Anda di halaman 1dari 4

C. Tujuan dan Prinsip Validitas dan Realibitas.

Validitas menunjukkan kinerja kuesioner dalam mengukur apa yang


diukur.Bertujuan untuk menguji apakah instrumen yang digunakan valid atau
tidak dengan korelasi pearson. Dengan uji validitas suatu data dapat dipercaya
kebenarannya sesuai dengan kenyataan sehingga dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Valid menunjukan derajat ketepatan
antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dapat
dikumpulkan oleh peneliti. Uji validitas dalam penelitian ini digunakan analisis
item yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan
jumlah dari tiap skor butir. Jika ada item yang tidak memenuhi syarat, maka item
tersebut tidak akan diteliti lebih lanjut.
Reliabilitas menunjukkan bahwa kuesioner tersebut konsisten apabila
digunakan untuk mengukur gejala yang sama di lain tempat. Penggunaan
pengujian reliabilitas oleh peneliti adalah untuk menilai konsistensi pada objek
dan data, apakah instrument yang digunakan beberapa kali untuk mengukur objek
yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
Tujuan pengujian validitas dan reliabilitas adalah untuk menyakinkan
bahwa kuesioner yang kita susun akan benar-benar baik dalam mengukur gejala
dan menghasilkan data yang valid.

Ada beberapa prinsip ketika melakukan uji validitas, yaitu antara lain:

1) Interpretasi yang diberikan pada asesmen hanya valid terhadap derajat


yang diarahkan ke suatu bukti yang mendukung kecocokan dan
kebenarannya.
2) Penggunaan yang bisa dibuat dari hasil asesment hanya valid terhadap
dejarat yang arahnya ke suatu bukti yang mendorong kecocokan dan
kebenarannya.
3) Interpretasi dan kegunaan dari hasil asesment hanga valid ketika nilai
(values) yang didapatkan sesuai
4) Interpretasi dan kegunaan dari hasil asesment hanya valid ketika
konsekuensi (consequences) dari interpretasi dan kegunaan ini konsisten
dengan nilai kecocokan.
Sedangkan faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pengujian realibitas
karena dapat mempengaruhi, yaitu:

1) Jumlah butir soal


Banyaknya soal pada suatu instrumen ikut mempengaruhi derajat
reliabilitasnya. Semakin banyaknya soal-soal maka tes yang
bersangkutan cenderung semakin menjadi reliabel.

2) Homogenitas Soal Tes


Soal yang memiliki homogenitas tinggi cenderung mengarah pada
tingginya tingkat realibilitas. Dua buah tes yang sama jumlah butir-
butirnya akan tetapi berbeda isinya, misalnya yang satu mengukur
tentang pengetahuan kebahasaan dan yang satunya tentang kemampuan
fisika akan menghasilkan tingkat reliabilitas yang berbeda. Tes fisikan
cenderung menghasilkan tingkat reliabilitas yang lebih tinggi daripada
tes kebahasaan karena dari segi isi kemampuan menyelesaikan soal
fisika lebih homogen daripada pengetahuan kebahasaan.

3) Waktu Yang diperlukan Untuk Menyelesaikan Tes


Semakin terbatasnya waktu dalam pengerjaan tes maka akan
mendorong tes untuk memiliki reliabilitas yang tinggi.

4) Keseragaman Kondisi Pada Saat Tes Diberikan


Kondisi pelaksanaan tes yang semakin seraga akan memunculkan
reliabilitas yang makin tinggi.

5) Kecocokan Tingkat Kesukaran Terhadap Peserta Tes


Bahwa soal-soal dengan tingkat kesukaran sedang cenderung lebih
reliabel dibandingkan dengan soal-soal yang sangat sukar atau sangat
mudah.
6) Heterogenitas Kelompok
Semakin heterogen suatu kelompok dalam pengerjaan suatu tes
maka tes tersebut cenderung untuk menunjukkan tingkat reliabilitas
yang tinggi.

7) Motivasi Individu
Motivasi masing-masing individu dalam mengerjakan suatu
instrumen akan mampu mempengaruhi realibilitas. Perbedaan motiviasi
antar individu dalam kelompok akan menimbulkan kesalahan acak pada
pengukurannya karena individu yang tidak memiliki motivasi tidak akan
mengerjakan instrumen tersebut dengan sungguh-sungguh sehingga
jawaban yang diberikan tidak akan mencerminkan kenyataan yang
sebenarnya.

8) Variabilitas Skor
Instrumen yang menghasilkan rentangan skor yang lebh luas atau
lebih tinggi variabilitasnya, akan memiliki tingkat reliabilitas yang lebih
tinggi daripada menghasilkan rentangan skor yang lebih sempit , seperti
bentuk pilihan ganda cenderung menghasilkan tingkat reliabilitas yang
lebih tinggi daripada bentuk benar – salah.

DAPUS :

Afiyanti, Y., 2008. Validitas dan reliabilitas dalam penelitian kualitatif. Jurnal
Keperawatan Indonesia.
Pujihastuti, I., 2010. Prinsip penulisan kuesioner penelitian. CEFARS: Jurnal
Agribisnis dan Pengembangan Wilayah.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai