OKSIGENASI
DISUSUN OLEH :
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses ventilasi
(proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru),
apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik
dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan
pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang
terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada
proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume
sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi
pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2002).
E. Pathway
Penyebab:
-Non allergen/idiopatik:
Kontak terhadap tubuh
Common cold,infeksi
traktus respiratorius,emosi,
latihan, dehidrasi,iritan non
Pembentukan antibody(IgE)
spesifik
- Hipersensitif terhadap
penisilin Ikatan antigen & antibody
Pelepasan
Kurang mediator (histamine, bradikinin,
pengetahuan Prostaglandin serta anafilaksis SRS-A)
Mempengaruhi otot polos & kelenjar jalan nafas
mukosa
dari inspirasi
Susah makan
Kerusakan
Pola nafas pertukaran gas
Resti Gangguan tidak
perubahan istirahat efektif
nutrisi dan tidur
kurang dari
kebutuhan Cemas
Usaha nafas meningkat
tubuh
Kelemahan fisik
Intoleransi
F. Manifestasi Klinik . aktivitas
a. Suara napas tidak normal.
b. Perubahan jumlah pernapasan.
c. Batuk disertai dahak.
d. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
e. Dispnea.
f. Penurunan ekspansi paru.
g. Takhipnea
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan
oksigenasi yaitu:
a. Test Diagnostik
1. Foto Thoraks
Pemeriksaan ini terutama dilakukan untuk melihat hal – hal yang ikut
memperburuk atau komplikasi asma akut yang perlu juga mendapat penangan
seperti atelektasis, pneumonia, dan pneumothoraks. Pada serangan asma berat
gambaran radiologis thoraks memperlihatkan suatu hiperlusensi, pelebaran ruang
interkostal dan diagfragma yang meurun. Semua gambaran ini akan hilang seiring
dengan hilangnya serangan asma tersebut.
2. EKG
Elektrokardiografi (EKG) : Tanda – tanda abnormalitas sementara dan refersible
setelah terjadi perbaikanklinis adalah gelombang P meninggi ( P pulmonal ),
takikardi dengan atau tanpa aritmea supraventrikuler, tanda – tanda hipertrofi
ventrikel kanan dan defiasi aksis ke kanan.
3. Radiologi
Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk menyingkirkan adanya proses patologik
diparu atau komplikasi asthma seperti pneumothorak, pneumomediastinum,
atelektosis dan lain – lain.
b. Test Laboratorium
1. Analisa Gas Darah dilakukan jika pasien tidak mampu melakukan maneuver fungsi
pernapasan karena obstruksi berat atau keletihan, atau bila pasien tidak berespon
terhadap tindakan. Respirasi alkalosis ( CO2 rendah ) adalah temuan yang paling
umum pada pasien asmatik. Peningkatan PCO2 ( ke kadar normal atau kadar yang
menandakan respirasi asidosis ) seringkali merupakan tanda bahaya serangan gagal
napas. Adanya hipoksia berat, PaO2< 60 mmHg serta nilai pH darah rendah.
2. Sputum.
Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan Asma yang berat,
karena hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan transudasi dari adema
mukasa, sehingga terlepaslah sekelompok sel – sel epitel dari perlekatannya.
Peawarnaan gram penting untuk melihat adanya bakteri, diikuti kultur dan uji
resistensi terhadap beberapa antibiotik.
H. Penatalaksanaan
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronhiale :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas
2. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma.
3. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan maupun
penjelasan penyakit.
Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :
a. Pengobatan dengan obat-obatan seperti
1) Beta agonist (beta adrenergik agent)
2) Methylxanlines (enphy bronkodilator)
3) Anti kolinergik (bronkodilator)
4) Kortikosteroid
5) Mast cell inhibitor (lewat inhalasi)
b. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :
1) Oksigen 4-6 liter/menit.
2) Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin 10 mg)
inhalasi nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30 menit-1 jam.
Pemberian agonis B2 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5%
diberikan perlahan.
I. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat Keperawatan
Meliputi pengkajian tentang masalah pernapasan dulu dan sekarang , gaya
hidup, adanya batuk, sputum, nyeri, dan adanya faktor resiko untuk gangguan status
oksigenasi.
a. Masalah pada pernapasan (dahulu dan sekarang)
b. Riwayat penyakit
1) Nyeri
2) Paparan lingungan
3) Batuk
4) Bunyi nafas
5) Faktor resiko penyakit paru
6) Frekuensi infeksi pernapasan
7) Masalah penyakit paru masa lalu
8) Penggunaan obat
c. Adanya batuk dan penanganan
d. Kebiasaan merokok
e. Masalah pada fungsi kardiovaskuler
f. Faltor resiko yang memperberat masalah oksigenasi
g. Riwayat penggunaan medikasi’
h. Stressor yang dialami
i. Status atau kondisi kesehatan
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Mengamati tingkat kesadaran pasien, keadaan umum, postur tubuh,
kondisi kulit, dan membran mukosa, dada (kontur rongga interkosta, diameter
anteroposterior, struktur toraks, pergerakan dinding dada), pola napas
(frekuensi dan kedalaman pernapasann, durasi inspirasi dan ekspirasi)
b. Palpasi
Dilakukan dengaan menggunakan tumit tangan pemeriksa mendatar
diatas dada pasien. Saat palpasi perawat menilai adanya fremitus taktil pada
dada dan punggung pasien dengan memintanya menyebutkan “tujuh-tujuh”
secara ulang. Normalnya, fremitus taktil akan terasa pada individu yang sehat
dan meningkat pada kondisi konsolidasi.
c. Perkusi
Perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam
sertamengkaji adanya abnormalitas , cairan /udara dalam paru. Normalnya,
dada menghasilkan bunyi resonan / gaung perkusi.
d. Auskultasi
Dapat dilakukan langsung / dengan menggunakan stetoskop. bunyi
yang terdengar digambarkan berdasarkan nada, intensitas, durasi dan
kualitasnya. Untuk mendapatkan hasil terbaik , valid dan akurat, sebaiknya
auskultasi dilakukan lebih dari satu kali.
3. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengkaji status, fungsi dan
oksigenasi pernapasan pasien. Beberapa jenis pemeriksaan diagnostik antara
lain :
a. Penilaian ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaan gas darah
arteri, oksimetri, pemeriksaan darah lengkap.
b. Tes struktur sistem pernapasan : sinar- x dadabronkoskopi, scan paru.
c. Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan : kultur
kerongkongan, sputum, uji kulit toraketensis.
J. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan utama untuk klien dengan masalah oksigenasi adalah :
1. Ketidakefektifan bersiihan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi yang
tertahan
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
3. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
K. Rencana Keperawatan
No Diagnosa
Tujuan Keperawatan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
. Keperawatan
DX
2 Pola napas tidak Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama …. - O: Pemantauan respirasi
x 24 jam diharapkan pola napas kembali efektif
efektif
dengan kriteria hasil : - N : Berikan posisi semi fowler
berhubungan dengan kriteria hasil :
- Penggunaan otot bantu napas menurun (5) - E : Ajarkan pengukuran respirasi
dengan hambatan
- Tekanan inspirasi meningkat (5)
upaya napas - Tekanan ekspirasi meningkat frekuensi napas
membaik (5) - K : kolaborasi pemberian o2
Napsu makan meningkat (5)
DX2
DX3
https://www.academia.edu/40592095/LP_oksigenasi
https://www.academia.edu/19848014/LP_OKSIGENASI
https://www.academia.edu/10981518/askep_asma
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indosesia: Definisi Dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indosesia: Definisi Dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indosesia: Definisi Dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.