Dosen Pengampu:
Nurmayani, M.Ag
Disusun Oleh:
Ayu Andina NIM: 51933342033
Khofifah NIM:
M. Akil NIM:
FAKULTAS TEKNIK
T.A 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita ucapkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat membuat dan menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tak lupa
pula Shalawat dan Salam senantiasa kami ucapkan kepada junjungan Nabi besar Nabi
Muhammad SAW.
Tugas ini kami susun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah “ Pendidikan Agama Islam”.
Kami tentu menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kriktik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, nantinya menjadi makalah yang lebih baik, kemudian apabila
terdapat kesalahan penulis mohon maaf sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya Dosen yang
membimbing mata kuliah Pendidikan Agama Islam oleh ibu Dr. Nurmayani, M.Ag, yang telah
membimbing dalam menulis makalah ini.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
Contents
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................4
A. Rasionalisasi pentingnya CBR............................................................................................4
B. Tujuan Penulisan CBR........................................................................................................4
C. Manfaat CBR.......................................................................................................................4
RINGKASAN ISI BUKU..............................................................................................................5
1. IDENTITAS BUKU I........................................................................................................5
2. IDENTITAS BUKU II...............................................................................................................29
3. IDENTITAS BUKU III..............................................................................................................35
4. IDENTITAS BUKU IV..............................................................................................................39
BAB IV....................................................................................................................................................41
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ISI BUKU...................................................................................41
1. BUKU I.......................................................................................................................................41
2. BUKU II......................................................................................................................................41
3. BUKU III....................................................................................................................................42
4. BUKU IV.....................................................................................................................................42
BAB V PENUTUP...................................................................................................................................43
A. KESIMPULAN...........................................................................................................................43
B. SARAN........................................................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................44
BAB I
PENDAHULUAN
meringkas dan mengevaluasi tulisan. Tugas CBR berupa buku, bab atau
artikel. Dalam menulis CBR kita harus membaca secara seksama dan juga
membaca tulisan dari buku lain yang serupa agar kita bisa memberikan
tujuan dari tulisan dan evaluasi yang lebih komprehensif, obyektif dan faktual
dalam hal mengkritik buku dan membandingkannya dengan buku lain serta
C. Manfaat CBR
komprehensif tentang apa yang tampak dan terungkap dalah sebuah buku
buku.
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
1. IDENTITAS BUKU I
Judul : Islam Kaffah (Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi) Edisi
Pengarang : Tim MPK Pendidikan Agama Islam UNIMED Medan
ISBN : 978-602-6462-34-3
terhadap rasul
4. Iman kepada rasul-rasul dan nabi-nabi yang diutus allah untuk
tunduk dan patuh, maka jadilah seorang Muslim orang yang selamat.
Seorang muslim di tuntut menjalan syariat islam dengan ikhlas dan sesuai dengan
petunjuk Allah dan Rasul-nya. Dalam korelasi ini, Ibn al-Qayyim menjelaskan bahwa
ada dua syarat diterimanya amal ibadah seseorang, yaitu dilakukan dengan ikhlas dan
sesuai dengan petunjuk syariat. Jika amal ibadah dikerjakan dengan ikhlas tetapi tidak
sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya, maka ibadah tersebut tertolak. Telah
menajdi keyakinan kaum muslim bahwa islam adalah agama yang benar yang di
ridhai oleh allah. Oleh sebab itu, agama manapun selain islan tidak terima di sisi allah.
Hal ini sesuai
dengan firman Allah pada surah Ali Imran ayat 19 :
Artinya : “ sesungguhnya agama (yang di ridhai) di sisi Allah hanyalah islam.) Islam
adalah satu-satunya agama yang sempurna mengatur tata cara
ibadah,moralitas,social,ekonomi,kebudayaan,politik,dan hubungan
internasional. Dengan kata lain, islam mengatur seluruh aspek dan nilai-nilai
kehidupan secara integral tanpa eksepsional. Oleh sebab itu, islam tidak mengenal
konsep sekularisme dan sekularisasi dalam kehidupan social dan politik
Manusia yang menerima wahyu adalah manusia yang terbaik dari jenis manusia
itu sendiri yang di sebut dengan nabi dan rasul. Manusia terbaik inilah yang
berhubungan langsung secara spiritual kepada allah untuk
menerima wahyu nya
B. Dimensi-Dimensi Kemanusiaan
Ada beberapa istilah yang terkait dengan dimensi manusia yang di telaah dari
perspektif ini.di mensi-dimensi tersebut saling berhubungan secara fungsional dan
substansial dalam diri manusia itu sendiri. Hal yang terpenting dari sejumlah dimensi
itu adalah al-jasad, al-ruh, al-aql, dan al-
nafs.
Al-jasad dalam bahasa Indonesia di sebut tubuh, badan atau jasad merupakan salah
satu dimensi yang dapat dijelaskan secara saintifik. Dalam
al-quran dijelaskan bahwa manusia berasal dari sperma dan ovum, kemudian bertahap
menjadi darah,daging,tulang-belulang dabn akhirnya menjadi
manusia yang utuh dan memiliki bentuk yang terbaik.
Allah berfirman di dalam surah al-mu’minun ayat 12-14:
Artinya : dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati dari
tanah. Kemudian kami jadikan saripati air mani yang di simpan dalam tempat yang
kokoh. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
kami jadikan segumpal daging dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang
lalu tulan belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia
makhluk yang berbentuk lain.
Maka maha sucilah allah, pencipta yang paling baik
Nafs al-lawwarnah adalah nafsu yang menyesal di sebabkan keburukan yang
dilakukannya di dunia. Dalam nafsu ini bergumul antara kebaikan dan kejahatan yang
saling menghimpit dan mengalahkan. Eksistensi manusia dengan keragaman dimensi
yang dimilikinya merupakan suatu system yang inheran dan padu, bukan terpisah-
pisah yang berakibat terjadinya dikotominasi dan paradoks
A. MARTABAT MANUSIA
a) Tujuan Penciptaan Manusia
Tujuan utama penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada allah. Hal ini
sebagaimana yang dijelaskan oleh allah dalam kitab sucinya yaitu : Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaku ( az-
zariyat : 56 ). Ketika tujuan manusia diciptakan untuk beribadah kepadanya, maka
seyogianya ia menjadikan seluruh hidupnya dalam rangka lillahi ta’ala ( hanya untuk
allah ). Adapun yang dimaksud hal ini adalah manusia harus menjalankannya seluruh
aspek kehidupannya sesuai dengan tuntunan syariat yang dibebankan kepadanya.
Tuntunan itu dijalankannya hanya sebagai sebuah pengabdian secara ikhlas kepada-
nya berdasarkan rida dan kehendak-nya.
Ibn Qayyim mengatakan bahwa dalam hal menjalankan ibadah kepada allah
sebagai tujuan hidup manusia, maka ia harus memperhatikan dua hal. Pertama hatinya
harus ikhlas hanya kepada allah dan kedua harus sesuai dengan petunjuk yang
diajarkan oleh nabi saw (sunnah). Zu an-nun al-mishri menjelaskan ada tiga tanda-
tanda ikhlas yaitu : “ tanda ikhlas ada tiga : pujian dan cercaan dari manusia sama
saja baginya: melupakan amal yang telah
Sebagaimana yang telah disebutkan, selain harus ikhlas, ibadah mesti mengikuti
tuntunan yang diajarkan oleh nabi saw. Jika ibadah formal tidak mengikuti tuntunan
tersebut maka ia sia sia bahkan bagi orang orang yang
membuat buat ibadah tanpa dalil akan mendapat ancaman api neraka.
B. TANGGUNGJAWAB MANUSIA
a) Tanggung jawab manusia sebagai hamba allah
Tanggungjawab utama manusia adalah menjadikan dirinya dan
wahyukan kepadamu.
spirit keislaman dari umat islam adalah bangunan masjid tempat peribadatan.
5. Seni lukis, ukir dan pahat.
Hikmah Adanya larangan membuat patung-patung dan lukisan- lukisan yang
menerupai ciptaan tuhan yang mempunyai ruh adalah agar manusia tidak kembali
kepada penyembahan berhala dan mendewa dewakan manusia atau sebagainya.
Sebab, demikian membawa kepada syirik. Adapun dibolehkan bila dibuat hanya
sekedar untuk permainan dan penghibur bagi
anak anak.
B. TANGGUNG JAWAB SENIMAN
Adapun tanggung jawab seorang seniman adalah dengan seninya tidak akan
mengajarkan kesenian yang justru menentang alllah.
Akhlak merupakan perilaku yang dibangun berbasis hati nurani. Meski ada yang
mengklasifikasikannya menjadi akhlak mulia dan akhlak tercela, tapi pada lazimnya
akhlak adalah suatu sebutan bagi perilaku terpuji yang berakar dari iman. Malah dasar
pijakan akhlak adalah Al Qur’an dan Al- Sunnah, sehingga perilaku yang tidak
berdasar keduanya tidak ada jaminan sebagai akhlak mulia. Sumber pijakan inilah
yang merupakan perbedaan prinsip dari akhlak dengan etika, budi pekerti, moral dan
sebagainya.
Etika, moral, budi pekerti, meskipun dasarnya adalah kebiasaan, adat-istiadat
masyarakat, tapi di kalangan umat beragama, perilaku yang terbiasa, dapat
disesuaikan dan dijiwai oleh akhlak yang diajarkan oleh agama. Karena itu banyak
kita temui etika, moral, dan budi pekerti saling mengisi dengan ajaran akhlak yang
dibimbing oleh agama. Mengapa demikian? Karena unsur-unsur
akhlak ini adalah hal-hal yang makruf, yang sudah dimaklumi oleh orang banyak
sebagai hal yang baik, dan bersumber pada sifat dan sikap jiwa yang mulia dan terpuji,
seperti : jujur, adil, bijaksana, berkata benar, ramah, senyum, pemaaf, disiplin, dan
sebagainya.
Berbicara masalah akhlak berarti berbicara tentang konsep Al-husn (baik) dan Al-
qubh (buruk). Menurut Mu’tazilahal-husn adalah sesuatu yang menurut akal bernilai
baik dan al-qubh adalah sesuatu yang menurut akal bernilai buruk. Bagi Mu’tazilah
baik dan buruk itu ukurannya adalah akal manusia. Berbeda dengan Mu’tazilah, Ahlu
al-Sunnah berpendapat, bahwa yang dapat menentukan baik dan buruk bukan akal
tetapi wahyu. Oleh karenanya Ahlu al-Sunnah berpendapat, bahwa al-husn adalah
sesuatu yang menurut Al Qur’an dan al-Sunnah adalah baik dan al-qubh adalah
sesuatu yang menurut Al Qur’an dan al-Sunnah adalah buruk.
Secara substansial, etika, moral dan akhlak memang sama, yakni ajaran tentang
kebaikan dan keburukan, menyangkut perikehidupan manusia dalam hubungannya
dengan Tuhan, sesama manusia dan alam dalam arti luas. Yang membedakan satu
dengan yang lainnya adalah ukuran kebaikan dan keburukan itu sendiri. Etika adalah
ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk dan yang menjadi ukuran baik dan
buruknya adalah akal karena memang etika adalah bagian dari filsafat. Sedangkan
akhlak yang secara kebahasaan berarti budi pekerti, perangai atau disebut juga sikap
hidup adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk yang ukurannya adalah
wahyu Tuhan.
Secara terminologis akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara yang baik dan
yang buruk, terpuji atau tercela, menyangkut perkataan dan perbuatan manusia lahir
batin. Secara rinci kajian akhlak meliputi :
a) Pengertian baik dan buruk
b) Menerangkan apa yang harus dilakukan oleh seorang manusia terhadap manusia
lainnya
c) Menjelaskan tujuan yang seharusnya dicapai oleh manusia dengan perbuatan-
perbuatannya
d) Menerangkan jalan yang harus dilalui untuk berbuat.
Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya
untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa memalui pertimbangan pikiran terlebih
dahulu. Sejalan dengan apa yang diungkapkan Ibnu Miskawaih, Al-Ghazali
menyebutkan bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari
padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan
pikiran.
Dua definisi di atas menyatakan, bahwa akhlak secara substansial adalah sifat hati
(kondisi hati)- bias baik- bias buruk- yang tercermin dalam perilaku. Jika sifat hatinya
baik, maka yang muncul adalah akhlak yang baik (al akhlaq al- karimah) dan jika sifat
hatinya buruk, maka yang keluar dari perilakunya adalah akhlak yang buruk (al-
akhlaq al-mazmumah). Kemudian muncul pertanyaan, apa yang menyebabkan hati
manusia kotor dan jelek dan apa pula yang menyebabkan bias jelek dan rusak juga
bias baik dan suci adalah factor dirinya.
Di dalam diri manusia ada tiga nafsu :
Nafsu Syahwaniyyah, (nafsu ini ada pada manusia dan ada pada binatang),
Yaitu nafsu yang cenderung pada kelezatan misalnya makanan, minuman dan
syahwat jasmaniyah, bersenang-senang dengan lawan jenis. Kalau nafsu ini
tidak dikendalikan, maka manusia tak ada bedanya dengann hewan, sikap
hidupnya menjadi hedonism.
Nafsu Al-ghadhabiyah, nafsu ini juga ada pada manusia dan ada pada hewan,
yaitu nahsu yang cenderung kepada marah, merusak, ambisi, senang
menguasai dan mengalahkan yang lain. Nafsu ini lebih kuat ketimbang nafsu
syahwaniyyah dan lebih berbahaya bagi pemiliknya jika tak terkendalikan. Ia
cenderung pemarah, sangat hiqdu(dengki),
tergesa-gesa tidak tenang, cepat bertindak untuk menaklukkan
Dengan demikian, berpuasa bukanlah menahan diri dari makan dan minum, tetapi
menahan diri dari ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan yang tidak baik dan kotor.
Contoh lain mengenai haji sebagaimana disebutkan dalam QS. 2 (Al-Baqarah) : 197.
Ayat diatas begitu jelas menerangkan bahwa sewaktu mengerjakan haji, orang
tidak boleh mengeluarkan ucapan-ucapan yang tidak senonoh, tidak boleh berbuat hal-
hal yang tidak baik dan tidak boleh bertengkar. Demikian juga ayat tentang shalat,
zakat dan ayat-ayat muamalah lainnya, selalu dikaitkan dengan pesan-pesan perbaikan
akhlak dan moral.
BAB VIII. ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGOI DALAM ISLAM
Pengertian Kerukunan Antar Umat Beragama. Indonesia adalah salah satu negara
yang menerapkan masyarakatnya untuk hidup rukun. Sebab kerukunan merupakan
salah satu pilar penting dalam memelihara persatuan rakyat dan bangsa Indonesia.
Tanpa terwujudnya kerukunan diantara berbagai suku, Agama, Ras dan antar
Golongan bangsa Indonesia akan mudah terancam oleh perpecahan dengan segala
akibatnya yang tidak diinginkan.
Kerukunan dapat diartikan sebagai kondisi hidup dan kehidupan yang mencerminkan
suasana damai, tertib, tentram, sejahtera, hormat menghormati, harga menghargai,
tenggang rasa, gotong royong sesuai dengan ajaran agama dan kepribadian pancasila.
Agama secara umum merupakan suatu kepercayaan atau keyakinan yang dianut oleh
masyarakat menjadi norma dan nilai yang diyakini dan dipercaya. Agama diakui
sebagai seperangkat aturan yang mengatur keberadaan manusia di dunia.
Kata islam berarti damai, selamat, sejahtera, penyerahan diri, taat dan patuh.
Pengertian tersebut menunjukkan bahwa agama islam adalah agama yang
mengandung ajaran yang menciptakan kedamaian, keselamatan dan kesejahteraan
kehidupan umat manusia pada khususnya, dan semua mahluk Allah pada
umumnya.rahmat adalah kasih sayang sesama pribadi,keluarga, masyarakat, dan
sesama makhluk.rambu-rambu kasih sayang itu telah diatur oleh Alqur’an dan sunnah
Nabi Muhammad saw.
b. Kerahmatan Islam Bagi Seluruh Alam
Kata Islam berarti damai, selamat, penyerahan diri, tunduk dan patuh. Pengertian
tersebut menunjukkan bahwa agama Islam adalah agama yang mengandung ajaran
untuk menciptakan kedamaian, kerukunan, keselamatan dan kesejahteraan bagi
kehidupan umat manusia pada khususnya dan semua makhluk Allah pada umumnya,
bukan untuk mendatangkan dan membuat membuat bencana atau kerusakan di muka
bumi. Inilah yang disebut fungsi Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam (rahmatal lil
alami)
Fungsi Islam sebagai rahmatal lil alamin tidak tergantung pada penerimaan atau
penilaian manusia. Substansi rahmat terletak pada fungsi ajarannya tersebut. Fungsi
itu baru akan terwujud dan dapat dirasakan oleh manusia sendiri maupun oleh
makhluk-makhluk yang lain, jika manusia sebagai pengembangan amanat Allah telah
menaati dan menjalankan aturan-aturan ajaran Islam dengan benar dan kaaffah.
Fungsi Islam sebagai rahmat dan bukan sebagai agama pembawa bencana,
dijelaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an Surat Al Anbiya : 170, : “ Dan tidaklah Kami
mengutus kamu Muhammad SAW, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta
alam”. Sedangkan bentuk-bentuk kerahmatan Allah pada ajaran Islam itu seperti
berikut ini.
a. Islam menunjukkan manusia jalan hidup yang benar.
b. Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk menggunakan
“ Toleransi dan lapang dada merupakan cirri khas masyarakat Islam. Masing - masing
individu tidak ada yang merasa tinggi diri, sombong, congkak, dan seterusnya.
Kesombongan, kecongkangan, egois, tinggi hati, merupakan sifat
– sifat yang cenderung pada perbuatan syaithan, sebab sifat – sifat itu mengakibatkan
tumbuhnya perpecahan dalam masyarakat dan permusuhan sesame manusia”.
b. Hubungan antar umat beragama
Dalam masyarakat hubungan natat pemeluk agama yang berbeda beda tidak bisa
dihindarkan dalam bidang sosial, ekonomi, politik, maupun budaya. Bagi umat islam
hubungan ini tidak menjadi halangan, Sepanjang dalam kaitan sosial kemanusiaan dan
muamalah. Bahkan dalam berhubungan dengan mereka umat Islam dituntut untuk
menampilkan perilaku yang baik, sehingga dapat menarik mereka untuk mengetahui
lebih banyak tentang ajaran agama Islam yang Rahmatan lil’alamin itu.
Didalam hubungan persaudaraan / ukhuwah umat antar beragama merupakan
salah satu ajaran yang mendapat perhatian penting dalam Islam. Ukhuwah pada
mulanya berarti “ persamaan dan keserasian dalam hak “.
Ukhuwah islamiyah istilah ini perlu di dudukan maknanya. Pembahsan ukhuwah
adalah tidak keracunan,sedangkan Islamiyah adalah kedudukan. Ukhuwah islamiyah
dapat dibagi menjadi 4 macam “
c. Ukhuwah ‘ubdiyyah atau saudara kesemakhlukan dan kesetundukan kepada Allah
BAB IX. KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA
Pengertian Kerukunan Antar Umat Beragama. Indonesia adalah salah satu negara
yang menerapkan masyarakatnya untuk hidup rukun. Sebab kerukunan merupakan
salah satu pilar penting dalam memelihara persatuan rakyat dan bangsa Indonesia.
Tanpa terwujudnya kerukunan diantara berbagai suku, Agama, Ras dan antar
Golongan bangsa Indonesia akan mudah terancam oleh perpecahan dengan segala
akibatnya yang tidak diinginkan.
Kerukunan dapat diartikan sebagai kondisi hidup dan kehidupan yang
mencerminkan suasana damai, tertib, tentram, sejahtera, hormat menghormati, harga
menghargai, tenggang rasa, gotong royong sesuai dengan ajaran agama dan
kepribadian pancasila.
bekerja
Ikhlas yang tidak mengharapkan apapun selain dari Allah
Ihsan yang diajarkan Jibril kepada Rasulullah SAW adalah bekerja atau
beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya dan apabila kamu tidak
mellihat-Nya yakinlah bahwa sesungguhnya Allah melihat
apa yang engkau lakukan
Ilmu sebagaimana sabda Nabi SAW “Tuntutlah ilmu itu mulai dari
A. Terorisme
1. Pengertian
Teroris merupakan sesuatu yang negative. Hal ini disebut sebagai kejahatan yang
bermotif kebencian atau setidak-tidaknya disulut oleh kejahatan bermotif kebencian.
Ia telah menjadi fenomena yang saat ini sering muncul dalam kehidupan manusia,
terutama dalam pergaulan antar
kelompok kepentingan.
2. Terorisme Kasus Pemeluk Agama: Ajaran dan Kenyataan
Sikap eksklusif dalam beragama sebagaimana pandangan Bishop menekankan
bahwa hanya ada satu agama yang benar dan pada akhirnya akan mengasai dunia.
Inilah yang menjadi pegangan pemeluk-pemeluk agama. Namun semua itu berujung
pada ajaran agama yang akhirnya dimanipulasi untuk memicu peristiwa terorisme.
Tentunya semua itu tidak
dibenarkan oleh mainstream pemeluk agama islam itu sendiri.
3. Gerakan Teroris di Dunia
Kejadian terorisme merupakan isu global yang mempengaruhi kebijakan politik
seluruh Negara-negara di dunia, sehingga menjadi titik tolak persepsi untuk
memerangi terorisme sebagai musuh internasional. Pembunuhan massal tersebut telah
mempersatukan dunia melawan terorisme Internasional. Terlebih lagi dengan diikuti
terjadinya Tragedi Bali, 12 Oktober 2002 menewaskan 184 orang dan 300 luka-luka,
Perang terhadap terorisme yang dipimpin oleh Amerika yang mendapat sambutan dari
sekutunya di Eropa, Pemerintahan Tony Blair yang pertama mengeluarkan Anti
Terorism, Crime
and Security Act, Desember 2001, dll.
Terorisme jelas menjadi momok bagi peradaban modern. Sifat, tindakan,
pelaku, tujuan strategis, motivasi, hasil yang diharapkan serta dicapai, target- target
serta metode terorisme kini semakin luas dan bervariasi.
B. Narkoba
Ulama sepakat tentang keharaman mengkonsumsi dan membuat narkoba
ketika tidak dalam keadaan darurat. Para ulama menetapkan keharamannya berdasarkan
sejumlah firman Allah, Diantaranya yaitu:
Surat al-A’raf ayat 157 :
“Dan Allah mengahalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan
Penyayang kepadamu.”
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa menggunakan narkoba
merupakan tindakan tercela yang diharamkan oleh syariat.
2. IDENTITAS BUKU II
RINGKASAN BUKU 1
1. Definisi Islam
Kata Islam berasal dari Bahasa Arab adalah bentuk masdar dari kata Yang. - اسلم – يسلم
الماUU اسkerja secara etimologi mengandung makna “Sejahtera, tidak cacat, selamat”.
Seterusnya kata salm dan silm, mengandung arti : Kedamaian, kepatuhan, dan
penyerahan diri.5 Dari kata-kata ini, dibentuk kata salam sebagai istilah dengan
pengertian: Sejahtera, tidak tercela, selamat, damai, patuhdan berserah diri.Dari uraian
kata-kata itu pengertian Islam dapat dirumuskan taat atau patuh dan berserah diri kepada
Allah. 6 Pengertian Islam menurut istilah yaitu, sikap penyerahan diri (kepasrahan,
keselamatan hidup, di dunia maupun di akhirat.Islam sebagai agama, maka tidak dapat
terlepas dari adanya unsur-unsur pembentuknya yaitu berupa rukun Islam, yaitu:
3) Menunaikan zakat
4) Puasa Ramadhan
2. Definisi Iman
Kata Iman berasal dari Bahasa Arab yaitu bentuk masdar dari kata kerja yang“
ايمانا- يؤمن- ” امن,(il’fi( mengandung beberapa arti yaitu percaya, tunduk, tentram
diikrarkan dengan lisan dan dilakukan dengan perbuatan. Iman secara bahasa
Pembahasan pokok aqidah Islam berkisar pada aqidah yang terumuskan dalam
2) ImankepadaMalaikat-Nya
3) Imankepadakitab-kitab-Nya
6) ImankepadaTakdir Allah
3. Definisi Ihsan
Kata ihsan berasal dari Bahasa Arab dari kata kerja (fi`il) yaitu : ل الحسنUUفع
:artinyaا نUUن – احسUUن – يحسUU( احسPerbuatan baik). Para ulama menggolongkan Ihsan
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Ihsan memiliki satu rukun
yaitu engkau beribadah kepada Allah swt seakan-akan engkau melihat-Nya, jika
engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu. Hal ini berdasarkan
hadits yang diriwayatkan dari Umar bin alKhaththab Radhiyallahu ‘anhu dalam
kisah jawaban Nabi saw kepada Jibri ketika ia bertanya tentang ihsan, maka Nabi
َ َراUَإِن َهُ يUَ َراهُ فUَإ ِ ْن لَ ْم تَ ُك ْن تUَ َراهُ فUَأَ ْن تَ ْعبُ َد هللاَ َكأَن َكَ ت
shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: ك
“Engkau beribadah kepada Allah seolaholah engkau melihat-Nya, maka bila engkau
namun dari segi prakteknya tidak dapat dipisahkan. Satu dan lainnya saling mengisi,
iman menyangkut aspek keyakinan dalam hati yaitu kepercayaan atau keyakinan,
sedangkan Islam artinya keselamatan, kesentosaan, patuh, dan tunduk dan ihsan artinya
selalu berbuat baik karena merasa diperhatikan oleh Allah. Beribadah agar mendapatkan
3) 3) Menunaikan zakat
4) 4) Puasa Ramadhan
Islam, iman dan ihsan dalam Kitab Matan Arba‘in an-Nawawi Islam yang berasal
dari bahasa arab aslama, berarti menerima, menyerah, atau tunduk. Maka kata muslim
(sebutan bagi pemeluk agama Islam) juga berhubungan dengan kata islam yang berarti
orang yang berserahdirikepada Allah. Islam memiliki rukun-rukun atau pilar-pilar yang
harus ditunaikan oleh seorang muslim. Sebagaimana Rasulullah saw juga telah
merincikan 5 rukun yang menjadi pondasi Islam.Hal ini didukung oleh hadis yang ke-3
dalam kitab matan Arba’in an-Nawawi yang ARTINYA : “Dari Abu ‘Abdurrahman
lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Allah dan
bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah; menunaikan shalat;
menunaikan zakat; menunaikan haji ke Baitullah; dan berpuasa Ramadhan.” (HR.
Beriman kepada rububiyyah Allah swt 3) Beriman kepada uluhiyyah Allah swt,
dengan maksud membenarkan dan meyakini bahwa hanya Allah, Tuhan yang
Rasulullah saw telah sebutkan di dalam hadis ke28 bahwa: “Dari Mu’az bin Jabal
tentang perbuatan yang dapat memasukkan saya ke dalam surga dan menjauhkan
saya dari neraka, beliau bersabda: Engkau telah bertanya tentang sesuatu yang
besar, dan perkara tersebut mudah bagi mereka yang dimudahkan Allah ta’ala, :
Turmuzi dan dia berkata: Haditsnya hasan shahih) 4) Beriman kepada nama-nama
dan sifat-sifat-Nya
b. Iman kepada para malaikat-Nya; Sebagaimana salah satu hadis pada kitab matan
arba‘in yang berkaitan dengan iman kepada Malaikat adalah hadis kedua yang
d. Iman kepada Rasul-rasulNya; Sebagaimana yang telah disebutkan pada hadis ke-
syari’at Islam hanya dengan mengikuti petunjuk Nabi saw dan senantiasa
Dalam ranah edukasi (pendidikan), ihsan sangat erat kaitannya, bahkan sama artinya,
dengan kata “afektif”. Sama halnya dengan ihsân, afektif-pun akan berbicara tentang kebaikan
yang bersumber dari hati. Oleh karenanya pendidikan karakter berbasis Ihsân sama halnya
dengan pendidikan hati. Sebagaimna kita ketahui bahwa hati adalah pusat untuk bertindak. Jika
hati kita baik maka sikap kita secara otomatis akan menjadi baik. Begitu pula sebaliknya.
Maka dapat disimpulkan, bahwa ihsan adalah puncak prestasi dalam ibadah, muamalah,
dan akhlak. Oleh karena itu, semua orang yang menyadari akan hal ini tentu akan berusaha
dengan seluruh potensi diri yang dimilikinya agar sampai pada tingkat tersebut. Siapapun kita,
apapun profesi kita, di mata Allah tidak ada yang lebih mulia dari yang lain, kecuali mereka yang
telah naik ketingkat ihsan dalam seluruh sisi dan nilai hidupnya.
Islam, Iman dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan
lainnya. Islam adaalah satu-satunya agama yang diakui Allah di sisi-Nya, sedangkan Iman adalah
keyakinan yang menjadi dasar akidah Islam. Keyakinan tersebut kemudian diwujudkan melalui
pelaksanaan kelima rukun Islam. Sedangkan pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara
Ihsan, sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah dan barometer tingkat keimanan dan
ketaqwaan seorang hamba. Maka Islam tidak sah tanpa Iman, dan iman pun tidak sempurna
tanpa ihsan. Sebaliknya, ihsan adalah mustahil tanpa iman, dan iman pun tidak akan terwujud
Judul Buku : Mengenal Hakikat Iman, Islam dan Ihsan bersama M Quraish Shihab
Ketebalan : 154 halaman
Pengarang : M. Quraish shihab
Penerbit : Lentera hati
Kota Terbit : Tanggerang
Tahun Terbit : 2014
ISBN : 978-602-7720-24-4
Hakikat Iman
Iman adalah keyakinan yang menghujam dalam hati, kokoh penuh keyakinan tanpa
dicampuri keraguan sedikitpun. Sedangkan keimanan dalam Islam itu sendiri adalah percaya
kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rosul-rosulNya, hari akhir dan beriman
kepada takdir baik dan buruk. Iman mencakup perbuatan, ucapan hati dan lisan, amal hati dan
amal lisan serta amal anggota tubuh. Iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena
kemaksiatan.
Kedudukan Iman lebih tinggi dari pada Islam. Iman lebih umum dari Islam karena
seorang hamba tidaklah mencapai keimanan kecuali jika ia telah mampu mewujudkan
keislamannya. Iman juga lebih khusus dipandang dari segi pelakunya, karena pelaku keimanan
adalah kelompok dari pelaku keislaman dan tidak semua pelaku keislaman menjadi pelaku
keimanan. Jelasnya setiap mukmin adalah muslim dan tidak setiap muslim adalah mukmin.
Keimanan tidak terpisah dari amal, karena amal merupakan buah keimanan dan salah satu
indikasi yang terlihat oleh manusia. Karena itu Allah menyebut Iman dan amal soleh secara
beriringan dalam Qur’an surat Al Anfal ayat 2-4 yang artinya : “Sesungguhnya orang-orang
yang beriman itu adalah mereka yang jika disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan
apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan
kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang
menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang
beriman dengan sebenar-benarnya.” (Al-Anfal: 2-4)
Keimanan memiliki satu ciri yang sangat khas, yaitu dinamis. Mayoritas ulama
memandang keimanan beriringan dengan amal soleh, sehingga mereka menganggap keimanan
akan bertambah dengan bertambahnya amal soleh. Ada pendapat lain bahwa Iman adakalanya
bertambah dan berkurang, maka perlu diketahui kriteria bertambahnya Iman hingga sempurna
Imannya, yaitu:
Hakikat Islam
Barangsiapa yang menyerahkan diri sepenuhnya hanya kepada Allah, maka ia seorang
muslim, dan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah dan selain Allah maka ia seorang
musyrik, sedangkan seorang yang tidak menyerahkan diri kepada Allah maka ia seorang kafir
yang sombong.
Hakikat Ihsan
Ihsan berarti berbuat baik. Orang yang berbuat Ihsan disebut muhsin berarti orang yang
berbuat baik. Setiap perbuatan baik yang nampak pada sikap jiwa dan prilaku yang sesuai atau
dilandaskan pada aqidah dan syariat Islam disebut Ihsan. Dengan demikian akhlak dan Ihsan
adalah dua pranata yang berada pada suatu sistem yang lebih besar yang disebut akhlaqul
karimah.
Dalam satu hadits mengenai Ihsan seperti yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab,
ketika nabi ditanya mengenai Ihsan oleh malaikat Jibril dan nabi menjawab:
“…Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihatNya. Tapi jika
engkau tidak melihatNya, maka sesungguhnya Allah melihatmu…..
Hadits tersebut menunjukkan bahwa melakukan Ihsan adalah memposisikan diri saat
beribadah kepada Allah seakan-akan kita bisa melihatNya, atau jika belum bisa memposisikan
seperti itu maka posisikanlah bahwa kita selalu dilihat olehNya sehingga akan muncul kesadaran
dalam diri untuk tidak melakukan tindakan selain berbuat Ihsan atau berbuat baik.
Hubungan timbal balik antara ketiganya. Iman yang merupakan landasan awal, bila
diumpamakan sebagai pondasi dalam keberadaan suatu rumah, sedangkan islam merupakan
bangunan rumah yang berdiri diatasnya. Maka, apabila iman seseorang lemah, maka islamnya
pun akan condong bahkan runtuh. Dalam realitanya mungkin pelaksanaan sholat akan tersendat-
sendat, sehingga tidak dilakukan pada waktunya, atau malah mungkin tidak melaksanakannya.
Zakat tidak dikeluarkan, puasa tidak ditunaikan dan lain sebagainya. Sebaliknya, iman akan
kokoh bila islam seseorang ditegakkan. Jadi, bila seseorang tekun beribadah, rajin taqorrub,
maka akan semakin tebal imannya, sebaliknya bila seseorang berlarut-larut dalam kemaksiatan,
kebal akan dosa, maka akan berdampak juga pada tipisnya iman.
Artinya : Sahabat Ali kw. Berkata : sesungguhnya iman itu terlihat seperti sinar yang putih,
apabila seorang hamba melakukan kebaikan, maka sinar tersebut akan tumbuh dan bertambah
sehingga hati (berwarna) putih. Sedangkan kemunafikan terlihat seperti titik hitam, maka bila
seorang melakukan perkara yang diharamkan, maka titik hitam itu akan tumbuh dan bertambah
hingga hitamlah (warna) hati.
Adapun ihsan bisa diumpamakan sebagai hiasan rumah, bagaimana rumah tersebut bisa
terlihat mewah dan indah maka rumah tersebut banyak menarik perhatian dari berbagai pihak.
Sama halnya dalam ibadah, bagaimana ibadah ini bisa mendapatkan perhatian dari sang Khaliq,
sehingga dapat diterima olehnya. Tidak hanya asal menjalankan perintah dan menjauhi
larangannya saja, melainkan berusaha bagaimana amal perbuatan itu bisa bernilai plus
dihadapan-Nya. Sebagaimana disebutkan diatas kedudukan kita hanyalah sebagai hamba, budak
dari tuhan, sebisa mungkin kita bekerja, menjalankan perintah-Nya untuk mendapatkan perhatian
dan ridlaNya.
4. IDENTITAS BUKU IV
Yang berkaitan dengan hal ini ialah citra negatif Islam di Barat. Acapkali, hukumanh
ukuman pidana yang ada dalam Islam serta situasi politik sekaligus situasi hak asasi m anusia di
banyak bagian dunia Muslim sekarang ini disebut-sebut oleh para analis Barat, antara lain,
sebagai bukti kurangnya ketentuan yang menjunjung hak asasi manusia dalam hukum islam.
BAB IV
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ISI BUKU
1. BUKU I
Kelebihan
Kelebihan
dimengerti
4) Pada akhir setiap bab buku ini disertakan kertas kosong yang diberi
referensi
Kekurangan
memiliki materi yang lengkap mulai dari iman, Islam dan juga Ihsan dimana
pengerngertian, bagian bagiannya dan juga koperasinya dipaparkan dengan ringkas dan
jelas.
Kekurangan
terlalu banyak menggunakan bahasa yang sudah dimengerti dan banyak sekali ayat ayat
Al-Qur’an yang tidak memiliki arti sehingga menyulitkan pembaca memahami isi dari
ayat tersebut
3. BUKU III
Kelebihan:
memiliki pembahasan yang bagus dimana penulis memaparkan hakikat hakikat dari iman
Islam dan Ihsan dengan sangat bagus dan mudah dimengerti
kekurangan:
terlalu sedikit menampilkan ayat ayat yang berhubungan dengan iman Islam dan Islam
didalamnya.
4. BUKU IV
Kelebihan
Materi yang disampaikan dalam buku ini lengkap tidak hanya membahas HAM dalam
pandangan islam tapi juga mengaitkannya dengan hokum internasional.
Kekurangan;
a) Kepribadian individu
b) Kepribadian ummah
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA