Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN PADA GANGGUAN KEBUTUHAN

OKSIGENASI

DISUSUN OLEH :

Nama : Aprilia Saputri


NIM : 1902043
Prodi : DIII KEPERAWATAN/1B

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMUKESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN
2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia. Dalam
tubuh, oksigen berperan penting di dalam metabolisme sel. Kekurangan oksigen akan
menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian. Karenanya,
berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi
dengan baik.
Oksigenasi adalah proses penambahan O₂ ke dalam sistem (kimia/fisika). Oksigen
merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses
metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbondioksida, energi, dan air. Akan
tetapi, penambahan CO₂ yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan
dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel.
Pernapasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan lingkungan
yang berfungsi untuk memperoleh O₂ agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan
mengeluarkan CO₂ yang dihasilkan oleh sel. Saat bernapas, tubuh mengambil O₂dari
lingkungan untuk kemudian diangkut keseluruh tubuh (sel-selnya) melalui darah guna
dilakukan pembakaran. Selanjutnya, sisa pembakaran berupa CO₂ akan kembali diangkut
oleh darah ke paru-paru untuk dibuang ke lingkungan karena tidak berguna lagi oleh
tubuh.
B. Anatomi
1. Sistem pernapasan Atas
a. Hidung
Pada hidung, udara yang masuk akan mengalami proses penyaringan,
humidifikasi dan penghangatan.
b. Faring
Faring merupakan saluran yang terbagi dua, untuk udara dan makanan. Faring
terdiri atas nasoraing dan orofaring yang kaya akan jaringan limfoid yang
berfungsi menangkap dan menghancurkan kuman patogenyang masuk bersama
udara.
c. Laring
Laring merupakan struktur menyerupai tulang rawan yang biasa disebut jakun.
Selain berperan dalam menghasilkan suara, laring berfungsi mempertahankan
kepatenan jalan napas dan melindungi jalan napas bawah dari air dan makanan
yang masuk.
2. Sistem Pernapasan Bawah
a. Trakea
Merupakan pipa membran yang disokong oleh cincin-cincin kartilago yang
menghubungkan laring dan bronkus utama kanan dan kiri. Di dalam paru,
bronkus utama terbagi menjadi bronku-bronkus yang lebih kecil dan berakhir di
bronkiolus terminal. Keseluruhan jalan napas tersebut membentuk pohon brokus.
b. Paru-paru
Terdapat 2 buah, terletak di sebelah kanan dan kiri. Masing-masing paru
terdiri atas beberapa lobus (patu kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus) dan dipasok
oleh 1 bronkus. Jaringan paru sendiri terdiri atas serangkaian jalan napsa yang
bercababg-cabang, yaitu alveolus, pembuluh darah paru dan jaringan ikat elastis.
Permukaan luar paru dilapisi oleh kantong tertutuup berdinding ganda yang
disebut pleura. Pleura parietal membatasi toraks dan permukaan diafragma,
sedangkan pleura viseral membatasi permukaan luar paru. Di antara ertutuup
berdinding ganda yang disebut pleura. Pleura parietal membatasi toraks dan
permukaan diafragma, sedangkan pleura viseral membatasi permukaan luar paru.
Di antara kedua lapisan tersebut terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai
pelumas guna mencegah friksi selama gerakan bernapas.
C. Fisiologi pernapasan
1. Pernapasan Eksternal
Pernapasan ekstrenal ( pernapasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan
pertukaran O₂ dan CO₂ antara lingungan ekstrenal dan sel tubuh. Secara umum,
proses ini berlangsung dalam langkah, yakni ventilasi pulmoner, pertukaran gas
alveolar, serta transpor oksigen dan karbondioksida.
a. Ventilasi pulmoner
Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses
ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan
alveolus. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jalan napas
yang bersih, sistem saraf pusat dan sistem pernapasan yang utuh, rongga toraks
yang mampu mengembang dan berkontraksi dengan baik, serta komplian paru
yang adekuat.
b. Pertukaran gas alveolar
Setelah oksigen memasuki alveolus, proses pernapasan berikutnya
adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi adalah
pergerakan molekul dari area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area
berkonsentrasi atau bertekanan rendah. Proses ini berlangsung di alveollus dan
membran kapiler dan dipengaruhi oleh ketebalan membran serta perbedaan
tekanan gas.
c. Transport oksigen dan karbondioksida
Tahap ketiga pada proses pernafasan adalah transport gas-gas
pernafasan pada proses ini, oksigen diangkut dari paru menuju jaringan dan
karbondioksida diangkut dari jaringan kembali menuju paru.
- Transport O₂
Proses ini berlangsung pada sistem jantung dan paru-paru.
Normalnya, sebagian besar oksigen (97%) berikatan lemah dengan Hb dan
diangkut keseluruh jaringan dalam bentuk oksihemmoglobin (HbO₂), dan
sisanya terlarut dalam plasma. Proses ini dipengaruhi oleh ventilasi (jumlah
oksigen yang masuk dalam ke paru) dan perfusi (aliran darah ke paru dan
jaringan). Kapasitas darah yang membawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah
O₂ dalam plasma, jumlah hemoglobin dan ikatan oksigenasi dengan
hemoglobin.
- Transport CO₂
Karbondioksida sebagai hasil metabolisme sel terus menerus
produksi dan diangkut menuju paru dalam 3 cara:
a. Sebagian besar karbondioksida (70%) diangkut dalam sel darah merah
dalam bentuk bikarbonat
b. Sebanyak 23% karbondoksida berikatan dengan Hb membentuk
karbaminohemoglobin
c. Sebanyak 7% diangkut dalam bentuk larutan di dalam plasma dan dalam
bentuki asam karbonat.
2. Pernapasan Sistemik
Pernapasan internal mengacu pada proses metabolisme intrasel yang
berlangsung dalam mitokondria , yang menggunakan oksigen dan menghasilkan
karbondioksida selama proses penyerapan energi molekul nutrien. Pada proses ini,
darah yang banyak mengandung oksigen dibawa keseluruh tubuh hingga mencapai
kapiler sistemik.
D. Patofisiologi

Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses ventilasi
(proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru),
apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik
dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan
pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang
terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada
proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume
sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi
pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2002).
E. Pathway

Penyebab:

-Alergen Kontak terhadap tubuh

-Non allergen/idiopatik:
Kontak terhadap tubuh
Common cold,infeksi
traktus respiratorius,emosi,
latihan, dehidrasi,iritan non
Pembentukan antibody(IgE)
spesifik

- Hipersensitif terhadap
penisilin Ikatan antigen & antibody

Kurang informasi Menyerang sel-sel mast dalam paru

Pelepasan
Kurang mediator (histamine, bradikinin,
pengetahuan Prostaglandin serta anafilaksis SRS-A)
Mempengaruhi otot polos & kelenjar jalan nafas

Pembengkakan membrane Bronkospasme Pembentukan mukus yang banyak

mukosa

Bersihan jalan Resiko


nafas tidak tinggi
efektif infeksi

Penyempitan jalan nafas

Sesak nafas Expirasi lebih panjang Ketidaksamaan ventilasi dan perfusi

dari inspirasi

Susah makan
Kerusakan
Pola nafas pertukaran gas
Resti Gangguan tidak
perubahan istirahat efektif
nutrisi dan tidur
kurang dari
kebutuhan Cemas
Usaha nafas meningkat
tubuh

Pemakaian energi meningkat

Kelemahan fisik

Intoleransi
F. Manifestasi Klinik .  aktivitas
a. Suara napas tidak normal.
b. Perubahan jumlah pernapasan.
c. Batuk disertai dahak.
d. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
e. Dispnea.
f. Penurunan ekspansi paru.
g. Takhipnea
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik  yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan
oksigenasi yaitu:
a. Test Diagnostik
1. Foto Thoraks
Pemeriksaan ini terutama dilakukan untuk melihat hal – hal yang ikut
memperburuk atau komplikasi asma akut yang perlu juga mendapat penangan
seperti atelektasis, pneumonia, dan pneumothoraks. Pada serangan asma berat
gambaran radiologis thoraks memperlihatkan suatu hiperlusensi, pelebaran ruang
interkostal dan diagfragma yang meurun. Semua gambaran ini akan hilang seiring
dengan hilangnya serangan asma tersebut.
2. EKG
Elektrokardiografi (EKG) : Tanda – tanda abnormalitas sementara dan refersible
setelah terjadi perbaikanklinis adalah gelombang P meninggi ( P pulmonal ),
takikardi dengan atau tanpa aritmea supraventrikuler, tanda – tanda hipertrofi
ventrikel kanan dan defiasi aksis ke kanan.
3. Radiologi
Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk menyingkirkan adanya proses patologik
diparu atau komplikasi asthma seperti pneumothorak, pneumomediastinum,
atelektosis dan lain – lain.

b. Test Laboratorium
1. Analisa Gas Darah dilakukan jika pasien tidak mampu melakukan maneuver fungsi
pernapasan karena obstruksi berat atau keletihan, atau bila pasien tidak berespon
terhadap tindakan. Respirasi alkalosis ( CO2 rendah ) adalah temuan yang paling
umum pada pasien asmatik. Peningkatan PCO2 ( ke kadar normal atau kadar yang
menandakan respirasi asidosis ) seringkali merupakan tanda bahaya serangan gagal
napas. Adanya hipoksia berat, PaO2< 60 mmHg serta nilai pH darah rendah.
2. Sputum.
Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan Asma yang berat,
karena hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan transudasi dari adema
mukasa, sehingga terlepaslah sekelompok sel – sel epitel dari perlekatannya.
Peawarnaan gram penting untuk melihat adanya bakteri, diikuti kultur dan uji
resistensi terhadap beberapa antibiotik.
H. Penatalaksanaan
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronhiale :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas
2. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma.
3. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan maupun
penjelasan penyakit.
Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :
a. Pengobatan dengan obat-obatan seperti
1) Beta agonist (beta adrenergik agent)
2) Methylxanlines (enphy bronkodilator)
3) Anti kolinergik (bronkodilator)
4) Kortikosteroid
5) Mast cell inhibitor (lewat inhalasi)
b. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :
1) Oksigen 4-6 liter/menit.
2) Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin 10 mg)
inhalasi nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30 menit-1 jam.
Pemberian agonis B2 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5%
diberikan perlahan.
I. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat Keperawatan
Meliputi pengkajian tentang masalah pernapasan dulu dan sekarang , gaya
hidup, adanya batuk, sputum, nyeri, dan adanya faktor resiko untuk gangguan status
oksigenasi.
a. Masalah pada pernapasan (dahulu dan sekarang)
b. Riwayat penyakit
1) Nyeri
2) Paparan lingungan
3) Batuk
4) Bunyi nafas
5) Faktor resiko penyakit paru
6) Frekuensi infeksi pernapasan
7) Masalah penyakit paru masa lalu
8) Penggunaan obat
c. Adanya batuk dan penanganan
d. Kebiasaan merokok
e. Masalah pada fungsi kardiovaskuler
f. Faltor resiko yang memperberat masalah oksigenasi
g. Riwayat penggunaan medikasi’
h. Stressor yang dialami
i. Status atau kondisi kesehatan
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Mengamati tingkat kesadaran pasien, keadaan umum, postur tubuh,
kondisi kulit, dan membran mukosa, dada (kontur rongga interkosta, diameter
anteroposterior, struktur toraks, pergerakan dinding dada), pola napas
(frekuensi dan kedalaman pernapasann, durasi inspirasi dan ekspirasi)
b. Palpasi
Dilakukan dengaan menggunakan tumit tangan pemeriksa mendatar
diatas dada pasien. Saat palpasi perawat menilai adanya fremitus taktil pada
dada dan punggung pasien dengan memintanya menyebutkan “tujuh-tujuh”
secara ulang. Normalnya, fremitus taktil akan terasa pada individu yang sehat
dan meningkat pada kondisi konsolidasi.

c. Perkusi
Perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam
sertamengkaji adanya abnormalitas , cairan /udara dalam paru. Normalnya,
dada menghasilkan bunyi resonan / gaung perkusi.
d. Auskultasi
Dapat dilakukan langsung / dengan menggunakan stetoskop. bunyi
yang terdengar digambarkan berdasarkan nada, intensitas, durasi dan
kualitasnya. Untuk mendapatkan hasil terbaik , valid dan akurat, sebaiknya
auskultasi dilakukan lebih dari satu kali.
3. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengkaji status, fungsi dan
oksigenasi pernapasan pasien. Beberapa jenis pemeriksaan diagnostik antara
lain :
a. Penilaian ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaan gas darah
arteri, oksimetri, pemeriksaan darah lengkap.
b. Tes struktur sistem pernapasan : sinar- x dadabronkoskopi, scan paru.
c. Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan : kultur
kerongkongan, sputum, uji kulit toraketensis.

J. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan utama untuk klien dengan masalah oksigenasi adalah :
1. Ketidakefektifan bersiihan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi yang
tertahan
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
3. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
K. Rencana Keperawatan

No Diagnosa
Tujuan Keperawatan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
. Keperawatan
DX

1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama …. - O : Observasi/pantau respirasi


x 24 jam diharapkan bersihan jalan napas kembali
bersiihan jalan
efektif dengan kriteria hasil : - N : Anjurkan banyak minum air putih hangat
nafas yang - Produksi sputum menurun(5)
- Batuk efektif meningkat (5)
berhubungan - E : Ajarkan batuk efektif
- Dipsnue menurun (5)
dengan sekresi - Pola napas membaik ( eupnea )
- Frekuensi napas membaik (16-24x/menit)
yang tertahan - K : kolaborasi pemberian oksigen dan pemberian
obat oral

2 Pola napas tidak Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama …. - O: Pemantauan respirasi
x 24 jam diharapkan pola napas kembali efektif
efektif
dengan kriteria hasil : - N : Berikan posisi semi fowler
berhubungan dengan kriteria hasil :
- Penggunaan otot bantu napas menurun (5) - E : Ajarkan pengukuran respirasi
dengan hambatan
- Tekanan inspirasi meningkat (5)
upaya napas - Tekanan ekspirasi meningkat frekuensi napas
membaik (5) - K : kolaborasi pemberian o2
Napsu makan meningkat (5)

3 Defisit nutrisi Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama …. - O : Pemantauan nutrisi


berhubungan x 24 jam diharapkan status nutrisi pasien terpenuhi.
dengan kurangnya dengan kriteria hasil : - N : Berikan makanan tinggi kalori tinggi protein
- Pengetahuan tentang makanan yang sehat (TKTP)
asupan makanan
meningkat (5)
- Kekuatan otot menelan meningkat (5) - E : Anjurkan makan sedikit tapi sering
- Pengetahuan tentang minuman yang sehat
meningkat (5)
- Napsu makan meningkat (5) - K : kolaborasi dengan ahli gizi / konseling nutrisi
L. Evaluasi
DX 1
S : Pasien mengatakan sudah tidak sesak ,tidak ada dahak ,merasa sudah sehat
O: Pasien nampak sehat,bersemangat, dan nampak ceria
A : masalah teratasi
P :Hentikan intervensi

DX2

S : Pasien mengatakan tidak susah bernapas


O: Pasien nampak sehat,bersemangat, dan nampak ceria
A : masalah teratasi
P :Hentikan intervensi

DX3

S : Pasien mengatan sudah napsu makan, sudah tidak ada nyeri


O: Pasien nampak sehat,bersemangat, dan nampak ceria
A : masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/40592095/LP_oksigenasi

https://www.academia.edu/19848014/LP_OKSIGENASI

https://www.academia.edu/10981518/askep_asma

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indosesia: Definisi Dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indosesia: Definisi Dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indosesia: Definisi Dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai