik dan buruk yang ukurannya adalah tradisi yang berlaku
di suatu masyarakat. Seseorang dianggap bermoral kalau sikap hidupnva sesuai dengan tradisi
yang berlaku di masyarakat tempat ia berada, dan sebaliknya seseorang dianggap tidak bermoral
jika sikap hidupnya tidak sesuai dengan tradisi yang berlaku di masyarakat tersebut. Dan
memang menurut ajaran Islam pada asalnya manusia adalah makhluk yang bermoral dan etis,
Dalam arti mempunyai. potensi untuk menjadi makhluk yang bermoral yang hidupnya penuh
dengan nilai-nilai atau norma-norma.

Kalau ilmu akhlak menjelaskan mana nilai yang baik dan mana yang buruk juga
bagaimana mengubah akhlak buruk agar menjadi baik secara zahiriah yakni dengan cara-cara
yang nampak seperti keilmuan, keteladanan, pembiasaan, dan lain-lain maka ilmu tasawuf
menerangkan bagaimana cara menyucikan hati (tash fiat al-qalb), agar setelah hatinya suci yang
muncul dan prilakunya adalah akhlak alkarimah. Perhatikan akhlak. menurut ilmu tasawuf, harus
berawal dan penyucian hati. Persoalan yang mengemuka kemudian adalah bagaimana cara
mensucikan hati dalam tasawwuf? Metode tash‟fiat alqalb”, dalam pendapat para sufi adalah
dengan ijtinab al-manhiyyat (menjauhi larangan Tuhan adaa al wajibat (melaksanakan
kewajibankewajiban Tuhan, adaa aI-naafilat (melakukan hal-ha! yang disunahkan), dan al-
riyadhah. “Riyadhah” artinya latihan spriitual sebagai yang diajarkan oleh Rasulullah sebab yang
mengotori hati manusia adalah kemaksiatan-kemaksiatan yang diperbuat manusia akibat ia
lengah dan bujukan nafsu dan godaan setan.

Berbicara tujuan ilmu akhlak berarti berbicara tujuan Islam itu sendiri. Sebab pada
dasarnya akhlak adalah aktualisasi ajaran Islam secara keseluruhan. Dalam kacamata akhlak,
tidaklah cukup iman seseorang hanya dalam bentuk pengakuan, apalagi kalau hanya dalam
bentuk pengetahuan. Yang “kaffah” adalah iman, ilmu dan amal. Amal itulah yang dimaksud
akhlak. Tujuan yang hendak dicapai dengan ilmu akhlak adalah kesejahteraan hidup manusia di
dunia dan kebahagian hidup di akhirat.

Memperhatikan tujuan global di atas kita dapat menggambarkan ruang lingkup ajaran
akh;ak: yaitu meliputi bagaimana äkhlak kita terhadap diri sendiri: “al-taubah” (kembali kepada
Tuhan), “al-muraqahah‟ (kesadaran diri bahwa Tuhan mengintai kita), “al-muhasabah” (selalau
introspeksi terhadap diri sendiri), dan „al-mujahadah” (terus menerus mendekati Tuhan). Akhlak
kita terhadap Allah; akhlak terhadap kalam Allah (al- Kitab). akhlak terhadap Rasulullah; akhlak
terhadap makhluk (sesama manusia) meliputi; akhlak terhadap kedua orang tua, akhlak (etika)
terhadap anak, istri, etika terhadap kerabat, etika terhadap tetangga, etika terhadap sesama
muslim, etika kepada orang kafir (non muslim), etika terhadap binatang dan terakhir etika
terhadap alam dalam arti luas.

Manusia berakhlak adalah manusia yang suci dan sehat hatinya sedang manusia tidak
berakhlak (a moral) adalah manusia yang kotor dan sakit hatinya. Namun seringkali manusia
tidak sadar kalau hatinya sakit. Kalaupun dia sadar tentang kesakitan hatinya, ia tidak berusaha
untuk mengobatinya. Padahal penyakit hati jauh lebih berbahaya ketimbang penyakit fisik.
Seseorang yang sakit secara fisik jika penyakitnya tidak dapat diobati dan sembuhkan ujungnya
hanya kematian. Kematian bukanlah akhir segala persoalan melainkan pintu yang semua orang
akan memasukinya. Tetapi penyakit hati jika tidak disembuhkan niscaya akan berakhir dengan
kecelakaan di alam keabadian.

Dengan mengutip beberapa ayat dan hadis, selanjutnya al-Gazali mengemukakan tanda-
tanda manusia beriman yang uraiannya sebagai berikut:

1. Manusia beriman adalah manusia yang khusu‟ dalam salatnya

2. Berpaling dari hal-hal yang tidak berguna (tidak ada faidahnya),

3. Selalu kembali kepada Allah.

4. Mengabdi hanya kepada Allah

5. Selalu memuji dan mengagungkan Allah

6. Bergetar hatinya jika nama Allah disebut-sebut;

7. Berjalan di muka bumi dengan “tawadhu” dan tidak sombong;

8. Bersikap arif menghadapi orang-orang awam;

9. Mencintai orang lain seperti ia mencintai dirinya sendiri;

10. Menghormati tamu;

11. Menghargai dan menghormati tetangga;

12. Berbicara selalu baik, santun dan penuh makna;


13. Tidak banyak bicara dan bersikap tenang dalam menghadapi segala persoalan;

14. Tidak menyakiti orang lain baik dengan sikap maupun perbuatannya.

Sufi yang lain mengemukakan tanda-tanda manusia berakhlak, antara lain sebagai
berikut: Memiliki budaya malu dalam interaksi dengan sesamanya, tidak menyakiti orang lain,
banyak kebaikannya, benar dan jujur dalam ucapannya, tidak banyak bicara tetapi banyak
bekerja, penyabar, hatinya selalu bersama Allah, tenang, suka bertenirna kasih, ridha terhadap
ketentuan Tuhan, bijaksana, hati-hati dalam bertindak, disenangi teman dan lawan, tidak
pendendam, tidak suka mengadu domba., sedikit makan dan tidur, tidak pelit dan hasad, cinta
karena Allah dan benci karena Allah. Kalau akhlak difahami sebagai pandangan hidup maka
manusia berakhlak adalah manusia yang menjaga keseimbangan antara hak dan kewajibannya
dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama makhluk dan alam dalam arti luas. Tasawuf adalah
upaya spiritual bagaimana agar manusia dapat memiliki akhlak al-karimah Caranya yaitu dengan
cara tasfiat al-qalb. Metode tashfiat al-qalb yang disepakati oleh para sufi adalah dawam alZikr
(selalu ingat kepada Tuhan) Zikir adalah ruh amal salih. Jika sebuah amal salih lepas dari zikir
maka laksana jasad tanpa ruh. Mengapa zikir menjadi pola tasfiat al-qaib yang disepakati oleh
para sufi.

Paling tidak ada tujuh alasan yang diajukan mereka secara naqli.

1. Perintah zikir dalam Al-Quran datang ada secara mutlak dalam al-Qur‟an tidak dikayidi
dengan pernyataan-pernyataan yang lain dan ada yang perintahnya dikaitan dengan kayid-
kayid yang lain

2. Larangan berlaku sebaliknya yaitu lupa dan lalai dari zikir

3. Kebahagiaan yang akan diperoleh manusia dikaitkan dengan banyak dan istiqamah dalam
berzikir

4. Pujian Allah dialamatkan kepada ahli zikir dan Allah menjanjikan bagi mereka ampunan
dan surga.
5. Informasi Allah bahwa kerugian bagi orang yang bersikap sebaliknya yakni tidak berzikir.
6. Allah menjadikan zikir hamba kepada-Nya sebagai sarat zikirnya Allah kepada mereka.

7. Pernyataan Allah secara jelas bahwa zikir adalah perkara yang amat besar.
BAB III
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU

BUKU UTAMA

Kelebihan

Ringkasan buku lebih banyak membahas materi-materi. Disetiap bagian penulis membuat
intisari dari tulisan tersebut.Pada akhir setiap bab buku ini diberi lembaran kosong yang diberi
judul catatan dan evaluasi, disertakan daftar bacaan pada bagian akhir buku guna sebagai
referensi

Kekurangan

Terkadang ada kata-kata istilah yang sulit dimengerti. Pengulangan informasi sering kali
terjadi padapembahasannya. Disetiap akhir sub-bagian penulis tidak membuat latihan-latihan
untuk dipraktikan dalam kehidupan untuk menjadi pemimpin

BUKU PEMBANDING 1

Kelebihan:

Didalam buku ini kita dapat mengetahui dan mengandung ajaran ajaran mengenai akhlak baik
itu secara teoritis maupun praktis, penggunaan kata dalam buku ini juga dapat dimengerti
sehingga pembaca dapat memahami materi yang dijelaskan.

Kekurangan:

Tidak dicantumkannya penulisan untuk ayat atau hadits mengenai etika,akhlak atau moral,
yang mana dengan adanya itu pembaca akan lebih memahami dan materi yang dijelaskan.

BUKU PEMBANDING II

Kelebihan:

Dapat mengetahui agama islam,untuk membangun karakter madani. Buku iniditulis dengan
penjabaran dan penjelasan yang jelas dan mudah dimengerti. Buku ini dilengkapi dengan soal
diakhir pembahasan untuk mengji pemahaman pembaca terkaitpembahasan materi yang sudah
dijelaskan. Penulis juga memberikan buku ini dengan sumber kepustakaan diakhir setiap bab
yang memperjelas dari materi yang diberikan.penulis menulis buku dengan menggunakan
bahasa yang jelas dan mudah dimengerti oleh pembaca.
Kekurangan:

Terdapat beberapa kesalahan-kesalahan kecil dalam penulisan, yang mana ini bisa saja
membingungkan para pembaca.

BUKU PEMBANDING III

Kelebihan:

Buku ini sangat bagus karena dapat menambahpengetahuan tentang bagaimana hakikat
etika,moral dan akhlak menurut agama dan pendidikan. Menggunakan kata kata yang ringan
dan mudah dipahami secara secara tata letak maupun penyusunan. Pembahasannya diulas
secara mendalam. Kelengkapan isi beruntun atau beratur.

Kekurangan:

Perlu disertakan gambar atau gambar dalam buku,beserta juga ayat-ayat atau hadits yang lebih
lengkap agar lebih meyakinkan dan menambah pengetahuan pada pembaca. Terdapat
beberapa bahasa yang terlalu komunikatif jadi sedikit sulit untuk dipahami
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa critical book merupakan
kegiatan mengkritisi buku untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan buku, baik dalam sistematika
penulisan, penggunaan bahasa, isi materi dan tampilan buku. Hal tersebut dilakukan agar buku yang
dikritik dapat direvisi agar menjadi buku yang lebih baik.

B. Saran

Saya menyarankan alangkah lebih baik dan menarik lagi jika lebih banyak lagi halaman dalam
buku tersebut sehingga materi yang disampaikan juga dapat lebih banyak lagi. Untuk bagian isi, akan
lebih baik jika semua hadis menggunakan baris (syakal).

Anda mungkin juga menyukai