APES

Akad Yang Relevan

Perbankan syariah dalam menjalankan aktifitas usahanya dengan menghimpun dana dan
menyalurkan kembali dengan memberikan pembiayaan kepada masyarakat. Pembiayaan dalam
arti sempit merupakan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah
kepada nasabah. Sedangkan pembiayaan dalam arti luas berarti financing atau pembelanjaan
yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan baik
dilakukan sendiri maupun oleh orang lain. Berdasarkan tujuan penggunaannya, dibedakan dalam
pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan untuk pengadaan sarana atau alat produksi. Pembiayaan
modal kerja, yaitu pembiayaan untuk pengadaan bahan baku atau barang yang diperdagangkan.
Pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk pembelian suatu barang yang
digunakan untuk kepentingan perseorangan.

Pembiayaan jenis Investasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Pembiayaan investasi yang diberikan oleh perbankan syariah akan digunakan untuk
membeli barang-barang modal dan peralatan produksi seperti pembukaan pabrik baru,
penambahan mesin produksi dan lain-lain. Pembukaan pabrik baru atau penambahan mesin akan
meningkatkan kapasitas produksi yang dihasilkan. Peningkatan kapasitas produksi akan
meningkatkan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan. Dengan demikian, pembiayaan invetasi
mendorong kenaikan jumlah barang dan jasa yang di produksi. Kenaikan jumlah barang dan jasa
tersebut akan menaikkan pertumbuhan ekonomi.

Lalu akad-akad apa saja yang relevan atau yang paling sering digunakan dalam
penerapan pembiayaan investasi ini. Dengan karakteristik pada pembiayaann investasi yang
lebih berkaitan dengan pembelian barang modal atauapun peralatan produksi serta asset tetap
lainnya. Maka akad yang digunakan dalam pembiayaan investasi tersebut adalah akad
murabahah dan ijarah muntahia bit tamlik (IMBT).

Penerapan akad murabahah dalam pembiayaan investasi ini ialah akad jual beli, dimana
pada penerapan akad jual beli yang diterapkan akan adanya margin keuntugan yang didapatkan
oleh bank atas pemberian pembiayaan berupa pembelian asset tetap. Penerapan akad murabahah
iyni cukup dianggap efektif dikarenakan pada penerapan akad murabahah dirasa cukup fleksibel
jika berkaitan langsung dengan peralatan produksi serta terkesan mudah dalam perhitungan
keuntungan baik itu dari debitur ataupun kreditur.

Selain penerapan akad jual beli, terdapat pula akad lain yang diterapkan yaitu akad
IMBT. Penerapan akad IMBT ini ialah akad sewa menyewa yang dimana di akhir nanti
kepemilikan akan beralih menjadi milik penyewa. Pada akad IMBT ini ditetapkan yang disebut
ujrah atau fee yang nanti pada fee tesebut akan menjadi keuntugan bagi perusahaan pembiayaan
tersebut. Pemberian ujrah atau fee tersebut diharapkan sebagai pembayaran atas uang sewa
berserta margin yang nanti ketika pada pembayaran di periode tertentu kepemilikan dari asset
tetap atau peralatan tersebut menjadi milik penyewa.

Dengan penerapan akad yang relevan dan jelas pada pembiayaan investasi tersebut. Maka
diharapkan para kreditur dapat mengerti dan memahami jika ingin memilih pembiayaan jenis
investasi maka akad-akad yang akan digunakan ialah akad Murabahah dan Ijarah Muntahia Bit
Tamlik. Dengan begitu kreditur dapat memahami keuntungan dari penggunaan masing masing
akad dari tiap tiap pilihan jenis pembiayaan yang tersedia di perusahaan pemberi pembiayaan.
 DAFTAR PUSTAKA

Muhammad. (2011). Manajemen Bank Syariah (Ed. 2). Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Nurdin, Ridwan. (2014). Akad-Akad Fiqh pada Perbankan Syariah di Indonesia; Sejarah, Konsep, Dan
Perkembangan. Banda Aceh: PeNa.

Nurrohmah. (2016). Analisis Pengaruh Pertumbuhan Pembiayaan, Jumlah Rekening, Risk Financing, Dan
Efisiensi Terhadap Total Aset Perbankan Syariah Di Indonesia Periode Juli 2010-Juni 2015.
Skripsi. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Pratiwi, W.(2009). Analisis Pengaruh Penyaluran Kredit Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan
Barat (Skripsi yang tidak dipublikasikan), Universitas Tanjungpura, Indonesia