Anda di halaman 1dari 18

PRILAKU KEORGANISASIAN

“PERILAKU KELOMPOK DALAM ORGANISASI”

OLEH KELOMPOK 5 :

3 C MANAJEMEN SORE

• I DEWA AYU EKA SARININGSIH ( 27/1902013752 )

• KOMANG TRISITA CIPTA DEWI ( 28/1902013753 )

• LUH AYU SRI KUSUMA WARDANI ( 29/1902013754 )

• NI KADEK DIAN LESTARI ( 30/1902013757 )

• GEDE ANGGRIA ( 31/1902013762 )

• MADE GEDE RAHMANIK ADIPUTRA ( 32/1902013763 )

• NI MADE ANGGITA RAHMA DEWI ( 33/1902013773 )

UNIVERSITAS HINDU INDONESIA


FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN PARIWISATA
PRODI MANAJEMEN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya sehingga kami
bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Prilaku Kelompok Dalam Organisasi” ini. Dalam penyusunan
makalah ini kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan kami. Namun sebagai manusia
biasa, kami tidak luput dari kesalahan dan kehilafan baik dari segi teknik penulisan maupun tata bahasa. Tetapi
walaupun demikian kami berusaha sebisa mungkin menyelesaikan makalah meskipun tersusun sangat sederhana.
Dalam proses pembuatan ini kami sangat berterimakasi kepada :

1. Ibu Ni Wayan Wina Premayani, SE.MM selaku Dosen Mata Kuliah Pengantar Bisnis
2. Teman-teman kelas III C Manajemen sore serta seluruh anggota penulis makalah ini atas informasi,
saran serta pendapat yang telah diberikan.

Karena atas dorongan merekalah kami bisa membuat makalah ini dengan baik.

Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan para pembaca pada umumnya. Akhir kata
kami ucapkan Terima Kasih.

Denpasar, 15 Oktober 2020

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ............................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 1
1.4 Metode Penulisan ......................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................................... 2
2.1 PENGERTIAN KELOMPOK DAN JENIS-JENIS KELOMPOK ............................................................... 2
2.1.1. Enam Alasan untuk berkelompok .............................................................................................. 2
2.1.2. Jenis-jenis Kelompok (Group) .................................................................................................... 3
2.2 TAHAP PERKEMBANGAN KELOMPOK ........................................................................................... 4
2.2.1 Tahap Pembentukan (Forming) ............................................................................................ 4
2.2.2 Tahap timbulnya Konflik (Storming) ..................................................................................... 5
2.2.3 Tahap Normalisasi (Norming) ............................................................................................... 5
2.2.4 Tahap berkinerja (Performing) .............................................................................................. 5
2.2.5 Tahap Pembubaran (Adjourning) .......................................................................................... 5
2.3 PERILAKU DAN PRETASI KELOMPOK ............................................................................................ 6
2.3.1 Pengertian Perilaku ............................................................................................................... 6
2.3.2 Pengertian Prestasi Kelompok ............................................................................................. 7
2.3.3 Faktor Internal yang dapat Mempengaruhi Prestasi Kelompok ........................................... 7
2.4 KOHESIVITAS DALAM KELOMPOK ................................................................................................. 7
2.4.1 Pengertian Kohesivitas Kelompok......................................................................................... 7
2.4.2 Aspek aspek Kohesivitas Kelompok ...................................................................................... 8
2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Kohesivitas Kelompok ............................................................. 9
2.4.4 Cara Meningkatkan Kohesivitas Kelompok ......................................................................... 11
2.5 EFEK KOHESIF PADA PRODUKTIVITAS KELOMPOK ........................................................................ 12
2.5.1 Jenis kelamin anggota ......................................................................................................... 13
BAB III PENUTUP ......................................................................................................................................... 14
3.1 KESIMPULAN ..................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................................ 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Kelompok atau Group dapat didefinisikan sebagai dua individu atau lebih yang saling
berinteraksi dan saling tergantung antara satu sama lainnya dan saling bergabung untuk
mencapai Tujuan tertentu. Perilaku merupakan suatu fungsi dari interaksi antara individu
dengan lingkungannya. Jadi ketika sebuah kelompok memasuki dunia organisasi maka
karakteristik yang dibawanya adalah kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan
kebutuhan, dan pengalaman masa lalunya. Dan organisasi juga mempunyai karakteristik yaitu
keteratu ran yang diwujudkan dalam susunan hirarki, pekerjaan-pekerjaan, tugas-tugas,
wewenang, tanggung jawab, sIstem penggajian, sistem pengendalian dan lain sebagainya. Jika
karakteristik antara keloompok digabungkan dengan karakteristik organisasi maka akan
terwujud perilaku kelompok dalam organisasi. jadi perilaku kelompok dalam organisasi adalah
suatu fungsi dari interaksi antara sebuah kelompok dengan lingkungannya ( organisasi ).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kelompok dan jenis-jenis kelompok ?


2. Bagaimana perkembangan kelompok ?
3. Apa yang dimaksud dengan perilaku dan prestasi kelompok ?
4. Apa itu kohesifitas dalam kelompok ?
5. Seperti apa efek kohesifitas pada produktivitas kelompok ?

1.3 Tujuan

1. Dapat mengetahui arti dari kelompok


2. Dapat mengetahui perkembangan kelompok
3. Dapat mengetahui apa perilaku dan prestasi kelompok
4. Dapat mengetahui aspek-aspek kohesifitas kelompok dan efek kohesifitas kelompok

1.4 Metode Penulisan

Dalam menyusun makalah ini kami menggunakan metode browing melalui internet dengan
website yang ada didalamnya. Kami menggunakan metode ini karna diantara kami belum ada
yang memiliki buku perilaku penggorganisasi tersebut. Metode dengan cara browsing ini kami
gunakan semaksimal mungkin agar melengkapi materi-materi yang kami buat.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KELOMPOK DAN JENIS-JENIS KELOMPOK

Kelompok atau Group dapat didefinisikan sebagai dua individu atau lebih yang saling
berinteraksi dan saling tergantung antara satu sama lainnya dan saling bergabung untuk
mencapai Tujuan tertentu. Ciri-ciri Kelompok diantaranya adalah saling berinteraksinya
anggota kelompok sehingga tindakan seseorang akan mempengaruhi atau dipengaruhi oleh
orang lain dan menyakini adanya kemungkinan untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan.

2.1.1. Enam Alasan untuk berkelompok

Individu-individu yang bergabung kedalam Kelompok pada dasarnya mempunyai


tujuan dan alasan masing-masing. Berikut ini adalah beberapa tujuan ataupun alasan
seseorang bergabung menjadi anggota kelompok.

A. Keamanan (Security)
Seseorang yang bergabung kedalam kelompok merasa lebih aman karena tidak sendirian
dalam menghadapi masalah ataupun ancaman. Orang tersebut akan merasa lebih percaya
diri dan lebih kuat.
B. Statu8
Adanya pengakuan dari masyarakat jika bergabung dengan kelompok tertentu yang
memiliki reputasi baik di mata masyarakat. Status mereka akan meningkat di masyarakat.
C. Harga Diri (Self Esteem)
Merasa dihargai jika diterima sebagai anggota kelompok terutama pada kelompok-
kelompok yang bergengsi tinggi.
D. Afiliasi (Affiliation)
Berafiliasi dengan Kelompok dapat memenuhi kebutuhan seseorang akan persahabatan
dan hubungan sosial.
E. Power (Kekuatan)
Sesuatu yang tidak dapat dicapai oleh sendiri dapat dengan mudah dicapai berkat

2
kekuatan kelompok dan juga kekuatan untuk melindungi diri dari permintaan-permintaan
yang tidak wajar atau permintaan yang tidak masuk akal.
F. Goal Achievement (Pencapaian Tujuan)
Beberapa Individu yang bergabung dalam suatu kelompok umumnya memilki Tujuan atau
Visi dan Misi yang sama. Berpegangan pada Visi dan Misi tersebut, para anggota
kelompok berusaha semaksimal mungkin dapat dapat mencapainya.
2.1.2. Jenis-jenis Kelompok (Group)

Salah satu cara yang paling umum dalam meng-klasifikasi-kan jenis kelompok
dalam sebuah Organisasi adalah dengan membaginya menjadi dua jenis yaitu Kelompok
Formal dan Kelompok Informal. Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai kedua
jenis kelompok tersebut :

1. Kelompok Formal (Formal Group)

Kelompok Formal atau Formal Group adalah Kelompok yang sengaja dibentuk
atau ditunjuk oleh Organisasi untuk melakukan tugas tertentu. Perilaku kelompok tersebut
adalah diarahkan untuk mencapai Tujuan yang telah ditentukan oleh Organisasi. Kelompok
Formal ini umumnya memiliki aturan dan pembagian tugas yang jelas.

Kelompok Formal ini dapat dibagi lagi menjadi 2 jenis yaitu :

a. Kelompok Komando atau Command Group, yaitu kelompok formal yang terdiri
dari individu-individu dalam organisasi dengan garis komando jelas seperti
bawahan yang harus melapor ke atasannya. Kelompok Komando ini biasanya
ditentukan dalam Bagan Organisasi.
b. Kelompok Tugas atau Task Group, yaitu kelompok formal yang dibentuk untuk
menyelesaikan tugas tertentu. Individu-individu yang bergabung ke dalam
Kelompok Tugas adalah mereka yang dapat bekerjasama dalam menyelesaikan
Tugas diarahkan oleh Organisasi. Contoh Kelompok Tugas dalam perusahaan
Manufakturing adalah membentuk Kelompok Gugus Kendali Mutu (Quality
Control Circle) yang tertugas untuk menangani masala-masalah kualitas.

3
2. Kelompok Informal (Informal Group)

Kelompok Informal atau Informal Group adalah Kelompok yang dibentuk oleh
anggota organisasi yang mempunyai kepentingan yang sama. Kelompok Informal ini
umumnya tidak terstruktur secara formal dan tidak ditetapkan secara resmi oleh
organisasi. Timbulnya Kelompok Informal karena adanya tanggapan terhadap
kebutuhan akan hubungan sosial.

Kelompok Informal ini dapat dibagi lagi menjadi 2 jenis yaitu :

a. Kelompok Kepentingan atau Interest Group, yaitu kelompok yang dibentuk oleh
individu-individu tertentu dalam organisasi yang memiliki kepentingan sama.
b. Kelompok Persahabatan atau Friendship Group, yaitu kelompok yang terbentuk
karena adanya persamaan karakteristik seperti kesamaan hobi, kesamaan
pandangan politik, kesamaan kepercayaan ataupun kesamaan etnis

2.2 TAHAP PERKEMBANGAN KELOMPOK

Tahap-tahap Perkembangan Kelompok yang dimaksud tersebut pertama kali


diperkenalkan oleh Bruce Tuckman pada tahun 1965. Berikut ini penjeasan singkat mengenai
5 tahap perkembangan kelompok yang dimaksud oleh Bruce Tuckaman:

2.2.1 Tahap Pembentukan (Forming)


Tahap ini merupakan tahap pertama dalam pembentukan kelompok kerja, para
anggota mulai mempelajari tugas yang diberikan dan berkenalan dengan anggota lainnya.
Tahap Forming ini dikarakteristikkan oleh banyaknya ketidakpastian, para anggota
kelompok masih tidak terlalu jelas mengenai Tujuan dan Objective kelompok, merasa
kebingungan, masih menyembunyikan perasaan masing-masing, keterlibatannya masih
kurang.

4
2.2.2 Tahap timbulnya Konflik (Storming)

Tahap kedua adalah Tahap timbulnya konflik yang menurut Tuckmen disebut
dengan Storming. Para anggota mulai bekerja tetapi mereka cenderung akan
mempertahankan pendapat mereka sendiri, menolak batasan-batasan yang ditetapkan oleh
Kelompok terhadap Individu mereka. Tahap Storming ini dikarakteristikan oleh konflik
Intra Kelompok. Beberapa tanda-tanda bahwa Kelompok berada di Tahap Storming adalah
timbulnya kemarahan, perasaan menyebalkan, ketidaknyamanan, terjadinya adu
pendapat/konfilik dan kegagalan.

2.2.3 Tahap Normalisasi (Norming)

Tahap ketiga adalah Tahap Normalisasi (Norming) yaitu Tahap terbentuk


hubungan yang dekat antar anggota kelompok dan menetapkan aturan-aturan serta
menemukan cara komunikasi yang tepat supaya dapat membantu mereka mencapai tujuan
yang diinginkan. Tanda-tanda Kelompok berada di Tahap Norming adalah adanya
peninjauan ulang dan penjelasan mengenai Objective/Tujuan Kelompok, timbulnya
persahabatan dan kerjasama antar anggota kelompok, mulai dapat mendengar pendapat
anggota lain serta dapat meng-identifikasi-kan kekuatan dan kelemahan.

2.2.4 Tahap berkinerja (Performing)

Tahap keempat adalah Tahap berkinerja (Performing) dimana semua anggota


kelompok telah dapat bekerja dan berfungsi secara penuh. Pada tahap ini, semua anggota
memiliki kebersamaan, Percaya diri, kreatif, Inisiatif dan semangat yang tinggi serta
Sukses.

2.2.5 Tahap Pembubaran (Adjourning)

Tahap ini dikhususkan untuk Kelompok-kelompok kerja yang bersifat sementara.


Setelah suatu proyek selesai ataupun suatu permasalahan berhasil dituntaskan, kelompok
kerja tersebut akan dibubarkan.

5
2.3 PERILAKU DAN PRETASI KELOMPOK
2.3.1 Pengertian Perilaku
Perilaku di dalam organisasi berasal dari dua sumber yaitu individu dan
kelompok. Perilaku merupakan suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Sedangkan kelompok merupakan dua individu atau lebih yang
berinteraksi dan saling bergantung, bergabung untuk mencapai sasaran tertentu
(Robbins, 2003: 292).

Perilaku adalah semua yang dilakukan seseorang. Bentuk perilaku seseorang


adalah semua yang aktifitas, perbuatan dan penampilan diri sepanjang hidupnya.
Bentuk perilaku manusia adalah aktifitas individu dengan relasinya dalam
lingkungannya. Kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi dan saling
bergabung untuk mencapai tujuan tersebut.

Jadi, definisi dari pengertian perilaku kelompok adalah suatu aktifitas yang
dilakukakan oleh seorang individu dengan yang lainnya untuk mendapatkan aspirasi
anggota, berinteraksi dari setiap individu dan saling bergabung untuk mencapai
sasaran yang diinginkan.

Perilaku kelompok merupakan respon-respon anggota kelompok terhadap struktur


sosial kelompok dan norma yang diadopsinya. Jadi ketika sebuah kelompok memasuki
dunia organisasi maka karakteristik yang dibawanya adalah kemampuan, kepercayaan
pribadi, pengharapan kebutuhan, dan pengalaman masa lalunya. Dan organisasi juga
mempunyai karakteristik yaitu keteratu ran yang diwujudkan dalam susunan hirarki,
pekerjaan-pekerjaan, tugas-tugas, wewenang, tanggung jawab, system penggajian,
system pengendalian dan lain sebagainya. Jika karakteristik antara keloompok
digabungkan dengan karakteristik organisasi maka akan terwujud perilaku kelompok
dalam organisasi. jadi perilaku kelompok dalam organisasi adalah suatu fungsi dari
interaksi antara sebuah kelompok dengan lingkungannya ( organisasi ).

6
2.3.2 Pengertian Prestasi Kelompok
Prestasi kelompok merupakan output atau tujuan dari kelompok. Ada tiga
unsur yang mjenentukkan prestasi kelompok, yaitu : produktivitas (derajat perubahan
harapan tentang nilai-nilai yang dihasilkan oleh perilaku kelompok), moral (derajat
kebebasan dari hambatan-hambatan dalam kerja kelompok menuju tujuannya), dan
kesatuan (tingkat kemampuan kelompok untuk mempertahankan struktur dan
mekanisme operasinya dalam kondisi yang penuh tekanan (stress).
2.3.3 Faktor Internal yang dapat Mempengaruhi Prestasi Kelompok
Kemampuan fisik. Jika kemampuan fisik prima maka kelompok cenderung
bekerja maksimal. Kemampuan fisik itu bisa yang melekat pada angota-anggota
kelompok, yang berwujud, misalnya fisiknya, maupun yang berupa sarana atau
prasarana yang dimiliki kelompok. Kemampuan intelektual. Tingkat pengetahuan,
kemauan, kemampuan keterampilan dan kompetensi yang dimiliki oleh anggota
kelompok menentukan kemampuan kelompok untuk berprestasi atau sebaliknya.
Karakteristik kepribadian. Kepribadian sekelompok yang kondusif untuk
berprestasi misalnya terbuka, tahan terhadap kritik, inovatif, suka tantangan, suka
perubahan, senang bekerja sama, dll.

2.4 KOHESIVITAS DALAM KELOMPOK


2.4.1 Pengertian Kohesivitas Kelompok
Kohesivitas kelompok adalah proses kesatuan, kelekatan atau daya tarik individu
terhadap kelompok dalam rangka pemenuhan tujuan dan motivasi untuk bersama di
dalamnya yang memiliki tingkat ketertarikan dan keyakinan untuk bersama dalam
keberhasilan kelompok. Kohesivitas kelompok kerja merupakan daya tarik emosional
sesama anggota kelompok kerja dimana adanya rasa saling menyukai, membantu, dan
secara bersama-sama saling mendukung untuk tetap bertahan dalam kelompok kerja dalam
mencapai satu tujuan. Kohesivitas kelompok adalah kekuatan kelompok untuk tetap
tinggal di dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok. Kohesivitas
kelompok merupakan tingkat solidaritas dan perasaan positif dari anggota kelompok
terhadap kelompoknya. Semakin tinggi kohesivitas, semakin solid sebuah tim, dan
anggotanya akan semakin loyal pada kelompok.

7
2.4.2 Aspek aspek Kohesivitas Kelompok
Menurut Forsyth (2006), terdapat empat aspek yang mempengaruhi kohesivitas
kelompok, yaitu:

1 Kekuatan Sosial. Yaitu keinginan dalam diri individu untuk tetap berada dalam
kelompoknya. Atau dapat juga diartikan sebagai desakan atau dorongan dari
setiap individu terhadap organisasi ataupun kelompoknya untuk tetap berada
dalam kelompok.
2 Kesatuan dalam kelompok. Yaitu perasaan saling memiliki terhadap
kelompoknya dan memiliki perasaan moral yang berhubungan dengan
keanggotaannya dalam kelompok. Kesatuan dalam kelompok juga dapat
diartikan sebagai kumpulan manusia yang memiliki kesadaran bersama akan
keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota
masyarakat. Kelompok juga dapat memengaruhi perilaku para anggotanya.
3 Daya Tarik. Individu akan lebih tertarik melihat dari segi kelompok kerjanya
sendiri dari pada melihat dari anggotanya secara spesifik. Daya tarik ini dapat
berupa semangat kerja yang dimiliki kelompok sehingga akan berdampak positif
terhadap perkembangan dan keberlangsungan kelompok tersebut untuk dapat
mencapai tujuan.
4 Kerjasama Kelompok. Individu memiliki keinginan yang lebih besar untuk
bekerja sama untuk mencapai tujuan kelompok. Kerja sama sendiri juga mampu
menjadi standar penilaian kerja sesorang dalam beberapa kelompok. Untuk
dapat melihat seberapa kuat dan seberapa besar partisipasi dari setiap anggota
kelompok.

Sedangkan menurut McShane dan Glinow (2008), terdapat beberapa aspek yang juga
mempengaruhi kohesivitas kelompok, yaitu sebagai berikut:

a. Adanya Kesamaan. Kelompok kerja yang homogen akan lebih kohesif dari pada
kelompok kerja yang heterogen. Karyawan yang berada dalam kelompok yang homogen
dimana memiliki kesamaan latar belakang, membuat mereka lebih mudah bekerja secara
objektif, dan mudah menjalankan peran dalam kelompok.

8
b. Ukuran kelompok. Kelompok yang berukuran kecil akan lebih kohesif dari pada
kelompok yang berukuran besar karena akan lebih mudah untuk beberapa orang untuk
mendapatkan satu tujuan dan lebih mudah untuk melakukan aktivitas kerja.
c. Adanya interaksi. Kelompok akan lebih kohesif bila kelompok melakukan interaksi
berulang antar anggota kelompok.
d. Ketika ada masalah. Kelompok yang kohesif mau bekerja sama untuk mengatasi
masalah.
e. Keberhasilan kelompok. Kohesivitas kelompok kerja terjadi ketika kelompok telah
berhasil memasuki level keberhasilan. Anggota kelompok akan lebih mendekati
keberhasilan mereka dari pada mendekati kegagalan.
f. Tantangan. Kelompok kohesif akan menerima tantangan dari beban kerja yang
diberikan. Tiap anggota akan bekerja sama menyelesaikan tugas yang diberikan, bukan
menganggap itu sebagai masalah melainkan tantangan.

2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Kohesivitas Kelompok


Menurut Forsyth (2006), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
kohesivitas kelompok, yaitu:

A. Interpersonal attraction (ketertarikan interpersonal)

Suatu kelompok dapat terjalin ketika dalam sebuah kelompok tersebut ada
ketertarikan dari setiap individu. Faktor yang mempengaruhi pembentukan kelompok
selain ketertarikan diantaranya seperti kedekatan, frekuensi interaksi, kesamaan,
kelengkapan, timbal balik, dan saling memberikan penghargaan dapat mendorong
terbentuknya suatu kelompok. Dengan demikian juga mereka dapat membentuk
kelompok yang belum sempurna menjadi kelompok yang sangat kompak.

B. Stability of membership (stabilitas keanggotaan)

Stabilitas anggota dapat dilihat dari lamanya anggota berada pada suatu
kelompok. Suatu kelompok yang keanggotaannya sering berganti cenderung memiliki
kohesivitas yang rendah dan berbanding terbalik dengan kelompok yang
keanggotaannya cenderung lama.

9
C. Group size (ukuran kelompok)

Ukuran kelompok bisa mempengaruhi kohesivitas kelompok. Konsekuensi yang


ditimbulkan yaitu semakin besar sebuah kelompok maka kebutuhan akan antar anggota
kelompok semakin besar juga. Kelompok yang besar memungkinkan adanya reaksi-
reaksi antar anggota kelompok yang meningkat dengan cepat sehingga banyak anggota
tidak bisa lagi memelihara hubungan yang positif dengan anggota kelompok lainnya.

D. Structural features (ciri-ciri struktural)

Kelompok yang kohesif cenderung terjadi secara relatif karena mereka lebih
tersusun dan struktur-struktur kelompok dihubungkan dengan tingkat kohesi yang lebih
tinggi dibanding dengan yang lain.

E. Initations (permulaan kelompok)

Seorang individu yang memiliki ketertarikan untuk masuk dalam suatu kelompok,
pada umumnya melakukan serangkaian tes untuk mendapatkan keanggotaan dari
kelompok, seperti tim olahraga yang melakukan tes kepada pemain baru dengan
berbagai cara, baik secara fisik maupun mental, terkadang seperti dilakukan seperti
tentara.
Sedangkan menurut Rachmawati (2009), kohesivitas kelompok dapat dipengaruhi
banyak hal, ada yang tercipta secara alami, beberapa lainnya terbentuk akibat pengaruh
tujuan organisasi, struktur dan strategi yang digunakan. Berikut adalah beberapa faktor
yang mempengaruhi tingkat kohevisitas suatu kelompok, yaitu:

1) Kegiatan-kegiatan kelompok, yakni dengan ikut berpartisipasi dalam acara-


acara yang diselenggarakan bersama.
2) Simbol, simbol yang dapat menjadi pembeda antar anggota kelompok dengan
komunitas lain.
3) Komunikasi, komunikasi dalam sebuah kelompok adalah sesuatu hal yang
penting yang menyatukan banyak bagian menuju kohesivitas yang tinggi.
Fokusnya pada komunikasi interpersonal, komunikasi interpersonal sendiri

10
merupakan interaksi berbalasan antara dua orang dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan atau meraih hasil yang diharapkan.
4) Ancaman luar, tekanan yang dapat menahan ancaman dari luar yaitu adalah
musuh.
5) Prospek masa depan, kohesivitas dipengaruhi oleh apakah organisasi tersebut
memiliki prospek yang baik atau tidak, sebuah harapan menjadi factor penting
saat mengerjakan tugas kelompok atau individu.
6) Homogenitas, semakin homogen sebuah kelompok, maka semakin mudah untuk
menciptakan kohesivitas kelompok.
7) Interaksi, semakin sering anggota bekerja bersama, maka semakin mudah untuk
terciptanya kohesivitas.
8) Pencitraan, saat anggota merasa bahwa kelompoknya mampu meningkatkan
citra serta harga diri mereka, maka kohesivitas akan meningkat.

2.4.4 Cara Meningkatkan Kohesivitas Kelompok


Tingginya kohesivitas kelompok berhubungan dengan kesesuaian anggota
kelompok dengan norma kelompok, semangat bekerja sama dalam kelompok, maupun
komunikasi. Menurut Wijayanto (2012), terdapat beberapa cara untuk meningkatkan
kohesivitas kelompok, yaitu:

1. Menjelaskan kepedulian mengenai kompetisi. Pimpinan dapat menjelaskan keberadaan


kompetisi yang tinggi dengan kompetitor (dari dalam maupun luar organisasi) untuk
meningkatkan kohesivitas.
2. Meningkatkan daya tarik antarpribadi. Seringkali, orang mau bergabung dalam sebuah
tim karena identitas maupun kekaguman terhadap anggota tim.
3. Meningkatkan interaksi. Interaksi dipercaya dapat meningkatkan kohesivitas dengan
membuat acara-acara agar intensitas interaksi dapat ditingkatkan dan terjadi kohesivitas
kelompok.
4. Menciptakan tujuan bersama dan nasib bersama yang akan mempengaruhi tiga variabel
fungsional dalam efektiviats kelompok, yaitu task interdependence, sense of potency,
dan outcome interdependence.

11
2.5 EFEK KOHESIF PADA PRODUKTIVITAS KELOMPOK

Umumnya riset menunjukkan bahwa kelompok yang sangat kohesif lebih efektif
dari pada kelompok dengan kekohesifan yang lebih kecil, tetapi hubungan itu lebih rumit
dari daripada sekedar memungkinkan kita untuk mengatakan kekohensifan yang tinggi itu
baik. Pertama, kekohesifan yang tinggi merupakan baik penyebab maupun hasil dari
produktivitas yang tinggi. Kedua, hubungan ini diperlunak oleh norma-norma yang
dikaitkan dengan kinerja. Kekohesifan mempengaruhi produktivitas dan produktivitas
mempengaruhi kekohesifan. Persahabatan mengurangi tegangan dan memberikan
tegangan dan memberikan suatu lingkungan yang mendukung untuk dicapainya tujuan
kelompok dengan berhasil. Tetapi seperti dicatat, pencapaian tujuan kelompok dengan
sukses, dan perasaan anggota sebagai telah menjadi bagian dari suatu satuan yang sukses,
dapat berperan untuk meningkatkan komitmen anggota-anggota. Makin kohesif kelompok
tersebut maka anggota kelompok akan makin mengikuti tujuan-tujuan kelompok. Jika
norma terkait kinerja tinggi (seperti, keluaran yang tinggi, kerja berkualitas, koperasi denga
individu-individu di luar kelompok), suatu kelompok kohesif akan lebih produktif daripada
kelompok yang kurang kohesif. Tetapi jika kekohesifan tinggi dan norma kinerja rendah,
produktiivitas akan rendah. Jika kekohesifan rendah dan norma kinerja tinggi, maka
produtivitas meningkat, tetapi kurang dibandingkan situasi kekohesifan tinggi dan norma
tinggi. Bilamana kekohesifan dan norma terkait kinerja sama-sama rendah, maka
produktivitas akan cenderung merosot kedalam kisaran rendah ke sedanga

Manajemen Mengusahakan Kelompok Kerja Yang KohesifSering diisyaratkan bahwa


kelompok kerja yang efektif adalah kohesif. Konsep kekohesifankelompok didefinisikan sebagai derajat
sejauh mana anggota-anggota tertarik satu kepada yanglain dan termotivasi utuk tetap tinggal dalam
kelompok.
Determinan KekohesifanKekohesifan dapat dipengaruhi oleh factor-faktor seperti :
a. Waktu yang dihabiskan bersama
Dengan menghabiskan waktu bersama-sama akanmempengaruhi kekohesifan. Seperti dengan
menghabiskan waktu bersama-sama, orangbisa saja menjadi lebih ramah. Wajar bila mereka mulai
berbicara, menanggapi, berisyarattubuh, dan menyibukkan diri dalam interaksi lain. Interaksi ini akan
menghantarkankepada ditemukannya kepentingan bersama dan tarik-menarik yang meningkat.b.

12
b. Sulitnya memasuki kelompok Semakin sulit memasuki suatu kelompok, akan makinkohesif
kelompok tersebut.
c. Ukuran kelompok
Jika kekohesifan kelompok cenderung meningkat denganbertambahnya waktu yang diperlukan
anggota-anggota untuk bersama-sama, tampaknyalogis bahwa kekohesifan hendaknya berkurang
dengan meningkatnya ukuran kelompokkarena akan menjadi lebih sulit bagi seorang anggota untuk
berinteraksi dengan semuaanggota lainnya.
2.5.1 Jenis kelamin anggota
Factor jenis kelamin anggota dapat mempengaruhi kohesi dalamkelompok. Seperti salah satu
contoh di suatu peneman yang konsisten dalam studi akhir-akhir ini adalah bahwa wanita dilaporkan
sebagai menghasilkan kohesi yang lebih besardaripada pria. Namun, suatu hipotesis yang wajar adalah
bahwa wanita kurang kompetitifdan/atau lebih kooperatif dengan orang-orang yang mereka anggap
sebagai teman,rekan, atau rekan se-tim daripada pria, dan hal ini menngakibatkan ikatan kelompok
lebihbesar.e.
1. Ancaman luar
Kohesif kelompok akan meningkat jika kelompok tersebut mendapatserangan dari sumber-
sumber eksternal.
2. Sukses Sebelumnya
Jika sesuatu kelompok memiliki sejarah kesuksesan, kelompok tersebut membina semangat
korps yang menarik dan menyatukan anggota-anggota.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kelompok atau Group dapat didefinisikan sebagai dua individu atau lebih yang saling
berinteraksi dan saling tergantung antara satu sama lainnya dan saling bergabung untuk
mencapai Tujuan tertentu. Organisasi adalah dengan membaginya menjadi dua jenis yaitu
Kelompok Formal dan Kelompok Informal. Perilaku merupakan suatu fungsi dari interaksi
antara individu dengan lingkungannya. Dan organisasi juga mempunyai karakteristik yaitu
keteratu ran yang diwujudkan dalam susunan hirarki, pekerjaan-pekerjaan, tugas-tugas,
wewenang, tanggung jawab, system penggajian, system pengendalian dan lain sebagainya.
Jika karakteristik antara keloompok digabungkan dengan karakteristik organisasi maka akan
terwujud perilaku kelompok dalam organisasi. jadi perilaku kelompok dalam organisasi adalah
suatu fungsi dari interaksi antara sebuah kelompok dengan lingkungannya ( organisasi ).

14
DAFTAR PUSTAKA

https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-kelompok-jenis-kelompok/

https://www.blj.co.id/2014/09/08/lima-tahap-pembentukan-kelompok-dalam-project/

http://www.bintan-s.web.id/2011/09/teori-prestasi-kelompok.html?m=1

https://www.kajianpustaka.com/2020/01/kohesivitas-kelompok.html?m=1

https://id.scribd.com/document/374172043/Efek-Kohesif-Pada-Produktivitas

15

Anda mungkin juga menyukai