JUDUL:
OLEH KELOMPOK 3:
KUPANG
2020
PEMBAHASAN
2) Status Gizi
Status gizi adalah faktor yang terdapat dalam level individu, faktor
yang dipengaruhi langsung oleh jumlah dan jenis asupan makanan serta
kondisi infeksi. Diartikan juga sebagai keadaan fisik seseorang atau
sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi
ukuran-ukuran gizi tertentu.(Supariasa, et al, 2016).Status gizi berkaitan
dengan asupan makronutrien dan energi. Energi didapatkan terutama
melalui konsumsi makronutrien berupa karbohidrat, protein dan lemak.
Selama usia pertumbuhan dan perkembangan asupan nutrisi menjadi
sangat penting, bukan hanya untuk mempertahankan kehidupan melainkan
untuk proses tumbuh dan kembang.
Di Indonesia, prevalensi konsumsi energi di bawah kebutuhan
minimal secara nasional mencakup 33,9% untuk kelompok usia 4-6 tahun
dan 41,8% untuk usia 7-9 tahun. Prevalensi konsumsi protein di bawah
kebutuhan minimal secara nasional mencakup 25,1% untuk kelompok usia
4-6 tahun dan 30,8% untuk usia 7-12 tahun. Selain sebagai indikator
kesehatan masyarakat, status gizi secara individual juga berhubungan
dengan penentuan prestasi akademik. Status gizi yang baik sejalan dengan
prestasi akademik yang baik pula, meskipun beberapa penelitian gagal
menunjukkan hubungan tersebut.Kekurangan zat gizi secara
berkepanjangan menunjukkan efek jangka panjang terhadap pertumbuhan
(Ryadinency, 2012).
UU No 7 Tahun 1996 tentang Pangan menyatakan bahwa
ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga
yang tercermin dari ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutu, aman, merata dan terjangkau. Ketahanan pangan sangat penting
karena mempengaruhi status gizi masyarakat itu sendiri. Jika ketahanan
pangan kurang maka status gizi otomatis menjadi kurang dan
menyebabkan turunnya derajat kesehatan. Status gizi sangat erat kaitannya
dengan ketahanan pangan. Penyebab langsung yaitu konsumsi makanan
dan penyakit infeksi. Anak yang mendapatkan makanan yang baik belum
tentu gizi nya cukup atau baik, karena apabila anak sering sakit contohnya
sakit diare atau demam maka akan dapat menurunkan daya tahan tubuh
anak sehingga dapat menderita kurang gizi. Adapun penyebab tidak
langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta
pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Faktor-faktor tersebut
sangat terkait dengan tingkat pendidikan,tingkat pengetahuan, serta
keterampilan keluarga dalam merawat anak. Kekurangan gizi disebabkan
karena kurangnya asupan makanan di tingkat rumah tangga, anak tidak
mau makan, cara pemberian makanan yang salah, serta dari segi faktor
psikososialnya.Konsumsi makanan adalah salah satu faktor terjadinya
kekurangan gizi. Rendahnya konsumsi terhadap pangan mengakibatkan
seseorang mudah terkena infeksi penyakit, daya tahan tubuh menurun,
turunnya kemampuan bekerja. Hal ini akan berdampak pada kualitas
sumber daya manusia. Apalagi anak-anak yang termasuk kelompok rawan
gizi, protein sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan serta perkembangan
otak. Salah satu sember protein yang berasal dari hewani adalah ikan yang
memiliki kandungan protein cukup tinggi.
1) Kebiasaan makan/ Pola Makan: erat kaitannya dengan nilai sosial budaya
yang dianut oleh masyarakat/keluarga tertentu, baik tentang makanan yang
diperbolehkan maupun yang dilarang pada keluarga tersebut. Atmarita
(2006) menjelaskan, kebiasaan makan dinilai berdasarkan perilaku
anggota rumah tangga mengkonsumsi makanan sehari-hari. Perilaku gizi
(makanan dan minuman menurut Notoatmodjo (2007) makanan dan
minuman dapat memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang,
tetapi juga makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya
kesehatan seseorang.
7) Status sosial : Status gizi anak secara tidak langsung berkaitan dengan
faktor sosial ekonomi keluarga. Jika status sosial ekonomi rendah maka
kebutuhan makanan keluarga akan kurang terpenuhi sehingga anak akan
memiliki status gizi kurang. Kemiskinan atau pendapatan keluarga yang
rendah sangat berpengaruh kepada kecukupan gizi keluarga.Kekurangan
gizi berhubungan dengan sindroma kemiskinan. Tanda-tanda sindroma
kemiskinan antara lain berupa: penghasilan yang sangat rendah sehingga
tidak dapat mencukupi kebutuhan, sandang, pangan, dan perumahan,
kuantitas dan kualitas gizi makanan yang rendah, sanitasi lingkungan yang
jelek dan sumber air bersih yang kurang, akses terhadap pelayanan yang
sangat terbatas, jumlah anggota keluarga yang banyak, dan tingkat
pendidikan yang rendah Masyarakat yang tergolong miskin dan
berpendidikan rendah merupakan kelompok yang paling rawan gizi. Hal
ini disebabkan oleh rendahnya kemampuan untuk menjangkau pangan
yang baik secara fisik dan ekonomis Anak usia sekolah dengan kondisi
ekonomi keluarga baik yang bersekolah di pusat kota memungkinkan anak
memiliki status kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang
bersekolah dan tinggal di pinggiran kota. Pusat kota merupakan tempat
yang memiliki pusat pelayanan yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan,
seperti: fasilitas pertokoan, perbelanjaan, fasilitas untuk mengakses
informasi dan kesehatan. Sedangkan, anak yang bersekolah dan tinggal di
daerah pinggiran kota dengan segala fasilitas yang tersedia dan kondisi
sosial ekonomi keluarga yang terbatas memungkinkan anak mempunyai
status kesehatan dan gizi yang buruk dibandingkan dengan anak yang
tinggal di pusat kota.