Anda di halaman 1dari 8

Pemanfaatan Tanaman Refugia Dan Karakteristik Hama Di Kebun Sawit Desa

Sei Rotan Pasar 12, Kabupaten Deli Serdang

Nurmala Sari Tampubolon, Nurin Firzanah, Melisa Fitri Muliana, Indah Sari Siregar
Mahasiswa S1 Tadris Biologi, UIN Sumatera Utara
Email: lliissaa.fm@gmail.com

ABSTRAK
Alternatif pengendalian hama yang dapat dilaksanakan adalah pengendalian hayati
dengan memanfaatkan faktor pengendali yang sudah ada di alam. Pengendalian hayati
memanfaatkan musuh alami yang berperan untuk mengendalikan atau mengatur
perkembangan populasi hama. pengamatan menunjukkan terdapat dua tanaman
refugia jenis gulma dan 5 serangga yang ditemukan di kebun sawit Sei Rotan pasar 12.
Ada 24 jenis Monomorium sp, 1 jenis Anthophila sp, 5 Culicidae sp, 5 Araneae sp,
dan 1 Scotinophara coarctata. Jadi jenis tanaman refugia yang banyak ditemukan di
kebun sawit adalah babadotan atau Ageratum conyzoides

Kata Kunci: refugia, hama, kebun sawit

ABSTRACT
Alternative pest control that can be implemented is biological control by utilizing
control factors that already exist in nature. Biological control utilizes natural enemies
whose role is to control or regulate the development of pest populations. Observations
showed that there were two refugia plants of weeds and 5 insects found in the oil palm
plantation of Sei Rattan market 12. There were 24 species of Monomorium sp, 1
species of Anthophila sp, 5 Culicidae sp, 5 Araneae sp, and 1 Scotinophara coarctata.
So the type of refugia plant that is commonly found in oil palm plantations is
babadotan or Ageratum conyzoides.

Keywords: refugia, pests, oil palm plantation


PENDAHULUAN
Kelapa sawit merupakan podsolik, litosol, hidromorfik kelabu,
tanaman penghasil minyak dunia yang regosol, andosol, dan aluvial. Selain itu,
banyak dibudidayakan di di daerah tanah gambut juga dapat di tanami
tropis ekuator Afrika, Asia Tenggara kelapa sawit, asalkan ketebalan gambut
dan Amerika Selatan (Bai et al., 2018). tidak lebih dari satu meter dan sudah tua.
Di Asia Tenggara, Indonesia merupakan Sifat fisik tanah seperti kedalaman tanah,
salah satu penghasil kelapa sawit tekstur, dan struktur tanah merupakan
terbesar dengan total luas areal faktor penting dalam pertumbuhan
penanaman sampai tahun 2017 kelapa sawit.Tanaman kelapa sawit
mencapai lebih dari 12 juta Ha dengan dapat tumbuh baik di tanah yang
produksi 7.071.877 ton, sehingga kelapa bertekstur lempung berpasir, tanah liat
sawit berkontribusi terhadap berat, tanah gambut memiliki ketebalan
perekonomian nasional sebagai tanah lebih dari 75 cm dan bertekstur
penghasil devisa non migas di Indonesia kuat. Tanaman kelapa sawit
(Defitri et al., 2011). Faktor pembatas membutuhkan unsur hara dalam jumlah
peningkatan produksi kelapa sawit juga besar untuk pertumbuhan vegetatif dan
turut diakibatkan oleh serangan serangga generatif.Untuk mendapatkan produksi
hama mulai dari fase pembibitan hingga yang tinggi di butuhkan kandungan
tanaman menghasilkan. Serangan hama unsur hara yang tinggi juga. Selain itu,
yang ditemukan pada fase pembibitan pH tanah sebaiknya bereaksi dengan
adalah larva Adoretus dan larva asam dengan kisaran nilai 4,0-6,0 dan
Apogonia sp. yang menyerang dengan ber pH optimum 5,0-5,5.
merobek pinggir helaian daun (Pahan, Penanganan organisme
2007). Beberapa spesies hama yang pengganggu tanaman (OPT) yang
ditemukan pada fase tanaman kurang tepat mengakibatkan kerugian
menghasilkan diantaranya ulat kantung, yang cukup besar baik berupa
ulat api dan rayap (Hidayat, 2012). kehilangan hasil (kuantitas) dan
Hama ulat api dan ulat kantung tersebut penurunan mutu (kualitas) tanaman.
bersifat permanen yang ditemukan di Penggunaan pestisida kimia yang tidak
setiap fase pertumbuhan kelapa sawit tepat dapat memberikan dampak seperti
(Defitri et al., 2011). resistensi hama, resurjensi hama atau
Kelapa sawit dapat tumbuh di peningkatan populasi keturunan-
berbagai jenis tanah, seperti tanah keturunan hama, matinya hewan non
target termasuk musuh alami, timbulnya selama ini petani belum mengetahui
ledakan hama sekunder, residu pestisida manfaat dari tanaman tersebut.
pada tanaman dan lingkungan. Selain itu Upaya pengendalian hama juga
residu pestisida yang terdapat pada dapat dilakukan dengan memasang
produk pertanian sangat berbahaya jika perangkap hama. Penggunaan perangkap
dikonsumsi dalam jangka waktu yang serangga menggunakan atraktan atau zat
panjang. penarik merupakan salah satu teknik
Alternatif yang dapat diberikan pencuplikan serangga yang telah banyak
sebagai upaya strategi budidaya digunakan baik dalam monitoring
berdasarkan keragaman hayati maka populasi maupun pengendalian hama
perlu dilakukan pengendalian hama (Prawiandiputra et al. 2015). Perangkap
yang ramah pada lingkungan khususnya menggunakan zat penarik baik stimulus
musuh alami. Pengendalian OPT kimia maupun fisik seperti cahaya,
berdasar keragaman hayati akan warna, atau senyawa kimia sehingga
mengefisienkan penggunaan lahan untuk menyebabkan serangga dapat tertarik ke
peningkatan hasil produksi pertanian dalam perangkap (Yi et al. 2012).
dan meningkatkan kehadiran musuh Atraktan atau zat penarik merupakan zat
alami serta kompetitor bagi hama untuk kimia yang dapat menyebabkan
mengurangi kerusakan tanaman. Upaya serangga bergerak mendekati sumber zat
ini dapat diwujudkan dengan penanaman tersebut. Kairomon atau feromon
refugia yang berfungsi sebagai sumber merupakan dua tipe atraktan yang dapat
pakan, inang/mangsa alternatif untuk menarik serangga. Kairomon merupakan
musuh alami. Refugia adalah zat penarik yang dikeluarkan oleh suatu
pertanaman beberapa jenis tumbuhan spesies untuk menarik spesies yang
yang dapat menyediakan tempat berbeda, sedangkan feromon mampu
perlindungan, sumber pakan atau menarik spesies yang sama
sumberdaya yang lain bagi musuh alami (Schoonhoven et al. 2005).
seperti predator dan parasitoid. Tanaman
refugia ini mempunyai sifat mudah METODE
tumbuh, cepat berkembang dan
mempunyai warna serta aroma yang Tahapan/metode dalam
khas sehingga disukai oleh serangga. pelaksanaan kegiatan disusun untuk
Berbagai jenis refugia tumbuh subur dan mempermudah dalam mencapai
melimpah di lokasi mitra. Namun target/tujuan. Lokasi pada penelitian
Pemanfaatan Tanaman Refugia Dan Refugia merupakan tumbuhan
Karakteristik Hama Di Kebun Sawit liar baik tanaman maupun gulma yang
Desa Sei Rotan Pasar 12, Kabupaten tumbuh di sekitar tanaman yang
Deli Serdang. Alat yang digunakan pada dibudidayakan, dan berpotensi sebagai
penelitian ini merangkum Alat tulis, mikrohabitat bagi musuh alami (baik
kamera digital atau kamera handphone, predator maupun parasitoid). Hal ini
buku tulis. Bahan nya tanaman refugia dilakukan agar pelestarian musuh alami
yang ada pada sekitaran kebun sawit. tercipta dengan baik. Bagi musuh alami,
tanaman refugia ini memiliki banyak
HASIL DAN PEMBAHASAN manfaat diantaranya adalah sebagai
Tanaman Refugia adalah sumber nektar bagi musuh alami
pertanaman beberapa jenis tanaman sebelum adanya populasi hama di
yang dapat menyediakan tempat pertanaman. Istilah gulma selalu
perlindungan, sumber pakan atau dianggap tanaman pengganggu. Namun
sumberdaya yang lain bagi musuh alami demikian jika populasinya masih dalam
seperti predator dan parasitoid (Nentwig, batas normal dan bisa dikendalikan, hal
1998; Wratten et al., 2004). Umumnya ini tidak akan berpengaruh pada
tanaman refugia ditanam di pinggir tanaman budidaya. Refugia yang
guludan atau diluar pertanaman secara tergolong gulma terdiri dari berbagai
memanjang dan berbunga mencolok. jenis baik berbunga maupun baunya
Serangga-serangga musuh alami seperti yang khas. Menurut Wahyuni et
kumbang, lebah, semut, dan serangga al.(2013), tumbuhan berbunga yang
hama seperti thrips, kupu-kupu sangat dijadikan tanaman refugia diharapkan
tertarik dengan tanaman yang berbunga dapat menjadi tempat perlindungan serta
dengan warna mencolok serta berbau. sebagai penyedia pakan bagi predator
Refugia adalah mikrohabitat yang dari hama tanaman padi atau sawit.
menyediakan tempat berlindung secara Hasil pengamatan terdapat jenis Gulma
spasial dan/atau temporal bagi musuh dan serangga yang ditemukan di
alami hama, seperti predator dan perkebunan sawit jalan Pendidikan pasar
parasitoid, serta mendukung komponen 12. Pada plot I terdapat 2 jenis gulma
interaksi biotik pada ekosistem, seperti yang berpotensi refugia yaitu Ageratum
polinator atau serangga penyerbuk conyzoides dan Acmella oleracea. Jenis
(Keppel et al., 2012). serangga yang ditemukan ditemukan
sebagai serangga herbivor.
Table. 1 jenis gulma yang berpotensi
refugia dan serangga berguna yang
ditemukan di perkebunan sawit.
Jenis gulma yang berpotensi refugia dan
Jenis Jenis Jumlah
serangga berguna yang ditemukan di
gulma serangga serangga
perkebunan sawit dapat dilihat pada
yang
table 1.
ditemukan
Ageratum Monomorium 17
conyzoides sp
Acmella Anthophila 1
oleracea sp
- Culicidae sp 4

Table 1 memperlihatkan bahwa terdapat


3 oordo yang terdapat pada plot 1.
Gulma memiliki ciri khas warna kuning
pada bunga yang mencolok sehingga
dapat menarik beberapa serangga musuh
alami maupun hama. Menurut Allifah et
al., (2019) refugia merupakan tumbuhan
liar baik tanaman maupun gulma yang
tumbuh di sekitar tanaman yang
dibudidayakan, dan berpotensi sebagai
mikrohabitat bagi musuh alami (baik
predator maupun parasitoid) . Serangga
musuh alami seringkali memerlukan Table 2. jenis gulma yang berpotensi

tempat berlindung sementara sebelum sebagai refugia dan serangga yang di

menemukan inang atau mangsanya. sekitarnya di ladang sawit.

Tanaman refugia merupakan salah satu Jenis Jenis Jumlah

tempat tinggal sementara yang dapat gulma serangga serangga

memenuhi kebutuhan hidup musuh yang

alami (Kurniawati dan Edhi, 2015). ditemukan

Selanjutnya Sumiarta (2019) Ageratum Monomorium 7

menjelaskan bahwa tanaman refugia conyzoides sp

juga berfungsi sebagai penyedia - Araneae sp 5


tepungsari untuk makanan alternatif - Scotinophara 1
berbagai predator atau sebagai coarctata
mikrohabitat bagi serangga musuh alami. - Culicidae sp 1

Table 2 memperlihatkan
serangga yang didapat pada plot II.
Kemudian diluar dari dua plot yang Konservasi Musuh Alami. Jurnal
telah dibuat terdapat juga serangga Biology Science & Education 2019. L
seperti capung, ulat buah. Pemanfaatan Vol. (8), No.(1).
tanaman refugia sebagai mikrohabitat
serangga hama dan musuh alami dapat Herlinda Siti. (2018). Pengembangan
diterapkan di lahan persawahan maupun Pengendalian Hayati Hama Sawit dan
lahan sayuran untuk mengendalikan Pajale. Prosiding Seminar Nasional
hama secara alamiah. Penanaman Lahan Suboptimal.
refugia akan mengurangi biaya usaha
tani untuk pengendalian hama sehingga Mahanani Paramitha Amelia,
lingkungan terjaga secara berimbang. Ramazayandi Riski, Suryana Jajang.
Refugia berfungsi sebagai mikrohabitat (2020). Pengenalan sistem Refugia pada
yang diharapkan mampu memberikan Lahan Pertanian di Desa Jalaksana,
kontribusi dalam usaha konservasi Kabupaten Kuningan. Jurnal Pusat
musuh alami. Inovasi Masyarakat. Vol (2). No. (4).

KESIMPULAN Muliani Sri, Eriani Eni, Halid Erna,


Hasil pengamatan menunjukkan Kumalawati Zahraeni. (2020).
terdapat dua tanaman refugia jenis INVENTARISASI SERANGGA PADA
gulma dan 5 serangga yang ditemukan TANAMAN REFUGIA DI LAHAN
di kebun sawit Sei Rotan pasar 12. Ada TEACHING FARM, BULUDUA.
24 jenis Monomorium sp, 1 jenis Inventarisasi Serangga Pada Tanaman
Anthophila sp, 5 Culicidae sp, 5 Refugia Di Lahan Teaching Farm.
Araneae sp, dan 1 Scotinophara Vol.(9), No.(1).
coarctata. Jadi jenis tanaman refugia
yang banyak ditemukan di kebun sawit Pribadi Utomo Didik, Ramhadini Noni,
adalah babadotan atau Ageratum Purnawati Arika. (2020). Penerapan
conyzoides. Sistem Pertanaman Refugia sebagai
Mikrohabitat Musuh Alami pada
DAFTAR PUSTAKA Tanaman Padi. Jurnal SOLMA. Vol.(9).
No.(1).
Allifah Nur Asyik, Rosmawati, Jamdin
Zamrin. (2019). Refugia Ditinjau Dari Septariani Nurul Dwiwiyanti, Herawati
Konsep Gulma Pengganggu Dan Upaya Aktavia, Mujiyo. (2019).
PEMANFAATAN BERBAGAI
TANAMAN REFUGIA SEBAGAI
PENGENDALI HAMA ALAMI PADA
TANAMAN CABAI (Capsicum annum
L.). Journal of Community Empowering
and Services.
https://jurnal.uns.ac.id/prima/index

Anda mungkin juga menyukai