Anda di halaman 1dari 6

Nama : Nurin firzanah

Nim : 0310182054
Kelas : T.BIO-1
Semester :V

KOMUNITAS DALAM EKOSISTEM


Komunitas adalah sekumpulan berbagai macam populasi makhluk hidup yang
hidup dalam suatu wilayah tertentu. Suatu komunitas tersusun dari semua populasi yang
hidup dan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain dalam suatu wilayah dan
waktu tertentu.
Ekosistem adalah kesatuan komunitas dan lingkungan hidupnya yang saling
berinteraksi dan membentuk hubungan timbal balik. Oleh karena itu, ekosistem disebut
juga sistem lingkungan. Misalnya komunitas ikan air tawar selalu berhubungan dengan
kolam ikan, air, udara, tanah dan sinar matahari.
Berdasarkan proses terjadinya, ekosistem dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
ekosistem alami dan ekosistem buatan. Ekosistem alami adalah ekosistem yang terbentuk
karena pengaruh alam sekitar dan bukan karena campur tangan manusia, contohnya,
sungai, laut, dan gunung, sedangkan ekosistem buatan adalah ekosistem yang dibentuk
oleh manusia, contohnya, kolam ikan, akuarium, waduk, dan sawah.

RANTAI MAKANAN YANG MELINGKUPI PIRAMIDA MAKANAN


Piramida makanan yaitu suatu gambaran yang menyajikan informasi tentang
pengelompokan ekosistem dengan menggunakan perbandingan antara komposisi dengan
jumlah biomassa. Komposisi dan jumlah biomassa tersebut selanjutnya dikelompokkan
menjadi Produsen, konsumen tingkat 1, konsumen tingkat 2, dan konsumen 3 dan
seterusnya. Jumlah produsen dalam suatu ekosistem umumnya memiliki jumlah yang
lebih banyak, yang selanjutnya diikuti oleh jumlah konsumen tingkat 1 yang lebih banyak
dari konsumen tingkat 2, dan konsumen tingkat 2 lebih banyak dari tingkat 3 dan
seterusnya. Piramida makanan dibedakan menjadi dua kelompok, karena habitat makanan
makhluk hidup umumnya dibagi menjadi dua yaitu darat dan air.
Gambaran Piramida Makanan Ekosistem Air

Urutan posisi makhluk hidup pada piramida makanan ekosistem air yaitu sebagai
berikut;
1. Phytoplankton dan alga bertindak sebagai produsen karena jumlahnya yang
sangat banyak, karena jumlahnya yang banyak tersebut maka Phytoplankton dapat
menjadi cadangan makanan bagi sebagian besar makhluk hidup yang ada pada
ekosistem air.
2. Konsumen tingkat 1 , pada piramida makanan ekosistem air, ditempati oleh ikan
ikan kecil dan ikan yang berukuran besar yang umumnya mengkonsumsi
Phytoplankton.
3. Konsumen tingkat 2 ,pada ekosistem air ditempati oleh anjing laut dan ikan yang
mengkonsumsi ikan yang lebih kecil.
4. Konsumen tingkat 3 ,pada piramida makanan ekosistem air ditempati oleh paus
pembunuh. Piramida makanan pada biota laut , yang menempati tempat teratas
yaitu ikan besar yang tidak ada organisme lain yang dapat memakannya,
contohnya adalah paus pembunuh dan paus biru.

Piramida makanan ekosistem darat


Pada ekosistem darat piramidanya tidak hanya diisi oleh hewan saja, namun
tumbuhan juga merupakan bagian penting pada piramida ekosistem darat. Tingkatan
tingkatan pada piramida ekosistem darat yaitu;
1. Tingkat produsen, pada tingkat produsen ini ditempati oleh tumbuhan seperti
rerumputan dan tumbuhan daunan, yang sebagian besar dikonsumsi oleh populasi
binatang darat
2. konsumen tingkat 1 pada ekosistem darat yaitu ditempati oleh serangga dan tikus
yang memakan tumbuhan dan hewan sejenisnya,
3. konsumen tingkat 2 ditempati oleh katak, ayam dan beberapa hewan jenis lainnya
yang mengkonsumsi serangga dan belalang. dan yang terakhir
4. konsumen tingkat 3 pada piramida ekosistem darat ditempati oleh burung elang,
ular, dan hewan pemangsa konsumen tingkat 2 lainnya.
Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa semakin naik tingkatan, maka jumlah
populasi organisme juga akan semakin mengecil , sehingga sumber makanan tidak akan
pernah habis. Namun jika terjadi sebaliknya, maka akan mengakibatkan kepunahan
akibat kekurangan sumber makanan.

HUBUNGAN INTRASPESIFIK DAN INTERSPESIFIK HEWAN


Hubungan intraspesifik adalah hubungan antara individu yang satu dengan yang
lain dalam satu populasi. Hubungan intraspesifik itu antara lain:
 kompetisi, biasanya untuk mendapatkan makanan.
 Kanibalisme, biasanya untuk menyakiti sesamanya.
 Amensalisme, hubungan yang merugikan yang lain tapi diri sendiri tidak dapat
apa-apa.
Hubungan interspesifik adalah hubungan antara organisme-organisme dalam
populasi yang berbeda. Hubungan yang termasuk interspesifik antara lain:
 Mutualisme, hubungan yang saling menguntungkan.
 Komensalisme, hubungan yang menguntungkan yang lain dan dirinya tidak dapat
apa-apa
 Parasitisme, hubungan yang merugikan yang lain tapi menguntungkan dirinya.
 Predatorisme, perburuan makanan.

Suksesi yang Terjadi pada Lingkungan Hewan

Proses perubahan komunitas secara alami dari waktu ke waktu (tahun, abad, jutaan tahun) disebut
suksesi. Pola suksesi umum meliputi kolonisasi tumbuhan yang pada akhirnya secara suksesif diikuti
munculnya komunitas lainnya hingga mencapai klimaksnya.

ekologis ini diamati melalui perubahan struktur komunitasnya sepanjang waktu walaupun sebenarnya
faktor kimia-fisik lingkungan tidak mungkin dipisahkan. Hal ini disebabkan suksesi terjadi secara
bertahap dengan bergantinya struktur komunitasnya seiring dengan kondisi kimia-fisik
lingkungannya. Dalam suksesi ini, satu atau beberapa spesies akan mengalami penurunan populasi
sedangkan lainnya akan meningkat, serta terjadi kolonisasi spesies baru ke tempat tersebut.

Setiap spesies memiliki kebutuhan khusus akan seperangkat faktor lingkungan dengan kisaran yang
sesuai sehingga mereka akan tumbuh dan bereproduksi. Spesies yang mampu tumbuh dengan cepat
dengan memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan efisien akan menghasilkan banyak
keturunan sehingga menjadi lebih berlimpah.

Kunci dari terjadinya suksesi ekosistem ini ialah perubahan ekosistem sehingga jika proses ini masih
berlangsung, akan terus terjadi perubahan struktur komunitasnya seiring dengan perubahan faktor
lingkungan lainnya. Suksesi ekologis diawali jika terjadi perubahan secara dramatis pada ekosistem
tersebut, misalnya dasar laut yang mengalami pengangkatan sehingga muncul di permukaan laut,
ekosistem yang rusak karena bencana alam seperti gunung meletus atau meteor yang jatuh. Suksesi
bisa juga disebabkan karena faktor aktivitas manusia seperti pembakaran lahan, reklamasi pantai,
deforestasi, dan sebagainya.

atau organisme yang pertama-tama menginvasi/ mengolonisasi daerah kosong biasa disebut sebagai
organisme pionir. Karakteristik organisme pionir ini ialah kemampuannya dalam menggunakan
sumber daya yang sangat ekstrim serta unsur hara yang sangat miskin dan hampir nol. Dengan
mulainya kolonisasi oleh organisme pionir ini ditambah dengan faktor alami yang mempercepat
pelapukan batuan atau substrat menyebabkan peningkatan substrat yang cocok untuk hidup
organisme, peningkatan kelembaban, serta penambahan unsur hara akibat dekomposisi organisme
pionir tersebut.

Tahap berikutnya dengan membaiknya kondisi substrat akan diikuti dengan kolonisasi organisme
lainnya yang cocok untuk menempati habitat tersebut. Demikian proses tersebut berlangsung terus
menerus hingga berhenti pada kondisi kestabilan dinamis ekosistemnya yang disebut komunitas
(ekosistem) klimaks.

Untuk mencapai klimaks ini diperlukan waktu yang berbeda-beda untuk setiap tempat, demikian juga
bergantung pada ukuran lokasinya. Sebagai contoh, klimaks hutan hujan tropis tercapai setelah
ratusan tahun, tetapi kolam dapat mencapai klimaks dalam bulan atau tahunan saja.

Gambar 3. Salah satu suksesi kolam yang diamati di New York State
Suksesi segera terjadi jika ekosistem mengalami kerusakan, dan berdasarkan tingkat kerusakannya
dibedakan menjadi dua:

Suksesi primer: suksesi primer terjadi jika terjadi pada daerah yang benar-benar kosong tanpa organisme
yang hidup di dalamnya, misalnya dasar laut yang mengalami pengangkatan, pulau yang merupakan
puncak gunung di dasar laut meletus hingga memusnahkan seluruh kehidupan di dalamnya.

sekunder: suksesi ini terjadi jika komunitas klimaks mengalami gangguan sehingga terjadi kemunduran
tahap suksesi, sebagai akibatnya komunitas akan mengalami suksesi seperti pada tahap sebelumnya untuk
menuju komunitas klimaks.

REFERENSI
Desmukh, I. 1992. Ekologi dan Biologi Tropika. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Irwan, Z. O. 1992. Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem, Komunitas di
Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sumarto, S. & Koneri, R. (2016). Ekologi Hewan. Bandung: Patra Media Grafindo.
Utina, R., & Baderan, D. W. K. (2015). Ekologi dan Lingkungan Hidup. Gorontalo: Universitas
Negeri Gorontalo.

Winatasasmita, Djamhur & Sukarno. 1997. Biologi Untuk SMA. Jakarta: Balai Pustaka

Anda mungkin juga menyukai