Anda di halaman 1dari 14

Perdarahan Jalan Lahir diakibatkan oleh Abortus Inkomplit

Selvi lim (102017034)


Jevon Belva Nirahua (102017071)
Clarissa Andreas (102017134)
Ni Luh Pricilia Sari Sudharsana (102017144)
Ronald Wongkar (102017148)
Christoper Tandrian (102017186)
Jasmine Nazer Ragustri (102017209)
Kelompok D6
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara nomor 6, Jakarta Barat.
jevon.2017fk071@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Menurut World Health
Organization (WHO) 15-50% kematian ibu disebabkan oleh abortus. Data presentase
kemungkinan terjadinya cukup tinggi, sekitar 15-40% angka kejadian diketahui pada ibu
yang sudah dinyatakan positif hamil dan 60-75% angka abortus terjadi sebelum usia
kehamilan mencapai12minggu.
Kata kunci : abortus, usia kehamilan

Abstract
Abort a threat or spending results in the conception of the gestational age is less than
20 weeks or fetal weight of less than 500 grams. Maccording the World Health Organization
(WHO) 15-50% of maternal deaths are caused by abort. data (WHO) the possibility of fairly
high percentage, approximately 15-40% the number of known occurrences on mothers who
already stated positively pregnant, and 60-75% numbers abort occurs before the pregnancy
reaches12weeks.
Keyword: abortion, age of pregnancy

Pendahuluan

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) atau sebelum
kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar
kandungan. Abortus atau keguguran adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat
bertahan hidup, yaitu sebelum kehamilan berusia 22 minggu atau berat janin belum mencapai
500 gram. Abortus biasanya ditandai dengan terjadinya perdarahan pada wanita yang sedang
hamil, dengan adanya peralatan USG, sekarang dapat diketahui bahwa abortus dapat
dibedakan menjadi 2 jenis, yang pertama adalah abortus karena kegagalan perkembangan
janin dimana gambaran USG menunjukkan kantong kehamilan yang kosong, sedangkan jenis
yang kedua adalah abortus karena kematian janin, dimana janin tidak menunjukkan tanda-
tanda kehidupan seperti kehidupan seperti denyut jantung atau pergerakan yang sesuai
dengan usia kehamilan.1 Menurut World Health Organization (WHO) 15-50% kematian ibu
disebabkan oleh abortus. Didunia angka kematian ibu dan bayi yang tertinggi adalah di Asia
Tenggara, menurut data WHO presentasekemungkinan terjadinya cukup tinggi. Sekitar 15-
40% angka kejadian, diketahui pada ibu yang sudah dinyatakan positif hamil, dan 60-75%
angka abortus terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 12 minggu. Didunia terjadi 20 juta
kasus abortus tiap tahun dan 70.000 wanita meninggal karena abortus tiap tahunnya. Angka
kejadian di Asia Tenggara adalah 4,2 juta pertahun termasuk Indonesia, sedangkan frekuensi
abortus spontan di Indonesia adalah 10-15% dari 6 juta kehamilan setiap tahunya atau
600.000-900.000, sedangkan abortus buatan sekitar 0,75-1,5 juta tiap tahunya, 2500 orang
diantaranya berakhir dengan kematian.2

Anamnesis

• Identitas: pekerjaan: karyawan swasta, status perkawinan: menikah, pendidikan


terakhir: SMA
• Keluhan utama: perdarahan dari jalan lahir
• RPS : Perdarahan sudah dirasakan sejak 3 hari SMRS, awalnya hanya flek kecoklatan,
namun sejak 2 jam SMRS perdarahan bertambah banyak, disertai keluar gumpalan
darah dan jaringan seperti dagin.
• Riwayat trauma : -
• Riwayat : minum obat-obatan tidak ada
• Riwayat obstetri: kehamilan pertama
• Riwayat kontrasepsi: tidak ada
• Riwayat haid: Haid terakhir awal bulan Agustus 2019, haid teratur, siklus 28-30 hari,
lama haid 5-7 hari, tidak ada nyeri haid. menarche usia 14 tahun.
• Keluhan disertai nyeri perut bagian bawah, skala nyeri 5-6/10
Pemeriksaan Fisik

• Keadaan umum : tampak sakit sedang

• kesadaran : CM

• Tanda vital: TD 100/70, N 96x/menit, Rr 20x/menit, S 36.5 C

• Status generalis  pemeriksaan fisik umum : dalam batas normal

• Status obsteri:

- Inspeksi genitalia luar : vulva dan vagina dalam batas normal, tampak darah
membasahi daerah genitalia luar.

- Pemeriksaan bimanual : permukaan vagina licin. Serviks terbuka 2 jari longgar,


teraba jaringan di Orificium Uretra Eksterna, uterus teraba diatas simfisis, tidak ada massa
pada adneksa.

Pemeriksaan penunjang
 USG: Uterus anteverted dengan daerah penebalan endometrium yang irreguler,
terdapat kantong kehamilan dengan bentuk yg irregular. Kedua ovarium dalam batas
normal
Abortus

Abortus adalah terancamnya atau keluarnya buah kehamilan baik sebagian ataupun
keseluruhan pada umur kehamilan lewat dari 20 minggu. Kematian janin dalam rahim disebut
Intra Uterine Fetal Death (IUFD), yakni kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari
20 minggu atau pada trimester kedua dan atau yang beratnya 500 gram. Jika terjadi pada
trimester pertama disebut keguguran atau abortus.3 Abortus adalah berakhirnya suatu
kehamilan akibat faktor tertentu atau sebelum kehamilan tersebut berusia 20 minggu atau
buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan.4

Berdasarkan gambaran klinisnya, abortus dibagi menjadi:

1. Abortus Imminiens (keguguran mengancam). Abortus ini baru mengancam dan masih ada
harapan untuk mempertahankannya. Pada abortus ini terjadinya pendarahan uterus pada
kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu, janin masih dalam uterus, tanpa adanya
dilatasi serviks. Diagnosisnya terjadi pendarahan melalui ostium uteri eksternum disertai
mual, uterus membesar sebesar tuanya kehamilan. Serviks belum membuka, dan tes
kehamilan positif.
2. Abortus incipiens (keguguran berlangsung). Abortus ini sudah berlangsung dan tidak
dapat dicegah lagi. Pada abortus ini peristiwa peradangan uterus pada kehamilan sebelum
usia kehamilan 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks. Diagnosisnya rasa mulas menjadi
lebih sering dan kuat, pendarahan bertambah.
3. Abortus incompletes (keguguran tidak lengkap). Sebagian dari buah kehamilan telah
dilahirkan tapi sebagian (biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal di dalam rahim. Pada
abortus ini pengeluaran sebagian janin pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada
sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal, servikalis terbuka dan jaringan dapat
diraba dalam kavun uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum.
Pendarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan, dapat menyebabkan syok.
4. Abortus komplit (keguguran lengkap). Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan dengan
lengkap. Pada abortus ini, ditemukan pendarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, uterus
sudah mengecil dan tidak memerlukan pengobatan khusus, apabila penderita anemia perlu
diberi sulfat ferrosus atau transfuse.5
5. Missed Abortion (keguguran tertunda) ialah keadaan dimana janin telah mati sebelum
minggu ke-22. Pada abortus ini, apabila buah kehamilan yang tertahan dalam rahim selama 8
minggu atau lebih. Sekitar kematian janin kadang-kadang ada perdarahan sedikit sehingga
menimbulkan gambaran abortus imminiens.6
6. Abortus septik ialah abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh.6

Etiologi

Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat
beberapa faktor sebagai berikut:

A. Faktor pertumbuhan hasil konsespi. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat


menyebabkan kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi
dikeluarkan. Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena :
1) Faktor kromosom. Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom
termasuk kromosom seks.
2) Faktor lingkungan endometrium
a) Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi.
b) Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu pendek.
3) Pengaruh luar.
a) Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi.
b) Hasil konsepsi berpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan hasil
konsepsi terganggu.
B. Kelainan pada plasenta
1) Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak dapat berfungsi.
Gangguan pembuluh dara plasenta diantaranya diabetes mellitus.
2) Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran dara plasenta sehingga menimbulkan
keguguran.
C. Penyakit ibu.
Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan
melalui plasenta:
1) Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria dan sifilis
2) Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan gangguan peredaran O2 menuju sirkulasi
retroplasenter.
3) Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal. Penyakit hati, dan penyakit
diabetes mellitus kelainan yang terdapat dalam rahim. Rahim merupakan tempat tumbuh
kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkuatus,
uterus septus, retroplefsia uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (kolisasi,
amputasi, serviks), robekan serviks postpartum.7

Epidemiologi

Dari 210 juta kehamilan, 75 juta dianggap tidak direncanakan di mana sekitar 15%
kehamilan akan berakhir pada aborsi.8 Sekitar 500.000 wanita meninggal akibat komplikasi
persalinan, 7 juta wanita mengalami gangguan kesehatan setelah melahirkan. Pada negara
berkembang, prevalensi abortus mencapai 160 per 100000 kelahiran hidup dan paling tinggi
terdapat di Afrika yaitu 870 per 100000 kelahiran hidup.9
(Tabel 1 : Epidemiologi)10

Patofisiologi

Pada awal abortus, terjadi pendarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh
nekrosi jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau
seluruhnya sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil
konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena vili korialis belum menembus desidua
secara mendalam.

Pada kehamilan antara 8 dan 14 minggu, vili korinalis menembus desidua lebih dalam
dan umumnya plasenta tidak dilepaskan dengan sempurna sehingga dapat menyebabkan
banyak pendarahan. Pada kehamilan 14 minggu ke atas, umumnya yang dikeluarkan setelah
ketuban pecah adalah janin, disusul setelah beberapa waktu kemudian adalah plasenta.
Pendarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini
menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur.4

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk abortus meliputi:11

1. Ultrasonografi
Pada usia 4 minggu, dapat terlihat kantung gestasi eksentrik dengan diameter 2-3 mm. Pada
usia gestasi 5 minggu, terlihat diameter kantung gestasi 5 mm, kantung telur 3-8 mm. Pada
usia gestasi 6 minggu, terlihat diameter kantung gestasi 10 mm, embrio 2-3 mm, dan terdapat
aktivitas jantung. Pada usia gestasi 7 minggu, diameter kantung gestasi 20 mm, terlihat
bagian kepala dan badan yang menyatu. Pada usia gestasi 8 minggu, diameter kantung gestasi
25 mm, herniasi midgut, terlihat rhombencephalon, dan limb buds. Pada usia gestasi 9
minggu, tampak pleksus koroidalis, vertebra, dan ekstremitas. Pada usia gestasi 10 inggu,
telah terlihat bilik jantung, lambung, kandung kemih, dan osifikasi tulang, pada usia gestasi
11, usus telah terbentuk dan struktur lainnya cenderung telah terbentuk dengan baik. Abortus
dapat ditegakkan dari USG transabdominal bila pada embrio >8 mm tidak ditemukan
aktivitas jantung.
2. Beta hCG
Serum beta HCG >2500 IU per mL disertai dengan USG transvaginal 90% KDR
Serum beta HCG >6500 IU per mL disertai dengan USG abdomen  90% KDR

Diagnosis Banding12
Diagnosis Gejala Pemeriksaan fisik Pemeriksaan
banding penunjang
Abortus - perdarahan dari- TFU sesuai dengan - tes kehamilan urin
iminens uterus pada umur kehamilan masih positif
kehamilan sebelum- Dilatasi serviks (-) - USG : gestasional sac
20 minggu berupa (+), fetal plate (+),
flek-flek fetal movement (+),
- nyeri perut ringan fetal heart movement
- keluar jaringan (-) (+)
Abortus - perdarahan banyak- TFU sesuai dengan - tes kehamilan urin
insipien dari uterus pada umur kehamilan masih positif
kehamilan sebelum- Dilatasi serviks (+) - USG : gestasional sac
20 minggu (+), fetal plate (+),
- nyeri perut berat fetal movement (+/-),
- keluar jaringan (-) fetal heart movement
(+/-)
Abortus - perdarahan - TFU kurang dari - tes kehamilan urin
inkomplit banyak / sedang umur kehamilan masih positif
dari uterus pada- Dilatasi serviks (+) - USG : terdapat sisa
kehamilan sebelum- teraba jaringan dari hasil konsepsi (+)
20 minggu cavum uteri atau
- nyeri perut ringan masih menonjol pada
- keluar jaringan osteum uteri
sebagian (+) eksternum
Abortus - perdarahan (-) - TFU kurang dari - tes kehamilan urin
komplit - nyeri perut (-) umur kehamilan masih positif
- keluar jaringan (+) - Dilatasi serviks (-) bila terjadi 7-10 hari
setelah abortus.
USG : sisa hasil
konsepsi (-)
Missed - perdarahan (-) - TFU kurang dari - tes kehamilan urin
abortion - nyeri perut (-) umur kehamilan negatif setelah 1
- biasanya tidak- Dilatasi serviks (-) minggu dari
merasakan keluhan terhentinya
apapun kecuali pertumbuhan
merasakan kehamilan.
pertumbuhan - USG : gestasional sac
kehamilannya tidak (+), fetal plate (+),
seperti yang fetal movement (-),
diharapkan. Bila fetal heart movement
kehamilannya > 14 (-)
minggu sampai 20
minggu penderita
merasakan
rahimnya semakin
mengecil, tanda-
tanda kehamilan
sekunder pada
payudara mulai
menghilang.
Mola - Tanda kehamilan- TFU lebih dari umur - tes kehamilan urin
hidatidosa (+) kehamilan masih positif
- Terdapat banyak- Terdapat banyak atau (Kadar HCG lebih dari
atau sedikit sedikit gelembung 100,000 mIU/mL)
gelembung mola mola - USG : adanya
- Perdarahan - DJJ (-) pola badai salju
banyak / sedikit (Snowstorm).
- Nyeri perut (+)
ringan
- Mual - muntah (+)
KET - Nyeri abdomen (+)- Nyeri abdomen (+) - Lab darah : Hb rendah,
- Tanda kehamilan- Tanda-tanda syok eritrosit dapat
(+) (+/-) : hipotensi, meningkat, leukosit
- Perdarahan pucat, ekstremitas dapat meningkat.
pervaginam (+/-) dingin. - Tes kehamilan positif
- Tanda-tanda akut - USG : gestasional sac
abdomen (+) : perut diluar cavum uteri.
tegang bagian
bawah, nyeri tekan
dan nyeri lepas
dinding abdomen.
- Rasa nyeri pada
pergerakan servik.
- Uterus dapat teraba
agak membesar dan
teraba benjolan
disamping uterus
yang batasnya sukar
ditentukan.
- Cavum douglas
menonjol berisi
darah dan nyeri bila
diraba

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan abortus secara spesifik disesuaikan dengan jenis abortusnya yaitu:
1. Abortus imminens
Tirah baring tidak memberikan hasil lebih baik namun dianjurkan untuk membatasi
aktivitas agar meminimalkan kemungkinan rangsangan prostaglandin. Tidak dianjurkan
terapi dengan hormon estrogen dan progesteron. Meta analisis menunjukkan bahwa
tatalaksana abortus imminens dengan preparat progesteron dengan plasebo menunjukkan
hasil yang hampir sama (RR 0,53; 95CI 0,35-0,79). Regimen progesteron yang dipakai yaitu
dydrogesteron oral 40 mg lalu 10 mg dilanjutkan sampai 16 minggu, pervaginam 25-90 mg
sampai 14 hari berhenti berdarah, dan dydrogesteron oral 10 mg dilanjutkan sampai 1 minggu
setelah berhenti berdarah.13
2. Abortus insipiens
Umumnya harus dirawat. Karena tidak ada kemungkinan kelangsungan hidup bagi janin,
maka dapat diberikan misoprostol untuk mengeluarkan konsepsi. Dapat analgetik mungkin
diberikan. Demikian pula, setelah janin lahir, kuretase mungkin diperlukan.13
Pada kehamilan kurang dari 12 atau 16 minggu biasanya perdarahan tidak banyak
namun bahaya perforasi lebih besar pada kerokan sehingga proses abortus harus dipercepat.
Dengan pemberian infuse oksitosin janin dapat keluar. Regimen lain yang dapat diberikan
adalah ergometrin im (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 μg oral
(dapat diulang sekali setelah 4 jam bila perlu). Apabila plasenta masih tertinggal pengeluaran
plasenta dilakukan secara manualdan disusul kerokan. Namun bahaya yang perforasi yang
terakhir ini tidak begitu besar karena dinding uterus jadi lebih tebal karena hasil konsepsi
telah keluar.12
3. Abortus Inkomplit
Abortus Inkomplit harus segera dibersihkan dengan curettage atau secara digital.
Selama masih ada sisa-sisa plasenta akan terus terjadi pendarahan.14

1) Terapi abortus dengan curetase

2) Perawatan pasca tindakan

3) Pemantauan pasca abortus

4) Jika perdarahan ringan atau sedang dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu,
gunakan jari atau forsep cincin untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang mencuap dari
serviks.

5) Jika perdarahan berat atau usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan evaluasi
isi uterus. Aspirasi vacuum manual (AVM) adalah metode yang dianjurkan. Kuret tajam
sebaiknya hanya dilakukan bila AVM tidak tersedia. Jika evaluasi tidak dapat segerah
dilakukan, berikan ergometri 0,2 mg IM (dapat di ulang 15 menit kemudian bila perlu).

6) Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam satu
liter NaCl 0,9% atau ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit untuk membantu
pengeluaran hasil konsepsi.

7) Lakukan evaluasi tanda vital pasca tindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila
kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
8) Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopis dan kirimkan untuk
pemeriksaan patologi kelaboratorium.

9) Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan
produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin setelah 24 jam. Bila
hasil pemantauan baik dan kadar hb>8g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang.15

4. Abortus komplit
a. Perbaiki keadaan umum
b. Infeksi harus dikendalikan dengan antibiotik yang tepat
c. Hasil konsepsi dalam uterus harus dievakuasi, bila perlu dilakukan laparotomi eksplorasi,
sampai pengangkatan rahim.15
5. Missed abortion
Bila gestasional <12 minggu, bisa langsung dilakukan dilatasi dan kuretase jika seviks
memungkinkan. Bila gestasional >12 minggu / <20 minggu, dilakukan induksi (untuk
mengeluarkan janin) & diberi Invus (iv) cairan oksitosin (untuk profilaksis retensi cairan).
Terdapat tehnik pemberian prostagalandin untuk induksi serta berefek pd pembukaan ostium
serviks, dgn pemberian mesoprostol (sublingual). Bila usia gestasi lebih dari 4 minggu
memungkinkan terjadinya gangguan trombosis darah oleh karena hipofibrinogenemia
sehingga perlu diperiksa koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan kuretase.16
6. Abortus infeksi atau septik
Kuretase dilakukan setelah 6 jam diberikan antibiotika yang adekuat. Pada infeksi
berat, diberikan ampisilin intravena 2 g setiap 6 jam, gentamisin 5 mg/kgBB intravena selama
24 jam, dan metronidazole 500 mg intravena setiap 8 jam. Pada infeksi ringan, cukup
diberikan amoxicillin oral 3 kali sehari selama 5 hari, metronidazole oral 400 mg 3 kali sehari
selama 5 hari, dan gentamisin intravena 5 mg/kgBB bila perlu.17

Komplikasi Abortus Inkomplit


a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan
jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabil
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
b. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus pada posisi
hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadi perforasi, laparatomi harus
segerah di lakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada
perlukaan alat-alat lain.
c. Infeksi
Infeksi dalam uterus dan sekitarnya dapat terjadi disetiap abortus, tetapi biasanya
ditemukan pada abortus inkomplit dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan
tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis.
d. Syok
Syok pada abortus biasa terjadi karena perdarahan dan karena infeksi berat.
e. Kematian
Abortus berkontribusi terhadap kematian ibu sekitar 15%. Data tersebut sering kali
tersembunyi di balik data kematian ibu akibat perdarahan. Data lapangan menunjukkan
bahwa sekitar 60% -70% kematian ibu disebabkan oleh perdarahan , dan sekitar 60%
kematian akibat perdarahan tersebut, atau sekitar 35-40% dari seluruh kematian ibu,
disebabkan oleh perdarahan postpartum. Sekitar 15-20% kematian disebabkan oleh
perdarahan.18
Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk abortus untuk menjaga gaya hidup, tidak
menggunakan obat – obatan yang di kontraindikasikan selama kehamilan, kurangi minum
kafein, periksa dan obati penyakit metabolik yang terjadi saat kehamilan, dan jaga nutrisi
tubuh agar tidak terlalu kegemukan.

Kesuburan dapat kembali kira – kira 2 minggu setelah keguguran spontan. Untuk mencegah
kehamilan, dapat dipasang alat kontrasepsi dalam rahim. Kontraindikasi pemasangan antara
lain infeksi pelvik, abortus septik,atau komplikasi lainnya. Penetlitian yang dilakukan di
Skotlandia menemukan bahwa pasien yang mengandung dalam waktu 6 bulan dapat
mengalami abortus. Sedangkan pasien yang melakukan kontrasepsi dalam waktu 6 bulan
mempunyai prognosis kehamilan yang baik.19

Kesimpulan
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau
sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu / buah kehamilan belum mampu untuk hidup
di luar kandungan. Keguguran adalah dikeluarkannya hasil kontrasepsi sebelum mampu
hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau umur hamil kurang
dari 28 minggu.
Abortus Incomplete adalah janin kemungkinan sudah keluar bersama-sama dengan
plasenta pada abortus yang terjadi sebelum minggu ke-10, tetapi sesudah usia kehamilan 10
minggu, pengeluaran janin dan plasenta akan terpisah. Bila plasenta seluruhnya / sebagian
tetap tinggal dalam uterus maka bisa menimbulkan perdarahan.
Abortus Inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari
hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kondisi servikalis. Abortus Inkomplit
adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
masih ada sisa tertinggal di dalam uterus.
Daftar Pustaka
1. Rukiyah AY, Yulianti L. Asuhan kebidanan IV (patologi kebidanan). Jakarta: Trans Info Media.
2013.
2. Pariani, Diana NL, Wahyuni S, Yuswantina R. Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian
Abortus Spontan di RSUD Unggaran. 2017
3. Setiawati, Dewi. Kehamilan dan Pemeriksaan Kehamilan. Makassar: Alauddin University Press.
2013.
4. Yulaikha, Lili. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: EGC. 2012.
5. Fauziah, Yulia. Obstetri Patologi. Yogyakarta: Nuha Medika. 2012.
6. Sulistyawati Ari. Asuhan Kebidanan pada masa Kehamilan. Jakarta: salemba medika.2013.
7. Manuaba, Ida Ayu Chandranita dkk. IlmuKebidanan, Penyakit Kandungandan KB, Jakarta: EGC.
2013.
8. Christopher P. Crum. The Female Genital Tract. In: Ramzi S. Cotran, Vinay Kumar, Tucker Collins.
Pathologic Basis of Disease.7th ed. Philadelphia: WB. Saunders 2004; 1079-80.
9. World Health Organization. Managing incomplete abortion. WHO, 2008
10. Sharing responsibility: women, society and abortion worldwide. New York, The Allan Guttmacher
Institute,1999.
11. Hanretty KP. Vaginal Bleeding in Pregnancy. Smith H (editor), In: Obstetrics Illustrated, 6th Edition.
London: Churchill-Livingstone, 2003.
12. Toth B, Jeschke U, Rogenhofer N, Scholz C, Wufel W, Thaler CJ, et al. Recurrent miscarriage:
current concepts in diagnosis and treatment. Journal of Reproductive Immunology 2010; 12(6): 1-8.
13. Hanretty KP. Vaginal Bleeding in Pregnancy. Smith H (editor), In: Obstetrics Illustrated, 6th Edition.
London: Churchill-Livingstone, 2003.
14. Pudiastuti,Ratna Dewi. Asuhan Kebidanan Pada Hamil Normal Patologi.Yogyakarta: Nuha Medika.
2012.
15. WHO (World Health), Manajemen Abortus Inkomplit. Jakarta.EGC.2012.
16. Cunningham. Recurrent Miscarriage: Abortion. Mark E (editor), In: Williams Obstetrics 23 rd Edition.
New York: McGraw-Hil Companies, Inc. 2010.
17. Pernoll ML. Habitual Abortion. Dalam: Benson and Pernoll’s Handbook of Obstetrics and
Gynecology. New York: McGraw-Hill Companies, 2001.
18. Irianti, Bayu dkk. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta : Sagung Seto.2014.
19. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan
rujukan. Edisi 1. Jakarta: Bakti Husada; 2013.

Anda mungkin juga menyukai