Anda di halaman 1dari 11

Nama : fadria anuz

Nim : 431417032
Kelas : B pendidikan biologi
Tugas : etnobotani

Kajian Etnobotani Sebagai Tanaman Obat


Abstrak
Kajian etnobotani menjelaskan tentang pemanfaatan sumber daya alam berupa
tumbuhan, yang digunakan budaya masyarakat tradisional. Salah satu etnobotani
yang banyak dikaji adalah tumbuhan berkhasiat sebagai obat. Artikel ini
bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan tanaman yang memilki potensi sebagai
tanaman obat. Metode penulisan yang digunakan dalam artikel yaitu mereview
literatur tentang kajian etnobotani tanaman obat. Hasil artikel ini dapat
memberikan ilmu pengetahuan yaitu mengetahui potensi tumbuhan sebagai obat
tradisional dan budaya masyarakat dalam memanfaatkan tanaman obat.
Kata kunci : Etnobotani, Tanaman obat

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman tumbuhan
dan etnis yang menghasilkan keragaman budaya, tradisi, dan kerifan lokal yang
berbeda antar satu daerah dengan daerah yang lain. Salah satu kearifan lokal yang
dimilki oleh etnis indonesia adalah memanfaatkan sumber daya alam hayati nabati
sekitar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara umum tumbuhan
dimanfaatkan oleh masyarakat lokal untuk memenuhi kebutuhan diantaranya
sebagai tanaman obat-obatan.
Etnobotani merupakan suatu interaksi antara kelompok masyarakat
tertentu (etnis) dengan tumbuhan tertentu (botani). Kajian etnobotani menjelaskan
tentang budaya masyarakat tradisional dalam memanfaatkan sumber daya alam
berupa tumbuhan, baik langsung maupun tidak langsung untuk penunjang
kehidupan seperti sumber pangan, pengobatan, upacara adat, kepentingan budaya,
bahan bangunan, dan lainnya (Bahriyah, Hayati, & Zayadi, 2015).
Penggunaan tumbuhan obat sebagai bahan baku ramuan tradisional telah
dilakukan sejak dahulu oleh nenek moyang hingga sekarang oleh masyarakat
modern. Pengelolaan tumbuhan obat perlu diperhatikan dengan dasar kebutuhan
hidup yaitu pengobatan diri sendiri (self care) dan pola hidup masyarakat saat ini,
dimana lebih memilih pengobatan secara tradisional dengan bahan dasar dari
bagian tumbuhan herbal (Djakaria Simin, Zees Fahriani, & Paramata Roswita,
2010).
Kajian etnobotani penting untuk dilakukan mengingat pengetahuan lokal
yang semakin terdegradasi akibat kemajuan zaman. Studi etnobotani dapat
memberi kontribusi yang besar dalam proses pengenalan sumber daya alam hayati
yang ada di suatu wilayah melalui kegiatan pengumpulan data pengetahuan lokal
masyarakat setempat untuk menunjang upaya pelestarian dan pemanfaatannya.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membuat suatu artikel yang
berjudul “Kajian Etnobotani Sebagai Tanaman Obat“.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana jenis-jenis tanaman yang bermanfaat sebagai obat?
2. Bagaimana cara masyarakat memanfaatkan tanaman obat?
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis-jenis tanaman yang bermanfaat sebagai obat
2. Untuk mengetahui cara masyarakat memanfaatkan tanaman obat

METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan dalam artikel ini adalah review literatur
tentang kajian etnobotani sebagai tanaman obat

HASIL
Artikel 1
Judul/penulis/tahun Etnobotani Tumbuhan Berkhasiat Obat
Berdasarkan Pengetahuan Lokal Pada Suku
Jawa Di Desa Sukarejo Kecamatan Langsa
Timur Tahun 2016 (Elfrida dkk, 2017)

Tujuan Untuk mengetahui tumbuhan berkhasiat obat


berdasarkan pengetahuan lokal pada Suku
Jawa dan mengetahui jenis tumbuhan
berkhasiat obat yang digunakan oleh
masyarakat Suku Jawa di Desa Sukarejo
Kecamatan Langsa Timur Tahun 2016
Metode Penelitian deskriptif dengan metode kualitatif
dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan
untuk mengetahui penggunaan tumbuhan
berkhasiat obat yang digunakan Suku Jawa di
Desa Sukarejo dengan wawancara, sedangkan
metode kuantitatif digunakan untuk
mengidentifikasi jenis tumbuhan berkhasiat
obat dari hasil wawancara.
Hasil Berdasarkan hasil penelitian terdapat 20 jenis
tumbuhan berkhasiat obat yang digunakan
oleh masyarakat Suku Jawa di Desa Sukarejo,
Kec.Langsa Timur yaitu kunyet, jae, kencor,
temu lawak, pacar kuku, kemangi, jeruk nipes,
kates, kelopo, jambu klutok, pisang monyet,
lidah buaya, kapok, katuk, bluntas, sirih,
beras, laos, bamban dan pace. Bagian
tumbuhan yang digunakan sebagai obat terdiri
dari Akar (8,33%), rimpang (20,83%), daun
(45,83%), buah (20,83%) dan biji (4,17%).
Jenis penyakit yang dapat diobati dengan
tumbuhan berkhasiat obat tersebut yaitu
penyakit kronik (15%), penyakit menular
(25%), penyakit tidak menular (25%) dan
perawatan kesehatan (35%). Berdasarkan
analisis persentase jenis tumbuhan obat, maka
tumbuhan obat yang memiliki nilai persentase
tertinggi adalah kunyet dan kencor, masing-
masing sebesar 93,33%, sedangkan analisis
persentase bagian tumbuhan berkhasiat obat
tertinggi yang digunakan adalah Daun sebesar
45,83% dan analisis penyakit yang diobati
dengan tumbuhan berkhasiat obat yang
tertinggi adalah perawatan kesehatan sebesar
35%.
Artikel 2
Judul/penulis/tahun Etnobotani Dan Pengggunaan Tumbuhan Liar
Sebagai Obat Tradisional Oleh Masyarakat
Suku Madura (R. Amilia Destryana1, Isma
2019)

Tujuan Untuk mendokumentasikan tumbuhan liar


yang digunakan sebagai obat tradisional dan
cara memanfaatkannya oleh masyarakat Suku
Madura di Kabupaten Sumenep.
Metode metode survei eksploratif, dan teknik
pengumpulan data dengan wawancara dan
pengamatan langsung di lapangan. Setiap
tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat
tradisional difoto dan diidentifikasi dengan
aplikasi PlantNet.
Hasil Dari hasil penelitian yang dilakukan tercatat
25 jenis tumbuhan liar yang digunakan
sebagai obat tradisional di Kecamatan
Lenteng, Kecamatan Guluk-Guluk, dan
Kecamatan Bluto, diantaranya sebagai obat
luka, sakit mata, gatal-gatal, demam, sakit
kepala, nyeri haid, diare, kencing manis,
kencing batu, usus bantu, bisul, sariawan dan
anemia. Bagian tumbuhan yang sering
digunakan sebagai obat tradisional yaitu
bagian daun (68 %), bunga (8 %), batang (4
%), buah (12 %) dan semua bagian tumbuhan
(8 %).
Artikel 3
Judul/penulis/tahun Kajian Etnobotani Tumbuhan Obat Oleh
Masyarakat Di Desa Nanggeleng Kecamatan
Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat (Ida
Yayu Nurul Hizqiyah dkk, 2016)
Tujuan Untuk mengidentifikasi dan mengetahui
tumbuhan obat yang dimanfaatkan dan
terdapat di Desa Nanggeleng.
Metode Metode yang digunakan deskriptif kualitatif.
Pengambilan data bersifat survei eksploratif
dan Participatory Rural Appraisal.
Pengumpulan data menggunakan teknik
wawancara dengan Snowball sampling yang
dilakukan dengan meminta rekomendasi dari
kepala desa, setelah itu peneliti meminta
informasi dari tetua masyarakat setempat,
dukun beranak.
Hasil Hasil penelitian ditemukan 31 famili dan 58
spesies. Famili Zingiberaceae merupakan
famili terbanyak 17 % (9 spesies). Masyarakat
kebanyakan memanfaatkan tumbuhan obat
yaitu bagian organ daun 45 % (35 spesies).
Tumbuhan obat yang ditemukan berkhasiat
untuk penyakit tidak menular sebanyak 81%
(39 spesies). Cara pengolahan tumbuhan obat
pada umumnya dengan cara direbus sebanyak
66% (39 spesies). Tumbuhan obat dapat
ditemukan di halaman rumah sebanyak 57%
(33 spesies). Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat sudah mempraktekkan penanaman
tumbuhan obat di area kultivasi seperti
pekarangan rumah dan kebun.
Artikel 4
Judul/penulis/tahun Kearifan Lokal Masyarakat Kemukiman
Bambi Dalam Mengolah Tanaman Binahong
(Anrederaordifolia) Sebagai Tanaman Obat
(Ervina Dewi, dkk 2019)
Tujuan Untuk mengkaji kearifan lokal masyarakat di
Kemukiman Bambi Kecamatan Peukan Baro
Kabupaten Pidie dalam mengolah tanaman
binahong sebagai obat tradisional.
Metode Metode yang digunakan adalah wawancara
secara mendalam dan pengamatan langsung di
3 (tiga) desa yaitu Blang Raya, Lueng Mesjid,
dan Dayah Teungku Kemukiman Bambi
Kecamatan Peukan Baro Kabupaten Pidie.
Hasil Hasil penelitian memperlihatkan bahwa
masyarakat yang menjadi responden dalam
penelitian ini memiliki kearifan lokal yang
sudah turun menurun dibudayakan terutama
dalam mempreparasi obat-obat tradisional
khususnya berbahan dasar Binahong.
Masyarakat di Kemukiman Bambi Kecamatan
Peukan Baro Kabupaten Pidie telah memiliki
kearifan lokal yang terus dibudayakan hingga
saat ini terutama dalam hal penyiapan obat
tradisional. Metode preparasi obat tradisional
berbahan dasar Binahong yang dipilih
masyarakat pada umumnya adalah merebus
(51%) dan diikuti dengan cara ditumbuh dan
oles (20%).
Artikel 5
Judul/penulis/tahun Kajian Etnobiologi Tanaman Obat Masyarakat
Meunasah Rayeuk, Lamno Kabupaten Aceh
Jaya (Nurlia Zahara, 2017)
Tujuan Untuk mendata jenis-jenis tumbuhan obat,
bagian yang digunakan, cara mendapatkan dan
cara pengolahan.
Metode Metode survey eksploratif dengan tekhnik
wawancara semi struktural.
Hasil Hasil penelitian menunjukkan terdapat 32
jenis tumbuhan yang termasuk dalam 27 suku.
Bagian tumbuhan yang paling banyak
dimanfaatkan adalah daun, penyakit yang
disembuhkan sebanyak 21 jenis
penyakit/kelainan.

Artikel 6
Judul/penulis/tahun Kajian Etnobotani Tumbuhan Obat Oleh Etnis
Masyarakat Di Dusun Aras Napal Kiri Dan
Dusun Aras Napal Kanan Desa Bukit Mas
Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat
(Jamilah Nasution dkk, 2016)
Tujuan Untuk mengkaji Etnobotani Tumbuhan Obat
di Desa Bukit Mas Kecamatan Besitang
Kabupaten Langkat.
Metode Metode deskriptif kualitatif dengan teknik
wawancara semi terstruktur.
Hasil Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh
bahwa terdapat 42 jenis tumbuhan dari 27
famili yang bermanfaat sebagai obat di di
Dusun Aras Napal Kiri dan Dusun Aras Napal
Kanan Desa Bukit Mas Kabupaten. Tumbuhan
yang dimanfaatkan bagian daunnya ada 22
jenis (47,83%), bagian rimpang ada 8 jenis
(17,39%), bagian buah dan getah masing-
masing 4 jenis (8,70%), bagian biji ada 3 jenis
(6,52%), bagian batang dan akar masing-
masing 2 jenis (4,35%), dan bagian bunga
hanya 1 jenis tumbuhan (2,17%). Etnis yang
paling banyak memanfaatkan tumbuhan obat
adalah Etnis jawa yang memanfaatkan 34
jenis tumbuhan obat, Etnis Karo
memanfaatkan 20 jenis tumbuhan obat, dan
Etnis batak memanfaatkan 19 jenis tumbuhan
obat. Khasiat tumbuhan obat di kelompokkan
menjadi 4 kelompok yaitu pengobatan
(61,90%), kesehatan (30,95%), kecantikan
(4,70%), dan perawatan (2,38%).
Artikel 7
Judul/penulis/tahun Kajian Etnobotani Melalui Pemanfaatan
Tanaman Obat Di Desa Rema Kecamatan
Bukit Tusam Kabupaten Aceh Tenggara
(Safryadi dkk, 2017)
Tujuan Untuk mengetahui jenis tanaman obat serta
cara pemanfaatannya dalam penyembuhan
suatu penyakit berdasarkan kebiasaan
masyarakat di Desa Rema Kecamatan Bukit
Tusam Kabupaten Aceh Tenggara.
Metode Metode kualitatif, dengan teknik pengambilan
data melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi
Hasil Hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapat
41 jenis tanaman, yaitu: sirih; melati putih;
cocor bebek; jambu biji; sukun; manggis;
bawang merah; pisang batu; jahe; alang-alang;
kunyit; lengkuas; kencur; jarak; papaya; pacar
cina; gandarusa; rimbang; pinang; pandan
duri; ubi kayu; sirsak; katuk; cabe rawit; jeruk
nipis; jeruk purut; sawo; serai; jagung;
alpukat; kemiri; kumis kucing; nangka;
kemangi; benalu; belimbing wuluh; mahkota
dewa; kelor; mengkudu; keladi dan terong. 41
jenis tanaman berkhasiat obat; 2) bagian
tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat
meliputi: bagian akar, batang, daun, bunga,
buah, biji, umbi dan rimpang; dan 3)
pemanfaatan tanaman obat oleh masyarakat
Desa Rema Kecamatan Bukit Tusam
Kabupaten Aceh Tenggara, adalah sebagai
alternatif pengobatan keluarga secara herbal
dan tradisional.
Artikel 8
Judul/penulis/tahun Studi Etnobotani Tumbuhan Obat Di
Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan
Hulu (Suci Safitri dkk, 2015)
Tujuan Untuk mengetahui spesies tumbuhan yang
dimanfaatkan sebagai obat tradisional, bagian
yang digunakan serta khasiat tumbuhan
tersebut oleh masyarakat Kecamatan Rambah
Samo.
Metode Metode deskriftif kualitatif dengan teknik
survei dan wawancara.
Hasil Hasil penelitian didapatkan 21 famili dari 38
spesies tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai
bahan obat tradisional. Bagian yang
digunakan berupa daun, rimpang, akar,
seluruh bagian tanaman, batang, buah, bunga
dan getah. Cara penggunaan adalah dengan
perebusan, ditetes dan dilalap. Penyakit yang
paling sering diobati adalah diabetes dan
batuk.

Artikel 9
Judul/penulis/tahun Etnobotani Tumbuhan Obat Masyarakat Desa
Lapandewa Kaindea Kecamatan Lapandewa
Kabupaten Buton Selatan (Nur Hasanah dkk,
2016)
Tujuan Untuk mengetahui etnobotani tumbuhan obat
dan bentuk kearifan lokal masyarakat desa
Lapandewa Kaindea Kecamatan Lapandewa
Kabupaten Buton Selatan.
Metode Metode survei eksploratif.
Hasil Hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapat
53 jenis, 31 suku, 22 bangsa dan 2 kelas.
Tumbuhan obat yang dominan digunakan oleh
masyarakat yaitu jambu batu (Psidium
guajava Linn.). Sebagian besar jenis
tumbuhan obat merupakan tumbuhan yang
tumbuh di pekarangan dengan persentase 36
%. Famili yang paling dominan ditemukan
berasal dari famili Euphorbiaceae dengan
jumlah 5 jenis. Habitus tumbuhan obat
didominasi oleh herba dengan persentase 42
%. Daun merupakan bagian yang lebih banyak
digunakan pada tumbuhan obat. Tumbuhan
obat digunakan untuk mengobati berbagai
macam penyakit terutama kelompok penyakit
saluran pencernaan. Sebagian besar tumbuhan
obat lebih banyak diolah dengan cara direbus
dan ditumbuk.
Artikel 10
Judul/penulis/tahun Studi Etnobotani Tanaman Obat Keluarga Di
Desa Bawolowalani Kecamatan Telukdalam
Kabupaten Nias Selatan (Murnihati Sarumaha,
2019)
Tujuan 1. Untuk mendeskripsikan manfaat Tanaman
Obat Keluarga sebagai salah satu tradisi
pengobatan masyarakat di Desa Bawolowala
2. Untuk mendeskripsikan cara meracik
Tanaman Obat Keluarga untuk
menyembuhkan berbagai jenis penyakit di
Desa Bawolowalani.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis tanaman yang
dimanfaatkan sebagai Tanaman Obat
Keluarga di Desa Bawolowalani.
Metode Metode kualitatif dengan menggunakan teknik
pengumpulan data yaitu observasi, wawancara
terstruktur, dan dokumentasi.
Hasil 16 jenis tanaman obat keluarga yang
dimanfaatkan masyarakat desa Bawolowalani,
yaitu andong (Cordyline fruticosa), bandotan
(Ageratum conyzoides), daun ungu
(Graptophyllum pictum), gandarusa (Justica
gendarussa), jarak (Jatropa curcas L.), jambu
biji (Psidium guajava L.), jeruk nipis (Citrus
aurantifolia), kembang sepatu (Hibiscus
rosasinensis), kelapa (Cocos nucifera L.),
kunyit (Curcuma domestica val), lempuyang
(Zingiber aromaticum), pinang (Areca
catechu L), pisang kepok (Musa acuminata),
pepaya (Carica papaya L.), sirsak (annona
muricata L.), sosor bebek (Kalanchoe pinnata
(Lam.) per.). meracik tanaman obat beragam
mulai dari proses peracikan tanaman obat
yang diperas, ditumbuk, dibakar, direbus
hingga yang langsung dikonsumsi.

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis 10 artikel dengan menggunakan berbagai metode
pengumpulan data salah satunya yaitu deskriptif kualitatif, dengan teknik
pengambilan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi menunjukan
bahwa banyak sekali tumbuhan yang memiliki khasiat sebagai obat. Pada masing-
masing artikel memiliki khas daerah, jenis tanaman cukup beragam dan suku
masyarakat yang berbeda-beda walaupun ada beberapa tanaman yang sama
jenisnya diantaranya sirih, jahe, kunyit, dan jeruk nipis. Dalam artikel tersebut
kebanyakan masyarakat memanfaatkan tanaman sebagai bahan obat tradisional
dan ada juga sebagai pengobatan secara herbal, selain itu pada suku batak
tanaman dimanfaatkan untuk kesehatan, kecantikan dan perawatan. Tidak hanya
itu tumbuhan liar juga dimanfaatkan sebagai obat tradisional, Adanya penggunaan
tumbuhan liar sebagai ramuan obat telah dilakukan sejak lama oleh masyarakat.
Tumbuhan obat digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit
diantaranya sebagai obat luka, batuk, sakit mata, gatal-gatal, demam, sakit kepala,
nyeri haid, diare, kencing manis, kencing batu, usus bantu, bisul, sariawan dan
anemia. Sementara itu jika dilihat dari cara pengolahan masyarakat dalam
memanfaatkan tanaman obat pada masing-masing artikel sebagian besar hanya
direbus. Selain itu ditumbuk, diperas untuk diambil sarinya, dibakar dan ada yang
dioles pada bagian yang sakit. Pengelolahan tumbuhan obat yang mereka peroleh
dari lingkungan sekitar dimiliki dari warisan pengetahuan dan dikembangkan
terus menerus secara turun temurun. Pemanfaatan bagian-bagian tanaman yang
digunakan oleh masyarakat adalah daun, bunga, batang, getah, akar, biji, umbi,
rimpang, dan buah. Bagian yang paling banyak digunakan oleh masyarakat adalah
daun. Daun merupakan organ tumbuhan yang paling banyak digunakan yakni
45%. Hal ini dimungkinkan daun merupakan organ yang pertumbuhannya lebih
cepat dibandingkan dengan organ yang lain sehingga keberadaannya tidak
bergantung pada musim. Daun merupakan organ fotosintetik utama bagi tanaman
yang secara langsung terlibat didalam proses penangkapan cahaya dan perubahan
energi cahata menjadi energi kimia melalui proses yang disebut fotosintesis
(Kisman et al., 2007). Walaupun demikian terdapat beberapa jenis tanaman yang
seluruh bagiannya digunakan sebagai obat tradisional. Pemanfaatan sumber daya
tumbuhan oleh masyarakat bersumber dari pengetahuan dan kearifan lokal yang
mereka miliki. Hal ini merupakan potensi yang perlu digali agar pengelolaan
tumbuhan obat secara tradisional tidak punah dan dapat diolah menjadi produk
pangan herbal yang bermanfaat bagi masyarakat. Pendekatan masyarakat lokal
terhadap manajemen pemanfaatan ekosistem alam merupakan model jangka
panjang dalam menopang kebutuhan hidup manusia (Redford dan Padoch, 1992
dalam Swanson, 1995). Selain itu, manajemen sumber daya alam tradisional
mampu mempertegas hubungan antara sistem konservasi dengan pemanfaatan
keanekaragaman hayati (Alcorn, 1994 dalam Swanson, 1995). Implifikasi
mengenai kajian etnobotani sebagai tanaman obat memiliki kontribusi yang sangat
penting bagi masyarakat walaupun hanya dengan menggunakan teknik tradisional
yang dilakukan secara turun temurun akan tetapi hal tersebut dapat membantu
masyarakat dalam mengobati berbagai penyakit dan tidak bergantung pada obat-
obatan yang mengandung bahan kimia. selain itu kajian etnobotani sebagai
tanaman obat agar kiranya bisa menambah pengetahuan masyarakat dalam upaya
melestarikan tanaman obat dan mengembangkan pemanfaatan tanaman obat
dengan teknik yang modernisasi tetapi tidak menghilangkan khasiat dari tanaman
obat tersebut.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa


dengan adanya kajian etnobotani sebagai tanaman obat sangat banyak
memberikan manfaat bagi masyarakat lokal juga menambah pengetahuan
masyarakat dalam melestarikan tentang tanaman obat. Selain itu cara pemanfaatan
tanaman obat adalah dengan menggunakan bagian tumbuhan seperti batang, daun
dan bunga dan masyarakat juga mengetahui berbagai jenis tanaman obat dan
kegunaannya, serta cara pengolahannya karena sudah dilakukan secara turun
temurun.

REFERENSI

Elfrida, Nursamsu, Marfina. 2017. Etnobotani Tumbuhan Berkhasiat Obat


Berdasarkan Pengetahuan Lokal Pada Suku Jawa Di Desa Sukarejo
Kecamatan Langsa Timur Tahun 2016. Jurnal Jeumpa, Volume 4 No 1,
Juni 2017.
Ervina Dewi, Rahmi Agustina, Miftahul Husna. 2019. Kearifan Lokal Masyarakat
Kemukiman Bambi Dalam Mengolah Tanaman Binahong
(Anrederaordifolia) Sebagai Tanaman Obat. Jurnal Agroristek. Volume 2
Nomor 1, April 2019 ISSN 2615-417X (cetak)
Ida Yayu Nurul Hizqiyah. Ama Rustama. Andira Rahmawati. Devi Sri Melani.
2016. Kajian Etnobotani Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Di Desa
Nanggeleng Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat.
Mangifera Edu: Jurnal Biologi And Pendidikan Biologi. Volume 1 Nomor
1, Juli 2016
Jamilah Nasution , Putri Dwi Masitah, Riyanto. 2016. Kajian Etnobotani
Tumbuhan Obat Oleh Etnis Masyarakat Di Dusun Aras Napal Kiri Dan
Dusun Aras Napal Kanan Desa Bukit Mas Kecamatan Besitang Kabupaten
Langkat. Jurnal Biosains Vol. 2 No. 2. Agustus 2016 ISSN 2443-1230
(cetak) ISSN 2460-6804 (online)
Murnihati Saruma. 2019. Studi Etnobotani Tanaman Obat Keluarga Di Desa
Bawolowalani Kecamatan Telukdalam Kabupaten Nias Selatan. Jurnal
Education And Development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan.
Volume.7 No.4 Edisi Nopember 2019 ISSN.2527-4295 (Cetak) ISSN.2614-
6061 (Online)
Nurlia Zahara. 2017. Kajian Etnobiologi Tanaman Obat Masyarakat Meunasah
Rayeuk, Lamno Kabupaten Aceh Jaya. Prosiding Seminar Nasional Biotik
2017. ISBN: 978-602-60401-3-8
Nur Hasanah1. Hittah Wahi Sudrajat. Damhuri. 2016. Etnobotani Tumbuhan Obat
Masyarakat Desa Lapandewa Kaindea Kecamatan Lapandewa Kabupaten
Buton Selatan. Issn : 2527 ̶ 6735 Jurnal Ampibi Volume 1 Nomor 1 (Hal.
14 - 20) Edisi Mei 2016.
R. Amilia Destryana, Ismawati. 2019. Etnobotani Dan Pengggunaan Tumbuhan
Liar Sebagai Obat Tradisional Oleh Masyarakat Suku Madura (Studi Di
Kecamatan Lenteng, Guluk-Guluk, Dan Bluto). Journal of Food
Technology and Agroindustry. Volume 1 No 2, Agustus 2019 ISSN: 2656-
0623 (cetak) ISSN: 2684-8252 (media online)
Safryadi A.,Aisyah R. Nasution Dan Mahdalena. 2017. Kajian Etnobotani Melalui
Pemanfaatan Tanaman Obat Di Desa Rema Kecamatan Bukit Tusam
Kabupaten Aceh Tenggara. Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017
ISBN: 978-602-60401-3-8
Suci Safitri. Rofiza Yolanda. Eti Meirina Brahmana. 2015. Studi Etnobotani
Tumbuhan Obat Di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu.
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Pasir Pengaraian

Anda mungkin juga menyukai