MK. PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM S1 SENI
RUPA – FBS
NIM : 2192451003
KELAS : B
Pertama-tama marilah kita mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, sebab
telah memberikan rahmat dan karuniaNya serta kesehatan kepada saya, sehingga mampu
menyelesaikan Critical Book Review ini. Critical Book Review ini dibuat untuk memenuhi
salah satu mata kuliah saya yaitu “Pendidikan Agama Islam” yang diampu oleh ibu
Dra.Nurmayani, M.Ag.
Critical Book Review ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kita semua. Akan tetapi saya menyadari bahwa Critical Book Review ini masih jauh
dari kesempurnaan.
Apabila dalam Critical Book Review ini terdapat kekurangan dan kesalahan, saya
mohon maaf karena sesungguhnya manusia itu pasti mempunyai salah. Akhir kata saya
berharap semoga Critical Book Review ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan
bagi siapa saja yang memerlukannya dimasa yang akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
a) Rasionalisasi Pentingnya CBR
b) Tujuan Penulisan CBR
c) Manfaat CBR
d) Identitas buku yang dilaporkan
BAB II. RINGKASAN ISI BUKU
a) BAB I. Allah : Tuhan Yang Maha Esa
b) BAB II. Iman, Islam, dan Ihsan
c) BAB III. Manusia dalam Konsepsi Islam
d) BAB IV. Manusia Sebagai Khalifah di Muka Bumi
e) BAB V. Hukum dan Islam
f) BAB VI. Seni dalam Islam
g) BAB VII. Moral,Etika, dan Akhlak
h) BAB VIII. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Islam
i) BAB IX. Kerukunan Antar Umat Beragama
j) BAB X. Konflik, Pemecahan, dan Harapan Umat Beragama
k) BAB XI. Hak Asasi Manusia (HAM) dan Demokrasi
l) BAB XII. Budaya dan Masyarakat Islam
m) BAB XIII. Politik dalam Islam
n) BAB XIV. Terorisme dan Narkoba
BAB III. PEMBAHASAN/ ANALISIS
a) Pembahasan Isi Buku
b) Kelebihan dan kekurangan isi buku
BAB IV. PENUTUP
a) Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
C. Manfaat CBR
Manfaat CBR adalah memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensif
tentang apa yang tampak dan terungkap dalah sebuah buku yang mengajak pembaca
untuk memikirkan, merenungkan dan mendiskusikan lebih jauh mengenai masalah
yang muncul dalam sebuah buku.
D. Identitas Buku yang Dilaporkan
Buku Utama :
Judul : Islam Kaffah (Pendidikan Agama Islam Untuk
Perguruan Tinggi)
Edisi :1
Pengarang : Tim MPK Pendidikan Agama Islam UNIMED Medan
Penerbit : PERDANA PUBLISHING
Tahun Terbit :2017
ISBN : 978-602-6462-34-3
Buku Pembanding I :
Buku Pembanding II :
Manusia adalah makhluk tuhan yang multi dimensi dan kompleks. Sejak peradaban umat
manusia di tulis, ia selalu di jadikan objek kajian yang tidak pernah habis untuk di telaah.
Dalam islam, dideskripkan bahwa allah meciptakan adam berdasarkan kehendak dan
keturunannya, yakni keterlibatan ayah dan ibu sebagai sebab natural terlahirnya manusia.
Penjelasan tentang penciptaan manusia tersebut di awali dari firman allah kepada para
malaikat bahwa dia akan menjadikan manusia dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur
hitam dan di beri bentuk menjadi tubuh yang sempurna. Selain kecakapan intelektual yang di
berikan allah untuk mewujudkan atribut-atribut kemuliaan dan kehendak-nya, manusia juga di
beri bimbingan wahyu. Wahyu allah merupakan pedoman hidupbagi manusia untuk meraih
HUKUM ALLAH
a. Kedudukan Hukum Islam
Sesungguhnya, disyari’atkannya hukum allah bagi manusia adalah untuk
mengatur tata kehidupan mereka, baik dalam masalah duniawi maupun ukhrawi.
Fungsi hukum islam dinyatakan secara tegas dalam surah an-nisa ayat 105 :
sesungguhnya kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran,
supaya kamu dapat n hukum kepada manusia dengan apa yang telah allah
wahyukan kepadamu.
b. Ciri Khas Syari’at Islam
Adapun ciri khas syari’at islam adalah Bersifat menyeluruh, Membentuk adab
dan akhlak yang baik, Merasa di dalam pengawasan allah dan Sesuai
setiap waktu dan tempat
c. Tujuan Hukum Islam
Pada dasarnya, tujuan syari’ dalam mensyariatkan ketentuan ketentuan hukum
kepada mukhallaf adalah untuk mewujudkan kebaikan bagi kehidupan mereka, baik
melalui ketentuan ketentuan yang dharuri, hajiy, ataupun tahsini.
tabiat, watak, bakat dan keinginan manusia sebagai makhluk yang diciptakan memiliki
kebudayaan yang dapat merusak iman dan bertentangan dengan batas kesopanan yang
Nafsu Syahwaniyyah, (nafsu ini ada pada manusia dan ada pada binatang),
Yaitu nafsu yang cenderung pada kelezatan misalnya makanan, minuman dan
tidak dikendalikan, maka manusia tak ada bedanya dengann hewan, sikap
hidupnya menjadi hedonism.
Nafsu Al-ghadhabiyah, nafsu ini juga ada pada manusia dan ada pada hewan,
yaitu nahsu yang cenderung kepada marah, merusak, ambisi, senang
menguasai dan mengalahkan yang lain. Nafsu ini lebih kuat ketimbang nafsu
syahwaniyyah dan lebih berbahaya bagi pemiliknya jika tak terkendalikan. Ia
cenderung pemarah, sangat hiqdu(dengki),
tergesa-gesa tidak tenang, cepat bertindak untuk menaklukkan
musuhnya tanpa pertimbangan matang dan rasional.
Al-Nafsu al-nathiqah, yaitu nafsu yang membedakan manusia dengan hewan.
Nafsu yang dengannya manusia mampu berzikir mengambil hikmah,
memahami fenomena alam dan dengannya manusia menjadi agung, besar cita-
citanya, kagum terhadap dirinya sehingga bersyukur kepada Tuhannya. Nafsu
ini menjadikan manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk, serta dengannya pula manusia dapat mengendalikan kedua nafsu Al-
syahwaniyyah dan Al- Ghadhabiyah. Al-Nathiqahini akan berkembang positif
bahkan dapat mengendalikan kedua nafsu yang lainnya, yaitu dengan
mempelajari ilmu akhlak, hikmah dan menahan diri dari keburukan
danfahisyah, mengatur kehidupan dan penghidupannya secara baik, menjaga
harga diri dan muru’ah.
Suci dan tidaknya hati manusia tergantung mana yang paling dominan dalam
hatinya, jika nafsu yang pertama dan yang kedua (syahwaniyyah dan ghadhabiyah)
yang mendominasi dirinya, maka yang muncul adalah akhlak yang buruk (al- akhlaq
al-mazmumah), tetapi jika nafsu yang ketiga yang muncul, yaitu al-nafs al-nathiqah
yang mendominasi hatinya, maka akhlak al- karimah lah yang akan muncul dari
dirinya. Adapun moral adalah ajaran baik dan buruk yang ukurannya adalah tradisi
yang berlaku di suatu masyarakat. Seseorang dianggap bermoral kalau sikap hidupnya
sesuai dengan tradisi yang berlaku di masyarakat tempat ia berada, dan sebaliknya
seseorang dianggap tidak bermoral jika sikap hidupnya tidak sesuai dengan tradisi
yang berlaku di masyarakat tersebut. Dan memang menurut ajaran Islam pada asalnya
manusia adalah makhluk yang bermoral dan etis. Dalam arti mempunyai potensi untuk
menjadi makhluk yang bermoral yang hidupnya penuh dengan nilai-nilai atau norma-
norma.
Betapa penting kedudukan akhlak dan Islam. Al Qur’an bukan memuat ayat-ayat
yang secara spesifik berbicara masalah akhlak, malah setiap ayat yang berbicara
hokum sekalipun, dapat dipastikan bahwa ujung ayat tersebut selaku dikaitkan dengan
akhlak atau ajaran moral. Ayat-ayat yang pangkalnya menjelaskan ketentuan hokum,
biasanya ujung ayat mengutarakan masalah akhlak. Sebagai contoh terdapat dalam
QS. 2 (Al- Baqarah) : 183.
Bertaqwa artinya menjauhi perbuatan-perbuatan buruk dan melakukan perbuatan-
perbuatan baik. Hadits-hadits Nabi juga mengaitkan puasa dengan perbuatan-
perbuatan baik (al-akhlaq al-Mahmudah) dan perbuatan buruk (al- akhlaq al-
Mazmumah). Dalam salah satu hadits dinyatakan :
“Orang yang tidak meninggalkan kata-kata bohong dan senantiasa berdusta tidak ada
faedahnya ia menahan diri dari makan dan minum. “ (HR. Tirmizi). Jadi puasa yang
tidak menjauhkan manusia dari ucapan dan perbuatan yang jelek, maka tidak ada
gunanya. Orang yang demikian tidak perlu menahan diri dari makan dan minum,
karena puasanya tak berguna. Hadits lain mennyatakan : “ Puasa bukanlah menahan
diri dari makan dan minum, tetapi puasa adalah menahan diri dari kata-kata sia-sia dan
kata-kata tak
sopan; Jika kamu dicaci atau tidak dihargai katakanlah: “Aku berpuasa”.
Dengan demikian, berpuasa bukanlah menahan diri dari makan dan minum, tetapi
menahan diri dari ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan yang tidak baik dan kotor.
Contoh lain mengenai haji sebagaimana disebutkan dalam QS. 2 (Al-Baqarah) : 197.
Ayat diatas begitu jelas menerangkan bahwa sewaktu mengerjakan haji, orang
tidak boleh mengeluarkan ucapan-ucapan yang tidak senonoh, tidak boleh berbuat hal-
hal yang tidak baik dan tidak boleh bertengkar. Demikian juga ayat tentang shalat,
zakat dan ayat-ayat muamalah lainnya, selalu dikaitkan dengan pesan-pesan perbaikan
akhlak dan moral.
BAB VIII. ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGOI DALAM ISLAM
Pengertian Kerukunan Antar Umat Beragama. Indonesia adalah salah satu negara
yang menerapkan masyarakatnya untuk hidup rukun. Sebab kerukunan merupakan
salah satu pilar penting dalam memelihara persatuan rakyat dan bangsa Indonesia.
Tanpa terwujudnya kerukunan diantara berbagai suku, Agama, Ras dan antar
Golongan bangsa Indonesia akan mudah terancam oleh perpecahan dengan segala
akibatnya yang tidak diinginkan.
Kerukunan dapat diartikan sebagai kondisi hidup dan kehidupan yang mencerminkan
suasana damai, tertib, tentram, sejahtera, hormat menghormati, harga menghargai,
tenggang rasa, gotong royong sesuai dengan ajaran agama dan kepribadian pancasila.
Agama secara umum merupakan suatu kepercayaan atau keyakinan yang dianut oleh
masyarakat menjadi norma dan nilai yang diyakini dan dipercaya. Agama diakui
sebagai seperangkat aturan yang mengatur keberadaan manusia di dunia.
pelaku, tujuan strategis, motivasi, hasil yang diharapkan serta dicapai, target- target
ketika tidak dalam keadaan darurat. Para ulama menetapkan keharamannya berdasarkan
sejumlah firman Allah, Diantaranya yaitu:
Surat al-A’raf ayat 157 :
“Dan Allah mengahalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan
bagi mereka segala yang buruk.”
Surat al-Baqarah ayat 195 :
“Dan belanjakanlah(harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu