Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH INSENTIF PAJAK PADA NILAI PERUSAHAAN

Pada Saat Pandemi Covid-19

PRA-PROPOSAL
Diajukan untuk memenuhi tugas ujian tengah semester
Metodologi Penelitian

Oleh :

RIZHIKA VELAJANI SANTOSO

NIM: 041924253007

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSETAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Insentif pajak merupakan kebijakan pemerintah untuk memberikan diskon

kepada hampir seluruh sektor perusahaan di Indonesia pada saat trejadinya pandemi

covid 19. Insentif pajak adalah perlakuan pajak preferensial yang diberikan kepada

perusahaan tertentu dengan kebijakan dalam melakukan pembayaran pajak, apakah

perusahaan membayar pajaknya lebih sedikit atau tidak perlu membayar pajak

(Kraal, 2019). Tujuannya adalah agar meringankan perusahaan pembayaran pajak

dikarenakan pada saat terjadinya pandemi covid 19, banyak sektor perusahaan yang

mengalami penurunan pendapatan. Insentif ini untuk membantu profitabilitas atau

nilai perusahaan agar perusahaan masih dapat bertahan pada saat terjadinya

pandemi covid 19.

Fokus insentif pajak pada penelitian ini adalah pada PMK 86 2020 tentang PPh

25. Insentif PPh 25 diatur dalam PMK 86 2020 Pasal 10, wajib pajak yang memiliki

kode KLU sebagaimana yang tercantum pada lampiran, telah ditetapkan sebagai

perusahaan KITE, atau telah mendapatkan izin penyelenggara Kawasan berikat

diberikan pengurangan angsuran PPh 25 Pasal 25 sebesar 30% dari angsuran PPh

25 yang seharusnya terutang.

Penelitian Sun, Zhan, and Du (2020) membahas tentang perbandingan insentif

pajak pertambahan nilai (PPN) di berbagai jenis perusahaan baru di China dan

pengaruh insentif PPN pada emiten baru melalui pendekatan Difference-In-

Difference (DID) secara empiris. Hasil penelitian menunjukkan pengembalian PPN

1
industri baru dapat menurunkan return on equity (ROE). Terjadinya penurunan

disebabkan oleh industri yang terdistorsi, kelebihan kapasitas dan motivasi inovasi

yang tidak memadai yang disebabkan oleh insentif pajak. Dampak kebijakan ini

memiliki jeda waktu dan sangat bervariasi sepanjang waktu dengan memeriksa efek

dinamis PPN dalam sentif. Studi ini memberikan beberapa bukti baru tentang

efisiensi insentif pajak terhadap industri baru berdasarkan data tingkat perusahaan.

Penelitian Okafor, Bhattacharya, and Apergis (2020) membahas pengaruh

akses ke kredit, insentif keuangan publik dan insentif keuangan pajak terhadap

kinerja ekspor selama krisis keuangan global 2008. Hasil menunjukkan bahwa

akses ke kredit atau insentif keuangan publik lebih meningkatkan kinerja ekspor

negara di mana perusahaan memiliki akses yang tinggi ke kredit atau insentif

keuangan selama krisis dibandingkan dengan negara di mana perusahaan memiliki

tingkat akses yang rendah ke kredit atau insentif keuangan. Selain itu, perusahaan

yang mendapat manfaat dari insentif keuangan pajak menunjukkan kinerja ekspor

yang lebih baik selama krisis dibandingkan dengan rekan-rekan mereka, terlepas

dari tingkat akses ke pusat keuangan (Okafor et al., 2020).

Penelitian Twesige and Gasheja (2019) Studi ini menganalisis pengaruh

insentif pajak terhadap pertumbuhan usaha kecil dan menengah (UKM) di Rwanda

mengambil UKM di Nyarugenge sebagai studi kasus. Hasil penelitian

mengungkapkan hal itu 75,7% responden setuju bahwa mereka mengetahui

undang-undang perpajakan, 78,7% setuju bahwa mereka mengetahui pajak insentif

yang tersedia untuk UKM. Hasil lebih lanjut mengungkapkan bahwa keausan,

kerugian dibawa penerusan dan pengembalian pajak pertambahan nilai (PPN)

2
sebagai insentif pajak yang paling tersedia untuk UKM Rwanda sebagai dibuktikan

dengan masing-masing 100, 94,1 dan 95,6%. Studi tersebut menunjukkan bahwa

ada hal positif yang kuat dan hubungan yang signifikan antara insentif pajak dan

pertumbuhan usaha kecil dan menengah di Rwanda sebagaimana disetujui oleh

koefisien korelasi sebesar 88,8% dari R-square. Ini hanya berarti itu 11,2% variasi

pertumbuhan UKM berada di luar variabel yang diuji. Studi tersebut menyimpulkan

bahwa insentif pajak adalah kunci pertumbuhan UKM yang berkelanjutan.

Pemerintah harus merancang kebijakan yang secara khusus menangani masalah

yang terkait dengan pertumbuhan UKM yang berkelanjutan.

Penelitian terdahulu yang dijelaskan di atas membahas insentif pajak yang

berbeda – beda. Setiap negara memiliki kebijakan insentif yang berbeda, di

Indonesian insentif pajak PMK 86 2020 yang sebelumnya merupakan PMK 44

2020 merupakan insentif pajak yang diberikan pemerintah terhadap perusahaan

tertentu sesuai list KLU yang ada dalam aturan PMK 86 2020. Penelitian ini akan

meneliti pengaruh insentif pajak PMK 86 2020 terhadap nilai perusahaan sesuai

dengan sektor perusahaan yang ada di PMK 86 2020. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui seberapa efektifnya insentif pajak terhadap perusahaan yang

terkena dampak covid, apakah hanya perusahaan tertentu yang nilai perusahaannya

baik ataukah seluruhnya.

Variabel independent yaitu insentif pajak menggunakan indikator PMK 86

2020 atas diskon PPh 25. PPh 25 merupakan pajak penghasilan tahunan yang

ditanggung perusahaan dalam setahun yang muncul pada laporan laba/rugi

perusahaan. Adanya insentif PPh 25 ini berkaitan dengan laba perusahaan dalam

3
setahun sehingga insentif ini berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Variable

insetif pajak ini diukur dengan variabel dummy dinilai 0 untuk tahun ketika blm

ada kebijakan PMK 86, dinilai 1 untuk lap keu ketika adanya PMK 86.

Indikator nilai perusahaan pada penelitian ini adalah NPM, ROA, ROE karena

indikator nilai perusahaan tersebut diukur dengan laba setelah pajak dibagi

pnejualan, asset, dan ekuitas yang dimana laba setelah pajak disini berhubungan

dengan pajak penghasilan atau PPh 25/29. Sehingga saya ingin meneliti bagaimana

efek dari insentif pajak PMK 86 terkait PPh 25, kemudian perbandingan antara

sektor perusahaan yang terdampak covid seperti apa, dan dapat mengetahui tingkat

efektif insentif pajak terhadap perusahaan yang terdampak covid-19 untuk bertahan

selama pandemi.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang

terdampak covid 19, karena perusahaan yang terdampak covid-19 harus bertahan

dengan keadaan pandemi covid-19. Kemudian sektor perusahaan yang terdampak

covid berbeda beda, sehingga penelitian ini juga dapat meneliti dari seluruh sektor

perusahaan yang terkena covid-19, perusahaan mana yang masih baik nilai

perusahaannya, dan untuk mengetahui seberapa efektif Insentif PMK 86 2020

terkait diskon PPh 25 terhadap perusahaan yang terdampak covid-19.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Apakah pengaruh insentif pajak PMK 86 2020 PPh 25 terhadap nilai

perusahaan yang terdampak covid 19 ?

4
1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa efektifnya insentif pajak

terhadap perusahaan yang terkena dampak covid, apakah hanya perusahaan tertentu

yang nilai perusahaannya baik ataukah seluruhnya.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi pemikiran dan

memberikan sumbangan gagasan sebagai pertimbangan untuk membantu

pemerintah dalam mengevaluasi kebijakan insentif pajak.

1.5 Lingkup Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif untuk menguji pengaruh pengaruh

insentif pajak PMK 86 2020 PPh 25 terhadap nilai perusahaan. Sampel penelitian

adalah perusahaan yang klsifikasi usahanya termasuk dalam list PMK 86 di bursa

efek Indonesia.

1.6 Sistematika Thesis

Pembahasan dalam tesis ini akan dibagi menjadi lima bab yang terdiri dari

beberapa sub-bab. Sistematika tesis secara garis besar disusun sebagai berikut:

BAB 1: PENDAHULUAN, bab ini menjelaskan tentang latar belakang

permasalahan penelitian yang akan dibahas dalam tesis ini, yaitu mengenai

pengaruh insentif pajak PMK 86 2020 PPh 25 terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dirumuskan suatu permasalahan yang

akan diteliti, tujuan dan manfaat dari penelitian ini, serta sistematika penulisan tesis.

5
BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA, bab ini menjelaskan teori yang digunakan sebagai

dasar pemikiran penelitan, variabel independen (insentif pajak PMK 6 PPh 25) dan

variabel dependen (nilai perusahaan). Selain itu, bab ini juga berisi tentang

penjabaran penelitian sebelumnya dan hal apa yang membedakan dengan penelitian

yang sekarang dilakukan, pengembangan hipotesis dan kerangka berpikir.

BAB 3 METODE PENELITIAN, bab ini menjelaskan tentang pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini, definisi operasional variabel dan cara penghitungan

variabel, jenis dan sumber data, populasi dan sampel penelitian yang terpilih,

metode pengumpulan data penelitian, teknik analisis data yang digunakan serta

kriteria pengujian hipotesis. Pendekatan penelitian ini adalah kuantitatif dengan

teknik analisis regresi panel.

BAB 4: HASIL DAN PEMBAHASAN, bab ini memberikan gambaran umum

mengenai subjek dan objek penelitian, deskripsi hasil penelitian mengenai

pengaruh insentif pajak PMK 86 pph 25 terhadap nilai perusahaan, analisis model,

pengujian hipotesis dan pembahasan terkait hasil pengujian.

BAB 5: SIMPULAN DAN SARAN, bab ini menjelaskan tentang simpulan akhir

dari analisis data dan saran yang dapat diberikan sebagai bahan masukkan untuk

penelitian berikutnya.

6
Daftar Pustaka

Kraal, D. (2019). Petroleum industry tax incentives and energy policy implications:
A comparison between Australia, Malaysia, Indonesia and Papua New
Guinea. Energy Policy, 126, 212-222.
Okafor, L. E., Bhattacharya, M., & Apergis, N. (2020). Bank credit, public
financial incentives, tax financial incentives and export performance
during the global financial crisis. The World Economy, 43(1), 114-145.
Sun, C., Zhan, Y., & Du, G. (2020). Can value-added tax incentives of new
energy industry increase firm's profitability? Evidence from financial data
of China's listed companies. Energy Economics, 86, 104654.
Twesige, D., & Gasheja, F. (2019). Effect of tax incentives on the growth of small
and medium-sized enterprises (SMEs) in Rwanda: A case study of SMEs
in Nyarugenge district. Journal of Accounting and Taxation, 11(5), 89-98.

Anda mungkin juga menyukai