Anda di halaman 1dari 44

CRITICAL BOOK REVIEW

MATA KULIAH: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Dosen Pengampu:

Nurmayani, M.Ag

Disusun Oleh:
 Ayu Andina NIM: 51933342033

 Adisti Visca Safri NIM: 5191142009

 Alsya Ardhila NIM: 5193342023

 Fitri Ramadhani NIM: 5193342020

 Keyko Filsabillah NIM: 5193342017

 Khofifah NIM:

 M. Akil NIM:

 Mutiara Gunawan NIM: 5193342007

 Nurul Hafizah NIM: 5193142002

PENDIDIKAN TATA BOGA B

FAKULTAS TEKNIK

T.A 2021

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat membuat dan menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tak lupa
pula Shalawat dan Salam senantiasa kami ucapkan kepada junjungan Nabi besar Nabi
Muhammad SAW.
Tugas ini kami susun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah “ Pendidikan Agama Islam”.
Kami tentu menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kriktik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, nantinya menjadi makalah yang lebih baik, kemudian apabila
terdapat kesalahan penulis mohon maaf sebesar-besarnya.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya Dosen yang
membimbing mata kuliah Pendidikan Agama Islam oleh ibu Dr. Nurmayani, M.Ag, yang telah
membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Medan, Maret 2021

Kelompok 1
DAFTAR ISI

Contents
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................4
A. Rasionalisasi pentingnya CBR............................................................................................4
B. Tujuan Penulisan CBR........................................................................................................4
C. Manfaat CBR.......................................................................................................................4
RINGKASAN ISI BUKU..............................................................................................................5
1. IDENTITAS BUKU I........................................................................................................5
2. IDENTITAS BUKU II...............................................................................................................29
3. IDENTITAS BUKU III..............................................................................................................35
4. IDENTITAS BUKU IV..............................................................................................................39
BAB IV....................................................................................................................................................41
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ISI BUKU...................................................................................41
1. BUKU I.......................................................................................................................................41
2. BUKU II......................................................................................................................................41
3. BUKU III....................................................................................................................................42
4. BUKU IV.....................................................................................................................................42
BAB V PENUTUP...................................................................................................................................43
A. KESIMPULAN...........................................................................................................................43

B. SARAN........................................................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................44
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi pentingnya CBR

Pentingnya CBR adalah tugas menulis yang mengharuskan kita untuk

meringkas dan mengevaluasi tulisan. Tugas CBR berupa buku, bab atau

artikel. Dalam menulis CBR kita harus membaca secara seksama dan juga

membaca tulisan dari buku lain yang serupa agar kita bisa memberikan

tujuan dari tulisan dan evaluasi yang lebih komprehensif, obyektif dan faktual

B. Tujuan Penulisan CBR

Tujuan penulisan CBR untuk menambah pengalaman, pengetahuan dan

wawasan ilmu dan juga untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan

dalam hal mengkritik buku dan membandingkannya dengan buku lain serta

untuk menguatkan kemampuan dan skill dalam mengkritisi suatu buku

untuk dijadikan bahan CBR

C. Manfaat CBR

Manfaat CBR adalah memberikan informasi atau pemahaman yang

komprehensif tentang apa yang tampak dan terungkap dalah sebuah buku

yang mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan dan

mendiskusikan lebih jauh mengenai masalah yang muncul dalam sebuah

buku.
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
1. IDENTITAS BUKU I

Judul : Islam Kaffah (Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi) Edisi
Pengarang : Tim MPK Pendidikan Agama Islam UNIMED Medan

Penerbit : PERDANA PUBLISHING

Tahun Terbit : 2005

ISBN : 978-602-6462-34-3

BAB I. ALLAH : TUHAN YANG MAHA ESA

A. Mengapa harus mempercayai keberadaan penciptaan alam semesta


Di dalam islam kepercayaan kepada pencipta alam semesta dipahami sebagai
fitrah manusia. Sejak masa azali allah telah mempertanyaakn kepada ruh manusia.
Karena itu pada dasar nya manusia di ciptakan sebagai seorang
yang bertuhid dan menyerahkan diri kepada allah. Di
dalam surah ar-rum ayat 3o disebutkan
Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama allah ( tetaplah
atas ) fitrah allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah allah. Itulah agama yang lurus tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui
Potensi fitrah akan semakin kuat ketika akal kecerdasan manusia mendukung nya.
Karakter akal yang rasional selalu mendorong agar manusia mempertanyakan dan
menganalisis apa pun yang di pahami nya sebagai sesuatu yang penting. Masalah
keyakinan adalah masalah yang penting di dalam kehidupan karena itu akal
kecerdasan akan mendorong manusia untuk memikirkannya.. usuluddin adalah kajian
tentang asas-asas agama yaitu tentang ketuhanan. Pertanyaan dalam ranah usuluddin
itu di sebut dengan nazar.

B. Keharusan memilih islam sebagai agama dan pedoman hidup


Pertama, agama ini memiliki kitab suci alquran yang di wahyuhkan allah dan
telah teruji dalam sejarah tentang keautentikannya. Kedua, sejak era di turunkannya
al-quran allah telah menantang manusia dan jin untuk membuat satu surah saja seperti
kualitas al-quran dari segala dimensi nya, tetapi hingga saat ini tidak ada yang mampu
melakukannya. Al-quran memiliki ketinggian redaksi dan bahasanya yang tidak
tertandingi hingga saat ini. Ketiga dilihat dari keterpaduan kandungan ayat-ayat
alquran,dan pemenuhan terhadap
kebutuhan hidayah manusia untuk menata duniawi dan ukhrawi. Dari diskusi di atas ada 4 hal
yang mendasari mengapaseseorang harus memilih islam sebagai keyakinanya. Pertama,
berkenaan dengan eksistensi kitab suci. Kedua dari sisi ajaran dan kebenaran ilmiah. Ketiga,
keterpaduan kandungan dan pemenuhan atas kebutuhan pedoman hidup manusia dalam segala
keadaan dan berlaku sepanjang zaman. Keempat , dari sisi sejarah
keberimannya manusia, yaitu para nabi dan rasul sebelumnya
C. Keniscayaan beriman dan bertauhid
Ketika seorang telah meyakini adanya pencipta alam semesta, lalu ia menemukan
islam sebagai agama kebenaran dan mengharuskan secara obyektif harus ia pilih,
maka konsekuensinya dari semua itu adalah seyogianya ia mewujudkannya di dalam
keyakinan dan perilakunya. Jika ia tidak bersikap sedemikan, maka ia telah
mengingkari kebenaran itu sendiri. Merealisasikan tuntutan keimanan berarti tunduk
dan patuh kepada segala ajaran-ajaran yang di timbulkan keimanan dengan cara
melaksanakannya. Oleh sebab itu ia akan menempatkan ajaran-ajaran yang wajib pada
kedudukan wajib, ajaran-ajaran yang sunnat larangan-larangan yang haram pada
posisi haram, larangan-larangan makruh pada posisi makruh dan hal- hal yang mubah
pada kedudukan boleh dilaksanakan dan boleh di
tinggalkan.
Syahadat kepada allah memiliki 7 syarat:ilmu ( al-ilm ),yakin ( al- yaqin
),menerima ( al-qabul ),tunduk dan patuh ( al-inqiyad ), jujur ( ash-
sidq ),iklas ( al-ikhlas ), cinta ( al-mahabbah ).
Sebagai seorang muslim ia harus mengetahui konsep ketuhanan di dalam islam
sesuai dengan yang di ajarkan agama ini. Di antara konsep terpenting dari agama
islam adalah tauhid. Tauhid adalah meyakini keesaan allah dalam rububiyyah,iklas
beribadah kepada nya, menetapkan bagi nya nama-nama dan sifat-sifat nya serta
meyakini kesuciannya dari kekurangan dan cacat. Mentauhidkan allah berarti tidak
menserikatkannya dengan sesuatu apapun. Mentauhidkan allah merupakan suatu sikap
objektif dan
adil. Sebab pada hakiki nya hanya allah lah tuhan dan dia berhak untuk mendapatkan
pengakuan sebagai tuhan dan berhak untuk mendapatkan pengakuan sebagai tuhan
dan berhak untuk diibadahi setiap makhluk nya. Dengan demikian kesirikan adalah
sikap subjektif yang keliru dan kezaliman yang tiada tara. Allah berfitrman dalam
surah ali Imran ayat 18 yang arti nya : allah menyatakan bahwasanya tidak ada tuhan
melainkan dia yang berhak di sembah, yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan
orang-orang yang berilmu juga menyatakan yang demikian itu. Tak ada tuhan
melainkan dia yang berhak di sembah yang maha perkasa lagi maha bijaksana

BAB II. IMAN, ISLAM, DAN IHSAN

A. Asas keimanan dalam agama islam


Di dalam islam, wujud iman seseorang di asaskan penegakannya kepada rukun
iman. Keimanan itu di wujudkan dalam kepercayaan hati,pengakuan, dan prilakunya
sebagaimana yang telah di jelaskan. Pada tingkatkan perilaku
inilah wujud iman tersebut dapat terilihat.
Rukun iman yang dimakdus adalah :
1. Iman kepada allah, tuhan yang menjadikan seluruh alam ini
2. Iman kepada malaikat allah
3. Iman kepada kitab-kitab allah, kita-kitab suci yang di turunkan oleh allah

terhadap rasul
4. Iman kepada rasul-rasul dan nabi-nabi yang diutus allah untuk

,menyampaikan ajaran-ajarannya kepada umat manusia


5. Iman akan adanya hari akhirat, yaitu hari pembalasan bagi segala amal

perbuatan manusia di dunia


6. Iman kepada qadha dan qadhar, yaitu segala ketetapan allah terhadap untung baik
dan buruk yang kita alami di duinia ini berasal dari Allah
SWT
Iman kepada allah membenarkan dengan yakin sepenuhnya tanpa sedikitpun
keraguann akan adanya allah dan keesaan nya.
Rukun iman keduan adalah percaya kepada malaikat. Seorang mukmin wajib
mengakui dan mengimani adanya malaikat. Mereka adalah malaikat allah yang
senantiasa taat kepada perintahnya dan tidak pernah melakukan maksiat.sebagaimana
firman allah syarah at-Tahrim ayat 6. Artinya : “ malaikat-malaikat tidak mendurhakai
allah terhadap apa yang di perintahkannya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang di
perintahkannya.
Iman kepada kitab allah membenarkan bahwa seluruh kitab yang diturunkan itu
dating nya dari allah. Ayat-ayat yang ada di dalam kitab tersebut adalah kalam allah.
Di antara nya adalah kitab taurat, zabur, injil dan
al-quran.
Iman kepada rasul adalah membanarkan dengan sesungguhnya bahwa allah
mengutus kepada setiap umat ini seorang rasul untuk membimbing mereka. Tugas
utama seorang rasul adalah mengajak manusia untuk mentauhidkan allah dan
menjauhi kesyirikan serta menjalankan syariat yang di bawanya. Di dalam surah al-
quran pada surah an-nisa ayat 150-152 allah berfirman : artinya : sesungguhnya
orang-orang yang kafir kepada allah dan
rasul-rasul nya dan bermaksud memperbedakan antara allah dan rasul nya. Iman
kepada hari akhir adalah meyakini sepenuh hati tanpa keragiuan bahwa

hari kiamat akan akan terjadi.


Rukun iman terakhir adalah percaya kepada qadha-qadhar. Qadar adalah

ketentuan allah sedangkan qadha merupakan ketetapan nya.


B. Asas Keislaman Dalam Agama Islam
Sewaktu membicarakan definisi islam, al-maududi menjelaskan :
“ Setiap agama di dunia ini telah di namai setelah pendirinya dari suatu komunitas
atau bangsa itu dilahirkan. Sebagai contoh, Kristen diambil dari nama Nabi Isa yang
kudus, Buda dari pendirinya Buddha Gautama, Zoroastrian dari pendirinya Zoroaster,
Jahudi dari bangsa Jahudi, yakni dari
nama suku Judah ( daerah Judea ) dimana ia berbentuk.’’
Secara bahasa islam berarti patuh, penyerahan, dan pengabdian. Seorang yang
beragama islam di sebut muslim. Muslim adalah orang yang
menyerahkan diri, patuh, dan hanya mengabdi kepada Allah Swt. Karena

tunduk dan patuh, maka jadilah seorang Muslim orang yang selamat.
Seorang muslim di tuntut menjalan syariat islam dengan ikhlas dan sesuai dengan
petunjuk Allah dan Rasul-nya. Dalam korelasi ini, Ibn al-Qayyim menjelaskan bahwa
ada dua syarat diterimanya amal ibadah seseorang, yaitu dilakukan dengan ikhlas dan
sesuai dengan petunjuk syariat. Jika amal ibadah dikerjakan dengan ikhlas tetapi tidak
sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya, maka ibadah tersebut tertolak. Telah
menajdi keyakinan kaum muslim bahwa islam adalah agama yang benar yang di
ridhai oleh allah. Oleh sebab itu, agama manapun selain islan tidak terima di sisi allah.
Hal ini sesuai
dengan firman Allah pada surah Ali Imran ayat 19 :
Artinya : “ sesungguhnya agama (yang di ridhai) di sisi Allah hanyalah islam.) Islam
adalah satu-satunya agama yang sempurna mengatur tata cara

ibadah,moralitas,social,ekonomi,kebudayaan,politik,dan hubungan
internasional. Dengan kata lain, islam mengatur seluruh aspek dan nilai-nilai
kehidupan secara integral tanpa eksepsional. Oleh sebab itu, islam tidak mengenal
konsep sekularisme dan sekularisasi dalam kehidupan social dan politik

C. Ihsan Dalam Agama Islam


Menurut bahasa, ihsan bersrti berbuat atau melakukan kebaikan. Hal ini

sesuai dengan firman allah pada surah an-Nahl ayat 90:


Artinya: sesungguhnya allah menyuruh ( kamu ) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar
kamu dapat mengambil pelajaran.
Hakikat ihsan menurut istilah tersebut mengandung arti bahwa dalam menyembah
allah seseorang harus bersungguh-sungguh, serius, penuh keiklasan, dan tawaduk.
Dalam hatinya harus tumbuh keyakinan bahwa allah seakan-akan berada di
hadapannya dan melihat-nya. Dengan kata lain, dia
harus merasa bahwa allah selamanya hadir dan menyaksikan segala perbuatannya.

BAB III. MANUSIA DALAM KONSEPSI ISLAM

A. Mengenal Konsep Manusia


Manusia adalah makhluk tuhan yang multi dimensi dan kompleks. Sejak
peradaban umat manusia di tulis, ia selalu di jadikan objek kajian yang tidak pernah
habis untuk di telaah. Dalam islam, dideskripkan bahwa allah meciptakan adam
berdasarkan kehendak dan kekuasaan-nya tanpa melalui proses biologis sebagaimana
lazimnya manusia-manusia keturunannya, yakni keterlibatan ayah dan ibu sebagai
sebab natural terlahirnya manusia. Penjelasan tentang penciptaan manusia tersebut di
awali dari firman allah kepada para malaikat bahwa dia akan menjadikan manusia dari
tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam dan di beri bentuk menjadi tubuh
yang sempurna. Selain kecakapan intelektual yang di berikan allah untuk mewujudkan
atribut-atribut kemuliaan dan kehendak-nya, manusia juga di beri bimbingan wahyu.
Wahyu allah merupakan pedoman hidupbagi manusia untuk meraih kebahagiaan
material dan spiritual dalam hidupnya.

Manusia yang menerima wahyu adalah manusia yang terbaik dari jenis manusia
itu sendiri yang di sebut dengan nabi dan rasul. Manusia terbaik inilah yang
berhubungan langsung secara spiritual kepada allah untuk
menerima wahyu nya
B. Dimensi-Dimensi Kemanusiaan
Ada beberapa istilah yang terkait dengan dimensi manusia yang di telaah dari
perspektif ini.di mensi-dimensi tersebut saling berhubungan secara fungsional dan
substansial dalam diri manusia itu sendiri. Hal yang terpenting dari sejumlah dimensi
itu adalah al-jasad, al-ruh, al-aql, dan al-
nafs.
Al-jasad dalam bahasa Indonesia di sebut tubuh, badan atau jasad merupakan salah
satu dimensi yang dapat dijelaskan secara saintifik. Dalam
al-quran dijelaskan bahwa manusia berasal dari sperma dan ovum, kemudian bertahap
menjadi darah,daging,tulang-belulang dabn akhirnya menjadi
manusia yang utuh dan memiliki bentuk yang terbaik.
Allah berfirman di dalam surah al-mu’minun ayat 12-14:
Artinya : dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati dari
tanah. Kemudian kami jadikan saripati air mani yang di simpan dalam tempat yang
kokoh. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
kami jadikan segumpal daging dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang
lalu tulan belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia
makhluk yang berbentuk lain.
Maka maha sucilah allah, pencipta yang paling baik
Nafs al-lawwarnah adalah nafsu yang menyesal di sebabkan keburukan yang
dilakukannya di dunia. Dalam nafsu ini bergumul antara kebaikan dan kejahatan yang
saling menghimpit dan mengalahkan. Eksistensi manusia dengan keragaman dimensi
yang dimilikinya merupakan suatu system yang inheran dan padu, bukan terpisah-
pisah yang berakibat terjadinya dikotominasi dan paradoks

BAB IV . MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH DI MUKA BUMI

A. MARTABAT MANUSIA
a) Tujuan Penciptaan Manusia
Tujuan utama penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada allah. Hal ini
sebagaimana yang dijelaskan oleh allah dalam kitab sucinya yaitu : Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaku ( az-
zariyat : 56 ). Ketika tujuan manusia diciptakan untuk beribadah kepadanya, maka
seyogianya ia menjadikan seluruh hidupnya dalam rangka lillahi ta’ala ( hanya untuk
allah ). Adapun yang dimaksud hal ini adalah manusia harus menjalankannya seluruh
aspek kehidupannya sesuai dengan tuntunan syariat yang dibebankan kepadanya.
Tuntunan itu dijalankannya hanya sebagai sebuah pengabdian secara ikhlas kepada-
nya berdasarkan rida dan kehendak-nya.
Ibn Qayyim mengatakan bahwa dalam hal menjalankan ibadah kepada allah
sebagai tujuan hidup manusia, maka ia harus memperhatikan dua hal. Pertama hatinya
harus ikhlas hanya kepada allah dan kedua harus sesuai dengan petunjuk yang
diajarkan oleh nabi saw (sunnah). Zu an-nun al-mishri menjelaskan ada tiga tanda-
tanda ikhlas yaitu : “ tanda ikhlas ada tiga : pujian dan cercaan dari manusia sama
saja baginya: melupakan amal yang telah

dilakukannya: hanya mengharap ganjaran amalnya di akhirat.”

Sebagaimana yang telah disebutkan, selain harus ikhlas, ibadah mesti mengikuti
tuntunan yang diajarkan oleh nabi saw. Jika ibadah formal tidak mengikuti tuntunan
tersebut maka ia sia sia bahkan bagi orang orang yang
membuat buat ibadah tanpa dalil akan mendapat ancaman api neraka.
B. TANGGUNGJAWAB MANUSIA
a) Tanggung jawab manusia sebagai hamba allah
Tanggungjawab utama manusia adalah menjadikan dirinya dan

masyarakatnya tetap berada di dalam tujuan hidup tersebut.


b) Tanggung jawab manusia sebagai khalifah allah.
Pertama kali disebutkan di dalam al quran surah albaqarah ayat 30. Ayat ini
mengandung pesan tentang kedudukan manusia sebagai pemakmur alam, yang disebut
dengan istilah “khalifah di atas muka bumi”. Di dalam surah shad ayat 26 allah
menjelaskan tentang tugas yang harus ditegakkan seorang khalifah. Tugas utamanya
adalah menerapkan kebenaran dalam menetapkan keputusan kepada manusia; khalifah
harus berlaku adil, dan tidak boleh
mengikuti hawa nafsunya dalam menjalankan kepemimpinannya.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka tanggungjawab utama manusia sebagai
khalifah allah adalah untuk mengajak manusia mentauhidkan allah, menegakkan
hukum-hukumnya, keadilan dan memakmurkan bumi.

BAB V. HUKUM DAN ISLAM


A. MENUMBUHKAN KESADARAN HUKUM UNTUK MENAATI
HUKUM ALLAH
a. Kedudukan Hukum Islam
Sesungguhnya, disyari’atkannya hukum allah bagi manusia adalah untuk
mengatur tata kehidupan mereka, baik dalam masalah duniawi maupun ukhrawi.
Fungsi hukum islam dinyatakan secara tegas dalam surah an-nisa ayat 105 :
sesungguhnya kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran,
supaya kamu dapat n hukum kepada manusia dengan apa yang telah allah

wahyukan kepadamu.

b. Ciri Khas Syari’at Islam


Adapun ciri khas syari’at islam adalah Bersifat menyeluruh, Membentuk adab
dan akhlak yang baik, Merasa di dalam pengawasan allah dan Sesuai
setiap waktu dan tempat
c. Tujuan Hukum Islam
Pada dasarnya, tujuan syari’ dalam mensyariatkan ketentuan ketentuan hukum
kepada mukhallaf adalah untuk mewujudkan kebaikan bagi kehidupan mereka, baik
melalui ketentuan ketentuan yang dharuri, hajiy, ataupun tahsini.

BAB VI. SENI DALAM ISLAM

A. ISLAM AGAMA FITRAH


Islam adalah agama realistik, mengetahui dan menyadari kepentingan,
tabiat, watak, bakat dan keinginan manusia sebagai makhluk yang diciptakan memiliki
fitrah kejadian dan instink.
1. Seni budaya
Hasil kesenian dan kebudayaan tidak disukai islam yaitu kesenian dan
kebudayaan yang dapat merusak iman dan bertentangan dengan batas kesopanan yang
dapat merusak iman dan bertentangan yang diajarkan islam.
2. Seni suara
Islam memperbolehkan mengubah dan melantunkan syair selama kata-kata
dalam syair tersebut tidak membawa manusia kepada kemaksiatan,
kedurhakaan, dan penentangan terhadap syariat islam.
3. Syair dan puisi
Pada asalnya syair tidaklah haram dikumandangkan karena ia hanyalah sebuah
gubahan dari keindahan seni bahasa untuk mengungkapkan perasaan. Syair itu
telarang jika mengandung kata kata yang bertentangan
dengan syariat. Oleh sebab itu, syair yang demikian diharamkan oleh syariat. Namun,
syair yang tidak memiliki indikasi yang disebutkan tetep dalam
hukum asalnya, yaitu boleh.
4. Seni bangunan
Salah satu jenis bangunan yang dilahirkan dari rasa keagamaan dan

spirit keislaman dari umat islam adalah bangunan masjid tempat peribadatan.
5. Seni lukis, ukir dan pahat.
Hikmah Adanya larangan membuat patung-patung dan lukisan- lukisan yang
menerupai ciptaan tuhan yang mempunyai ruh adalah agar manusia tidak kembali
kepada penyembahan berhala dan mendewa dewakan manusia atau sebagainya.
Sebab, demikian membawa kepada syirik. Adapun dibolehkan bila dibuat hanya
sekedar untuk permainan dan penghibur bagi
anak anak.
B. TANGGUNG JAWAB SENIMAN
Adapun tanggung jawab seorang seniman adalah dengan seninya tidak akan
mengajarkan kesenian yang justru menentang alllah.

BAB VII. MORAL,ETIKA, DAN AKHLAK

Akhlak merupakan perilaku yang dibangun berbasis hati nurani. Meski ada yang
mengklasifikasikannya menjadi akhlak mulia dan akhlak tercela, tapi pada lazimnya
akhlak adalah suatu sebutan bagi perilaku terpuji yang berakar dari iman. Malah dasar
pijakan akhlak adalah Al Qur’an dan Al- Sunnah, sehingga perilaku yang tidak
berdasar keduanya tidak ada jaminan sebagai akhlak mulia. Sumber pijakan inilah
yang merupakan perbedaan prinsip dari akhlak dengan etika, budi pekerti, moral dan
sebagainya.
Etika, moral, budi pekerti, meskipun dasarnya adalah kebiasaan, adat-istiadat
masyarakat, tapi di kalangan umat beragama, perilaku yang terbiasa, dapat
disesuaikan dan dijiwai oleh akhlak yang diajarkan oleh agama. Karena itu banyak
kita temui etika, moral, dan budi pekerti saling mengisi dengan ajaran akhlak yang
dibimbing oleh agama. Mengapa demikian? Karena unsur-unsur
akhlak ini adalah hal-hal yang makruf, yang sudah dimaklumi oleh orang banyak
sebagai hal yang baik, dan bersumber pada sifat dan sikap jiwa yang mulia dan terpuji,
seperti : jujur, adil, bijaksana, berkata benar, ramah, senyum, pemaaf, disiplin, dan
sebagainya.
Berbicara masalah akhlak berarti berbicara tentang konsep Al-husn (baik) dan Al-
qubh (buruk). Menurut Mu’tazilahal-husn adalah sesuatu yang menurut akal bernilai
baik dan al-qubh adalah sesuatu yang menurut akal bernilai buruk. Bagi Mu’tazilah
baik dan buruk itu ukurannya adalah akal manusia. Berbeda dengan Mu’tazilah, Ahlu
al-Sunnah berpendapat, bahwa yang dapat menentukan baik dan buruk bukan akal
tetapi wahyu. Oleh karenanya Ahlu al-Sunnah berpendapat, bahwa al-husn adalah
sesuatu yang menurut Al Qur’an dan al-Sunnah adalah baik dan al-qubh adalah
sesuatu yang menurut Al Qur’an dan al-Sunnah adalah buruk.
Secara substansial, etika, moral dan akhlak memang sama, yakni ajaran tentang
kebaikan dan keburukan, menyangkut perikehidupan manusia dalam hubungannya
dengan Tuhan, sesama manusia dan alam dalam arti luas. Yang membedakan satu
dengan yang lainnya adalah ukuran kebaikan dan keburukan itu sendiri. Etika adalah
ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk dan yang menjadi ukuran baik dan
buruknya adalah akal karena memang etika adalah bagian dari filsafat. Sedangkan
akhlak yang secara kebahasaan berarti budi pekerti, perangai atau disebut juga sikap
hidup adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk yang ukurannya adalah
wahyu Tuhan.
Secara terminologis akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara yang baik dan
yang buruk, terpuji atau tercela, menyangkut perkataan dan perbuatan manusia lahir
batin. Secara rinci kajian akhlak meliputi :
a) Pengertian baik dan buruk
b) Menerangkan apa yang harus dilakukan oleh seorang manusia terhadap manusia
lainnya
c) Menjelaskan tujuan yang seharusnya dicapai oleh manusia dengan perbuatan-

perbuatannya
d) Menerangkan jalan yang harus dilalui untuk berbuat.

Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya
untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa memalui pertimbangan pikiran terlebih
dahulu. Sejalan dengan apa yang diungkapkan Ibnu Miskawaih, Al-Ghazali
menyebutkan bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari
padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan
pikiran.
Dua definisi di atas menyatakan, bahwa akhlak secara substansial adalah sifat hati
(kondisi hati)- bias baik- bias buruk- yang tercermin dalam perilaku. Jika sifat hatinya
baik, maka yang muncul adalah akhlak yang baik (al akhlaq al- karimah) dan jika sifat
hatinya buruk, maka yang keluar dari perilakunya adalah akhlak yang buruk (al-
akhlaq al-mazmumah). Kemudian muncul pertanyaan, apa yang menyebabkan hati
manusia kotor dan jelek dan apa pula yang menyebabkan bias jelek dan rusak juga
bias baik dan suci adalah factor dirinya.
Di dalam diri manusia ada tiga nafsu :
Nafsu Syahwaniyyah, (nafsu ini ada pada manusia dan ada pada binatang),
Yaitu nafsu yang cenderung pada kelezatan misalnya makanan, minuman dan
syahwat jasmaniyah, bersenang-senang dengan lawan jenis. Kalau nafsu ini
tidak dikendalikan, maka manusia tak ada bedanya dengann hewan, sikap
hidupnya menjadi hedonism.
Nafsu Al-ghadhabiyah, nafsu ini juga ada pada manusia dan ada pada hewan,
yaitu nahsu yang cenderung kepada marah, merusak, ambisi, senang
menguasai dan mengalahkan yang lain. Nafsu ini lebih kuat ketimbang nafsu
syahwaniyyah dan lebih berbahaya bagi pemiliknya jika tak terkendalikan. Ia
cenderung pemarah, sangat hiqdu(dengki),
tergesa-gesa tidak tenang, cepat bertindak untuk menaklukkan

musuhnya tanpa pertimbangan matang dan rasional.


Al-Nafsu al-nathiqah, yaitu nafsu yang membedakan manusia dengan hewan.
Nafsu yang dengannya manusia mampu berzikir mengambil hikmah,
memahami fenomena alam dan dengannya manusia menjadi agung, besar cita-
citanya, kagum terhadap dirinya sehingga bersyukur kepada Tuhannya. Nafsu
ini menjadikan manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk, serta dengannya pula manusia dapat mengendalikan kedua nafsu Al-
syahwaniyyah dan Al- Ghadhabiyah. Al-Nathiqahini akan berkembang positif
bahkan dapat mengendalikan kedua nafsu yang lainnya, yaitu dengan
mempelajari ilmu akhlak, hikmah dan menahan diri dari keburukan
danfahisyah, mengatur kehidupan dan penghidupannya secara baik, menjaga
harga diri dan muru’ah.
Suci dan tidaknya hati manusia tergantung mana yang paling dominan dalam
hatinya, jika nafsu yang pertama dan yang kedua (syahwaniyyah dan ghadhabiyah)
yang mendominasi dirinya, maka yang muncul adalah akhlak yang buruk (al- akhlaq
al-mazmumah), tetapi jika nafsu yang ketiga yang muncul, yaitu al-nafs al-nathiqah
yang mendominasi hatinya, maka akhlak al- karimah lah yang akan muncul dari
dirinya. Adapun moral adalah ajaran baik dan buruk yang ukurannya adalah tradisi
yang berlaku di suatu masyarakat. Seseorang dianggap bermoral kalau sikap hidupnya
sesuai dengan tradisi yang berlaku di masyarakat tempat ia berada, dan sebaliknya
seseorang dianggap tidak bermoral jika sikap hidupnya tidak sesuai dengan tradisi
yang berlaku di masyarakat tersebut. Dan memang menurut ajaran Islam pada asalnya
manusia adalah makhluk yang bermoral dan etis. Dalam arti mempunyai potensi untuk
menjadi makhluk yang bermoral yang hidupnya penuh dengan nilai-nilai atau norma-
norma.
Betapa penting kedudukan akhlak dan Islam. Al Qur’an bukan memuat ayat-ayat
yang secara spesifik berbicara masalah akhlak, malah setiap ayat yang berbicara
hokum sekalipun, dapat dipastikan bahwa ujung ayat tersebut selaku dikaitkan dengan
akhlak atau ajaran moral. Ayat-ayat yang pangkalnya menjelaskan ketentuan hokum,
biasanya ujung ayat mengutarakan masalah akhlak. Sebagai contoh terdapat dalam
QS. 2 (Al- Baqarah) : 183.
Bertaqwa artinya menjauhi perbuatan-perbuatan buruk dan melakukan perbuatan-
perbuatan baik. Hadits-hadits Nabi juga mengaitkan puasa dengan perbuatan-
perbuatan baik (al-akhlaq al-Mahmudah) dan perbuatan buruk (al- akhlaq al-
Mazmumah). Dalam salah satu hadits dinyatakan :
“Orang yang tidak meninggalkan kata-kata bohong dan senantiasa berdusta tidak ada
faedahnya ia menahan diri dari makan dan minum. “ (HR. Tirmizi). Jadi puasa yang
tidak menjauhkan manusia dari ucapan dan perbuatan yang jelek, maka tidak ada
gunanya. Orang yang demikian tidak perlu menahan diri dari makan dan minum,
karena puasanya tak berguna. Hadits lain mennyatakan : “ Puasa bukanlah menahan
diri dari makan dan minum, tetapi puasa adalah menahan diri dari kata-kata sia-sia dan
kata-kata tak
sopan; Jika kamu dicaci atau tidak dihargai katakanlah: “Aku berpuasa”.

Dengan demikian, berpuasa bukanlah menahan diri dari makan dan minum, tetapi
menahan diri dari ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan yang tidak baik dan kotor.
Contoh lain mengenai haji sebagaimana disebutkan dalam QS. 2 (Al-Baqarah) : 197.
Ayat diatas begitu jelas menerangkan bahwa sewaktu mengerjakan haji, orang
tidak boleh mengeluarkan ucapan-ucapan yang tidak senonoh, tidak boleh berbuat hal-
hal yang tidak baik dan tidak boleh bertengkar. Demikian juga ayat tentang shalat,
zakat dan ayat-ayat muamalah lainnya, selalu dikaitkan dengan pesan-pesan perbaikan
akhlak dan moral.
BAB VIII. ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGOI DALAM ISLAM

Pengertian Kerukunan Antar Umat Beragama. Indonesia adalah salah satu negara
yang menerapkan masyarakatnya untuk hidup rukun. Sebab kerukunan merupakan
salah satu pilar penting dalam memelihara persatuan rakyat dan bangsa Indonesia.
Tanpa terwujudnya kerukunan diantara berbagai suku, Agama, Ras dan antar
Golongan bangsa Indonesia akan mudah terancam oleh perpecahan dengan segala
akibatnya yang tidak diinginkan.
Kerukunan dapat diartikan sebagai kondisi hidup dan kehidupan yang mencerminkan
suasana damai, tertib, tentram, sejahtera, hormat menghormati, harga menghargai,
tenggang rasa, gotong royong sesuai dengan ajaran agama dan kepribadian pancasila.
Agama secara umum merupakan suatu kepercayaan atau keyakinan yang dianut oleh
masyarakat menjadi norma dan nilai yang diyakini dan dipercaya. Agama diakui
sebagai seperangkat aturan yang mengatur keberadaan manusia di dunia.

A. Agama Islam Merupakan Rahmat Bagi Seluruh Alam

a. Makna Agama Islam

Kata islam berarti damai, selamat, sejahtera, penyerahan diri, taat dan patuh.
Pengertian tersebut menunjukkan bahwa agama islam adalah agama yang
mengandung ajaran yang menciptakan kedamaian, keselamatan dan kesejahteraan
kehidupan umat manusia pada khususnya, dan semua mahluk Allah pada
umumnya.rahmat adalah kasih sayang sesama pribadi,keluarga, masyarakat, dan
sesama makhluk.rambu-rambu kasih sayang itu telah diatur oleh Alqur’an dan sunnah
Nabi Muhammad saw.
b. Kerahmatan Islam Bagi Seluruh Alam
Kata Islam berarti damai, selamat, penyerahan diri, tunduk dan patuh. Pengertian
tersebut menunjukkan bahwa agama Islam adalah agama yang mengandung ajaran
untuk menciptakan kedamaian, kerukunan, keselamatan dan kesejahteraan bagi
kehidupan umat manusia pada khususnya dan semua makhluk Allah pada umumnya,
bukan untuk mendatangkan dan membuat membuat bencana atau kerusakan di muka
bumi. Inilah yang disebut fungsi Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam (rahmatal lil
alami)
Fungsi Islam sebagai rahmatal lil alamin tidak tergantung pada penerimaan atau
penilaian manusia. Substansi rahmat terletak pada fungsi ajarannya tersebut. Fungsi
itu baru akan terwujud dan dapat dirasakan oleh manusia sendiri maupun oleh
makhluk-makhluk yang lain, jika manusia sebagai pengembangan amanat Allah telah
menaati dan menjalankan aturan-aturan ajaran Islam dengan benar dan kaaffah.
Fungsi Islam sebagai rahmat dan bukan sebagai agama pembawa bencana,
dijelaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an Surat Al Anbiya : 170, : “ Dan tidaklah Kami
mengutus kamu Muhammad SAW, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta
alam”. Sedangkan bentuk-bentuk kerahmatan Allah pada ajaran Islam itu seperti
berikut ini.
a. Islam menunjukkan manusia jalan hidup yang benar.
b. Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk menggunakan

potensi yang diberikan oleh Allah secara tanggung jawab.


c. Islam menghormati dan menghargai manusia sebagai hamba Allah,

baik mereka muslim maupun yang beragama lain.


d. Islam mengatur pemnafaatan alam secara baik dan proposional.
e. Islam menghormati kondisi spesifik individu manusia dan
memberikan perlakuan yang spesifik pula.

B. Kebersamaan Umat Beragama Dalam Kehidupan Sosial.

a. Manusia sebagai makhluk sosial


Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah dapat hidup sendirian, ia
membutuhkan hubungan dengan orang lain. Dalam masyarakat pluralis seperti
diinsonesia hubungan antar kelompok masyarakat yang berbeda adat maupun agama
tidak bisa dihindarkan. Oleh sebab itu agama Islam yang pluralis sangat penting
sebagai landasan dalam kehidupan bermasyarakat.
Seperti sayyid sabiq menulis :

“ Toleransi dan lapang dada merupakan cirri khas masyarakat Islam. Masing - masing
individu tidak ada yang merasa tinggi diri, sombong, congkak, dan seterusnya.
Kesombongan, kecongkangan, egois, tinggi hati, merupakan sifat
– sifat yang cenderung pada perbuatan syaithan, sebab sifat – sifat itu mengakibatkan
tumbuhnya perpecahan dalam masyarakat dan permusuhan sesame manusia”.
b. Hubungan antar umat beragama

Dalam masyarakat hubungan natat pemeluk agama yang berbeda beda tidak bisa
dihindarkan dalam bidang sosial, ekonomi, politik, maupun budaya. Bagi umat islam
hubungan ini tidak menjadi halangan, Sepanjang dalam kaitan sosial kemanusiaan dan
muamalah. Bahkan dalam berhubungan dengan mereka umat Islam dituntut untuk
menampilkan perilaku yang baik, sehingga dapat menarik mereka untuk mengetahui
lebih banyak tentang ajaran agama Islam yang Rahmatan lil’alamin itu.
Didalam hubungan persaudaraan / ukhuwah umat antar beragama merupakan
salah satu ajaran yang mendapat perhatian penting dalam Islam. Ukhuwah pada
mulanya berarti “ persamaan dan keserasian dalam hak “.
Ukhuwah islamiyah istilah ini perlu di dudukan maknanya. Pembahsan ukhuwah
adalah tidak keracunan,sedangkan Islamiyah adalah kedudukan. Ukhuwah islamiyah
dapat dibagi menjadi 4 macam “
c. Ukhuwah ‘ubdiyyah atau saudara kesemakhlukan dan kesetundukan kepada Allah
BAB IX. KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

Pengertian Kerukunan Antar Umat Beragama. Indonesia adalah salah satu negara
yang menerapkan masyarakatnya untuk hidup rukun. Sebab kerukunan merupakan
salah satu pilar penting dalam memelihara persatuan rakyat dan bangsa Indonesia.
Tanpa terwujudnya kerukunan diantara berbagai suku, Agama, Ras dan antar
Golongan bangsa Indonesia akan mudah terancam oleh perpecahan dengan segala
akibatnya yang tidak diinginkan.
Kerukunan dapat diartikan sebagai kondisi hidup dan kehidupan yang
mencerminkan suasana damai, tertib, tentram, sejahtera, hormat menghormati, harga
menghargai, tenggang rasa, gotong royong sesuai dengan ajaran agama dan
kepribadian pancasila.

BAB X. KONFLIK, PEMECAHAN, DAN HARAPAN UMAT BERAGAMA

A. SUMBER-SUMBER KONFLIK DAN PEMECAHAN


Klaim kebenaran dan kesalihan mutlak sering dijadikan dasar pijakan legitimasi
untuk melakukan agresi keyakinan yang dianut terhadap pemeluk agama lain. Sikap
eksklusif dalam beragama sebagaimana pandangan Bishop menekankan bahwa hanya
ada satu agama yang benar dan pada akhirnya akan menguasai dunia. Dalam ajaran
Islam, hal tersebut dapat ditemukan dalam Surah Al-Imran ayat 9, dalam ayat ini
dikemukakan bahwa agama yang diterima Allah adalah Islam. Solusi yang ditawarkan
dalam mengatasi hal ini adalah mengupayakan kesadaran bagi setiap pemeluk agama
akan perlunya pemahaman universal dan integral terhadap ajaran agamanya dan
penyadaran bahwa hak untuk memberi petunjuk hanya Tuhan bukan
makhluk.
Kesenjangan sosial, disparitas regional, dan ketidakadilan ekonomi, merupakan
bagian permasalahan krusial yang mengakibatkan terjadinya kecemburuan bagi pihak-
pihak yang merasa tidak mendapatkan perlakuan adil sehingga terakumulasi menjadi
gejolak dan benturan-benturan. Pemecahan strategis terhadap persoalan ini adalah
pemerataan pembangunan, ekonomi, pendidikan bagi pihak-pihak kepentingan, dan
menumbuhkan sikap kebutuhan terhadap kerukunan.
B. POTENSI KONFLIK YANG HARUS DIWASPADAI
Potensi konflik dapat dikelompokkan menjadi non agama dan agama. Potensi
yang bersifat non-agama adalah politik, ekonomi, sumber daya alam, dll. Potensi yang
bersifat agama adalah penyiaran, rumah ibadat, perkawinan
beda agama, dll.
C. PROGRAM KERUKUNAN
Program kerukunan adalah sebuah ikhtiyar untuk memetakan dan merumuskan
upaya-upaya strategis, logic, aplicable, dan berkelanjutan agar harmonis antar
pemeluk agama di Tanah Air dapat terwujud. Untuk menggambarkan tentang
program kerukunan di Indonesia, dapat dilakukan melalui hukum, undang-undang,
lembaga kerukunan, pendidikan dan pengajaran, penegakan hukum yang kuat dan adil
kearifan lokal dan menghidupkan penataran P4 dan menghidupkan nasionalisme.

BAB XI. HAK ASASI MANUSIA (HAM) DAN DEMOKRASI

 Hak Asasi Manusia (HAM)


Hak Asasi Manusia adalah segala hak yang dimiliki manusia serta melekat pada
dirinya karena ia manusia. Formulasi yang paling terkenal tentang HAM versi Islam
adalah “Deklarasi Universal tentang HAM dalam Islam” (Al-Bayan al-A’lam ‘an
Huquq al-Insan fi al-islam). Hak asasi manusia dari sudut pandang islam bersifat
teosentris, artinya segala sesuatu berpusat
kepada Tuhan. Prinsip-prinsip hak asasi manusia dalam Islam adalah:
1. Hak Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan
Menurut Hasbi Ash-Shiddiqy, ajaran Islam tidak hanya menegakkan sendi
kemerdekaan belajar, lebih dari itu Islam mewajibakn semua orang
untuk menuntut pelajaran.
2. Hak dalam Hubungan dengan Kehidupan
Dijelaskan dalam Alquran, surat al-An’am, 6:151 yaitu “Dan janganlah kamu
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan
dengan sesuatu (sebab) yang benar.”
3. Hak Persamaan dan Keadilan di Depan Hukum
Ketentuan hukum harus diperlakukan secara mutlak tanpa diskriminasi, yaitu jika
segala persyaratan untuk itu telah terpenuhi. Asas ini dapat kita
petik dari Alquran surat aN-Nisa’, yang menyerukan agar keadilan
dilaksanakan secara tegas terhaadap setiap orang, baik keluarga sendiri
ataupun orang lain, baik orang kaya ataupun miskin.
4. Hak Kebebasan Memilih Agama
Dipertegas dalam Alquran surat al-Baqarah ayat 256, yang artinya “Tidak ada
paksaan untuk memasuki agama Islam sesungguhnya telah jelas jalan yang benar
daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thagut dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang
aman kuat yang tidak akan putus. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
5. Hak memperoleh Perlindungan
Manusia diperintahkan Allah SWT untuk berhubungan dalam suasana saling
bekerja sama dalam ranah sosial. Setiap manusia memiliki hak untuk memperoleh
kehidupan yang bahagia dan menyenangkan, sepanjang hal itu tidak merugikan dan
mengganggu kebahagian dan kesenangan hidup orang
lain.
6. Hak Untuk Bekerja
Dalam surat Taubah ditegaskan bahwa setiap pekerjaaan arus
dipertanggungjawabkan, yaitu harus yang benar dan bermanfaat. Oleh karena itu
bekerjalah sebaik mungkin dan penuh tanggung jawab. Mengetahui jenis pekerjaan,
setiap individu bebas menentukan. Namun yang paling penting
adalah pekerjaan yang bersih dan halal.
7. Demokrasi Ala Syura
Dalam bidang ekonomi timbul satu sistem yang dapat menjamin keadilan sosial,
yaitu sistem yang dijelaskan oleh Hadis: “Tidaklah terpandang sebagai seorang
Muslim orang yang merasa kenyang, waktu dia mengetahui bahwa tetangganya
lapar”.

BAB XII. BUDAYA DAN MASYARAKAT ISLAM

A. Budaya Dalam Islam


Alquran memandang kebudayaan itu merupakan suatu proses, dan meletakkannya
sebagai eksistensi hidup manusia. Kebudayaan merupakan
suatu totalitas kegiatan manusia yang meliputi kegiatan akal, hati, dan tubuh yang
menyatu dalam suatu perbuatan. Dalam pandangan Islam kebudayaan merupakan
produk akal manusia atas penerjemahaannya terhadap sumber ajaran Islam, Alquran
dan Sunnah. Ajaran Islam diturunkan sesuai dengan kebutuhan manusia, yaitu sebagai
pembimbing dalam mengembangkan kehidupan dan kebudayaannya. Keniscayaan
etos kerja sebagai orang Muslim
dapat dilihat dari:
 Iman yang merupakan dasar utama yang mendorong seorang Muslim

bekerja
 Ikhlas yang tidak mengharapkan apapun selain dari Allah
 Ihsan yang diajarkan Jibril kepada Rasulullah SAW adalah bekerja atau
beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya dan apabila kamu tidak
mellihat-Nya yakinlah bahwa sesungguhnya Allah melihat
apa yang engkau lakukan
 Ilmu sebagaimana sabda Nabi SAW “Tuntutlah ilmu itu mulai dari

buaian sampai ke liang lahat”


 Islam yaitu menyerahkan seluruhnya kepada Allah setelah kita berupaya
semaksimal mungkin untuk menetapkan takdir-Nya.

B. Masyarakat beradab dan sejahtera


Masyarakat madani sebagai masyarakat yang ideal itu memiliki

karakteristik sebagai berikut:


 Bertuhan
 Damai
 Tolong menolong
 Toleran
 Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial
 Berperadaban tinggi
 Berakhlak mulia

BAB XIII. POLITIK DALAM ISLAM


 Kontribusi Agama Dalam Kehidupan Berpolitik
Kedudukan Politik Dalam Islam
Sejarah membuktikan bahwa Nabi saw kecuali sebagai Rasul, juga sebagai kepala
Negara. Nabi saw menguasai suatu wilayah yaitu Yastrib yang
kemudian menjadi Madinah al-Munawwarah. Sepeninggal Nabi saw, kedudukan
beliau sebagai kepala Negara digantikan Abu Bakar yang merupakan hasil
kesepakatan tokoh-tokoh selanjutnya disebut khalifah. Sistem pemerintahannya
disebut khilafah. Sistem khilafah ini berlangsung hingga dibawah kekuasaan khalifah
terakhir, Ali karramallahu wajhahu. Pasca pemerintahan Ali, system pemerintahan
mengambil bentuk kerajaan. Sampai pada akhirnya setelah munculnya penjajahan,
system pemerintahan bagi Negara-negara yang baru melepaskan diri dari kolonialisme
itu berbeda- beda. Ada bentuk kerajaan, keemiran, kesultanan, dan ada yang muncul
dengan bentuk presidentil cabinet atau parlementer cabinet.
Peranan Agama Dalam Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa Moral
yang ditumbuhkan oleh agama mempunyai daya kekuatan
rohaniah yang tidak pernah absen dalam menuntun dan mengendalikan
penyandangnya agar ia selalu berada dalam garis batas norma-norma susila,
menumbuhkan sifat mahmudah serta berpikir objektif yang dimanifestasikan dengan :
 Percaya kepada diri sendiri
 Menyadari posisi serta tugas yang dipercayakan
 Mengeliminir sikap egoistis dan individualistis
 Memandang jauh ke depan atau berantisipasi
 Memperhitungkan latar belakang setiap tindakan
 Menghargai dan memperhitungkan waktu

BAB XIV. TERORISME DAN NARKOBA

A. Terorisme
1. Pengertian
Teroris merupakan sesuatu yang negative. Hal ini disebut sebagai kejahatan yang
bermotif kebencian atau setidak-tidaknya disulut oleh kejahatan bermotif kebencian.
Ia telah menjadi fenomena yang saat ini sering muncul dalam kehidupan manusia,
terutama dalam pergaulan antar
kelompok kepentingan.
2. Terorisme Kasus Pemeluk Agama: Ajaran dan Kenyataan
Sikap eksklusif dalam beragama sebagaimana pandangan Bishop menekankan
bahwa hanya ada satu agama yang benar dan pada akhirnya akan mengasai dunia.
Inilah yang menjadi pegangan pemeluk-pemeluk agama. Namun semua itu berujung
pada ajaran agama yang akhirnya dimanipulasi untuk memicu peristiwa terorisme.
Tentunya semua itu tidak
dibenarkan oleh mainstream pemeluk agama islam itu sendiri.
3. Gerakan Teroris di Dunia
Kejadian terorisme merupakan isu global yang mempengaruhi kebijakan politik
seluruh Negara-negara di dunia, sehingga menjadi titik tolak persepsi untuk
memerangi terorisme sebagai musuh internasional. Pembunuhan massal tersebut telah
mempersatukan dunia melawan terorisme Internasional. Terlebih lagi dengan diikuti
terjadinya Tragedi Bali, 12 Oktober 2002 menewaskan 184 orang dan 300 luka-luka,
Perang terhadap terorisme yang dipimpin oleh Amerika yang mendapat sambutan dari
sekutunya di Eropa, Pemerintahan Tony Blair yang pertama mengeluarkan Anti
Terorism, Crime
and Security Act, Desember 2001, dll.
Terorisme jelas menjadi momok bagi peradaban modern. Sifat, tindakan,
pelaku, tujuan strategis, motivasi, hasil yang diharapkan serta dicapai, target- target
serta metode terorisme kini semakin luas dan bervariasi.
B. Narkoba
Ulama sepakat tentang keharaman mengkonsumsi dan membuat narkoba
ketika tidak dalam keadaan darurat. Para ulama menetapkan keharamannya berdasarkan
sejumlah firman Allah, Diantaranya yaitu:
 Surat al-A’raf ayat 157 :
“Dan Allah mengahalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan

bagi mereka segala yang buruk.”


 Surat al-Baqarah ayat 195 :
“Dan belanjakanlah(harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
 Surat an-Nisa ayat 29 :
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha

Penyayang kepadamu.”
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa menggunakan narkoba
merupakan tindakan tercela yang diharamkan oleh syariat.

2. IDENTITAS BUKU II

Judul Buku : Rukun iman isam dan ihsan


Ketebalan : 124 halaman
Pengarang : Agus Setiyanto
Penerbit : Pustaka Learning Center
Kota Terbit : Malang
Tahun Terbit : 2021
ISBN : 9786236591697

RINGKASAN BUKU 1

Pengertian Islam, iman dan ihsan

1. Definisi Islam

Kata Islam berasal dari Bahasa Arab adalah bentuk masdar dari kata Yang. - ‫اسلم – يسلم‬

‫الما‬UU‫ اس‬kerja secara etimologi mengandung makna “Sejahtera, tidak cacat, selamat”.

Seterusnya kata salm dan silm, mengandung arti : Kedamaian, kepatuhan, dan
penyerahan diri.5 Dari kata-kata ini, dibentuk kata salam sebagai istilah dengan

pengertian: Sejahtera, tidak tercela, selamat, damai, patuhdan berserah diri.Dari uraian

kata-kata itu pengertian Islam dapat dirumuskan taat atau patuh dan berserah diri kepada

Allah. 6 Pengertian Islam menurut istilah yaitu, sikap penyerahan diri (kepasrahan,

ketundukan, kepatuhan) seorang hamba kepada Tuhannya dengan senantiasa

melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya, demi mencapai kedamaian dan

keselamatan hidup, di dunia maupun di akhirat.Islam sebagai agama, maka tidak dapat

terlepas dari adanya unsur-unsur pembentuknya yaitu berupa rukun Islam, yaitu:

1) Membaca dua kalimat Syahadat

2) Mendirikan shalat lima waktu

3) Menunaikan zakat

4) Puasa Ramadhan

5) Haji ke Baitullah jika mampu

2. Definisi Iman

Kata Iman berasal dari Bahasa Arab yaitu bentuk masdar dari kata kerja yang“

‫ ايمانا‬- ‫ يؤمن‬-‫ ” امن‬,(il’fi( mengandung beberapa arti yaitu percaya, tunduk, tentram

dan tenang. 7 Imam Al-Ghazali memaknakannya dengan kata tashdiq ( ‫ديق‬UU‫التص‬

(yang berarti “pembenaran”.Pengertian Iman adalah membenarkan dengan hati,

diikrarkan dengan lisan dan dilakukan dengan perbuatan. Iman secara bahasa

berasal dari kata Asman-Yu’minu-limaanan artinya meyakini atau mempercayai.

Pembahasan pokok aqidah Islam berkisar pada aqidah yang terumuskan dalam

rukun Iman, yaitu:


1) Iman kepada Allah

2) ImankepadaMalaikat-Nya

3) Imankepadakitab-kitab-Nya

4) Iman kepada Rasul-rasul-Nya

5) Iman kepada hari akhir

6) ImankepadaTakdir Allah

3. Definisi Ihsan

Kata ihsan berasal dari Bahasa Arab dari kata kerja (fi`il) yaitu : ‫ل الحسن‬UU‫فع‬

:artinya‫ا ن‬UU‫ن – احس‬UU‫ن – يحس‬UU‫( احس‬Perbuatan baik). Para ulama menggolongkan Ihsan

menjadi 4 bagian yaitu:

1) Ihsan kepada Allah

2) Ihsan kepada diri sendiri

3) Ihsan kepada sesama manusia

4) Ihsan bagi sesama makhluk

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Ihsan memiliki satu rukun

yaitu engkau beribadah kepada Allah swt seakan-akan engkau melihat-Nya, jika

engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu. Hal ini berdasarkan

hadits yang diriwayatkan dari Umar bin alKhaththab Radhiyallahu ‘anhu dalam

kisah jawaban Nabi saw kepada Jibri ketika ia bertanya tentang ihsan, maka Nabi

َ ‫ َرا‬Uَ‫إِن َهُ ي‬Uَ‫ َراهُ ف‬Uَ‫إ ِ ْن لَ ْم تَ ُك ْن ت‬Uَ‫ َراهُ ف‬Uَ‫أَ ْن تَ ْعبُ َد هللاَ َكأَن َكَ ت‬
shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: ‫ك‬

“Engkau beribadah kepada Allah seolaholah engkau melihat-Nya, maka bila engkau

tidak melihat-Nya, sesungguhnya Allah melihatmu.”


4. Korelasi Islam, iman dan ihsan Secara teori iman, Islam, dan ihsan dapat dibedakan

namun dari segi prakteknya tidak dapat dipisahkan. Satu dan lainnya saling mengisi,

iman menyangkut aspek keyakinan dalam hati yaitu kepercayaan atau keyakinan,

sedangkan Islam artinya keselamatan, kesentosaan, patuh, dan tunduk dan ihsan artinya

selalu berbuat baik karena merasa diperhatikan oleh Allah. Beribadah agar mendapatkan

perhatian dari sang Khaliq.

1) Membaca dua kalimat Syahadat

2) Mendirikan shalat lima waktu

3) 3) Menunaikan zakat

4) 4) Puasa Ramadhan

5) 5) Haji ke Baitullah jika mampu

Islam, iman dan ihsan dalam Kitab Matan Arba‘in an-Nawawi Islam yang berasal

dari bahasa arab aslama, berarti menerima, menyerah, atau tunduk. Maka kata muslim

(sebutan bagi pemeluk agama Islam) juga berhubungan dengan kata islam yang berarti

orang yang berserahdirikepada Allah. Islam memiliki rukun-rukun atau pilar-pilar yang

harus ditunaikan oleh seorang muslim. Sebagaimana Rasulullah saw juga telah

merincikan 5 rukun yang menjadi pondasi Islam.Hal ini didukung oleh hadis yang ke-3

dalam kitab matan Arba’in an-Nawawi yang ARTINYA : “Dari Abu ‘Abdurrahman

‘Abdullah bin ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhuma, ia mengatakan: aku

mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Islam dibangun di atas

lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Allah dan

bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah; menunaikan shalat;
menunaikan zakat; menunaikan haji ke Baitullah; dan berpuasa Ramadhan.” (HR.

Bukhari dan Muslim

a. Iman kepada Allah;Imam Nawawi menjelaskan bahwa beriman kepada Allah

‘azza wa jalla mencakup 4 hal, yakni: 1) Berimandenganwujud Allah ta’ala 2)

Beriman kepada rububiyyah Allah swt 3) Beriman kepada uluhiyyah Allah swt,

dengan maksud membenarkan dan meyakini bahwa hanya Allah, Tuhan yang

berhak disembah, dan semua sesembahan selain-Nya adalah bathil. Sebagaimana

Rasulullah saw telah sebutkan di dalam hadis ke28 bahwa: “Dari Mu’az bin Jabal

radhiallahuanhu dia berkata : Saya berkata : Ya Rasulullah, beritahukan saya

tentang perbuatan yang dapat memasukkan saya ke dalam surga dan menjauhkan

saya dari neraka, beliau bersabda: Engkau telah bertanya tentang sesuatu yang

besar, dan perkara tersebut mudah bagi mereka yang dimudahkan Allah ta’ala, :

Beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya sedikitpun,.....” (Riwayat

Turmuzi dan dia berkata: Haditsnya hasan shahih) 4) Beriman kepada nama-nama

dan sifat-sifat-Nya

b. Iman kepada para malaikat-Nya; Sebagaimana salah satu hadis pada kitab matan

arba‘in yang berkaitan dengan iman kepada Malaikat adalah hadis kedua yang

mengkisahkan kedatangan Jibril kepada Nabi Muhammad saw dengan menjel-ma

sebagai seorang laki-laki yang tidak dikenal, bertujuan untuk memberikan

pengajaran kepada para sahabat.

c. Iman kepada kitab-kitabNya;

d. Iman kepada Rasul-rasulNya; Sebagaimana yang telah disebutkan pada hadis ke-

7, bahwa agama Islam merupakan nasehat untuk beberapa hal, dianataranya


adalah nasehat untuk Rasul Allah. Hal ini diwujudkan dengan melaksana-kan

syari’at Islam hanya dengan mengikuti petunjuk Nabi saw dan senantiasa

berpegang teguh pada sunnahnya.

e. Iman kepada Hari Akhir

f. Iman kepada takdirnya, yang baik ataupun yang buruk

Dalam ranah edukasi (pendidikan), ihsan sangat erat kaitannya, bahkan sama artinya,

dengan kata “afektif”. Sama halnya dengan ihsân, afektif-pun akan berbicara tentang kebaikan

yang bersumber dari hati. Oleh karenanya pendidikan karakter berbasis Ihsân sama halnya

dengan pendidikan hati. Sebagaimna kita ketahui bahwa hati adalah pusat untuk bertindak. Jika

hati kita baik maka sikap kita secara otomatis akan menjadi baik. Begitu pula sebaliknya.

Maka dapat disimpulkan, bahwa ihsan adalah puncak prestasi dalam ibadah, muamalah,

dan akhlak. Oleh karena itu, semua orang yang menyadari akan hal ini tentu akan berusaha

dengan seluruh potensi diri yang dimilikinya agar sampai pada tingkat tersebut. Siapapun kita,

apapun profesi kita, di mata Allah tidak ada yang lebih mulia dari yang lain, kecuali mereka yang

telah naik ketingkat ihsan dalam seluruh sisi dan nilai hidupnya.

Islam, Iman dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan

lainnya. Islam adaalah satu-satunya agama yang diakui Allah di sisi-Nya, sedangkan Iman adalah

keyakinan yang menjadi dasar akidah Islam. Keyakinan tersebut kemudian diwujudkan melalui

pelaksanaan kelima rukun Islam. Sedangkan pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara

Ihsan, sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah dan barometer tingkat keimanan dan

ketaqwaan seorang hamba. Maka Islam tidak sah tanpa Iman, dan iman pun tidak sempurna
tanpa ihsan. Sebaliknya, ihsan adalah mustahil tanpa iman, dan iman pun tidak akan terwujud

tanpa adanya Islam.

3. IDENTITAS BUKU III

Judul Buku : Mengenal Hakikat Iman, Islam dan Ihsan bersama M Quraish Shihab
Ketebalan : 154 halaman
Pengarang : M. Quraish shihab
Penerbit : Lentera hati
Kota Terbit : Tanggerang
Tahun Terbit : 2014
ISBN : 978-602-7720-24-4

Hakikat Iman

Iman adalah keyakinan yang menghujam dalam hati, kokoh penuh keyakinan tanpa
dicampuri keraguan sedikitpun. Sedangkan keimanan dalam Islam itu sendiri adalah percaya
kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rosul-rosulNya, hari akhir dan beriman
kepada takdir baik dan buruk. Iman mencakup perbuatan, ucapan hati dan lisan, amal hati dan
amal lisan serta amal anggota tubuh. Iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena
kemaksiatan.
Kedudukan Iman lebih tinggi dari pada Islam. Iman lebih umum dari Islam karena
seorang hamba tidaklah mencapai keimanan kecuali jika ia telah mampu mewujudkan
keislamannya. Iman juga lebih khusus dipandang dari segi pelakunya, karena pelaku keimanan
adalah kelompok dari pelaku keislaman dan tidak semua pelaku keislaman menjadi pelaku
keimanan. Jelasnya setiap mukmin adalah muslim dan tidak setiap muslim adalah mukmin.
Keimanan tidak terpisah dari amal, karena amal merupakan buah keimanan dan salah satu
indikasi yang terlihat oleh manusia. Karena itu Allah menyebut Iman dan amal soleh secara
beriringan dalam Qur’an surat Al Anfal ayat 2-4 yang artinya : “Sesungguhnya orang-orang
yang beriman itu adalah mereka yang jika disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan
apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan
kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang
menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang
beriman dengan sebenar-benarnya.” (Al-Anfal: 2-4)

Keimanan memiliki satu ciri yang sangat khas, yaitu dinamis. Mayoritas ulama
memandang keimanan beriringan dengan amal soleh, sehingga mereka menganggap keimanan
akan bertambah dengan bertambahnya amal soleh. Ada pendapat lain bahwa Iman adakalanya
bertambah dan berkurang, maka perlu diketahui kriteria bertambahnya Iman hingga sempurna
Imannya, yaitu:

1) Diyakini dalam hati


2) Diucapkan dengan lisan          
3) Diamalkan dengan anggota tubuh.
 
Demikianlah kriteria amalan hati dari pribadi yang beriman. Jika telah tertanam dalam hati
seorang mukmin enam keimanan itu maka akan secara otomatis tercermin dalam perilakunya
sehari-hari yang sinergi dengan kriteria keimanan. Jika Iman adalah suatu keadaan yang bersifat
dinamis, maka sesekali didapati kelemahan Iman, maka yang harus kita lakukan adalah
memperkuat segala upaya dari hal-hal yang dapat memperkuat Iman kembali. Hal-hal yang dapat
dilakukan bisa kita mulai dengan memperkuat aqidah, serta ibadah kita karena Iman bertambah
karena taat dan berkurang karena maksiat.
Ketika Iman telah mencapai taraf yang diinginkan maka akan dirasakan oleh pemiliknya
adalah manisnya Iman, sebagaimana hadits Nabi saw yang artinya : “Tiga perkara yang apabila
terdapat dalam diri seseorang, maka ia akan merasakan manisnya Iman: Menjadikan Allah dan
RosulNya lebih dicintainya melebihi dari selain keduanya, mencintai seseorang yang tidak
dicintainya melainkan karena Allah, membenci dirinya kembali kepada kekufuran sebagaimana
bencinya ia kembali dilemparkan ke dalam api neraka.” (HR.Bukhari Muslim).

Hakikat Islam

Islam bersal dari kata, as-salamu, as-salmu, dan as-silmu yang berarti: menyerahkan diri,


pasrah, tunduk, patuh, damai dan aman. Berasal dari kata as-salmu, as-salamu, dan as-salamatu
yang berarti bersih dan selamat dari kecacatan-kecacatan lahir dan batin. Pengertian Islam
menurut istilah adalah sikap penyerahan diri (kepasrahan, ketundukan, kepatuhan) seorang
hamba kepada Tuhannya dengan senantiasa melaksanakan perintahNya dan menjauhi
laranganNya demi mencapai kedamaian dan keselamatan hidup di dunia dan akhirat.

Barangsiapa yang menyerahkan diri sepenuhnya hanya kepada Allah, maka ia seorang
muslim, dan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah dan selain Allah maka ia seorang
musyrik, sedangkan seorang yang tidak menyerahkan diri kepada Allah maka ia seorang kafir
yang sombong.

Hakikat Ihsan

Ihsan berarti berbuat baik. Orang yang berbuat Ihsan disebut muhsin berarti orang yang
berbuat baik. Setiap perbuatan baik yang nampak pada sikap jiwa dan prilaku yang sesuai atau
dilandaskan pada aqidah dan syariat Islam disebut Ihsan. Dengan demikian akhlak dan Ihsan
adalah dua pranata yang berada pada suatu sistem yang lebih besar yang disebut akhlaqul
karimah.

Dalam satu hadits mengenai Ihsan seperti yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab,
ketika nabi ditanya mengenai Ihsan oleh malaikat Jibril dan nabi menjawab:

ْ َ‫د هّللا َ َكأَنَّكَ تَ َراهُ ف‬Uَ ُ‫…أَ ْن تَ ْعب‬


… َ‫إن لَ ْم تَ ُك ْن تَ َراهُ فَإنَّهُ يَ َراك‬

“…Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihatNya. Tapi jika
engkau tidak melihatNya, maka sesungguhnya Allah melihatmu…..

Hadits tersebut menunjukkan bahwa melakukan Ihsan adalah memposisikan diri saat
beribadah kepada Allah seakan-akan kita bisa melihatNya, atau jika belum bisa memposisikan
seperti itu maka posisikanlah bahwa kita selalu dilihat olehNya sehingga akan muncul kesadaran
dalam diri untuk tidak melakukan tindakan selain berbuat Ihsan atau berbuat baik.

Korelasi Iman, Islam, dan Ihsan

Hubungan timbal balik  antara ketiganya. Iman yang merupakan landasan awal,  bila
diumpamakan sebagai pondasi dalam keberadaan suatu rumah, sedangkan islam merupakan
bangunan rumah yang berdiri diatasnya. Maka, apabila iman seseorang lemah, maka islamnya
pun akan condong bahkan runtuh. Dalam realitanya mungkin pelaksanaan sholat akan tersendat-
sendat, sehingga tidak dilakukan pada waktunya, atau malah mungkin tidak melaksanakannya.
Zakat tidak dikeluarkan, puasa tidak ditunaikan dan lain sebagainya. Sebaliknya, iman akan
kokoh bila islam seseorang ditegakkan. Jadi, bila seseorang tekun beribadah, rajin taqorrub,
maka akan semakin tebal imannya, sebaliknya bila seseorang berlarut-larut dalam kemaksiatan,
kebal akan dosa, maka akan berdampak juga pada tipisnya iman.

Dalam hal ini, sayyidina Ali pernah berkata :


‫اق‬UU‫ه وإن النف‬UU‫بيض القلب كل‬UU‫تى ي‬UU‫قال علي كرم هللا وجهه إن اإليمان ليبدو لمعة بيضاء فإذا عمل العبد الصالحات نمت فزادت ح‬
‫ليبدو نكتة سوداء فإذا انتهك الحرمات نمت وزادت حتى يسود القلب كله‬

Artinya  : Sahabat Ali kw. Berkata : sesungguhnya iman itu terlihat seperti sinar yang  putih,
apabila seorang hamba melakukan kebaikan, maka sinar tersebut  akan tumbuh dan bertambah
sehingga hati (berwarna) putih. Sedangkan kemunafikan terlihat seperti titik hitam, maka bila
seorang melakukan perkara yang diharamkan, maka titik hitam itu akan tumbuh dan bertambah
hingga hitamlah (warna) hati. 

Adapun ihsan bisa diumpamakan sebagai hiasan rumah, bagaimana rumah tersebut bisa
terlihat mewah dan indah maka rumah tersebut banyak menarik perhatian dari berbagai pihak.
Sama halnya dalam ibadah, bagaimana ibadah ini bisa mendapatkan perhatian dari sang Khaliq,
sehingga dapat diterima olehnya. Tidak hanya asal menjalankan perintah dan menjauhi
larangannya saja, melainkan berusaha bagaimana amal perbuatan itu bisa bernilai plus
dihadapan-Nya. Sebagaimana disebutkan diatas kedudukan kita hanyalah sebagai hamba, budak
dari tuhan, sebisa mungkin kita bekerja, menjalankan perintah-Nya untuk mendapatkan perhatian
dan ridlaNya.

4. IDENTITAS BUKU IV

Judul : Hukum HAM dan Hukum Islam


Pengarang : Mashood A. Baderin
Penerbit : Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
Tahun terbit : 2016
ISBN : 978-979-26-1433-6

 Hak Asasi Manusia dan Hukum Islam


Secara tradisional, ada sejumlah kesulitan yang menghadang diskursus hak asasi manusia
dari perspektif hukum Islam. Itulah kendala-kendala tradisional yang harus dibongkar agar
memudahkan pendekatan dialogis yang diadopsi dalam buku ini. Pada satu sisi, dominasi
pengaruh perspektif “Barat” terhadap hak asasi manusia menciptakan kecenderungan untuk
selalu berpijak pada nilai-nilai “Barat” dalam setiap d iskursus hak asasi manusia. Kendatipun
memang perumusan standar-standar hak asasi manusia internasional tercetus di Barat, tapi tidak
bisa dikatakan bahwa keseluruhan konsep hak-hak asasi manusia itu berasal dari Barat, m
engingat konsep hak asasi manusia dapat d igali dari b erbagai peradaban manusia yang berbeda.

Yang berkaitan dengan hal ini ialah citra negatif Islam di Barat. Acapkali, hukumanh
ukuman pidana yang ada dalam Islam serta situasi politik sekaligus situasi hak asasi m anusia di
banyak bagian dunia Muslim sekarang ini disebut-sebut oleh para analis Barat, antara lain,
sebagai bukti kurangnya ketentuan yang menjunjung hak asasi manusia dalam hukum islam.

Halliday telah mengidentiikasi setidak-tidaknya empat jenis tanggapan Islam terhadap


perdebatan hak asasi manusia internasional. Pertama, Islam selaras d engan hak asasi manusia.
internasional. Kedua, hak asasi manusia sejati hanya bisa sepenuhnya d iwujudkan di bawah
hukum Islam. Ketiga, tujuan hak asasi manusia internasional adalah agenda i mperialis yang
mesti ditentang. Dan, keempat, Islam tidak selaras dengan hak asasi manusia internasional. Ada
tanggapan menarik kelima yang dilewatkan oleh Halliday, yaitu bahwa tujuan hak-hak asasi
manusia internasional memiliki agenda anti-agama yang tersembunyi. Pandangan bahwa Islam
selaras dengan hak asasi manusia adalah yang paling bisa d ipertahankan di dalam prinsip-
prinsip hukum Islam. Ini tidak semata-mata terbukti d engan pembacaan samar atau apologetis
atas gagasan hak asasi m anusia Barat dalam p rinsipp rinsip Islam. Sumber-sumber dan metode-
metode hukum Islam mengandung prinsipprinsip umum pemerintahan yang baik dan k
esejahteraan manusia yang mengabsahkan cita-cita modern tentang hak asasi manusia
internasional. Penghargaan atas keadilan, perlindungan kehidupan dan martabat manusia, adalah
prinsip-prinsip pokok yang inheren dalam Syariat dan perbedaan pendapat sekitarnya tidak bisa
membuangnya begitu saja. Itulah p rinsip-prinsip pokok yang menjadi matalamat menyeluruh
Syariat yang dirujuk oleh Al-Qur’an.

BAB IV
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ISI BUKU
1. BUKU I
Kelebihan

Buku “ ISLAM KAFFAH “Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi

Kelebihan

1) Terkadang ada kata-kata yang istilah yang sulit dimengerti

2) Pengulangan informasi sering kali terjadi pada pembahasannya

3) Setiap bab penulis membuat semacam suatu kesimpilan yang dapat

dimengerti

4) Pada akhir setiap bab buku ini disertakan kertas kosong yang diberi

judul catatan dan evaluasi

5) Disertakan daftar bacaan pada bagian akhir buku guna sebagai

referensi

Kekurangan

1) Ringkasan buku lebih banyak membahas tentang materi-materi

2) Pengertian dari setiap kata banyak yang dibuat berulang-ulang dan

pengertiannya itu banyak menggunakan kata-kata pemborosan

3) Menggunakan kata-kata yang sederhana untuk dimengerti dikalangan

pelajar maupun mahasiswa

4) Disetiap akhir sub-bagian penulis tiddak membuat latihan-latihan

untuk dipraktikkan dalam kehidupan untuk menjadi pemimpin

5) Disetiap bagian penulis membuat intisari dari tulisan tersebut


2. BUKU II
Kelebihan

 memiliki materi yang lengkap mulai dari iman, Islam dan juga Ihsan dimana
pengerngertian, bagian bagiannya dan juga koperasinya dipaparkan dengan ringkas dan
jelas.

Kekurangan

 terlalu banyak menggunakan bahasa yang sudah dimengerti dan banyak sekali ayat ayat
Al-Qur’an yang tidak memiliki arti sehingga menyulitkan pembaca memahami isi dari
ayat tersebut
3. BUKU III
Kelebihan:

 memiliki pembahasan yang bagus dimana penulis memaparkan hakikat hakikat dari iman
Islam dan Ihsan dengan sangat bagus dan mudah dimengerti

kekurangan:

 terlalu sedikit menampilkan ayat ayat yang berhubungan dengan iman Islam dan Islam
didalamnya.
4. BUKU IV
Kelebihan

 Materi yang disampaikan dalam buku ini lengkap tidak hanya membahas HAM dalam
pandangan islam tapi juga mengaitkannya dengan hokum internasional.
Kekurangan;

 Pembahasannya terlalu banyak dan bertele-tele sehingga pembaca kesulitan menentukan


garis-garis besar dari pembahasan.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Islam kaffah maknanya adalah : Islam secara menyeluruh, yang Allah

‘Azza wa Jalla perintahkan dalam Al-Qur`an surat Al-Baqarah ayat 208.

Perintah kepada kaum mu`minin seluruhnya.

Kepribadian muslim yang kaffah terbagi dua macam, yaitu :

 Kepribadian kemanusiaan (basyariyah). Kepribadian kemanusiaan

dibagi dua bagian, yakni:

a) Kepribadian individu

b) Kepribadian ummah

 Kepribadian Samawi Yaitu corak kepribadian yang dibentuk melalui

petunjuk wahyu dalam kitab suci al-Qur’an

Ada beberapa ciri-ciri orang yang masuk kedalam islam secara

menyeluruh dan sempurna:

1. Mengerjakan atau meninggalkan sesuatu karena Allah Swt.

2. Tidak mengharap imbalan dan sanjungan dari manusia.

3. Sangat mengharap balasan dari Allah Swt.

4. Sangat takut akan dosa dan azab Allah Swt.

5. Sangat harap pada buah kebaikan.

B. SARAN

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas diharapkan mahasiswa bisa menerapkan


islam secara kaffah atau menyeluruh dalam kehidupannya. Agar dapat menjadi

insan yang diridhai oleh Allah SWT

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai